Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

CHANCROID (ULKUS MOLE)

OLEH :

HASAN ASSAGAF

201410330311097

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan perkembangan zaman, tindakan seksual di luar nikah semakin
sering dilakukan.Parahnya lagi disertai dengan tindakan hobi berganti-ganti
pasangan. Bahkan daerah untuk bermukimnya WTS(Wanita Tuna Susila)
semakin banyak dibangun. Hal ini menjadi pemacu kuat dalam meningkatnya
Penyakit Menular Seksual (PMS). Selain itu, kurangnya higienitas dan
kurangnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan juga menjadi faktor pemicu
dalam meningkatnya PMS.1
Seandainya saja masyarakat lebih mengerti higienitas dan menyadari
penggunaan kondom dapat membantu mengurangi PMS,1 maka kemungkinan
besar PMS tidak begitu banyak. Penyakit-penyakit kelamin tersebut banyak
macamnya salah satunya Chancroid (Ulkus Mole).
Chancroid adalah penyakit menular seksual (PMS) yang akut, ulseratif,
dan biasanya terlokalisasi di genitalia atau anus dan sering disertai pembesaran
kelenjar di daerah inguinal. Chancroid diketahui menyebar dari satu orang ke
orang lain melalui hubungan seksual.
Kemudian Penyakit ini juga banyak ditemukan di negara berkembang,
khususnya di negara tropis dan subtropis.Chancroid paling banyak terjadi di
bagian dunia yang memiliki sarana kesehatan yang kurang misalnya di Afrika,
Asia, dan Karibia.Di Afrika bagian selatan dan timur, dimana yang melakukan
sirkumsisi agak rendah dan prevalensi HIV yang tinggi, menyebabkan daerah
ini endemik terhadap chancroid.1,2
Untuk mencegah perkembangan Chancroid yang disebabkan oleh
Haemophilus Ducrey, maka harus dimengerti bagaimana etiologi,
epidemiologi, pathogenesis, gejala klinis, komplikasi yang dapat terjadi,
prognosis dan pengobatan dari chancroid.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh
tentang Chancroid terkait definisi, faktor resiko, patofisiologi, gejala klinis,
diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasinya.

1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
pemahaman penulis maupun pembaca mengenai chancroid beserta
patofisiologi dan penangananannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Ulkus mole atau sering disebut Choncroid, ialah penyakit infeksi
genitalia akut, disebabkan oleh bakteri Gram-negatif streptobacillus
Haemophilus ducreyi. Ini merupakan penyakit yang ditemukan terutama di
negara-negara berkembang, yang terkait dengan pekerja seks komersial dan
klien mereka. Penularannya melalui hubungan seksual. Dengan gejala klinis
khas berupa ulkus pada tempat masuk dan seringkali disertai supurasi kelenjar
getah bening regional (Makes, 2011). Pria yang tidak disunat/khitan memiliki
risiko tiga kali dibanding pria yang disunat untuk kemungkinan terkena
penyakit ini. Mengidap Chancroid menjadi faktor risiko untuk tertular HIV
karena Chancroid membuka jalan bagi masuknya HIV ke dalam tubuh (melalui
iritasi pada kulit).
Chancroid adalah infeksi menular seksual yang ditandai dengan ulkus
pada daerah genetalia disertai dengan pembengkakan kelenjar limfe inguinal
dan penanahan yangdisebabkan oleh streptobacillus ducrey (haemophilus
ducreyi), bakteri tersebut mempunyai sifat mati pada suhu 50 0C selama 1 jam
dan mati dengan antiseptik.Infeksi biasanya muncul pada penis tetapi juga
kadang-kadang terjadi di daerah dubur atau mulut. Chancroid mulai keluar
sebagai benjolan yang muncul 3 sampai 10 hari (masa inkubasi) setelah pajanan
seksual. Benjolan kemudian meletus menjadi borok (luka terbuka), yang
biasanya menyakitkan.6
2.2 Etiologi
Penyakit ini jarang terjadi di benua Afrika Timur, Amerika Tengah dan
Selatan di masyarakat dengan standar higienis yang rendah. Meskipun
sebelumnya jarang terjadi di Eropa Barat dan Utara benua Amerika, dalam
beberapa tahun terakhir ini menjadi lebih sering ditemukan, misalnya di
Perancis, Belanda, Greenland dan Amerika Utara. Meskipun demikian sangat
sulit untuk mencari penyebab dari kejadian yang sebenarnya penyakit ini.
Dalam banyak penelitian oleh karena itu ada ada konfirmasi bakteriologis dari
diagnosis sana kesepakatan umum bahwa infeksi klinis dilaporkan sangat jauh
lebih sering pada pria daripada wanita, tetapi keberadaan suatu carrier
asimtomatik tidak terbukti Chancroid dapat mempengaruhi pelacur. 2
Chancroid disebabkan oleh bakteri gram negatif Haemophilus ducreyi.
Haemophilus ducreyi merupakan bakteri gram-negatif, morfologi berbentuk
batang pendek, ramping, dengan ujung membulat (coccobasilus), anaerob
fakultatif, non-motile, tidak membentuk spora, mereduksi nitrat menjadi nitrit,
dan berukuran sekitar 1,5 μm (panjang) dan 0,2 μm (lebar). Basil seringkali
berkelompok, berderet membentuk rantai (Streptobacillus) pada pewarnaan
Gram.
Secara morfologi bakteri ini menyusun dirinya berupa rantai pendek
maupun panjang atau berpasangan secara parallel. Bakterinya juga berukuran
agak besar. Kadang-kadang bakteri ini memiliki kapsul, tetapi terkadang juga
bakteri ini tidak memiliki kapsul.
2.3 Patofisiologi
Haemophilus ducreyi menyebar dari orang ke orang melalui kontak
seksual vagina, anal, dan oral. Pria yang tidak disunat sekitar tiga kali lebih
mungkin dibandingkan pria yang disunat untuk menjadi paparan berikutnya
dari Haemophilus ducreyi yang terinfeksi. Berhubungan seks tanpa kondom,
seks untuk narkoba, dan melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan
seorang pekerja seksual adalah faktor risiko lainnya. Banyak kasus chancroid
di Amerika Serikat terjadi pada orang yang telah melakukan perjalanan ke
negara-negara di mana penyakit ini lebih umum. Chancroid Haemophilus
ducreyi terjadi ketika menembus kulit melalui trauma, seperti goresan atau
dipotong. Setelah melewati permukaan kulit, kehangatan, kelembaban, dan
nutrisi memungkinkan bakteri untuk tumbuh pesat. Tanda pertama dari
chancroid adalah papul kecil merah yang terjadi dalam tiga sampai tujuh hari
setelah terinfeksi oleh bakteri, tetapi bisa memakan waktu hingga satu bulan.
Biasanya dalam satu hari, papul menjadi ulkus. Ulkus chancroid sangat
menyakitkan, mudah terjadi pendarahan, ada nanah yang berwarna abu-abu
atau kekuningan. Ulkus ini dapat bervariasi dalam ukuran dari seperdelapan,
satu inci sampai dua inci. Pria biasanya hanya memiliki satu ulkus, tetapi wanita
sering memiliki empat atau lebih.Tanda-tanda bahwa infeksi telah menyebar ke
kelenjar getah bening yakni munculnya sekitar satu minggu setelah
pembentukan ulkus kelamin. Kelenjar getah bening adalah organ kecil dalam
sistem limfatik bahwa bahan-bahan limbah filter dari hampir setiap organ
dalam tubuh. Infeksi kelenjar getah bening disebut "limfadenitis" dan node,
getah bening menyakitkan disebut "bubo." Para bubo, yang muncul sebagai
benjolan, merah bulat, dapat menembus kulit, melepaskan nanah tebal dan
membentuk ulkus lain. 1

2.4 Gejala Klinis


Penyakit ini memiliki masa inkubasi sekitar 3-5 hari. Ulkus pada
awalnya muncul sebagai papul merah kecil yang dengan cepat menjadi
pustule kemudian mengalami ulserasi sekitar 2-3 hari. Kadang-kadang
terdapat beberapa papul, tepi ulkus tidak rata dan sangat terasa nyeri. Nyeri ini
terutama saat terkena dengan air kencing. Pada pria, lokasi ulkus mole sering
di glans penis dan frenulum. Sedangkan pada wanita biasanya pada labium,
daerah perianal, dan leher rahim / serviks. Penderita bisa ditemukan adanya
limfadenopati akut yang nyeri, biasanya unilateral, berkembang sekitar 50%
setelah 1-2 minggu. Biasanya membentuk abses yang pecah membentuk
fistula. Penyembuhan secara spontan biasanya terjadi 4-6 minggu pada pria
dan berbulan-bulan pada wanita. Komplikasi pada pria bisa terjadi fimosis
pada frenulum penis.7
Jenis – jenis bentuk klinis pada ulkus mole,

1. Ulkus mole folikularis


Timbul pada folikel rambut, pada permukaannya menyerupai folikulitis yang
disebabkan oleh kokus, tetapi cepat menjadi ulkus. Lesi seperti ini dapat timbul
pada vulva dan pada daerah berambut di sekitar genitalia dan sangat superfisial
2. Dwarf chancroid
Lesi sangat kecil dan menyerupai erosi pada herpes genitalis, tetapi dasarnya
tidak teratur dan tepi berdarah.
3. Transient chancroid (chancroid mou valant)
Lesi kecil, sembuh dalam beberapa hari, tetapi 2-3 minggu kemudian diikuti
timbulnya bubo yang meradang pada daerah inguinal. Gambaran ini
menyerupai limfogranuloma venerum.
4. Papular chancroid (ulkus mole elevatum)
Dimulai dengan ulkus yang kemudian menimbul terutama pada tepinya.
Gambarannya menyerupai kondiloma lata pada sifilis stadium II
5. Giant chancroid
Mula-mula timbul ulkus kecil, tetapi meluas dengan cepat dan menutupi satu
daerah. Sering mengikuti abses inguinal yang pecah, dan dapat meluas ke
daerah suprapubis bahkan daerah paha dengan cara autoinokulasi.
6. Phagedenic chancroid
Lesi kecil menjadi besar dan destruktif dengan jaringan nekrotik yang luas.
Genitalia eksterna dapat hancur, pada beberapa kasus disertai infeksi organisme
Vincent.
7. Tipe serpiginosa
Lesi membesar karena perluasan atau autoinokulasi dari lesi pertama ke daerah
lipatan paha atau paha. Ulkus jarang menyembuh, dapat menetap berbulan-
bulan atau bertahun-tahun.
Gambaran klinis Ulkus mole pada glans Gambaran klinis Vulvar Chancroid
penis disertai bubo inguinal pada wanita

2.5 Diagnosis
1. Mikroskopis
Diambil bahan pemeriksaan dari tepi ulkus yang tergaung, dibuat apusan pada
gelas alas, kemudian dibuat pewarnaan gram, Unna-Pappenhein, Wright, atau
Giemsa. Haemophilus ducreyi ini muncul sebagai bakteri berbentuk batang
gram-negatif. Namun pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifitas yang
rendah, hanya sekitar 30-50% kasus ditemukan basil berkelompok atau berderet
seperti rantai, sehingga tidak cukup menganjurkan untuk tujuan diagnostik.5
2. Kultur / Biakan Kuman
Bahan diambil dari pus bubo atau lesi ditanam pada perbenihan/pelat agar
khusus yang ditambahkan darah kelinci yang sudah didefibrinasi. Sampel
kultur harus diambil menggunakan kapas dengan cara swab dari dasar ulkus
yang terkikis setelah sebelumnya dibersihkan dengan cara dibilas
menggunakan larutan salin steril. Inkubasi membutuhkan waktu 48 jam.
Medium yang mengandung gonococcal medium base, ditambah dengan
hemoglobin 1%, Iso-Witalex 1%, dan vankomisin 3mcg/ml akan mengurangi
kontaminasi yang timbul. Kultur bakteri Haemophilus ducreyi ini sangat teliti
dan selektif yang kaya akan media kultur yang diperlukan untuk isolasi.
Beberapa media yang berbeda digunakan untuk mengisolasi bakteri
Haemophilus ducreyi dari spesimen klinis.
2.6 Diagnosis Banding
Penyakit Gambaran Klinis Gambar penyakit

Herpes simpleks Terdapat vesikel yang erosi


primer dan mudah tersebar sehingga
menyebabkan adanya ulkus
namun dangkal. Sekitar 50%
juga memiliki gejala
limfadenopati, dimulai
dengan melepuh, sering
disertai dengan tanda dan
gejala sistemik yang tidak
terlihat pada ulkus mole.
Syphilitic chancre Terdapat chancre yaitu ulkus
durum pada penderita Sifilis
primer. Ulkus durum lesi
berbatas tegas, pada palpasi
teraba keras, ukuran kecil
seperti kancing. Terdapat
nodul berwarna merah gelap
yang berkembang setelah 3
minggu kontak penyakit yang
sama. Lesi nodul tampak
erosi dan ulserasi.
Limfadenopati tidak
berfluktuasi
Lymphogranuloma Ulserasi lebih kecil, sering
venereum (LGV) tidak terlihat, limfadenopati
terjadi setelah ulser
disembuhkan, terjadi bilateral
dan tidak lunak. Terdapat lesi
primer yang mengalami erosi
dan tidak nyeri.(6)

2.7 Tatalaksana
1. Terapi Sitemik
Pasien dengan ulkus genitalia sebaiknya diterapi dengan pengobatan sifilis
dan ulkus mole.Terapi pada granuloma inguinale diberikan pada area endemic
dan terapi limfo granuloma venerum sebaiknya diberikan jika ada pembesaran
kelenjar getah bening inguinal (bubo). Berikut adalah tabel pemberian obat
pada ulkus mole:
Antibiotik Dosis Kekurangan

Azithromycin 1 gr, diberikan secara Biaya tinggi, persediaan


oral, dosis tunggal terbatas, kontraindikasi pada
kehamilan
Ceftriaxone 250mg, diberikan secara Dosis parenteral, hasill
intramuscular, dosis kurang maksimal pada
tunggal penderita dengan positif
HIV.

Ciprofloxacin 500mg, diberikan secara Biaya mahal, masalah


oral 2x sehari selama 3 kepatuhan pasien meminum
hari obat, kontraindikasi pada
kehamilan
Erythromycin 500mg, diberikan secara Masalah kepatuhan pasien
oral 4x sehari selama 7 meminum obat, intoleransi
hari gastrointestinal.(5)

2. Terapi Topikal

Terapi lokal dilakukan dengan membersihkan dan mengkompres bubo untuk


mengurangi edema. Pemberian antiseptik seperti povidon yodium. Limfadenitis tidak
boleh diinsisi. Bila perlu diaspirasi untuk mencegah rupture spontan. Pasien dengan
bubo yang tidak berfluktuasi dan berespon baik terhadap antibiotik tidak perlu
dilakukan drainase pada lesinya.4
BAB III
KESIMPULAN

Ulkus mole adalah penyakit menular seksual dalam bentuk ulkus genitalia
disamping sifilis dan herpes genitalia. Prostitusi merupakan media penularan
penyakit ini. Secara epidemiologi, insiden ulkus mole banyak terjadi di negara-
negara berkembang dan menular melalui kontak kulit serta mukosa pada saat
melakukan aktivitas seksual. Pria lebih banyak daripada wanita terkena dengan
perbandingan 10:1. Karakteristik penyakit ini adalah ulkus yang nyeri dan
pembentukan bubo. Ulkus yang muncul sifatnya multipel, mudah berdarah, dan
mengandung pus. Ulkus mole disebabkan oleh bakteri gram negatif Haemophilus
ducreyi.
Diagnosis ditegakkan melalui gambaran klinis dan pemeriksaan kultur
laboratorium. Bakteri ini membutuhkan keterampilan khusus ketika dikultur
karena tanpa metode dan media yang tepat, sangat sulit bagi bakteri ini untuk
bertumbuh. Pengobatan yang dilakukan berupa antimikroba dan terapi lokal
dengan jalan mengompres kelenjar getah bening ingunal untuk mengurangi
edema. Terapi yang diberikan bervariasi, terdiri dari terapi sitemik dan terapi
topikal
DAFTAR PUSTAKA

1. McBride W, Hannah R, Cornec G, Bletchly C. Case Report : Cutaneous chancroid


in a visitor from Vanuatu. Australian Journal of Dermatology. 2008;49:98-9.

2. Judanarso J. Ulkus Mole. In: Juanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. 5 ed. Jakarta: FKUI; 2009. p. 481-4.

3. Mehta, Ninfa. 2m007. Chancroid in Emergency Medicine. (online). Di akses


tanggal 11 November 2014. (http://emedicine.medscape.com/article/781520-
overview#a0104)

4. Roett MA, Mayor MT, Uduhiri KA. Diagnosis and Management of Genital Ulcers.
Aafp.org. 2012;85:254-62.

5. Lautenschlager S. Sexually Transmitted Disesases : Chancroid. In: Wolff K,


Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick's
Dermatology in General Medicine. 2. USA: Mc-Graw Hill; 2008. p. 970-972.

6. Sterry W, Paus R, Burgdrof W. Thieme Clinical Companions Dermatology. New


York: Library of Congress Cataloging; 2006. p. 57-60, 135-6, 150-2.

7. Kemp M, Christensen JJ, Lautenschlager S, Mayans MV. European guideline for


the management of chancroid. 2010:1-14.

Anda mungkin juga menyukai