Anda di halaman 1dari 4

Ulkus 

mole adalah penyakit menular seksual (PMS) yang akut, ulseratif, dan biasanya terlokalisasi di
genitalia atau anus dan sering disertai pembesaran kelenjar di daerah inguinal
(bubo). Ulkus molediketahui menyebar dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual. (1-2)
Sinonim ulkus moleadalah chancroid, soft chancre, atau soft sore.(3)
Ulkus mole lebih sering menyerang pria terutama yang sering melakukan prostitusi dibanding wanita.
(4) Perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang berpotensi adalah 10 : 1, dan lebih banyak
pada laki-laki heterosexual, di dapat dari penderita yang asimtomatik, biasanya pada wanita pekerja
seks.(5)

Penyebaran infeksi ulkus mole dari kontak seksual dengan wanita pekerja seks yang


memiliki ulkusgenital. Kemungkinan penyebaran ulkus mole setelah seseorang berhubungan
seksual adalah 0,35%, dan wanita yang terinfeksi tanpa pengobatan tetap menularkan penyakit ini
sampai 45 hari dimana gejala klinis berupa lesi mulai terlihat. (3)

Penyakit ini banyak ditemukan di negara berkembang, khususnya di negara tropis dan subtropis.
(1,4) Ulkusmole paling banyak terjadi di bagian dunia yang memiliki sarana kesehatan yang kurang
misalnya di Afrika, Asia, dan Karibia. Di Afrika bagian selatan dan timur, dimana yang melakukan
sirkumsisi agak rendah dan prevalensi HIV yang tinggi, menyebabkan daerah ini endemik
terhadap ulkus mole. Daerah dimana kejadian ini masih kurang, yaitu di Afrika Barat,. Di
Kenya,ulkus mole menular melalui penderita HIV mulai muncul sejak tahun 1980-an, diduga dari
pekerja seks komersial dan pasien yang terkena penyakit infeksi menular seksual. Dilaporkan, sejak
terjadi peningkatan penggunaan kondom oleh pekerja seks komersial maka kejadian
dari ulkus genitalia mulai menurun.(6,7)
Ulkus mole menyebabkan nyeri ulkus pada genitalia, 50% kasus disertai dengan limfadenitis
inguinal unilateral. Bila tidak ditangani akan membentuk abses yang dapat ruptur secara spontan,
menghasilkanulkus yang tidak bisa terobati. Ulkus mole juga diketahui menjadi kofaktor utama
transmisi infeksi HIV-1. Hubungan ini terutama pada penyebaran HIV heteroseksual di Afrika. (8-10)

I. Etiologi
Ulkus mole merupakan penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh basil gram negatif Haemophilus ducreyi.
(1-2, 5-7, 11-12)
Bassereau memisahkan ulkus mole dan sifilis tahun 1852.
‘Mix chancre’ dimana ulkus moledan sifilis terjadi
bersamaan dijelaskan pertama kali oleh Rollet tahun 1859.
Ducreyi mengidentifikasi bakteri H. ducreyi tahun 1889.
(1,3,13).
H. ducreyi merupakan bakteri gram negatif, fakultatif
anaerob dan membutuhkan hemin (faktor X) untuk
bertumbuh. Organisme ini berukuran kecil, tidak memiliki motil, dan tidak membentuk spora.(1,3)

II. Patogenesis
H. ducreyi menghasilkan toksin sitoletal, faktor virulensi penting pada patogenesis ulkus mole.
Diduga toksin ini yang meyebabkan prognosis ulkus pada genitalia sulit untuk sembuh.(9)
Penyebaran ulkus mole melalui virus yang menyerang sistem imun manusia yang menurun.
Reseptor berupa simokin CCR5 dan CXCR4 yang termasuk kelas 7 transmembran G-protein-
reseptor, dan ikatan alami yang menyerang sel imun pada satu tempat dan terbentuk inflamasi. CCR5
dan 2 co-reseptor penting, esensial keluar menjadi HIV. Makrofag dalam lesi dari cancroid berpeluang
besar meningkatkan ekspresi dari CCR5 dan CXCR4 bersama dengan sel darah perifer, sel CD4 T
berpeluang menurunkan regulasi dari CCR5. Beta-simokin RANTES (mengaktifkan regulasi, sel T
normal dan sekretnya) dalam ikatan yang penting untuk CCR5. RANTES menimbukan papul dan
pustul dari infeksi ulkus mole tetapi tidak menyebabkan infeksi pada kulit. Bersama dengan mukosa
dan barier kulit, muncul sel dengan regulasi yang menurun dari HIV-1 co-reseptor dalam lesi infeksi H
ducreyi dengan lingkungan yang fasilitasnya buruk dan menyebabkan infeksi HIV-1. Pengobatan
yang mudah dan efektif dari ulserasi genital, dan ulkus mole dari partikuler, bagian yang penting dari
beberapa strategi untuk mengontrol perkembangan dari infeksi HIV di negara-negara tropis. (9)

Pada pemeriksaan biopsi dari ulkus mole dikalsifikasikan menjadi 3 daerah inflamasi dibawah ulkus.


Daerah pertama terdiri dari daerah yang nekrotik, fibrin, dan neutropil. Daerah tengah adalah daerah
dengan jaringan granulasi dan zona yang paling bawah terdiri dari limfosit dan plasma sel. Gram-
negatif dari basil hanya daapt ditemukan dengan menggunakan pewarnaan Gram atau Giemsa dan
dapat dilhat baik dengan Smears(3,14)

Awalnya, mikroorganisme melakukan penetrasi pada defek pertahanan epidermis. Bakteri yang
masuk memberi rangsangan inflamasi sehingga terjadi infiltrasi limfosit, makrofag, granulosit dengan
mediator utama TH-1 sebagai respon imun dan inflamasi pyogenik.
Perkembangan ulkus mole disertai juga limfadenitis akibat inflamasi pyogenik.(3)

III. Gambaran klinis


Masa inkubasi bakteri 3-10 hari.(9,13) Setelah melewati masa inkubasi, pasien mengeluh muncul
papul eritematous yang nyeri pada daerah kontak seks. Papul kemudian menjadi pustul kemudian
ruptur dan mudah berdarah. Biasanya terbentuk 1-3 ulkus yang nyeri. Pria cenderung memiliki gejala
nyeri pada lesi atau nyeri inguinal. Kebanyakan gejala pada wanita asimtomatik walalupun kadang
muncul gejala yang kurang jelas, seperti disuria, dispareunia, sekret vagina, nyeri defekasi, atau
perdarahan rektal. Gejala konstitusi seperti malaise dan demam ringan kadang-kadang terlihat.(3,9)

Pada pria, daerah yang paling sering terkena ulkus adalah prepusium, sulkus koronalis, frenulum,
dan jarang pada anus. Pada wanita, daerah yang paling sering terkena ulkus adalah labia, frenulum
labiorum pudendi, klitoris, atau anus. Sangat jarang lesi terdapat pada orifisium vagina, serviks, atau
intrauretra. Ekstensi lokal terdapat pada abdomen, perineum, atau paha. Ulkus ekstragenital dapat
terjadi di tangan, dada, bibir, atau mulut.(1,11,13)

Secara klinis, ulkus mole ditandai dengan ulserasi kronik dan nyeri, dekstruktif yang dimulai di
prepusium atau glans dan menyebar langsung sepanjang penis. Sering kali menyerang skrotum atau
pubis. Tepi yang ulserasi cenderung meninggi dan tegang.Dasar granulasi yang gampang berdarah
ditutupi oleh jaringan nekrotik yang tipis, eksudat purulen dan kotor.Jaringan disekitarnya bisa juga
udem dan berwarna kemerahan serta jaringan limpa dapat juga membengkak. Meskipun tidak khas
untuk menandai gambaran klinisnya,(15)

IV. Pemeriksaan Penunjang


H. ducreyi merupakan mikroorganisme yang sulit dikultur. Untuk mengkultur bakteri tersebut
diperlukan teknik dan keterampilan khusus. Pemeriksaan kultur merupakan gold standard untuk
mendeteksi H. ducreyi.(6,16) H. Ducreyi tumbuh pada suhu terbaik 33oC kelembaban atmosfer yang
mengandung karbondioksida 5%.(14) Untuk mendapatkan sensitivitas yang tinggi pada isolasi primer,
dirokemendasikan penggunaan 2 media sekaligus yang ditambahkan dengan hemoglobin dan serum.
Beberapa media yang dapat digunakan adalah media selektif Chocolate Agar ditambah 1% isovitalex
yang mengandung 3 ìg/ml vancomycin, Heart Infusion Agar (HIA agar) dengan 5% defibrinasi darah
kecil atau 10% serum fetal calf serum dan Chocolate Mueller Hinton agar dengan 5% darah kuda.
Pada biakan nampak koloni kecil, non mukoid, abu-abu kuning, semi opak atau translusen dapat
digeser pada permukaan agar dalam keadaan utuh, nampak 2-4 hari, tetapi biasa 7 hari setelah
inokulasi.(16)

Apusan kapas digunakan untuk mengambil spesimen dari dasar ulkus, kemudian digaris pada kaca
gelas. Organisme hanya bertahan hidup 2-4 jam pada swab jika tidak ditempatkan dalam lemari
pendingin. Tidak ada sistem transpor yang memuaskan. Jumlah H.ducreyi pada eksudat ulkus antara
107-108/ml pus. Pada pus kelenjar ingunal yang meradang tidak didapatkan mikroorganisme tetapi
terdapat pada abses inguinal. Gambaran mikroskopis yang muncul adalah segumpal basil gram
negatif menyerupai ‘school of fish’ dan merupakan diagnosis pasti ulkus mole pada pemeriksaan
kultur.(5,15) Pemeriksaan langsung ini dapat dilakukan dengan pewarnaan gram, giemsa 8 atau
mikroskop elektron. Identifikasi yang cepat dapat dengan pewarnaan methylgreenpyronine
pappenheim dan Unna, juga dapat dilaksanakan dengan pewarnaan blue dan wright. Namun
pemeriksaan langsung tersebut dapat menyesatkan oleh karena banyaknya flora
polimikrobial ulkus genital.(16)

Selain pemeriksaan kultur, pemeriksaan lain dapat dilakukan yaitu PCR (polymerase chain reaction),
M-PCR (multiplex polymerase chain reaction), antibodi monoklonal, biopsi jaringan, dan pewarnaan
gram.(8,9,16)

V. Diagnosis

Jika pemeriksaan kultur tidak dapat atau sulit dilakukan, diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
klinis dan eliminasi mikroorganisme lain penyebab ulkus genitalia, seperti sifilis atau herpes genitalia.
Juga dari data epidemiologi dan respon terhadap terapi. (3)

VI. Diagnosis Banding


Etiologi primer ulkus genitalia adalah H. Ducreyi, Treponema pallidum, dan Herpes simpleks.(1)
Granuloma inguinale dan limfogranuloma venerum (LGV) sangat jarang
menyebabkan ulkus genitalia.(16) Untuk membedakan ketiganya adalah sebagai berikut: (3)

VII. Terapi
Pasien dengan ulkus genitalia sebaiknya diterapi dengan pengobatan sifilis dan ulkus mole. Terapi
pada granuloma inguinale diberikan pada area endemik dan terapi limfogranuloma venerum
sebaiknya diberikan jika ada pembesaran kelenjar getah bening inguinal (bubo) . Berikut adalah tabel
pemberian obat padaulkus mole:(14)
A. Terapi Sistemik
Antimikroba
Dosis Frekuensi Durasi Rute Rekomendasi
Eritromisin 500 mg 3 x 1 7 hari Oral WHO
Eritromisin 500 mg 4 x 1 7 hari Oral CDC, CEG
Azitromisin 1 g Dosis tunggal - Oral CDC, CEG
Seftriaksone 250 mg Dosis tunggal - IM WHO, CDC, CEG
Siprofloksasin 500 mg Dosis tunggal - Oral WHO, CEG
Siprofloksasin 500 mg 2 x 1 3 hari Oral CDC, CEG
Spectinomisin 2 g Dosis tunggal - IM WHO
Table 2. Rekomendasi terapi pada ulkus mole berdasarkan World Health Organization (WHO),
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), United Kingdom Clinical Effectiveness Group
(CEG).*

Eritromisin diekskresi terutama melalui hati. Hanya 2-5% obat ini dieksresi dalam bentuk aktif melalui
urin. Efek samping yang berat akibat pemakaian eritromisin jarang terjadi. Reaksi alergi mungkin
timbul dalam bentk demam, eosinofilia, dan eksantem yang cepat hilang bila terapi dihentikan.(18)

Seftriaksone merupakan golongan sefalosporin generasi ketiga yang aktif terhadap kuman gram posif
dan gram negatif. Kebanyakan sefalosporin diekskresi dalam bentuk utuh melalui ginjal. Karena itu
dosisnya harus dikurangi pada penderita insufisiensi ginjal. Reaksi alergi merupakan efek samping
yang sering terjadi. Reaksi mendadak yaitu anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat
terjadi.(18)

Siprofloksasin termasuk obat golongan florokuinolon yang menghambat kerja enzim DNA girase pada
kuman dan bersifat bakterisidal. Florokuinolon diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Efek
samping yang terpenting ialah pada susunan saraf pusat berupa sakit kepala, vertigo, insomnia dan
saluran cerna, seperti mual dan hilang nafsu makan.(19)

Spektinomisin diserap dengan cepat dari tempat suntikan. Dalam darah praktis tidak terikat oleh
protein plasma dan diekskresi melalui urin dalam bentuk aktif. Efek samping relatif jarang terjadi.(19)

B. Terapi Topikal
Terapi lokal dilakukan dengan membersihkan dan mengkompres bubo untuk mengurangi edema.
Pemberian antiseptik seperti povidon yodium. Limfadenitis tidak boleh diinsisi. Bila perlu diaspirasi
untuk mencegah rupture spontan. Pasien dengan bubo yang tidak berfluktuasi dan berespon baik
terhadap antibiotik tidak perlu dilakukan drainase pada lesinya.(9)

VIII. Prognosis
Prognosis ulkus mole adalah baik jika penyakit diterapi dengan tepat dan tidak ditemukan infeksi
HIV. Pasien sebaiknya disarankan untuk tidak melakukan aktivitas seksual sampai lesi sembuh
sempurna. Kontak seksual sebaiknya diperiksa dan diterapi. Tetapi, tanpa pengobatan, ulkus genital
dan abses inguinal dilaporkan kadang-kadang menetap(1,9,16)

IX. Komplikasi
Fimosis, balanopostitis, dan ruptur bubo dengan formasi fistula dan jaringan parut dilaporkan pernah
terjadi sebagai komplikasi ulkus mole.(8,9)

X. Kesimpulan
Ulkus mole adalah penyakit menular seksual dalam bentuk ulkus genitalia disamping sifilis dan
herpes genitalia. Prostitusi merupakan media penularan penyakit ini. Secara epidemiologi,
insiden ulkus molebanyak terjadi di negara-negara berkembang dan menular melalui kontak kulit
serta mukosa pada saat melakukan aktivitas seksual. Pria lebih banyak daripada wanita terkena
dengan perbandingan 10:1. Karakteristik penyakit ini adalah ulkus yang nyeri dan pembentukan
bubo. Ulkus yang muncul sifatnya multipel, mudah berdarah, dan mengandung
pus. Ulkus mole disebabkan oleh bakteri gram negatif Haemophilus ducreyi. Diagnosis ditegakkan
melalui gambaran klinis dan pemeriksaan kultur laboratorium. Bakteri ini membutuhkan keterampilan
khusus ketika dikultur karena tanpa metode dan media yang tepat, sangat sulit bagi bakteri ini untuk
bertumbuh. Pengobatan yang dilakukan berupa antimikroba dan terapi lokal dengan jalan
mengompres kelenjar getah bening ingunal untuk mengurangi edema. Terapi yang diberikan
bervariasi, terdiri dari regimen WHO dan regimen CDC. Umumnya terapi yang digunakan adalah
azitromisin 1 g oral dosis tunggal, seftriakson 250 mg intramuskular dosis tunggal, siprofolksasin 500
mg 2 x 1 selama 3 hari, dan eritromisin 500 mg 4 x 1 selama 7 hari. Prognosis ulkus mole adalah
baik dan disarankan pasien dan pasangannya diobati bersama-sama dan tidak melakukan aktivitas
seksual sampai lesi sembuh sempurna.

Anda mungkin juga menyukai