Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan perkembangan zaman, tindakan seksual di luar nikah semakin
sering dilakukan.1,2 Parahnya lagi disertai dengan tindakan hobi berganti-ganti
pasangan.1 Bahkan daerah untuk bermukimnya pekerja seks komersial semakin
banyak dibangun.1 Hal ini menjadi pemacu kuat dalam meningkatnya Infeksi
Menular Seksual (IMS).1 Selain itu, kurangnya higienitas dan kurangnya
pengetahuan masyarakat akan kesehatan juga menjadi faktor pemicu dalam
meningkatnya IMS.1
Seandainya saja masyarakat lebih mengerti higienitas dan menyadari
penggunaan kondom dapat membantu mengurangi IMS, maka kemungkinan
besar PMS tidak begitu banyak. 2 Penyakit-penyakit kelamin tersebut banyak
macamnya salah satunya Chancroid (Ulkus Mole).1,2 Chancroid adalah infeksi
menular seksual yang akut, ulseratif, dan biasanya terlokalisasi di genitalia atau
anus dan sering disertai pembesaran kelenjar di daerah inguinal. 1,2,3 Chancroid
diketahui menyebar dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual. 1,2,3
Penyebaran infeksi chancroid (ulkus mole) dari kontak seksual dengan wanita
pekerja seks yang memiliki ulkus genital. 2 Kemungkinan penyebaran chancroid
setelah seseorang berhubungan seksual adalah 0,35%.2
Chancroid termasuk golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual,3 ditetapkan sesuai dengan postulat KOCH pada tahun 1889.2,4,5 Penyakit
ini lebih banyak terdapat pada daerah-daerah dengan tingkat sosial ekonomi
rendah.3 Laporan-laporan hanya datang dari beberapa Negara yang sudah
berkembang, karena kesukaran menemukan penyebabnya. 3 Karena kurangnya
fasilitas diagnostik, sering terjadi salah diagnosis secara klinis sebagai sifilis
stadium pertamaa.3 CHAPEL dkk. (1977) hanya dapat menemukan H.ducreyi
pada sepertiga jumlah kasus yang secara klinis dibuat diagnosis sebagai
chancroid.1,3,5

Kemudian Penyakit ini juga banyak ditemukan di negara berkembang,


khususnya di negara tropis dan subtropis.2,3 Chancroid paling banyak terjadi di
bagian dunia yang memiliki sarana kesehatan yang kurang misalnya di Afrika,
Asia, dan Karibia.4,5 Di Afrika bagian selatan dan timur, dimana yang melakukan
sirkumsisi agak rendah dan prevalensi HIV yang tinggi, menyebabkan daerah ini
endemik terhadap chancroid.3 Daerah dimana kejadian ini masih kurang, yaitu di
Afrika Barat.4,5 Di Kenya, chancroid menular melalui penderita HIV mulai
muncul sejak tahun 1980-an, diduga dari pekerja seks komersial dan pasien yang
terkena penyakit infeksi menular seksual.6
Dilaporkan, sejak terjadi peningkatan penggunaan kondom oleh pekerja
seks komersial maka kejadian dari ulkus genitalia mulai menurun. 1 Chancroid
menyebabkan nyeri ulkus pada genitalia, 50% kasus disertai dengan limfadenitis
inguinal unilateral.9 Bila tidak ditangani akan membentuk abses yang dapat
ruptur secara spontan, menghasilkan ulkus yang tidak bisa terobati. 3 Chancroid
juga diketahui menjadi kofaktor utama transmisi infeksi HIV-1.4 Hubungan ini
terutama pada penyebaran HIV heteroseksual di Afrika.7,8
Untuk mencegah perkembangan Chancroid yang disebabkan oleh
Haemophilus Ducrey, maka harus dimengerti bagaimana etiologi, epidemiologi,
pathogenesis, gejala klinis, komplikasi yang dapat terjadi, prognosis dan
pengobatan dari chancroid.7,8,9

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ulkus mole (ulcus molle) merupakan penyakit ulseratif akut,
biasanya terjadi di genitalia.1 Penyakit ini sering dihubungkan dengan adenitis
ingunal atau bubo, yang disebabkan oleh infeksi Haemophilus ducreyi, basil gram
negatif yang juga bersifat anaerob fakultatif, yang membutuhkan hemin (faktor
X) untuk pertumbuhannya.1,2,3
2.2 Epidemiologi
Penyakit ini bersifat endemik dan tersebar di daerah tropik dan subtropik,
terutama di kota dan pelabuhan.1 Selain itu dapat terjadi di daerah yang memiliki
sarana kesehatan yang kurang misalnya di Afrika, Asia, dan Karibia. 2 Di Afrika
bagian selatan dan timur, dimana yang melakukan sirkumsisi agak rendah dan
prevalensi HIV yang tinggi, menyebabkan daerah ini endemik terhadap ulkus
mole.2,3
Pengaruh Sirkumsisi terhadap pengurangan risiko chancroid dibuktikan
dengan 7 penelitian dari 5145 peserta, dengan hasil enam dari tujuh studi
menemukan penurunan risiko chancroid antara laki-laki disunat, dengan empat
dari studi ini melaporkan hasil secara statistik signifikan.2 Sementara bukti kuat
diperlukan dari desain penelitian lebih ketat, bukti terbaik yang tersedia saat ini
mendukung promosi sunat untuk laki-laki sebagai strategi untuk mengurangi
risiko chancroid, dan harus dipromosikan terutama di daerah di mana prevalensi
HIV dan infeksi menular seksual tinggi.1,2 Akan tetapi, satu penelitian
menetapkan chancroid serologis tidak menemukan hubungan dengan sunat.3,4
Perbaikan tingkat ekonomi mempengaruhi berkurangnya frekuensi
penyakit ini di negara-negara yang lebih maju. 2 Akan tetapi, di amerika serikat,
insidensi chancroid terus meningkat sejak tahun 1980an. 2,3 Data terakhir
mengisyaratkan bahwa chancroid mungkin kurang terdiagnosis di amerika
serikat, karena sebagian besar klinik STD tidak memiliki fasilitas untuk

mengisolasi H. ducreyi, dan pemeriksaan yang didasarkan pada metode reaksi


berantai polymerase belum tersedia luas.2 Penyakit ini juga dijumpai sebagai
kasus-kasus terisolasi di masyarakat industri dan disebarkan oleh orang yang
pernah berpergian ke daerah endemik.Selain penularan melalui hubungan
seksual, secara kebetulan juga dapat mengenai jari dokter atau perawat.3,4,5
Frekuensi pada wanita dilaporkan lebih rendah, dimana perbandingan
antara laki-laki dan wanita yang berpotensi adalah 10 : 1. 4 Hal ini mungkin
disebabkan oleh kesukaran dalam membuat diagnosis dan pria sering melakukan
prostitusi dibanding wanita.4 Penderita lebih banyak terjadi pada laki-laki
heterosexual dan biasanya pada wanita pekerja seks.3,5 Selain itu, penyakit ini
lebih banyak mengenai golongan kulit berwarna.3 Beberapa faktor menunjukkan
bahwa terdapat pembawa kuman ( carrier) basil Ducreyi, tanpa gejala klinis.3,4,5
2.3 Etiologi
Basil Haemophilus. ducreyi berbentuk batang pendek, ramping dengan
ujung membulat, tidak bergerak dan tidak membentuk spora, gram negatif,
anaerob fakultatif yang membutuhkan hemin (faktor X) untuk pertumbuhan,
mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan mempunyai DNA berisi guanosine pluscytosine fraksi 0,38 mole dan tidak membutuhkan faktor V (dinukleotida
nikotinamid adenasin).1 Basil sering kali berkelompok, berderet membentuk
rantai, terutama dapat dilihat pada biakan sehingga disebut juga streptobacillus
Basil ini pada lesi Basil ini pada lesi terbuka di daerah genital sukar ditemukan
karena tertutup oleh infeksi sekunder, lebih mudah dicari bila bahan pemeriksaan
berupa nanah yang diambil dengan cara aspirasi abses kelenjar inguinal. 2 Kuman
ini sukar dibiak.1,2
Dalam karangan-karangan terakhir mengenai penyebab penyakit ini
timbul keragu-keraguan, apakah ulkus mole merupakan penyakit disebabkan oleh
suatu organisme (H.ducreyi), atau satu penyakit campuran yang disebabkan oleh
lebih daripada satu organisme.1 CHAPEL (1978) menyatakan bahwa organisme
selain H. ducreyi dapat menimbulkan ulkus yang tidak dapat dibedakan dengan
ulkus mole, dan beberapa ulkus mengandung flora polimicrobial.2

Karena kesukaran menemukan penyebab dan ditemukannya organisme


yang multiple yang dapat diisolasi dari ulkus penis, timbul kesukaran mencari
hubungan antara gambaran klinis dan penemuan laboratorik.1,2
2.4 Patogenesis
H. ducreyimenghasilkan toksin sitoletal, faktor virulensi penting pada
patogenesis ulkus mole.2 Diduga toksin ini yang meyebabkan prognosis ulkus
pada genitalia sulit untuk sembuh.2 Penyebaran ulkus mole melalui virus yang
menyerang sistem imun manusia yang menurun. 1,2 Reseptor berupa simokin
CCR5 dan CXCR4 yang termasuk kelas 7 transmembran G-protein-reseptor, dan
ikatan alami yang menyerang sel imun pada satu tempat dan terbentuk inflamasi. 1
CCR5 dan 2 co-reseptor penting, esensial keluar menjadi HIV.2 H. ducreyi
memfasilitasi penularan HIV dengan menyediakan entri portal diakses,
mempromosikan pelepasan virus, merekrut makrofag dan sel-sel CD4 pada kulit.2

Gambar 2.1 Bakteri Haemophilus ducreyi dengan mikroskop electron.


( diambil dari kepustakaan ke - 6 )
Dimana makrofag yang terdapat di dalam lesi dari cancroid berpeluang
besar meningkatkan ekspresi dari CCR5 dan CXCR4 bersama dengan sel darah
perifer, sel CD4 T berpeluang menurunkan regulasi dari CCR5.6,7 Beta-simokin
RANTES (mengaktifkan regulasi, sel T normal dan sekretnya) dalam ikatan yang
penting untuk CCR5.1 RANTES menimbukan papul dan pustul dari infeksi ulkus
mole tetapi tidak menyebabkan infeksi pada kulit. 6,8 Bersama dengan mukosa dan
barier kulit, muncul sel dengan regulasi yang menurun dari HIV-1 co-reseptor

dalam lesi infeksi H ducreyi dengan lingkungan yang fasilitasnya buruk dan
menyebabkan infeksi HIV-1.6
Pengobatan yang mudah dan efektif dari ulserasi genital, dan ulkus mole dari
partikuler, bagian yang penting dari beberapa strategi untuk mengontrol
perkembangan dari infeksi HIV di negara-negara tropis.6,7
Pada pemeriksaan biopsi dari ulkus mole dikalsifikasikan menjadi 3
daerah inflamasi dibawah ulkus.6 Daerah pertama terdiri dari daerah yang
nekrotik, fibrin, dan neutropil.6 Daerah tengah adalah daerah dengan jaringan
granulasi dan zona yang paling bawah terdiri dari limfosit dan plasma sel. 6 Gramnegatif dari basil hanya daapt ditemukan dengan menggunakan pewarnaan Gram
atau Giemsa dan dapat dilhat baik dengan Smears.7
Awalnya, mikroorganisme melakukan penetrasi pada defek pertahanan
epidermis.7 Bakteri yang masuk memberi rangsangan inflamasi sehingga terjadi
infiltrasi limfosit, makrofag, granulosit dengan mediator utama TH-1 sebagai
respon imun dan inflamasi pyogenik.7,8 Perkembangan ulkus mole disertai juga
limfadenitis akibat inflamasi pyogenik.7 Sebagai contoh adanya trauma atau
abrasi, penting untuk organisme melakukan penetrasi epidermis. 7 Jumlah
inoculum untuk menimbulkan infeksi tidak diketahui. 7 Pada lesi, organisme
terdapat dalam makrofag dan neutrophil atau bebas berkelompok (mengumpul)
dalam jaringan interstisial.7,8,9
Pada percobaan kelinci, seperti pada manusia, beberapa galur H. ducreyi
diketahui virulen, sedangkan yang lain kelihatannya avirulen. 4,5 Beberapa
penyelidik menyatakan bahwa virulensi menyatakan bahwa virulensi dapat hilang
dengan kultivasi serial sehingga kuman kehilangan kemampuan untuk
menimbulkan lesi pada kulit.5 Organisme yang avirulen dilaporkan lebih rentan
terhadap antimikroba terutama polimiksin.3,4,6
Limfadenitas yang terjadi pada infeksi H. Ducreyi diikuti dengan respons
inflamasi sehingga terjadi supurasi.2 Kemungkinan terdapat sifat-sifat H. Ducreyi
yang tidak diketahui dan unik dan menimbulkan bubo supuratif. 1,2,3 Respons imun
yang berhubungan dengan pathogenesis dan kerentangan penyakit tidak
6

diketahui.2
Penyelidikan
sebelumnya
menemukan
respons
hipersensitivitas lambat dan respons antibody pada penderita dengan chancroid
dan pada binatang percobaan.3 Antibodi ditemukan dengan cara fiksasi
komplikasi komplemen, aglutinasi, presipitasi, dan tes fluoresens antibodi
indirek.3 Reaktivitas silang antara antisera yang dihasilkan terhadap antigen H.
Ducreyi murni dan ekstrak antigen dari spesies Haemophilus lain telah
ditemukan.1,2,5,6
2.5 Gejala Klinis
Masa inkubasi berkisar antara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7
hari atau 4-7 hari.1 Lesi kebanyakan multiple, jarang soliter, biasanya pada daerah
genital, jarang pada daerah ekstragenital.2 Mula-mula kelainan kulit berupa papul,
kemudian menjadi vesiko-pustul pada tempat inokulasi, cepat pecah menjadi
ulkus.1,5
Gambar 2.2. Bentuk lesi dari ulkus molle. ( dikutip dari kepustakaan ke - 10 )
Ulkus kecil, lunak pada perabaan, tidak terdapat indurasi, berbentuk
cawan, pinggir tidak rata, sering bergaung dan dikelilingi kulit yang eritematosa
dan mengalami ulserasi dalam 24 jam. 1,5 Ulkus sering tertutup jaringan nekrotik,
dasar ulkus berupa jaringan granulasi yang mudah berdarah, ditutupi oleh eksudat
abu-abu kuning berserat yang purulen dan limpodenopati, dan pada perabaan
terasa nyeri, biasanya lebih nyeri pada laki-laki daripada perempuan.1,5
Tempat predileksi pada laki-laki ialah permukaan mukosa preputium,
sulkus koronarius, frenulum penis, dan batang penis. 2 Dapat juga timbul lesi di
dalam uretra, scrotum, perineum, atau anus.1,2,5

Gambar 2.3. Lesi

Chancroid Kecil

Pada Labia Mayor.

(dikutip dari

kepustakaan ke

10)
Kebanyakan gejala

pada wanita asimptomatik walaupun kadang munculgejala yang kurang jelas,


seperti disuria, dispareunia, sekret vagina, nyeri defekasi, atau perdarahan rektal. 5
Gejala konstitusi seperti malaise dan demam ringan kadang-kadang terlihat.1,5
Lesi ekstragenital terdapat pada lidah, jari tangan, bibir, payudara,
umbilicus dan konjungtiva.5 Karena adanya inokulasi sendiri, dengan cepat dapat
timbul lesi yang multiple, dengan ini dapat timbul lesi di daerah pubis, abdomen,
dan paha.2 Gejala sistemik jarang timbul, kalau ada hanya demam sedikit atau
malese ringan.2,5
a. Ulkus Mole Folikularis
Timbul pada folikel rambut, pada permukaannya menyerupai
folikulitis yang disebabkan oleh kokus, tetapi cepat menjadi ulkus. 2 Lesi
seperti ini dapat timbul pada vulva dan pada daerah berambut di sekitar
genitalia dan sangat superfisial.2,3
b. Dwarf chancroid
Lesi sangat kecil dan menyerupai erosi pada herpes genitalis, tetapi
dasarnya tidak teratur dan tepi berdarah.1,2,3
c. Transient chancroid (Chancre mou valant)

Lesi kecil, sembuh dalam beberapa hari, tetapi 2-3 minggu


kemudian diikuti timbulnya bubo yang meradang pada daerah inguinal.1
Gambaran ini menyerupai limfogranuloma venerum.2,3
d. Papular Chancroid (ulkus mole elevatum)
Dimulai dengan ulkus yang kemudian menimbul terutama pada
tepinya. Gambarannya menyerupai kondilomata lata pada sifilis stadium
II. 1,2,3
e. Giant Chancroid
Mula-mula timbul ulkus kecil, tetapi meluas dengan cepat dan
menutupi satu daerah, sering mengikuti abses inguinal yang pecah, dan
dapat meluas ke daerah suprapubis bahkan daerah paha dengan cara
autoinokulasi.1,2,3
f. Phagedenic chancroid
Lesi kecil menjadi besar dan destruktif dengan jaringan nekrotik
yang luas. Genitalia eksterna dapat hancur, pada beberapa kasus disertai
infeksi organisme Vincent.1,2,3
g. Tipe serpiginosa
Lesi membesar karena perluasan atau autoinokulasi dari lesi
pertama ke daerah lipat paha atau paha.1 Ulkus jarang menyembuh, dapat
menetap berbulan-bulan atau bertahun-tahun.2,3
Bubo adalah adenitas daerah inguinal timbul pada tengah kasus
ulkus mole.3 Sifatnya unilateral, eritematosa, membesar, dan nyeri.
Timbul beberapa hari sampai 2 minggu setelah lesi primer.4 lebih
daripada setengah kasus adenitis sembuh tanpa supurasi.,4,5
2.6 Komplikasi
a. Mixed chancre

Kalau disertai sfilis stadium 1.4 Mula-mula lesi khas ulkus mole,
tetapi setelah 15-20 hari menjadi manifes, terutama jika di obati dengan
sulfonamide.5 Dapat terjadi pada bagian atas penis dan kelenjar inguinal
kanan.5,9
b. Abses kelenjar inguinal
Bila tidak diobati dapat memecah menimbulkan sinus yang
kemudian menjadi ulkus.9 Ulkus kemudian membesar membentuk giant
chancroid.9
c. Fimosis parafimosis
Kalau lesi mengenai preputium.9
d. Fistula uretra
Timbulnya karena ulkus pada glans penis yang bersifat
dekstruktif.2 Dapat mengakibatkan nyeri pada waktu buang air kecil dan
pada keadaan lanjut dapat menjadi stiktura uretra.2,3,5
e. Infeksi campuran
Dapat disertai infeksi organisme Vincent sehingga ulkus makin
parah dan bersifat destruktif.8 Di samping itu juga dapat disertai penyakit
limfogranuloma venereum atau granuloma inguinale.8,9

2.7 Diagnosis
Berdasarkan gambaran klinis dapat disingkirkan penyakit kelamin yang
lain.2,3 Harus dipikirkan juga kemungkinan infeksi campuran. 2,3 Pemeriksaan
serelogik untuk menyingkirkan sifilis juga harus dikerjakan.3 Sebagai penyokong
diagnosis adalah :

10

1. Pemeriksaan sediaan hapus


Diambil bahan pemeriksaan (spesimen) dari tepi ulkus yang
tergaung dengan menggunakan apusan kapas, di buat hapusan pada
gelas alas, Pemeriksaan langsung ini dapat dilakukan dengan
pewarnaan gram, giemsa atau mikroskop elektron.2 Identifikasi yang
cepat dapat dengan pewarnaan methylgreenpyronine pappenheim dan
Unna, juga dapat dilaksanakan dengan pewarnaan blue dan wright. 2,3
Namun pemeriksaan langsung tersebut dapat menyesatkan oleh karena
banyaknya florapolimikrobial ulkus genital.3 Hanya pada 30-50%
kasus ditemukan basil berkelompok atau berderet seperti rantai.4,5
2. Biakan kuman
H. ducreyi merupakan mikroorganisme yang sulit dikultur. Untuk
mengkultur bakteri tersebut diperlukan teknik dan keterampilan
khusus.4,5 Pemeriksaan kultur merupakan gold standard untuk
mendeteksi H. ducreyi.4 H. Ducreyi tumbuh pada suhu terbaik 33oC
kelembaban atmosfer yang mengandung karbondioksida 5%.4 Untuk
mendapatkan

sensitivitas

yang

tinggi

pada

isolasi

primer,

dirokemendasikan penggunaan 2 media sekaligus yang ditambahkan


dengan hemoglobin dan serum.4,5
Bahan diambil dari pus bubo atau lesi kemudian ditanam pada
perbenihan atau pelat agar khusus ( Chocolate Agar) yang ditambahkan
darah kelinci yang sudah didefibrinasi. 4 Akhir-akhir ini ditemukan
bahwa perbenihan yang mengandung serum darah penderita sendiri
yang sudah diinaktifkan memberikan hasil yang memuaskan. 5 Inkubasi
membutuhkan waktu 48 jam.4 Medium yang mengandung gonococcal
madium base, ditambah dengan hemoglobin 1%, iso-witalex 1 %, dan
vankomisin 3 mcg/ml akan mengurangi kontaminasi yang timbul. 5
Pada biakan nampak koloni kecil, non mukoid, abu-abu kuning, semi
opak atau translusen dapat digeser pada permukaan agar dalam
keadaan utuh, nampak 2-4 hari, tetapi biasa 7 hari setelah inokulasi.4,5

11

3. Teknik imunofluoresens untuk menemukan antibody.1,2,4,5


4. Biopsi
Biopsi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis.4,5 Pada
gambaran histopatologik ditemukan:
a. Daerah superfisial pada dasar ulkus : neutrophil, fibrin, eritrosit, dan
jaringan nekrotik.3,4
b. Daerah tengah : pembuluh-pembuluh darah kapiler baru dengan
proliferasi sel-sel endotel sehingga lumen tersumbat

dan

menimbulkan thrombosis.3 Terjadi perubahan degeneratif pada


dinding pembuluh-pembuluh darah.3
c. Daerah sebelah dalam : infiltrat padat terdiri atas sel-sel plasma dan
sel-sel limfoid.4
5. Tes kulit ito-reenstierna
Sekarang tidak dipakai lagi karena tidak spesifik.8 Vaksin yang
dipakai (Dmelcos) terdiri atas 225 juta kuman mati/ml. 9 Disuntikkan
intradermal 0,1 ml pada lengan bawah bagian fleksor, sebagai control
disuntikkan cairan pelarut intradermal pada sisi lain.8,9
Tes dinilai positif kalau timbul infiltrate berdiameter minimal 0,5 cm
setelah 48 jam, sedangkan kontrol negatif. 8,9 Tes ini menjadi positif 611 setelah hari timbul ulkus mole, dan tetap positif sampai beberapa
tahun bahkan seumur hidup.9
6. Autoinokulasi
Bahan diambil dari lesi yang tersangka, diinokulasi pada kulit sehat
daerah lengan bawah atau paha penderita yang digores lebih dahulu.6,7
Pada tempat tersebut akan timbul ulkus mole. 7 Sekarang cara ini tidak
dipakai lagi.7,9
2.8 Diagnosis Banding

12

a. Herpes Genitalis
Pada herpes genitalis kelainan kulitnya ialah vesikel yang berkelompok dan
jika memecah menjadi erosi, jadi bukan ulkus seperti pada ulkus mole. 1,2 Tandatanda radang akut lebih mencolok pada ulkus mole. 1 Kecuali itu pada ulkus mole,
pada sediaan hapus berupa bahan yang diambil dari dasar ulkus tidak ditemukan
sel raksasa berinti banyak.1,2
b. Sifilis stadium I
Pada sifilis stadium I (ulkus durum), ulkus bersih, indolen, terdapat
indurasi, dan tanda-tanda radang akut tidak terdapat.1 Jika terjadi pembesaran
kelenjar getah bening regional juga tidak disertai tanda-tanda radang akut kecuali
tumor, tanpa disertai periadenitis dan perlunakan.1,3
Pada ulkus mole, hasil pemeriksaan sediaan hapus dengan mikroskop
lapangan gelap sebanyak tiga kali berturut-turut negatif. T.S.S. yang diperiksa
tiap minggu sampai satu bulan, kemudian tiap bulan sampai tiga bulan, tetap
negatif.1,2
c. Limfogranuloma venerium (L.G.V)
Pada L.G.V. afek primer tidak spesifik dan cepat hilang.2 Terjadi
pembesaran kelenjar getah bening ingunal, perlunakannya tidak serentak.1 Titer
tes ikatan komplemen untuk L.G.V. kurang dari 1/16 dan tes ulangan untuk
meninggi.1,2

d. Granuloma inguinale
Yang khas pada penyakit ini ialah ulkus dengan granuloma. 2 Pada sediaan
jaringan tidak tampak Donovan body.2,4
2.9 Penatalaksanaan
Secara garis besar penatalaksanaan ulkus molle dapat dilakukan
dengan pemberian obat secara sistemik dan atau topical, selain

13

penatalaksanaan medikamentosa, mengontrol sex habbit juga memiliki


peran dalam proses penyembuhan. Berikut penjelasannya.1,2,5
2.9.1. Sistemik
Regimen pengobatan sistemik ulkus molle dapat dilakukan sesuai
rekomendasi WHO, dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan
masing-masing obat seperti table berikut :
Tabel 2.1 Rekomendasi regimen terapi terbaru menurut WHO dan CDC.
(Dikutip dari kepustakaan ke 10)

Pilihan pengobatan untuk ulkus molle menjadi semakin terbatas


karena perkembangan resistensi untuk beberapa obat-obatan antimikroba.1,6
Hal ini telah menyebabkan pencarian untuk pengobatan alternatifregimen
untuk chancroid.10 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan
tujuh hari perjalanan eritromisin secara oral sebagai baris pertama
pengobatan untuk chancroid.1,2,10 Meskipun efektif, kurangnya kepatuhan
dan intoleransi gastro-intestinal membuat alternatif terapi diinginkan.
Pilihan lain pengobatan lini petama adalah Ciprofloxacin diberikan dua kali
500 mg sehari selama 3 hari atau dosis-tunggal 1 g azythromycin. 2,3,10 Sejak
munculnya antimikroba, terapi dosis tunggal telah menjadi alat yang
berharga dalam pengelolaan infeksi kelamin.1,2
Azitromisin adalah terapi oral yang efektif untuk chancroid dan
patogen penyakit menular seksual.10 Namun biaya tinggi membuatnya

14

kurang cocok di finansial menantang Pengaturan dibandingkan dengan


Thiamphenicol.1,10
a. Azitromisin
Diberikan secara oral, 1 gram dosis tunggal.1,10
b. Seftriakson
Diberikan secara intra muscular, 250 mg dosis tunggal.1,10
c. Ciprofloksasin :
Diberikan secara oral, 2 kali 500 mg sehari selama 3 hari.1,10
d. Eritromisin
Diberikan 4 x 500 mg sehari, selama seminggu. Eritromisin
diekskresi terutama melalui hati.10 Hanya 2-5% obat ini dieksresi
dalam bentuk aktif melalui urin.9 Efek samping yang berat
akibat pemakaian eritromisin jarang terjadi.8 Reaksi alergi
mungkin timbul dalam bentk demam, eosinofilia, dan eksantem
yang cepat hilang bila terapi dihentikan.4,5,8
2.9.2 Pengobatan Topikal
Pengobatan topikal pada kasus ini terdiri atas pemberian antispetik
seperti povidon iodin.1 Limfadenitis tidak boleh diinsisi.8 Bila perlu
diaspirasi untuk mencegah ruptur spontan.1,2 Aspirasi menggunakan jarum
besar dan ditusuk di bagian lateral sampai menembus kulit normal. 9 Pada
penderita yang mengeluh ulkusnya sangat nyeri, dapat diberi terapi topikal
dengan kompres dingin untuk mengurangi peradangannya. 2,3 Penderita
dianjurkan untuk istirahat, karena bila penderita tetap melakukan
aktivitasnya maka akan memudahkan terjadi adenopati. 2 Penderita dengan
phimosis sebaiknya dilakukan sirkumsisi apabila semua lesi aktif telah
sembuh, dan tampaknya bubo jarang berkembang setelah sirkumsisi
dilakukan.2,4,7

2.9.3 Sex Habbits


Seseorang yang memiliki kontak seksual dengan penderita ulkus
mole dalam 10 hari sebelum muncul gejala ulserasi di kelamin penderita,

15

maka sebaiknya diberi terapi, meskipun gejala klinisnya belum muncul. 4,5
Terbukti karier pembawa H.ducreyi dapat terjadi pada penderita yang
asimtomatis.4 Obat yang diberikan pada pasangan seksual ini sama dengan
yagn diberikan pada penderita baik jenis maupun dosis obatnya. 5 Jika tidak
mungkin

melakukan

abstinensia

seksual,

maka

penderita

harus

menggunakan kondom saat berhubungan seksual selama lesi masih ada.1


Meskipun demikian, kondom yang tidak dipakai dengan cara yang benar
dalam artian lesi ulkus tidak tertutup kondom secara sempurna, masih
memungkinkan untuk terjadinya penularan penyakit.2,3
2.10 Prognosis
Prognosis ulkus mole adalah baik jika penyakit diterapi dengan tepat dan
tidak ditemukan infeksi HIV.1,10 Pasien sebaiknya disarankan untuk tidak
melakukan aktivitas seksual sampai lesi sembuh sempurna. 8 Kontak seksual
sebaiknya diperiksa dan diterapi.8 Tetapi tanpa pengobatan, ulkus genital dan
abses inguinal dilaporkan kadang-kadang menetap.10

BAB 3
KESIMPULAN
Ulkus mole adalah penyakit menular seksual dalam bentuk ulkus genitalia
disamping sifilis dan herpes genitalia.1,2 Prostitusi merupakan media penularan
penyakit ini. Secara epidemiologi, insiden ulkus mole banyak terjadi di negaranegara berkembang dan menular melalui kontak kulit serta mukosa pada saat
melakukan aktivitas seksual.1,2 Pria lebih banyak daripada wanita terkena dengan
perbandingan 10:1.2,3 Karakteristik penyakit ini adalah ulkus yang nyeri dan

16

pembentukan bubo.3 Ulkus yang muncul sifatnya multipel, mudah berdarah, dan
mengandung pus.3,4 Ulkus mole disebabkan oleh bakteri gram negatif
Haemophilus ducreyi.2,3 Diagnosis ditegakkan melalui gambaran klinis dan
pemeriksaan kultur laboratorium.4,5 Bakteri ini membutuhkan keterampilan
khusus ketika dikultur karena tanpa metode dan media yang tepat, sangat sulit
bagi bakteri ini untuk bertumbuh. 5 Pengobatan yang dilakukan berupa terapi
sistemik dan terapi lokal dengan jalan mengompres kelenjar getah bening ingunal
untuk mengurangi edema.2,3,6 Terapi yang diberikan bervariasi, terdiri dari
regimen WHO dan regimen CDC.1,10 Umumnya terapi yang digunakan adalah
azitromisin 1 g oral dosis tunggal, seftriakson 250 mg intramuskular dosis
tunggal, siprofolksasin 500 mg 2 x 1 selama 3 hari, dan eritromisin 500 mg 4 x 1
selama 7 hari.1,10 Prognosis ulkus mole adalah baik dan disarankan pasien dan
pasangannya diobati bersama-sama dan tidak melakukan aktivitas seksual sampai
lesi sembuh sempurna.1,10

17

Anda mungkin juga menyukai