Anda di halaman 1dari 42

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan

seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan

tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Ada empat macam pengetahuan

(Widodo, 2006), yaitu:

1. Pengetahuan Faktual (Factual knowledge)

Pengetahuan yang berupa potongan - potongan informasi yang

terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu

tertentu. Pengetahuan faktual pada umumnya merupakan abstraksi tingkat

rendah. Ada dua macam pengetahaunfaktual yaitu pengetahuan tentang

terminologi (knowledge of terminology) mencakup pengetahuan tentang

label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non verbal dan

pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of specific

details and element) mencakup pengetahuan tentang kejadian, orang,

waktu dan informasi lain yang sifatnya sangat spesifik.

2. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur

dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama -

sama. Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan


12

teori baik yang implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan

konseptual, yaitu pengetahaun tentang kelasifikasi dan kategori,

pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan tentang

teori, model, dan sruktur.

3. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang

bersifat rutin maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi

langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu

hal tertentu.

4. Pengetahuan Metakognitif

Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan

tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan

bahwa seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan

pikirannya dan semakin banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa

mencapai hal ini maka mereka akan lebih baik lagi dalam belajar.

Dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru yaitu:

1. Menghafal (Remember)

Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka

panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah

tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar mengingat bisa menjadi

bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan

dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang
13

lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:

mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).

2. Memahami (Understand)

Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan

awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan

yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke

dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena penyususn

skema adalah konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan dasar

pemahaman. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif:

menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying),

mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik

inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan

(explaining).

3. Mengaplikasikan (Applying)

Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan

masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan

berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa

kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini

mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan

mengimplementasikan (implementing).

4. Menganalisis (Analyzing)

Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan

menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan


14

struktur besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam

menganalisis: membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing),

dan menemukan pesan tersirat (attributting).

5. Mengevaluasi

Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar

yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori

ini: memeriksa (checking) dan mengritik (critiquing).

6. Membuat (create)

Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan.

Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu:

membuat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi

(producing) (Widodo,2006).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain:

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada

orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri

bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula bagi

mereka untuk menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak

pengetahuan yang mereka miliki.


15

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada

aspek fisik dan psikologis (mental), dimana pada asfek psikologi ini,

taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.

4. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadap seseuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba

menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang

mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu

baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya

pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan

bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara

subjektif.

6. Informasi

Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru

(Wahid, 2007)
16

Proses adopsi perilaku, menurut Rogers (1974), sebelum seseorang

mengadopsi perilaku, didalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang

berurutan (akronim AIETA), yaitu :

a) Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus

b) Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus

c) Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang

tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses

ketiga ini subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik lagi.

d) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.

e) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, sikap dan kesadarannya terhadap stimulus.

Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan

seperangkat alat tes / kuisioner tentang objek pengetahuan yang ingin diketahui,

selanjutnya dilakukan penilaian.

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

a. Baik : Hasil Prosentase > 75%

b. Cukup : Hasil Prosentase 56% - 75%

c. Kurang: Hasil Prosentase < 56%


17

Menurut Saifuddin (2009) pengetahuan dapat di interpretasikan dengan

cara mengambil nilai rata-rata dari seluruh jumlah nilai responden.

Diinterpretasikan dengan skala :

a. Baik : > dari nilai rata-rata

b. Kurang: < dari nilai rata-rata

2. Konsep dasar sikap (Attitude)

Menurut Notoatmodjo (2005), sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap

juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan

pelaksanaan motif tertentu.

Menurut Gerungan (2002), sikap merupakan pendapat maupun

pendangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap

tidak mungkin terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami

sendiri suatu objek.

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding). Memberikan jawaban bila ditanya,

mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi dari sikap.


18

3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang

paling tinggi.

Menurut Ahmadi (2003), sikap dibedakan menjadi :

a. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau

tidak menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana individu itu

berada.

b. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima

terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.

Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi 4 golongan yaitu:

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan.

Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu

yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik

bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan

kelompok atau dengan kelompok lainnya.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku.

Pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa dan yang sudah lanjut usia

tidak ada. Perangsang pada umumnya tidak diberi perangsang spontan,

akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai

perangsangan-perangsangan itu.
19

3. Sebagai alat pengatur pengalaman.

Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman secara aktif.

Artinya semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh

manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dan mana yang

tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi penilaian lalu

dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadian.

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan karena

sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang menduku ngnya. Oleh

karena itu dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak

orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap merupakan

pernyataan pribadi (Notoatmodjo, 2005).

Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan

tertentu, tetapi sikap terbentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap

dalam kehidupan manusia sangat besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia,

maka sikap itu akan turut menentukan cara tingkahlakunya terhadap objek-objek

sikapnya. Adanya sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas

terhadap objeknya. Sikap dapat dibedakan menjadi :

a. Sikap Sosial

Suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan

berulang- ulang terhadap objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu

dinyatakan tidak hanya oleh seseorang saja tetapi oleh orang lain yang

sekelompok atau masyarakat.


20

B. Konsep Dasar Diabetes Melitus

1. Definisi

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes

melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan

kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh,

terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.Sedangkan

menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus sebagai suatu

kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari

sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan

gangguan fungsi insulin. Insulin adalah hormon yang berfungsi untuk

meregulasi kadar gula darah. Peningkatan kadar gula dalam darah atau

hiperglikemia merupakan gejala umum yang terjadi pada diabetes dan

seringkali mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang cukup serius pada

tubuh, terutama pada sel saraf dan pembuluh darah. (Soegondo. 2011)

Klasifikasi Diabetes Melitus menurut American Diabetes

Association (ADA), 2005, yaitu : (Waspadji, 2006)

1. Diabetes Melitus Tipe I

DM ini disebabkan oleh kekurangan insulin dalam darah yang

terjadi akibat kerusakan dari sel beta pankreas. Gejala yang menonjol

adalah sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering
21

haus, sebagian besar penderita DM tipe ini berat badannya normal atau

kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur

hidup.

2. Diabetes Melitus Tipe II

DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan

baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi

fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada atau kurang.

Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi

hiperglikemia, dan 75% dari penderita DM type II ini dengan obesitas

atau kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.

3. Diabetes Melitus Tipe lain

a. Defek genetik pada fungsi sel beta

b. Defek genetik pada kerja insulin

c. Penyakit eksokrin pancreas atau endokrinopati

d. Diinduksi obat atau zat kimia

e. Infeksi dan munologi

f. Diabetes Gestasional

2. Prevalensi

World Health Organization (WHO) memperkirakan, prevalensi global

diabetes melitus tipe II akan meningkat dari 171 juta orang pada 2000 menjadi

366 juta tahun 2030. WHO memperkirakan Indonesia menduduki ranking ke-4

di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes setelah China, India dan Amerika
22

Serikat. Pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan

diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di Indonesia akan

berjumlah 21,3 juta. Tetapi, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia

menyadari bahwa mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita

melakukan pemeriksaan secara teratur. (Gustaviani R, 2006 )

3. Patofisiologi

Diabetes melitus tipe I

Pada DM tipe I (DM tergantung insulin (IDDM), sebelumnya disebut

diabetes juvenilis), terdapat kekurangan insulin absolut sehingga pasien

membutuhkan suplai insulin dari luar. Keadaan ini disebabkan oleh lesi pada

sel beta pankreas karena mekanisme autoimun, yang pada keadaan tertentu

dipicu oleh infeksi virus. DM tipe I terjadi lebih sering pada pembawa antigen

HLA tertentu (HLA-DR3 dan HLA-DR4), hal ini terdapat disposisi genetik.

Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-

onsetdiabetes, juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM)

adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi

darah akibat defek sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhan

spankreas. Diabetes tipe I dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa,

namun lebih sering didapat pada anak anak.


23

Diabetes Melitus tipe 2

Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM),

sebelumnya disebut dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan

diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini, disposisi genetik juga

berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin relatif; pasien tidak mutlak

bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal atau

bahkan meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas yang berkurang

terhadap insulin. Sebagian besar pasien DM tipe II memiliki berat badan

berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi genetik, asupan makanan yang

terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu sedikit. Ketidakseimbangan

antara suplai dan pengeluaran energi meningkatkan konsentrasi asam lemak di

dalam darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di otot

dan jaringan lemak. Akibatnya, terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk

meningkatan pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun pada reseptor,

resistensi insulin semakin meningkat. Obesitas merupakan pemicu yang

penting, namun bukan merupakan penyebab tunggal diabetes tipe II. Penyebab

yang lebih penting adalah adanya disposisi genetic yang menurunkan

sensitifitas insulin. Sering kali, pelepasan insulin selalu tidak pernah normal.

Beberapa gen telah diidentifikasi sebagai gen yang menigkatkan terjadinya

obesitas dan DM tipe II. Diantara beberapa factor, kelainan genetik pada

protein yang memisahkan rangkaian dimitokondria membatasi penggunaan

substrat. Jika terdapat disposisi genetik yang kuat, diabetes tipe II dapat terjadi

pada usia muda. Penurunan sensitifitas insulin terutama mempengaruhi efek


24

insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan pengaruhnya pada metabolisme

lemak dan protein dapat dipertahankan dengan baik. Jadi, diabetes tipe II

cenderung menyebabkan hiperglikemia berat tanpa disertai gangguan

metabolisme lemak. (Waspadji S, 2006)

Diabetes tipe lain

Defisiensi insulin relative juga dapat disebabkan oleh kelainan yang

sangat jarang pada biosintesis insulin, reseptor insulin atau transmisi intrasel.

Bahkan tanpa ada disposisi genetic, diabetes dapat terjadi pada perjalanan

penyakit lain, seperti pancreatitis dengan kerusakan sel beta atau karena

kerusakan toksik di sel beta. Diabetes mellitus ditingkatkan oleh peningkatan

pelepasan hormone antagonis, diantaranya, somatotropin (pada akromegali),

glukokortikoid (pada penyakit Cushing atau stress), epinefrin (pada stress),

progestogen dan kariomamotropin (pada kehamilan), ACTH, hormone tiroid

dan glucagon. Infeksi yang berat meningkatkan pelepasan beberapa hormone

yang telah disebutkan di atas sehingga meningkatkan pelepasan beberapa

hormone yang telah disebutkan diatas sehingga meningkatkan manifestasi

diabetes mellitus. Somatostatinoma dapat menyebabkan diabetes karena

somatostatin yang diekskresikan akan menghambat pelepasan insulin.

(Silabernagi. 2002. )

4. Diagnosis

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.

Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna


25

penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah

pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.

Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena, ataupun kapiler tetap dapat

dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang

berbeda sesuai pembakuan oleh WHO.Sedangkan untuk tujuan pemantauan

hasil pengobatan dapat dilakukandengan menggunakan pemeriksaan glukosa

darah kapiler dengan glukometer. (Waspadji Sudoyo, 2006). Berdasarkan

keluhan klinik, biasanya pasien Diabetes Melitus akan mengeluhkan apa yang

disebut 4P : polifagi dengan penurunan berat badan, Polidipsi dengan poliuri,

juga keluhan tambahan lain seperti sering kesemutan, rasa baal dan gatal di

kulit ( Soegondo S. 2011)

a. Kriteria diagnostik :

Gejala klasik DM ditambah Gula Darah Sewaktu 200 mg/dl. Gula darah

sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan

waktu makan terakhir, atau Kadar Gula Darah Puasa 126 mg/dl. Puasa diartikan

pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikit nya 8 jam, atau Kadar gula darah 2

jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan standard WHO,

menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang

dilarutkan dalam air. (Foster ,2000)


26

Gambar II.1 : Kriteria diagnosis untuk Diabetes Melitus menurut


American Diabetes Association tahun 2011.
Gejala tidak klasik ditambah hasil pemeriksaan gula darah abnormal minimal
2 kali. Adapun cara pelaksanaan TTGO berdasarkan pada WHO 94 adalah :

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari

(dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani

seperti biasa.

2. Berpuasa paling sediikt 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,

minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.

3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa

4. Diberikan glukosa 75 gram (dewasa) atau 1,75 g/kg BB (anak-anak) ,

dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam 5 menit.

5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2

jam setelah minum larutan glukosa selesai


27

6. Diperiksa kadar gula darah 2 jam setelah beban glukosa

7. Selama proses pemeriksaan tidak boleh merokok dan tetap istirahat

8. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka

dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT (toleransi glukosa terganggu)

atau GDPT (glukosa darah puasa terganggu) dari hasil yang diperoleh.

9. TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140-199

mg/dl

10. GDPT : glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dl

5. Komplikasi

a. Komplikasi akut

1. Ketoasidosis diabetik

KAD Merupakan komplikasi metabolik yang paling serius pada

DM . Hal ini terjadi karena kadar insulin sangat menurun, KAD adalah

suatu keadaan dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan

penningkatan hormon kontra regulator (glukagon, katekolamin, kortisol

dan hormon pertumbuhan). Keadaan tersebut menyebabkan produksi

glukosa hati meningkat dan penggunaan glukosa oleh sel tubuh menurun

dengan hasil akhir hiperglikemia. Berkurangnya insulin mengakibatkan

aktivitas kreb cycle menurun, asetil Ko-A dan Ko-A bebas akan meningkat

dan asetoasetil asid yang tidak dapat diteruskan dalam kreb cycle tersebut

juga meningkat. Bahan-bahan energi dari lemak yang kemudian di

oksidasi untuk menjadi sumber energi akibat sinyaling sel yang


28

kekurangan glukosa akan mengakibatkan end produk berupa benda keton

yang bersifat asam. Disamping itu glukoneogenesis dari protein dengan

asam amino yang mempunyai ketogenic effect menambah beratnya KAD.

Kriteria diagnosis KAD adalah GDS > 250 mg/dl, pH <7,35, HCO3

rendah, anion gap tinggi dan keton serum (+). Biasanya didahului gejala

berupa anorexia, nausea, muntah, sakit perut, sakit dada dan menjadi tanda

khas adalah pernapasan kussmaul dan berbau aseton. Gustaviani R.

Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam : buku ajar ilmu

penyakit dalam. (Sudoyo AW, 2006)

Hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis

,peningkatanlipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai

pembentukan benda keton (asetoasetat, hidroksibutirat, dan aseton).

Peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis. Peningkatan

produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik.

Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan diuresis

osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Pasien

dapatmenjadi hipotensi dan mengalami syok. (Waspadji S. dkk, 2006)

Akhirnya, akibat penurunan penggunaan oksigen otak, pasien akan

mengalami koma dan meninggal. Koma dan kematian akibat KAD saat ini

jarang terjadi, karena pasien maupun tenaga kesehatan telah menyadari

potensi bahaya komplikasi ini dan pengobatan KAD dapat dilakukan

sedini mungkin.
29

2. Koma Hiperosmolar Non Ketotik

Ditandai dengan penurunan kesadaran dengan gula darah lebih

besar dari 600 mg% tanpa ketosis yang berartidan osmolaritas plasma

melebihi 350 mosm. Keadaan ini jarang mengenai anak-anak, usia muda

atau diabetes tipe non insulin dependen karena pada keadaan ini pasien

akan jatuh kedalam kondisi KAD, sedang pada DM tipe 2 dimana kadar

insulin darah nya masih cukup untuk mencegah lipolisis tetapi tidak dapat

mencegah keadaan hiperglikemia sehingga tidak timbul hiperketonemia . (

Suyono,dkk , 2006)

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang

disebabkan penurunan glukosa darah. Penyebab tersering hipoglikemia

adalah obat-obatan hipoglikemik oral golongan sulfonilurea, khususnya

glibenklamid. Hipoglikemia Ditandai dengan menurunnya kadar glukosa

darah < 50 mg% tanpa gejala klinis atau GDS < 80 mg% dengan gejala

klinis. Dimulai dari stadium parasimpatik: lapar, mual, tekanan darah

turun. Stadium gangguan otak ringan : lemah lesu, sulit bicara gangguan

kognitif sementara. Stadium simpatik, gejala adrenergik yaitu keringat

dingin pada muka, bibir dan gemetar dada berdebar-debar. Stadium

gangguan otak berat, gejala neuroglikopenik : pusing, gelisah, penurunan

kesadaran dengan atau tanpa kejang. ( Suyono, dkk, 2006).


30

Penyebab Hipoglikemia

a) Makan kurang dari aturan yang ditentukan

b) Sesudah olah raga

c) Sesudah melahirkan

d) Sembuh dari sakit

e) Mengkonsumsi obat yang mempunyai sifat serupa

Tanda hipoglikemia mulai timbul bila glukosa darah < 50 mg/dl, meskipun

reaksi hipoglikemia bisa didapatkan pada kadar glukosa darah yang lebih

tinggi. Tanda klinis dari hipoglikemia sangat bervariasi dan berbeda pada

setiap orang.

b. Komplikasi Kronis

1. Mikroangiopati

Mikroangiopati biasanya terjadi pada kapiler arteriol karena

disfungsi endotel dan thrombosis

a. Retinopati Diabetik

Retinopati diabetik nonproliferatif, karena hiperpermeabilitas dan

inkompetens vasa. Kapiler membentuk kantung-kantung kecil menonjol

seperti titik-titik mikroaneurisma dan vena retina mengalami dilatasi

dan berkelok-kelok. Bahayanya dapat terjadi perdarahan disetiap

lapisan retina. Rusaknya sawar retina darah bagian dalam pada endotel

retina menyebabkan kebocoran cairan dan konstituen plasma ke dalam


31

retina dan sekitarnya menyebabkan edema yang membuat gangguan

pandang. Pada retinopati diabetik prolferatif terjadi iskemia retina yang

progresif yang merangsang neovaskularisasi yang menyebabkan

kebocoran protein-protein serum dalam jumlah besar. Neovaskularisasi

yang rapuh ini berproliferasi ke bagian dalam korpus vitreum yang bila

tekanan meninggi saat berkontraksi maka bisa terjadi perdarahan masif

yang berakibat penurunan penglihatan mendadak. Dianjurkan

penyandang diabetes memeriksakan matanya 3 tahun sekali sebelum

timbulnya gejala dan setiap tahun bila sudah mulai ada kerusakan mikro

untuk mencegah kebutaan. Faktor utama adalah gula darah yang

terkontrol memperlambat progresivitas kerusakan retina. (Silabernagi,

dkk , 2002)

b. Nefropati Diabetik

Ditandai dengan albuminura menetap > 300 mg/24 jam atau > 200

ig/menit pada minimal 2x pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan.

Berlanjut menjadi proteinuria akibat hiperfiltrasi patogenik kerusakan

ginjal pada tingkat glomerulus. Akibat glikasi nonenzimatik dan AGE,

advanced glication product yang ireversible dan menyebabkan

hipertrofi sel dan kemoatraktan mononuklear serta inhibisi sintesis

nitric oxide sebagai vasadilator, terjadi peningkatan tekanan

intraglomerulus dan bila terjadi terus menerus dan inflamasi kronik,

nefritis yang reversible akan berubah menjadi nefropati dimana terjadi


32

keruakan menetap dan berkembang menjadi chronic kidney disease.

(Waspadji S. 2006)

c. Neuropati diabetik

Yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa

hilangnya sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan

amputasi. Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan

bergetar sendiri dan lebih terasa sakit di malam hari. Setelah diangnosis

DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk

mendeteksi adanya polineuropati distal dengan pemeriksaan neurologi

sederhana, dengan monofilamen 10 gram, dilakukan sedikitnya setiap

tahun. (Suyono, dkk , 2006)

2. Makroangiopati

a. Pembuluh darah jantung atau koroner dan otak

Kewaspadaan kemungkinan terjadinya PJK dan stroke harus

ditingkatkan terutama untuk mereka yang mempunyai resiko tinggi

seperti riwayat keluarga PJK atau DM

b. Pembuluh darah tepi

Penyakit arteri perifer sering terjadi pada penyandang diabetes,

biasanya terjadi dengan gejala tipikal intermiten atau klaudikasio,

meskipun sering tanpa gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan

kelainan yang pertama muncul. (Silabernagi dkk, 2006)


33

6. Penatalaksanaan

Tujuan pengobaan mencegah komplikasi akut dan kronik, meningkatkan

kualitas hidup dengan menormalkan KGD, dan dikatakan penderita DM terkontrol

sehingga sama dengan orang normal. Pilar penatalaksanaan Diabetes mellitus

dimulai dari : (Gustaviani, 2006)

a. Edukasi

Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif

pasien, keluarga dan masyarakat.

b. Terapi gizi medis

Terapi gizi medik merupakan ssalah satu dari terapi non

farmakologik yang sangat direkomendasikan bagi penyandang diabetes.

Terapi ini pada prinsipnya melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan

pada status gizi diabetes dan melakukan modifikasi diet berdasarkan

kebutuhan individual.

Tujuan terapi gizi ini adalah untuk mencapai dan mempertahankan :

1. Kadar glukosa darah yang mendekati normal

a) Glukosa darah berkisar antaara 90-130 mg/dl

b) Glukosa darah 2 jam post prandial < 180 mg/dl

c) Kadar HbA1c < 7%

2. Tekanan darah <130/80 mmHg.


34

3. Profil lipid :

a) Kolesterol LDL <100 mg/dl

b) Kolesterol HDL >40 mg/dl

c) Trigliserida <150 mg/dl

d) Berat badan senormal mungkin, BMI 18 24,9

Beberapa faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan

perubahan pola makan diabetes antara lain, tinggi badan, berat badan,

status gizi, status kesehatan, aktivitas fisik dan faktor usia. Selain itu ada

beberapa faktor fisiologi seperti masa kehamilan, masa pertumbuhan,

gangguan pencernaan pada usia tua, dan lainnya. Pada keadaan infeksi

berat dimana terjadi proses katabolisme yang tinggi perlu dipertimbangkan

pemberian nutrisi khusus. Masalah lain yang tidak kalah pentingnya

adalah masalah status ekonomi, lingkungan kebiasaan dan tradisi dalam

lingkungan yang bersangkutan serta kemampuan petugas kesehatan yang

ada.

Sedangkan diit adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh

seseorang atau organisme tertentu. Jenis diit sangat dipengaruhi oleh latar

belakang asal individu atau keyakinan yang dianut masyarakat tertentu

(Wariyono, 2010). Banyak faktor gaya hidup yang diketahui berperan

penting dalam menimbulkan penyakit diabetes tipe 2 termasuk:kegemukan

(yang ditentukan berdasarkan indeks masa tubuh yang lebih besar dari tiga

puluh), kurangnya kegiatan fisik, asupan gizi yang tidak baik, stres, dan

urbanisasi.
35

1). Gizi seimbang

a) Gizi seimbang merupakan aneka ragam bahan pangan yang mengandung

unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kualitas (fungsinya),

maupun kuantitas (jumlahnya). Direktorat Gizi Depkes pada tahun 1995

telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

b) Tujuan PUGS merupakan alat untuk memberikan penyuluhan pangan dan

gizi kepada masyarakat luas, dalam rangka memasyarakatkan gizi

seimbang.

c) Pedoman disusun dalam rangka memenuhi salah satu rekomendasi

Konferensi Gizi Internasional di Roma pada tahun 1992. PUGS

merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 sehat 5 sempurna yang

memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi

kurang, maupun masalah gizi lebih yang selama 20 tahun terakhir mulai

menampakkan diri di Indonesia (Almatsier, 2007).

d) PUGS merupakan susunan makanan yang menjamin keseimbangan zat-zat

gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam

makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat

gizi yang dikandungnya. Pengelompokan bahan makanan disederhanakan,

yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sebagai sumber

energi atau tenaga, sumber zat pembangun , sumber zat pengatur.

e) Sumber energi diperlukan tubuh dalam jumlah yang lebih besar

dibandingkan kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur, sedang

kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari
36

pada kebutuhan zat pembangun (Almatsier, 2007). Sumber energi

diperoleh dari beras, jagung, sereal/gandum, ubi kayu, kentang dan yang

semisal dengannya. Zat pengatur diperoleh dari sayur dan buah-buahan,

sedang zat pembangun diperoleh dari ikan, telur, ayam, daging, susu,

kacang-kacangan dan sebagainya.

2) Kriteria gizi seimbang

a) Makanan beraneka ragam dapat memberikan manfaat yang besar terhadap

kesehatan. Bahan makanan sumber zat tenaga adalah beras, jagung,

gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti, dan mie yang

mengandung karbohidrat (kandungan total kalori pada makanan yang

mengandung karbohidrat lebih ditentukan oleh jumlahnya dibandingkan

jenis karbohidrat itu sendiri) dengan kebutuhan kalori perhari 60-70 %

diantaranya berasal dari sumber karbohidrat, serta minyak, margarine, dan

santan yang mengandung lemak. Penggunaan alkohol dibatasi dan tidak

boleh lebih dari 10 ml/hari. Pemanis yang tidak meningkatkan jumlah

kalori sebagai penggantinya adalah pemanis buatan seperti sakarin,

aspartam, acesulfam dan sukralosa. Penggunaannya pun dibatasi karena

dapat meningkatkan resiko kejadian kanker. Fruktosa tidak boleh lebih

dari 60 gr/hari Makanan yang banyak mengandung sukrosa tidak perlu

dibatasi.

b) Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan

nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Zat pembangun berperanan

sangat penting untuk perkembangan kualitas tingkat kecerdasan seseorang.


37

c. Bahan makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan

buah-buahan. Bahan makanan ini mengandung berbagai vitamin dan

mineral, yang berperan untuk melancarkan fungsi organ tubuh.

d. Setiap orang dianjurkan makan cukup hidangan mengandung zat tenaga

atau energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari,

seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial, dan

kegiatan yang lain. kerjanya fungsi-fungsi organ tubuh.

e. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi,

terdapat dua kelompok karbohidrat.

f. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan

energi Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk

meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A,

D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan.

g. Gunakan garam beryodium yang dikonsumsi setiap hari bermanfaat untuk

mencegah timbulnya gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY).

i. Makanlah makan sumber zat besi kekurangan zat besi dalam makanan

sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia

gizi.

ii. Berikan ASI saja kepada bayi sampai berumur 6 bulan air susu ibu

(ASI) mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang

dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan. Biasakan makan pagi

makanan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi
38

orang dewasa makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik,

mempertahan.

iii. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya air minum harus

bersih dan bebas kuman. Daya tahan saat bekerja dan meningkatkan

produktivitas kerjanya.

iv. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur kegiatan fisik dan

olah secara teratur dan cukup takarannya, dapat membantu

mempertahankan derajat kesehatan yang optimal bagi yang

bersangkutan.

v. Hindari minuman beralkohol.

3) Diit gizi seimbang

Diit gizi seimbang adalah: Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil

yang terdiri dari menu yang beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proprosi

yang sesuai (Wariyono, 2010).

Jenis makanan : Memilih bahan makanan sesuai dengan jumlah yang

dianjurkan

a) Bahan makanan pokok

Dalam menyusun komposisi makanan diperlukan pengetahuan bahan

makanan, karena nilai gizi bahan makanan dalam tiap golongan tidak sama. Di

antara makanan pokok, jenis padi-padian seperti beras, jagung, dan gandum

mempunyai kadar protein lebih tinggi (7-11%) dari pada umbi-umbian sebagai

makanan pokok, harus disertai makanan lauk dalam jumlah lebih besar

daripada bila menggunakan padi-padian sebagai sumber karbohidrat.


39

b) Golongan lauk

Lauk sebaiknya terdiri atas campuran lauk hewani dan nabati. Lauk

hewani, seperti daging, ayam, ikan, udang dan telur mengandung protein

dengan nilai biologi lebih tinggi dari pada lauk nabati. Adapun kebutuhan

protein 15-20% dari total kebutuhan energi perhari. Pada keadaan kadar

glukosa darah yang terkontrol, asupan protein tidak akan mempengaruhi

konsentrasi glukosa darah . Pada keadaan kadar glukosa darah yang tidak

terkontrol, pemberian protein sekitar 0,8-1,0 mg/kg BB/hari . Pada gangguan

fungsi ginjal, jumlah asupan protein diturunkan sampa 0,85 gr/kg BB/hari dan

tidak kurang dari 40 gr. Jika terdapat komplikasi kardiovaskular maka sumber

protein nabati lebih dianjurkan dibandingkan protein hewani.

c) Golongan sayuran
Sayuran merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat,

magnesium, kalium dan serat, serta tidak mengandung lemak dan kolesterol.

d) Golongan buah

Buah berwarna kuning seperti mangga, papaya, dan pisang kaya akan

provitamin A, sedangkan buah kecut seperti jeruk, gandaria, jambu biji, dan

rambutan kaya akan vitamin C, karena umumnya buah dimakan dalam bentuk

mentah, buah-buahan merupakan sumber vitamin C. secara keseluruhan buah

merupakan sumber vitamin A, vitamin C, kalium dan serat. Buah tidak

mengandung natrium, lemak (kecuali apokat), dan kolesterol.


40

e) Susu dan hasil olahan susu

Susu merupakan makanan alami yang hampir sempurna, sebagian besar

zat gizi esensial ada dalam kandungan susu yaitu protein bernilai biologi tinggi,

kalsium, fosfor, vitamin A, dan tiamin (vitamin B1).

4) Kebutuhan Kalori

Menetukan kebutuhan kalori basa yang besarnya 25-30 kalori/ kg BB ideal

ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa factor yaitu jenis kelamin,

umur, aktivitas, berat badan dan lain-lain. Kemudian Kebutuhan makanan

tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi 20%, makan siang 30%

dan makan malam 25%, serta 2-3 porsi ringan 10-15% diantara porsi besar.

Berikut adalah rumus menghitung kebutuhan :

a) Laki-laki = berat badan ideal (kg) x 30 kalori

b) Wanita = berat badan ideal (kg) x 25 kalori

c) Koreksi umur

a) Umur Koreksi

b) th
40-59 -5%

60-69 -10%

60-69 -20

d) Aktivitas

Aktivitas Koreksi

Istirahat +10%
41

Aktivitas ringan +20%

Aktivitas sedang +30%

Aktivitas berat +50%

e) Berat badan

Berat badan Koreksi

Kurus - 20 sampai dengan -30%

Kegemukan +20 sampai dengan +30%

Stress Metabolik + 10 sampai dengan +30%

Tabel II.1 : Standar Diit Diabetes Melitus 1700 KAL Berdasarkan Total

Kebutuhan Bahan Makanan Sehari(Waspadji, 2013).

Protein 55 g Lemak 36 g karbohidrat 275 g

Total kebutuhan bahan makanan sehari

Nasi 5 penukar karbohidrat

Ayam tanpa kulit / ikan 2 penukar hewani

Daging 1 penukar hawani

Tempe / tahu 2 penukar nabati

Sayuran A Sekehendak

Sayuran B 2 penukar sayuran

Buah 4 penukar buah

Minyak 4 penukar minyak


42

Tabel II.2 : Standar Diit Diabetes Melitus 1700 KAL Berdasarkan Jadwal

Makan, Jenis Makanan, dan Jumlah Makanan(Waspadji, 2013).

Baha Berat Penukar Cont


n URT oh
Menu
Pagi
Nasi 100g 1 karbohidrat Nasi
gelas
Dagin 35g 1 1 hewani Dagin
g potong g
sedang gepuk
Tahu 55g nabati Tahu
biji besar masa
k
jamur
Sayur Sekehen
an A dak
Minya 5g 1 sdt 1 minyak Sub
k lomba
k +
tomat
Snak pagi
Buah 90g 1 buah Jus
buah mang
besar ga
Siang
Nasi 200g 1,5 2 karbohidrat Nasi
gelas
Ikan 40g 1,5 1 hewani Rica-
gelas rica
tengir
i
Temp 50g 2 1 nabati Temp
e potong e
sedang gorin
g
Sayur 100g 1 1 sayuran Tumi
an B gelas s
kalian
Buah 110g 2 1 buah Jeruk
buah
Minya 10g 2 sdt 2 minyak
k
43

Snack core
Pisan
50g 1
Buah 1 buah g
buah

Malam
Nasi 200g 1,5 2 karbohidrat Nasi
gelas
Ayam 40g 1 1 hewani Botok
tanpa potong ayam
kulit sedang
Cont
Baha Berat
Penukar oh
n URT
Menu
Tahu 110g 1 1 nabati Pepes
biji besar tahu
Sayur 100g 1 1 sayuran Sayur
an B gelas asam
Buah 110g 1 1 buah Papay
potong a
besar
Minya 5g 1sdt i. minyak
k

6. Latihan Jasmani

Kegiatan fisik bagi penderita diabetes sangat dianjurkan karena

mengurangi resiko kejadian kardiovaskular dimana pada diabetes telah terjadi

mikroangiopati dan peningkatan lipid darah akibat pemecahan berlebihan yang

membuat vaskular menjadi lebih rentan akan penimbunan LDL teroksidasi

subendotel yang memperburuk kualitas hidup penderita. Dengan latihan jasmani

kebutuhan otot akan glukosa meningkat dan ini akan menurunkan kadar gula

darah.

Aktivitas latihan :

a. 5-10 menit pertama : glikogen akan dipecah menjadi glukosa


44

b. 10-40 menit berikutnya : kebutuhan otot akan glukosa akan

meningkat 7-20x. Lemakjuga akan mulai dipakai untuk

pembakaran sekitar 40%

c. > 40 menit : makin banyak lemak dipecah 75-90% .

Dengan makin banyaknya lemak dipecah, makin banyakk pula benda

keton yang terkumpul dan ini menjadi perhatian karena dapat mengarah ke

keadaan asidosis. Latihan berat hanya ditujukan pada penderita DM ringan atau

terkontrol saja, sedangkan DM yang agak berat, GDS mencapai > 350 mg/dl

sebaiknya olahraga yang ringan dahulu. Semua latihan yang memenuhi program

CRIPE : Continous, Rhythmical, Interval, Progressive, Endurance. Continous

maksudnya berkesinambungan dan dilakukan terus-menerus tanpa berhenti.

Rhytmical artinya latihan yang berirama, yaitu otot berkontraksi dan relaksi secara

teratur. Interval, dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan lambat.

Progresive dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringa

sampai sedang hingga 30-60 menit. Endurance, latihan daya tahan untuk

meningkatkan kemampuan kardiopulmoner seperti jalan santai, jogging dll.

d. Intervensi Farmakologis

Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum

tercapai degan pengaturan makanan dan latihan jasmani.

A. Obat hipoglikemik oral

a) insulin secretagogue :
45

i. sulfonilurea : meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta

pankreas. Merupakan obat pilihan utama untuk pasien dengan

berat badan normal dan kurangm namun masih boleh diberikan

kepada pasien dengan berat badan lebih. Contohnya

glibenklamid.(Askandar,2009)

ii. Glinid : bekerja cepat, merupakan prandial glucose regulator.

Penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama.obat

ini berisiko terjadinya hipoglikemia. Contohnya : repaglinid,

nateglinid.(Askandar,2009)

b) Insulin sensitizers

Thiazolindindion. Mensensitisasi insulin dengan jalan

meningkatkan efek insulin endogen pada target organ (otot skelet

dan hepar). Menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan

jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga ambilan glukosa di

perifer meningkat. Agonis PPAR yang ada di otot skelet, hepar

dan jaringan lemak.(Askandar,2009)

c) Glukoneogenesis inhibitor

Metformin. Bekerja mengurangi glukoneogenesis hepar dan

juga memperbaiki uptake glukosa perifer. Terutama dipakai pada

penyandang diabetes gemuk. Kontraindikasi pada pasien dengan

gangguan ginjal dan hepar dan pasien dengan kecendrungan

hipoksemia.(Askandar,2009)
46

d) Inhibitor absorbsi glukosa

glukosidase inhibitor (acarbose). Bekerja menghambat

absorbsi glukosa di usus halus sehingga mempunyai efek

menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Obat ini tidak

menimbulkan efek hipoglikemi.(Askandar,2009)

Hal-hal yang harus diperhatikan :

OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan decara

bertahap sesuai respon kadar glukosa darah, dapat diberikan

sampai dosis maksimal.sulfonilurea generasi I dan II 15-30 menit

sebelum makan. Glimepirid sebelum/sesaat sebelum makan.

Repaglinid, Nateglinid sesaat/sebelum makan. Metformin

sesaat/pada saat/sebelum makan. Penghambat glukosidase

bersama makan suapan pertama. Thiazolidindion tidak bergantung

jadwal makan. (Askandar,2009)

B. Insulin

Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi insulin basal dan

sekresi insulin prandial. Terapi insulin diupayakan mampu meniru pada

sekresi insulin yang fisiologis. (Askandar,2009)

Defisiensi insulin mungkin hanya berupa defisiensi insulin basa,

insulin prandial atau keduanya. Defisiensi insulin basal menyebabkan

timbulnya hiperglikemia pada keadaan puasa, sedangkan defisiensi nsulin


47

prandial akan menimbulkan hiperglikemia setelah makan. Terapi insulin

untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap defisiensi

yang terjadi. Terapi insulin dapat diberikan secara tunggal berupa insulin

kerja cepat (rapid insulin), kerja pendek (short acting), kerja menengah

(intermediate acting) atau insuli campuran tetap (premixed insulin)

Insulin diperlukan dalam keadaan : penurunan berat badan yang

cepat, hiperglikemia yang berta disertai ketosis, ketoasidosis diabetik,

hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan asidosis

laktat, gagal dengan kombinasi OHO dengan dosis yang hampir maksimal,

stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke), kehamilan

dengan DM/DM Gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan

makan, gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat, kontraindikasi atau

alergi OHO. (Askandar,2009)

C. Terapi Kombinasi

Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis

rendah untuk kemudian diinaikan secara bertahap sesuai dengan respon

kadar glukosa darah. Untuk kombinasi OHO dengan insulin, yang banyak

dipakai adalah kombinasi OHO dan insulin basal (kerja menengah atau

kerja lama) yang divberikan pada malam hari atau menjelang tidur.

Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali

glukosa yag baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal

insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00,
48

kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar gula

darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti ini kadar gula

darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka OHO dihentikan dan

diberikan insulin (Gustaviani ,2006)

7. Pencegahan

Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok

yang memiliki faktor resiko, yakni mereka yang belum terkena tetapi

berpotensi untuk mendapat DM dan kelompok intoleransi glukosa. Materi

penyuluhan meliputi program penurunan berat badan, diet sehat, latihan

jasmani dan menghentikan kebiasaan merokok. Perencanaan kebijakan

kesehatan ini tentunya diharapkan memahami dampak sosio-ekonomi

penyakit ini, pentingnya menyediakan fasilitas yang memadai dalam upaya

pencegahan primer. (Foster, 2000)

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat

timbulnya penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Program ini

dapat dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan

deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM. Penyulihan

ditujukan terutama bagi pasien baru, yang dilakukan sejak pertemuan

pertama dan selalu diulang pada setiap pertemuan berikutnya. Pemberian


49

antiplatelet dapat menurunkan resiko timbulnya kelainan kardiovaskular

pada penyandang Diabetes. (Silabernagi, 2000)

Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes

yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya

kecacatan lebih menlanjut. Pada pencegahan tersier tetap dilakukan

penyuluhan kepada pasien dan juga kelurganya dengan materi upaya

rehabilitasi yang dapat dilakakukan untuk mencapai kualitas hidup yang

optimal. Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin sebelum

kecacatan menetap, misalnya pemberian aspirin dosis rendah80-325

mg/hari untuk mengurangi dampak mikroangiopati. Kolaborasi yang baik

antar para ahli di berbagai disiplin, jantung, ginjal, mata, bedah ortopedi,

bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medik, gizi, pediatrist dll sangat

diperlukan untuk menunjang keberhasilan pencegahan tersier. (Gustaviani

,2006)

8. Faktor Yang Berhubungan dengan Komplikasi

Menurut Gustaviani (2006) ada beberapa faktor yang berhubungan secara

langsung maupun tidak langsung terhadap komplikasi Diabetes Melitus,

antara lain :

1. Pengetahuan pasien terhadap penyakit Diabetes Melitus

2. Sikap pasien terhadap tindakan pencegahan komplikasi Diabetes

Melitus
50

3. Tindakan pencegahan komplikasi Diabetes Melitus meliputi :

a) Kontrol gula darah setiap bulan

b) Minum obat tepat dosis tepat jadwal

c) Mengatur pola makan

d) Olahraga teratur setiap hari minimal selama 30 menit

e) Tidak merokok dan tidak minum alcohol

9. Prognosis

Prognosis pada penderita diabetes tipe 2 bervariasi. Namun pada pasien

diatas prognosisnya dapat baik apabila pasien bisa memodifikasi (meminimalkan)

risiko timbulnya komplikasi dengan baik. Serangan jantung , stroke, dan

kerusakan saraf dapat terjadi. Beberapa orang dengan diabetes mellitus tipe 2

menjadi tergantung pada hemodialisa akibat kompilkasi gagal ginjal. Ada banyak

hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko komplikasi : ( Waspadji S,

2006)

a) Makan makanan yang sehat / gizi seimbang (rendah lemak, rendah

gula),perbanyak konsumsi serat (buncis 150gr/hari, pepaya, kedondong,

salak,tomat, semangka, dainjurkan pisang ambon namun dalam jumlah

terbatas)

b) Gunakan minyak tak jenuh / PUFA (minyak jagung)

c) Hindari konsumsi alcohol dan olahraga yang berlebihan

d) Pertahankan berat badan ideal

e) Kontrol ketat kadar gula darah, HbA1c, tekanan darah, profil lipid
51

f) Konsumsi aspirin untuk cegah ateroskelrosis (pada orang dalam kategori

prediabete
52

Anda mungkin juga menyukai