Oleh:
RSUP SANGLAH
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Pada penelitian di Amerika, risiko berkembangnya gagal jantung adalah 20% untuk
usia ≥40 tahun, dengan kejadian >650.000 kasus baru yang didiagnosis gagal jantung
selama beberapa dekade terakhir. Kejadian gagal jantung meningkat dengan
bertambahnya usia. Tingkat kematian untuk gagal jantung sekitar 50% dalam waktu 5
tahun.2,3 Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi gagal jantung di Indonesia
sebesar 0,3%. Data prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan 2 hasil wawancara pada
responden umur ≥ 15 tahun berupa gabungan kasus penyakit yang pernah didiagnosis
dokter atau kasus yang mempunyai gejala penyakit gagal jantung (Riskesdas, 2013).
Prevalensi faktor risiko jantung dan pembuluh darah, seperti makan makanan asin 24,5%,
kurang sayur dan buah 93,6%, kurang aktivitas fisik 49,2%, perokok setiap hari 23,7%
dan konsumsi alkohol 4,6%. 4,5 Salah satu parameter penting dalam diagnosis dan
penetuan prognosis pada pasien gagal jantung adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri.
Salah satu parameter untuk menilai kemampuan fungsi jantung adalah fraksi ejeksi
(EF). Fraksi ejeksi dinilai menggunakan parameter ekokardiografi dengan nilai normal
55%, dan < 40% dianggap sudah difungsi ventrikel kiri. 4,8 Fraksi ejeksi ini mewakili isi
sekuncup sebagai presentase dari volume akhir diastolik ventrikel kiri, dimana terdapat
dua metode yang diterima secara umum untuk mengukur fraksi ejeksi, yaitu teknik
volumentrik dan rekaman M-mode. ACC/AHA (American College of
Cardiology/American Heart Association) tidak pernah mengklasifikasikan tingkat
keparahan gagal jantung berdasarkan fraksi ejeksi namun disebutkan tentang gagal jantung
sistolik (FE <50%) dan gagal jantung diastolik (FE >50%), hanya studi-studi dengan
sampel pasien gagal jantung yang mengelompokkannya berdasarkan fraksi ejeksi,
misalnya studi SOLVD, PROMISE, GESICA yang memakai batasan fraksi ejeksi < 35%
untuk gagal jantung yang berat (NYHA III-IV), namun ada juga studi yang memakai
batasan fraksi ejeksi < 40% untuk yang berat. 9-11
Lama hari rawat (Length of Stay / LOS) adalah salah satu indikator dalam menilai
mutu dan efisiensi rumah sakit. Lama hari rawat yang panjang atau pendek menandakan
rendahnya mutu dan efisiensi rumah sakit (Marzuki, 1998). Menurut Clarke (2001) dalam
Borghans, et al. (2008), salah satu tujuan dalam kebijakan sistem pelayanan kesehatan
adalah menurunkan lama hari rawat yang panjang. Menurut OECD/Organitation for
Economic Co-operation and Development tahun 2010 dalam European Hospital and
Healthcare Federation tahun 2011, biaya akan menurun seiring dengan penurunan lama
hari rawat.
Lama hari rawat di berbagai negara berbeda-beda. Menurut AHRQ/Agency for
Healthcare Research and Quality (2007), rata-rata lama hari rawat di Amerika adalah 4,6
hari. Pada tahun 2008, rata-rata lama hari rawat di Eropa bervariasi antara 5 sampai 12
hari. (OECD, 2010 dalam European Hospital and Healthcare Federation, 2011). Standar
lama hari rawat yang ideal menurut Depkes (2011) adalah 6 sampai 9 hari. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitan mengenai hubungan
antara fraksi ejeksi ventrikel kiri pada pasien gagal jantung dengan lama hari rawat di
RSUP Sanglah.
Dari latar belakang di atas, maka penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan
antara fraksi ejeksi ventrikel kiri pada pasien gagal jantung dengan lama hari rawat di
RSUP Sanglah pada tahun 2018 ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi hubungan antara fraksi ejeksi ventrikel kiri pasien gagal
jantung dengan lama hari perawatan di RSUP Sanglah tahun 2018 ?
1.4.2 Institusi
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan data tambahan
yang bermanfaat bagi akademik tentang hubungan antara ejeksi fraksi ventrikel
kiri pasien gagal jantung kongestif dengan lama hari rawat.
b. Sebagai masukan bagi instansi kesehatan untuk merencanakan program
peningkatan pelayanan kesehatan.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pembanding bagi peneliti
sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya, terutama di
bidang kardiovaskular tentang gagal jantung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Aterosklerosis koroner
6. Faktor Sistemik
Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu
sistem tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga
jantung tidak mampu memompa memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal
jantung ditandai dengan satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal
yang nyata serta suatu keadaan patologik berupa penurunan fungsi jantung. Salah
satu respon hemodinamik yang tidak normal adalah peningkatan tekanan
pengisian (filling pressure) dari jantung atau preload. Respon terhadap jantung
menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi yang bertujuan untuk
meningkatkan volume darah, volume ruang jantung, tahanan pembuluh darah
perifer dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga menyebabkan aktivasi dari
mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan air dan garam oleh
ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik. Penting dibedakan antara kemampuan
jantung untuk memompa (pump function) dengan kontraktilias otot jantung
(myocardial function). Pada beberapa keadaan ditemukan beban berlebihan
sehingga timbul gagal jantung sebagai pompa tanpa terdapat depresi pada otot
jantung intrinsik. Sebaliknya dapat pula terjadi depresi otot jantung intrinsik
tetapi secara klinis tidak tampak tanda-tanda gagal jantung karena beban jantung
yang ringan. Pada awal gagal jantung akibat CO yang rendah, di dalam tubuh
terjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin angiotensin
aldosteron, serta pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan
mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat.
Penurunan kontraktilitas ventrikel akan diikuti penurunan curah jantung yang
selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah dan penurunan volume darah arteri
yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme kompensasi neurohumoral.20
Gagal jantung dapat terjadi dengan ejeksi fraksi ventrikel kiri yang
menurun / Reduced Ejection Fraction (≤ 40%) maupun cukup / Preserved
Ejection Fraction (> 40%). Data perorangan, 2 data multicenter, 3 dan data
percobaan acak, 4 menunjukkan distribusi bimodal pada fraksi ejeksi ventrikel kiri
dengan nilai antara 40% dan 50%. Demografi dan etiologi klinis pasien dengan
Reduced Ejection Fraction (HF-rEF) atau Preserved Ejection Fraction (HF-pEF)
juga berbeda. Namun demikian, terdapat perbedaan yang signifikan dari 2
kelompok ini ada.5 Panduan ACCF / AHA 2013 menentukan pasien dengan EF
antara 41% dan 49% sebagai HF-pEF batas dengan temuan klinis yang serupa
dengan EF ≥ 50% .6 Batasan nilai fraksi ejeksi yang dipublikasikan untuk HF -rEF
6-8
versus HF-pEF berkisar antara 40% sampai 55%,
2.7 Komplikasi Gagal Jantung Kongestif
1. Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena
dalam atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan
emboli sistemik tinggi, terutama pada CHF berat. Bisa diturunkan
dengan pemberian warfarin.
2. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa
menyebabkan perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauan
denyut jantung (dengan digoxin atau β blocker dan pemberian warfarin).
3. Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik
dengan dosis ditinggikan.
4. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau sudden
cardiac death (25-50% kematian CHF). Pada pasien yang berhasil
diresusitasi, amiodaron, β blocker, dan vebrilator yang ditanam mungkin
turut mempunyai peranan.20
H0 : Tidak ada hubungan antara fraksi ejeksi ventrikel kiri pada pasien gagal
jantung dengan lama hari rawat di RSUP Sanglah.
H1 : Ada hubungan antara fraksi ejeksi ventrikel kiri pada pasien gagal jantung
dengan lama hari rawat di RSUP Sanglah.
BAB IV
METODE PENELITIAN
𝑁
𝑛 =
1 + 𝑁 𝑥 𝑑²
n = Besar Sampel
N = Populasi
d = Tingkat Kepercayaan / Ketepatan ( 0,05 )
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir
kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan computer. Biasanya dalam pemberian
kode juga dibuat daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk
memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
c. Tabulasi
Menurut Arikunto (2002), hasil tabulasi data diinterpretasikan engan menggunakan
skala sebagai berikut :
100% : seluruhnya
76%-99% : hampir seluruhnya
51%-75% : sebagian besar
50% : setengahnya
26%-49% : hampir setengahnya
1%-25% : sebagian kecil
0% : tidak satupun
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi
umur, jenis kelamin, lama hari rawat, dan fraksi ejeksi ventrikel kiri.
b. Analisis Multivariat
Analisis ini mempelajari perilaku dan hubungan antara dua atau lebih
variable. Digunakan untuk menjelaskan perbedaan yang terjadi antara variable
independen (fraksi ejeksi ventrikel kiri) dan variable dependen (lama hari
rawat). Analisa ini menggunakan uji chi-square karena variable dependen dan
independen pada penelitian ini berbentuk atribut atau kategori nominal dan
menggunakan komputer dengan program SPSS.
Masalah etika dalam penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian mengingat peneliti akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi
etika peneliti harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan
penelitian.22 Dalam melakukan penelitian etika yang ditekankan meliputi:
a. Lembar persetujuan (informed consent)
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan
diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penilitian serta manfaat
penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian.
b. Tanpa Nama (anonymity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi responden,
tetapi lembar tersebut hanya akan diberi kode tertentu.
c. Kerahasiaan (confidentially)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA