Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN DALAM KESEHATAN REPRODUKSI

INFEKSI GENITAL NON SPESIFIK

ULKUS MOLE

LIMFOGRANULOMA VENERUM

Dosen Pengampu : Siswi Wulandari, SST., M.Keb

Disusun Oleh :

Helen Ayu Lizia Permata ( 202106080175 )

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa saya panjatkan atas limpahan rahmat dan

berkahnya yang diberikan , sehingga bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan

Kebidanan dalam kesehatan reproduksi Infeksi genital non spesifik, Ulkus mole,

Limfogranuloma venerum”. Teimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam proses penyusunan makalah ini baik yang terlibat langsung maupun tidak.

Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan makalah ini

dari teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi untuk itu besar harapan

makalah saya akan saran dan masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan

kedepannya.

Tidak lupa saya ucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing yang

telah memberi arahan untuk membuat makalah ini dan tidak lupa untuk rekan-rekan

mahasiswa saya ucapkan terimakasih semoga apa yang di susun dapat bemanfaat.

3 Juli 2023

2
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 PENGERTIAN

Infeksi menular Seksual ( IMS ) adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu

orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua teknik hubungan seksual baik lewat

vagina, dubur, atau mulut baik berlawanan jenis kelamin maupun dengan sesama jenis kelamin

bisa menjadi sarana penularan penyakit kelamin. Sehingga kelainan ditimbulkan tidak hanya

terbatas pada daerah genital saja, tetapi dapat juga di daerah ekstra genital.

Infeksi genital non spesifik (IGNS) merupakan penyakit infeksi menular seksual (IMS)

berupa peradangan di uretra, rektum, atau servik yang disebabkan oleh kuman nonspesifik.

Istilah IGNS mulai digunakan di Inggris sejak tahun 1972, yang meliputi berbagai keadaan

yaitu uretritis non spesifik, dan servisitis non spesifik pada wanita.1 Penyebab IGNS yang

terbanyak Chlamydia trachomatis (CT) sekitar 30-50%, sedangkan 10-20% kasus disebabkan

oleh Ureaplasma urealyticum dan atau Mycoplasma genitalium. Penyebab IGNS lainnya

walaupun jarang termasuk Haemophilus sp, M. hominis, virus Herpes simplex (2 – 3 %) dan

lainnya.2,3 Diagnosis infeksi genital non spesifik ditegakkan apabila pada pemeriksaan

laboratorium sederhana dengan pewarnaan Gram dari apusan sekret servik ditemukan leukosit >

30/ lapangan pandang besar (LPB), tanpa ditemukan diplokokus Gram negatif, pada hasil

pemeriksaan KOH 10% tidak dijumpai Candida serta pada hasil pemeriksaan NaCl 0,9 % tidak

didapatkan Trichomonas vaginalis dan clue cell. 1 Infeksi genital non spesifik yang disebabkan

oleh CT, merupakan penyebab infeksi menular seksual (IMS) terbanyak di dunia

3
Penyakit ulkus mole adalah infeksi bakteri yang terjadi di area genitalia, baik pada laki-

laki maupun perempuan. Bakteri penyebab infeksi ini adalah Haemophilus ducreyi. Bakteri

tersebut menyerang jaringan-jaringan di bagian luar vagina dan penis sehingga menimbulkan

luka atau bintil-bintil kecil. Penyakit ini juga dikenal dengan istilah kankroid.

Limfogranuloma venereum adalah suatu infeksi kronis sistem limfatik yang disebabkan

oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini ditularkan melalui kontak seksual, meliputi

hubungan seks vaginal, anal, dan oral. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada pria

dibandingkan pada wanita. 

4
1.2 TANDA GEJALA

1. Infeksi Genital non Spesifik

Menurut Pedoman Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual Depkes RI, infeksi

melalui hubungan seksual ini pada pria muncul sebagai uretritis dan pada wanita sebagai

servisitis mukopurulen. Manifestasi klinis dari uretritis kadang sulit dibedakan dengan

gonorrhea dan termasuk adanya discharge mukopurulen dalam jumlah sedikit atau

sedang, terutama pada pagi hari (morning drops) dan dapat pula berupa bercak di celana

dalam, gatal pada uretra dan rasa panas ketika buang air kecil. Infeksi tanpa gejala bisa

ditemukan pada 1-25% pria dengan aktivitas seksual aktif. Pada wanita, manifestasi

klinis mungkin sama dengan gonorrhea, dan seringkali muncul sebagai discharge

endoservik mukopurulen, disertai dengan pembengkakan, eritema dan mudah

mengakibatkan perdarahan endoservik disebabkan oleh peradangan dari epitel kolumner

endoservik. Namun, 70 % dari wanita dengan aktivitas seksual aktif yang menderita

klamidia, biasanya tidak menunjukkan gejala. Infeksi kronis tanpa gejala dari

endometrium dan saluran tuba bisa memberikan hasil yang sama. Manifestasi klinis lain

namun jarang terjadi seperti bartolinitis, sindroma uretral dengan disuria dan pyuria,

perihepatitis (sindroma Fitz-Hugh-Curtis) dan proktitis. Infeksi yang terjadi selama

kehamilan bisa mengakibatkan ketuban pecah dini dan menyebabkan terjadinya

kelahiran prematur, serta dapat menyebabkan konjungtivitis dan radang paru pada bayi

baru lahir. Infeksi klamidia endoserviks meningkatkan risiko terkena infeksi HIV.

Infeksi klamidia bisa terjadi bersamaan dengan gonorrhea, dan tetap bertahan walaupun

gonorrhea telah sembuh. Oleh karena servisitis yang disebabkan oleh gonokokus dan

klamidia sulit dibedakan secara klinis maka pengobatan untuk kedua mikroorganisme

ini dilakukan pada saat diagnosa pasti telah dilakukan. Namun pengobatan terhadap

gonorrhea tidak selalu dilakukan jika diagnosa penyakit disebabkan C. trachomatis.

5
2. Ulkus Mole

Etiologi: Haemophillus ducreyi gram negatif streptobacillus, biasa disebut chancroid

merupakan penyakit infeksi genentalia akut. Gejala klinis : Ulkus multipel, bentuk tidak

teratur, dasar kotor, tepi bergaung, sekitar ulkus eritema dan edema, sangat nyeri.

Kelenjar getah bening inguinal bilateral atau unilateral membesar, nyeri, dengan eritema

di atasnya, seringkali disertai tanda-tanda fluktuasi, biasanya tidak disertai gejala

sistemik. Diagnosis ulkus mole di tegakan berdasarkan riwayat pasien, keluhan dan

gejala klinis,serta pemeriksaan labolatorium. Pemeriksaan langsung bahan ulkus dengan

pengecatan gram memperlihatkan basil kecil negatif gram yang berderat berpasangan

seperti rantai di intersel atau ekstrasel. Dengan menggunkan kultur H.ducreyi,

pemeriksaan yang di peroleh lebih akurat.Bahan di ambil dari dasar ulkus yang di

peroleh lebih akurat. Bahan di ambil dari dasar ulkus yang purulen atau pus. Selain itu

bisa dengan tes serologi ito-Reenstierma ,tes ELISA, presipitin, dan aglutinin.11

Komplikasi : Luka terinfeksi dan menyebabkan nekrosis jaringan. Pencegahan : Tidak

berhubungan intim sebelum menikah, setia pada pasangan, dan menggunakan kondom

a. Limfogranuloma Venerum
6
Limfogranuloma Venerum adalah infeksi menular seksual yang mengenai

sistem saluran pembuluh limfe dan kelenjar limfe, terutama pada daerah genital,

sifat sebagian seperti bakteri dalam hal pembelahan sel, metabolisme, struktur,

maupun kepekaan terhadap antibiotika dan kemoterapi, dan sebagian lagi bersifat

seperti virus yaitu memerlukan sel hidup untuk berkembang biaknya.9

Gejala penyakit berupa malaise, nyeri kepala, athralgia , anoreksia, nausea,

dan demam. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening inguinal medial

dengan tanda – tanda radang.Penyakit ini dapat berlanjut memberikan gejala – gejala

kemerahan pada saluran kelenjar dan fistulasi.

Diagnosis dapat di tegakan berdasarkan gambaran klinis, tes GPR, tes Frei, tes

serologi, pengecatan giemsa dari pus bubo,dan kultur jaringan.

Komplikasi : Elefantiasis genital atau sindroma anorektal

Pencegahan : Tidak berhubungan intim sebelum menikah, setia pada pasangan,

menggunakan kondom.

7
Gambar 4. Limfogranuloma Venerum

8
BAB II

CARA PENCEGAHAN

1. Pencegahan Penyakit Menular Seksual

Beberapacara efektif yang dapat mengurangi resiko tertular penyakit


menular seksual15 antara lain :
- Abstinensia

- Tidak berganti- ganti pasangan

- Vaksin (Hepatitis Bdan HPV)

- Menggunakan kondom

9
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Akibat yang ditimbulkan oleh Infeksi Menular Seksual (IMS) menjadi permasalahan yang

sangat kompleks baik dari segi kesehatan, budaya, social ekonomi dan perilaku masyarakat.

Hasil penelitian secara univariat menyatakan gambaran pengetahuan responden sebesar

90,8% baik, sikap 96,6% baik dan perilaku 95,2% baik.

2. Saran

Diharapkan pemerintah dapat lebih memperhatikan dam memproritaskan Penyakit

Menular Seksual (PMS) dengan cara:

a. Memberilan penyuluhan atau komunikasi, informasi dan edukasi tentang

Penyakit Menular Seksual (PMS) serta penyuluhan tentang seks yang

aman pada Pekerja Seks Komersial (PSK).

b. Tindakan pencegahan melalui promosi penggunaan kondom pada Pekerja

Seks Komersial (PSK).

c. Penemuan penderita secara dini.

d. Penatalaksanaan penderita yang tepat.

e. Memberikan dukungan pelayanan kesehatan.

10

Anda mungkin juga menyukai