Anda di halaman 1dari 27

DM Jaga : Hasan dan Masiva

POMR(Problem Oriented Medical Record)

Nama : Ny. I Tanggal Periksa : 17 September 2021


Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Trenggalek
Usia : 25 Tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
SUMMARY OF DATABASE CLUE AND CUE PROBLEM INITIAL PLANNING
LIST DIAGNOSIS
DIAGNOSIS THERAPY MONITORING EDUCATION
Ny. I, 25 tahun -Ny. I, G1 P0000 1.1 G1 P0000 - USG - MRS Keluhan pasien - Menjelaskan dan
Anamnesis Perempuan, 25 A000 UK A000 UK 19 – - Ptt Bed Rest -TTV memberitahukan
Keluhan Utama : Perdarahan Tahun, BB: 48 19 – 20 20 minggu aptt Infus RL -Monitoring terapi kepada pasien dan
RPS : -Bleeding minggu dengan 2600cc/24jam -Perdarahan keluarga tentang
Pasien datang ke IGD -Nyeri + abdomen dengan Abortus 36tpm -Tanda-tanda
penyakit pasien
RSUD dengan keluhan -TFU tidak teraba perdarahan incomplete Pro kuretase dehidrasi
- Menjelaskan
keluar darah sejak 2 hari -HPHT 20-03- pervaginam (petidine 1-2 -Produksi Urin @6
2018 (UK 8-10 jam, selama 24 jam tentang tatalaksana
yang lalu dan disertai 1.2 G1 P0000 mg/kgBB IM
nyeri. Hari ini pasien mggu) dan 10 IU -Kadar Hb setelah yang dilakukan
A000 UK 19 –
mengatakn keluar 20 minggu oksitosin IM) 24 jam kepada pasien
gumpalan darah seperti Pemeriksaan : dengan Ampicillin 2g i.v - Mengedukasi
daging disertai nyeri perut - Genitalia Interna Abortus Paracetamol a.Hubungan seksual
sebelumnya. Satu minggu (Inspekulo) insipiens 500 mg prn atau memasukkan
yang lalu pasien Vagina: Ranitidine 50mg apapun ke dalam
mengalami hal yang sama I : gumpalan i.v vagina hanya boleh
namun darah dapat darah + Konsul dokter dilakukan setelah
berhenti. Keluar lendir (-). spesialis perdarahan berat
Mual (-) muntah(-) Portio: Kandungan berhenti ,
Pusing(-), panas badan (-), I : Terbuka,
pandangan mata terlihat jaringan b. Perdarahan vagina
ganda/kabur (-). Ibu tidak selama 2 minggu
mengeluh kaki benngkak, VT ginekologi : setelah dilakukannya
nyeri ulu hati (-), sesak (-). Portio : terbuka, tatalaksana
Riwayat kejang (-). BAB teraba jaringan medikamentosa atau
dan BAK dbn makan operatif adalah
minum baik.
normal.
RPD: c. Ada kemungkinan
HT -, DM -, Asma -, Alergi - hamil kembali jika
RPK: tidak menggunakan
HT -, DM -, Asma -, Alergi - kontrasepsi karena
Riwayat Haid
kesuburan akan
Menarche : 13 tahun
kembali kira-kira
Siklus : ± 28hari,
teratur dalam 8 hari setelah
Lama : 6 hari keguguran terjadi
Dismenorhea : - d. Bila merasakan
HPHT: 26-04-2021
kram atau nyeri perut
TP : 02-02-2022
yang meningkat
UK: 19 – 20 minggu
intensitasnya,
Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali perdarahan berat,
Lama menikah : 6 bulan atau demam, maka
Riwayat Kehamilan dan harus segera ke
Persalinan fasilitas kesehatan
I. Hamil ini
Riwayat ANC
Kontrol sebanyak 2x dibidan
Riwayat KB
-belum pernah KB
PEMERIKSAAN UMUM
Tinggi badan : 145 cm
Berat badan : 48 kg
Keadaan umum : Baik
A/I/C/D :-/-/-/-
Kesadaran : Compos
Mentis
Tekanan darah : 120/80
mmHg
Nadi : 88 x /
menit
Suhu (axiller) : 36,9 °C
RR : 22 x / menit
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Kepala : Oedem kelopak
mata - / - Konjunctiva
anemis - / - Sclera icterus -
/-
Leher : Pembesaran KGB
(-), Bendungan Vena
Leher (-)
Thorax: Bentuk normal,
gerak simetris
Pulmo: Suara nafas
vesikuler, Rh - / - ,
Wh - / -
Cor : S1S2 tunggal,
murmur (-), gallop
(-)
Abdomen:
I = cembung
P = nyeri tekan (-)
P = timpani
A = BU dalam batas
normal
Ekstremitas: dalam batas
normal
b. Status Obstetri
Pemeriksaan luar
Inspeksi:
Tampak massa (-) strie
gravidarum (-)
Palpasi:
Teraba massa (-), nyeri (+)
TFU : tidak teraba
Genetalia Interna
(inspekulo)
Vagina (inspeksi): gumpalan
darah (+) benjiolan (-)
Portio (Inspeksi) : terbuka
terlihat jaringan
VT gin : vagina : benjolan (-),
nyeri (-)Portio : nyeri goyang
-, terbuka, teraba jaringan
Uterus : Antefleksi, teraba
massa
Tuba falopi : nyeri -, massa -,
cavum dauglasi : nyeri -,
massa -
Pemeriksaan Penunjang
Lab :
HB : 12.4 gr%
Leu :11.200 /L
LED : 3mm/Jam
Trom: 265.000/mm3
Hct : 38 L%
Gol Darah : 0/+
Abortus
Pendahuluan
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan adalah terjadinya perdarahan, yang dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada
kehamilan muda, sering dihubungkan dengan abortus, miscarriage, dan early pregnancy loss1
Abortus dapat menyebabkan komplikasi yaitu perdarahan (hemorrhage), perforasi, infeksi dan tetanus, dan syok. Perdarahan yang terjadi
pada ibu dapat menyebabkan anemia, sehingga dapat memberikan risiko kematian. Infeksi juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami
abortus dan dapat menyebabkan sepsis, sehingga dapat berakibat kematian pada ibu.2
Di dunia, terjadi 208 juta kehamilan dengan 41 juta mengarah ke aborsi dan 11 juta mengarah ke abortus spontan. Di negara berkembang,
90% abortus terjadi secara tidak aman, sehingga berkontribusi 11%-13% terhadap kematian maternal. 3 Menurut WHO, diperkirakan 4,2 juta
abortus dilakukan setiap tahun di ASEAN dengan perincian 750.000–1,5 juta dilakukan di Indonesia. Laporan dari Australian Consortium For
Indonesian Studies, bahwa hasil penelitian yang dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia menunjukkan terjadi 43 kasus aborsi
per 100 kelahiran hidup4
Riskesdas tahun 2010 menunjukkan presentase keguguran di Indonesia sebesar 4% pada kelompok perempuan pernah kawin usia 10–59
tahun. Presentase kejadian abortus spontan di Indonesia berdasarkan kelompok umur yaitu 3,8% pada kelompok umur 15–19 tahun, 5,8 %
pada kelompok umur 20-24 tahun, 5,8% pada kelompok umur 25-29 tahun dan 5,7% pada kelompok umur 30-34 tahun 3

A. Definisi
Abortus adalah pengeluaran janin atau embrio dengan berat kurang dari 500 gram, dengan batas usia kehamilan kurang dari 20 minggu.

B. Etiologi
Penyebab Abortus (Early Pregnancy loss) bervariasi dan sering diperdebatan, umumnya disebabkan lebih dari satu penyebab, diantaranya
yaitu 6,7,8
1. Faktor janin (fetus)
- Kelainan kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi) 6,7,8
2. Faktor ibu (maternal)
- Faktor demografis: usia ibu, gravida, usia kehamilan, paritas, dan jarak kehamilan, riwayat keguguran sebelumnya.
- Infeksi : virus (rubella, cytomegalovirus, variola, HIV), bakteri (Klamidia, brucella, ureaplasma, bacterial vaginosis), parasite
(Toxoplasma, malaria), Spirokaeta (Treponema pallidum), yang dapat menginfeksi unit fetoplasenta melalui darah, dan
kemungkinan juga dapat menginfeksi secara lokal melalui genitourinary.
- Gangguan Kesehatan (medical disorder): Diabetes militus, obesitas, gangguan tiroid, SLE
- Kanker: penderita kanker yang dirawat dengan radioterapi abdominopelvic atau kemoterapi nantinya berisiko lebih besar
mengalami keguguran
- Prosedur pembedahan : Trauma jarang menyebabkan keguguran pada trimester pertama, Trauma mayor-terutama abdomen dapat
menyebabkan keguguran, tetapi lebih mungkin terjadi saat kehamilan semakin lanjut
- Nutrisi : Kualitas makanan mungkin berperan, karena risiko keguguran dapat berkurang pada wanita yang mengonsumsi makanan
yang kaya buah-buahan, sayuran, biji-bijian, minyak nabati, dan ikan
- Faktor perilaku dan social : konsumsi alkohol, rokok, kafein, obat.
- Factor pekerjaan dan lingkungan : bisphenol A, phthalates, polychlorinated bifenil, dan dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT).
Agen kontrasepsi seperti IUD in situ meningkatkan resiko abortus, Dari Nurses Health Study II, Lawson dan rekan, melaporkan
sedikit peningkatan risiko keguguran pada perawat yang terpapar agen sterilisasi, rontgen, dan antineoplastic. Selain itu, risiko
keguguran yang lebih tinggi ditemukan pada asisten gigi yang terpapar lebih dari 3 jam nitrous oxide setiap hari jika tidak ada
peralatan pemulung gas (gas-scavenging).
- Faktor serviko-uterus : sebagian besar berhubungan dengan abortus trimester kedua, 1) Inkompetensi serviks , 2) Malformasi
kongenital uterus, 3) Uterus (fibroid), 4) adhesi intrauterine
- Tidak bisa dijelaskan/unexplained 6,7,8
3. Factor ayah (paternal)
- Faktor usia : risiko ini paling rendah sebelum usia 25 tahun, setelah itu secara progresif meningkat pada interval 5 tahun, Etiologi
hubungan ini tidak dipelajari dengan baik, tetapi kelainan kromosom pada spermatozoa kemungkinan berperan 6,7,9
C. Patofisiologi
Kebanyakan abortus spontan terjadi setelah kematian janin yang kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu
terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan pervaginam. Buah
kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi
uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi) 10
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua
secara mendalam. Terkadang ostium eksternus gagal untuk melebar sehingga seluruh massa tertampung di kanalis servikalis yang berdilatasi
dan disebur keguguran serviks. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya
plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya dikeluarkan
setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blighted ovum), mola kruenta, mola tuberosa, fetus kompresus, maserasi, atau
fetus papiraseus 8,10

D. Klasifikasi
Abortus dapat digolongkan atas dasar : 6
1. Abortus Spontan
- Abortus imminens
- Abortus insipiens
- Missed abortion
- Abortus habitualis
- Abortus infeksiosa & Septik
- Abortus inkompletus
- Abortus kompletus
2. Abortus Provakatus (induced abortion)
- Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
- Abortus Kriminalis
a. Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang berlangsung tanpa tindakan atau tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-
mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah 6,11
a. Abortus Imminens
Merupakan peristiwa terjadinya perdarahan pervaginam pada kehamilan 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan
tanpa adanya dilatasi serviks.2 Adanya abortus imminens terlihat pada gambar 1.
Diagnosis abortus imminens ditentukan dari :
- Terjadinya perdarahan melalui ostium eksternum dalam jumlah sedikit.
- Disertai sedikit nyeri perut bawah atau tidak sama sekali.
- Uterus membesar, sebesar tuanya kehamilan.
- Serviks belum membuka, ostium uteri masih tertutup.
- Tes kehamilan (+)6,11
Gambar 2.1. Abortus Imminens
b. Abortus Insipiens
Merupakan peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat dan
ostium uteri telah membuka, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan
bertambah. Adanya abortus insipiens terlihat pada gambar 2.
Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan pervaginam dengan kontraksi makin lama makin kuat dan sering, serviks terbuka, besar
uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin kehamilan masih positif. 6,11

Gambar 2.2. Abortus Insipien


c. Abortus Inkomplet
Merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Perdarahan abortus ini dapat banyak sekali dan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi dikeluarkan. , Adanya abortus inkomplit terlihat pada
gambar 3.
Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan yang banyak disertai kontraksi, kanalis servikalis masih terbuka, dan sebagian jaringan
keluar. 6,11

Gambar 2.3. Abortus Inkompletus


d. Abortus Komplet
Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri
sebagian besar telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Adanya abortus komplet terlihat pada gambar 4.
Ciri dari abortus ini yaitu perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks menutup, dan tidak ada sisa konsepsi dalam uterus.
6,11
Gambar 2.4. Abortus Kompletus
e. Missed Abortion.
Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati didalam rahim selama ≥8 minggu. Ditandai dengan tinggi fundus uteri yang menetap
bahkan mengecil, biasanya tidak diikuti tanda–tanda abortus seperti perdarahan, pembukaan serviks, dan kontraksi. Adanya missed
abortion terlihat pada gambar 5. 6,11

Gambar 2.5. Missed Abortion


TABEL 2.1 Macam-macam abortus 12

f. Abortus Habitualis
Merupakan abortus spontan yang terjadi 3x atau lebih secara berturut-turut. Pada umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil,
tetapi kehamilan berakhir sebelum mencapai usia 28 minggu. 6,11
Etiologi abortus habitualis yaitu : 6,11
- Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya adalah pembuahan patologis.
- Kesalahan-kesalahan pada ibu yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofi. Ini dapat dibuktikan dengan mengukur kadar pregnadiol dalam urin. Selain
itu juga bergantung pada gizi ibu (malnutrisi), kelainan anatomis dalam rahim, hipertensi oleh karena kelainan pembuluh darah
sirkulasi pada plasenta/vili terganggu dan fetus menjadi mati. Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus
antagonisme.
g. Abortus Infeksius & abortus septik.
Abortus infeksius adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia. Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran
kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritonium. 6,11
Infeksi dalam uterus/sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkomplet dan lebih sering
pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. 6,11
Diagnosis abortus infeksius ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat genital seperti panas,
takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar lembek, serta nyeri tekan dan leukositosis. Apabila terdapat sepsis,
penderita tampak sakit berat atau kadang menggigil, demam tinggi, dan penurunan tekanan darah. 6,11
b. Provokatus
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi
menjadi:6,11
a. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
Abortus medisinalis adalah abortus dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi
medis).
b. Abortus Kriminalis
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal (illegal) atau tidak berdasarkan indikasi
medis.
E. Gejala Klinis
- Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20 minggu, mual-muntah, mengidam, hiperpigmentasi mammae, dan tes kehamilan
positif.
- Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
- Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
- Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal
atau cepat dan kecil, serta suhu badan normal atau meningkat. 11
- Pemeriksaan ginekologi
1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Colok vagina: porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih
kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, dan kavum douglas tidak menonjol dan
tidak nyeri. 11

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium (sarwono, robert)
- Darah Lengkap
 Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik.
 LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
- Tes Kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara prediktif. Hasil positif menunjukkan terjadinya kehamilan
abnormal (blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik). 11
- Tes golongan darah, semua wanita dengan perdarahan uterus pada awal kehamilan harus ditetukan golongan darahnya, dan semua wanita
dengan rhesus negative harus menerima immunoglobulin anti-D tanpa memandang usia kehamilan 7
2. Ultrasonografi
- USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5 minggu.
- Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan
viabel atau non-viabel 11

G. Penatalaksanaan
a. Umum
- Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu). 12
- Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok,
Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena
kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
Tatalaksana syok secara umum :
 Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan menggunakan jarum terbesar (no. 16 atau 18 atau ukuran terbesar yang tersedia).
 Berikan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) sebanyak 1 liter dengan cepat (15-20 menit).
 Pasang kateter urin (kateter Folley) untuk memantau jumlah urin yang keluar.
 Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam 1 jam pertama, atau hingga 3 liter dalam 2-3 jam (pantau kondisi ibu dan tanda vital).
 Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit.
 Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan kecepatan infus menjadi
0,5 ml/menit (8-10 tetes/menit), pantau keseimbangan cairan.
 Tanda-tanda bahwa kondisi ibu sudah stabil atau ada perbaikan adalah
sebagai berikut: Tekanan darah sistolik >100 mmHg, Denyut nadi <90 kali/menit, Status mental membaik (gelisah berkurang),
Produksi urin >30 ml/jam
 Jika sudah stabil pemberian infus dipertahankan dengan kecepatan 500 mL tiap 3-4 jam ( 40-50 tetes/menit)
 Pertimbangkan merujuk ibu ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang lebih lengkap
Tatalaksana syok Khusus
 Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok, cari tahu dan atasi sumber perdarahan:
 Transfusi dibutuhkan jika Hb < 7 g/dl atau secara klinis ditemukan keadaan anemia berat
- Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48
jam:
 Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
 Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
 Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
- Segera rujuk ibu ke rumah sakit .
- Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
- Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus. 12
b. Khusus
1. Abortus imminens
- Pertahnakan kehamilan
- Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
- Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi kerentanan otot-otot rahim.
- Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati.
- Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
- Pasien tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2 minggu dan melakukan aktivitas fisik berlebihan 6,12
2. Abortus insipiens
- Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman selama tindakan evakuasi, serta memberikan
informasi mengenai kontrasepsi pascakeguguran.
- Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu: lakukan evakuasi isi uterus (AVM), Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
 Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
 Rencanakan evakuasi segera.
- Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
 Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi sisa hasil konsepsi dari dalam uterus (AVM)
 Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi
- Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
- Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
- Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang. 6,12
3. Abortus inkomplet
- Lakukan konseling.
- Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks.
- Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah
metode yang dianjurkan, Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan,
berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
- Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan
40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi.
- Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
- Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
- Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar hemoglobin setelah 24 jam. BIla hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang. 6,12
4. Abortus komplet
- Tidak diperlukan evakuasi lagi.
- Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan kontrasepsi pasca keguguran.
- Observasi keadaan ibu.
- Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/ hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
- Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu. 6,12
5. Missed abortion2
- Lakukan konseling.Jika usia kehamilan <12 minggu: evakuasi dengan AVM atau sendok kuret.
- Jika usia kehamilan >12 minggu namun <16 minggu: pastikan serviks terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks sebelum
dilakukan dilatasi dan kuretase. Lakukan evakuasi dengan tang abortus dan sendok kuret.
- Jika usia kehamilan 16-22 minggu: lakukan pematangan serviks. Lakukan evakuasi dengan infus oksitosin 20 unitdalam 500 ml NaCl
0,9%/Ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi,
evaluasi Kembali sebelum merencanakan evakuasi lebih lanjut.
- Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
- Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
- Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang6,12
6. Abortus infeksius dan septik
- Tingkatkan asupan cairan.
- Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah.
- Penanggulangan infeksi:
a) Ampicilin 4x1 gram atau Penicillin 4 x 1,2 juta.
b) Gentamisin 2x80mg
c) Metronidazole 2x1 gram
- Saat ini, regimen antibiotik kombinasi seperti intravena gentamisin dan klindamisin; ampisilin, gentamisin, dan metronidazol; dan
levofloxacin dan metronidazole atau agen spektrum luas tunggal seperti imipenem, piperacillin-tazobactam, dan ticarcillin-clavulanate
telah direkomendasikan untuk menargetkan organisme gram positif, gram negatif, dan anaerobik.
- Kuretase dilakukan dalam waktu minimal 6 jam setelah antibiotik diberikan karena pengeluaran sisa-sisa abortus mencegah
perdarahan dan menghilangkan jaringan nekrosis yang bertindak sebagai medium perkembangbiakan bagi jasad renik.
- Pada kasus tetanus perlu diberikan ATS, irigasi dengan H2O2, dan histerektomi total secepatnya. 6,11,13
7. Abortus Habitualis
- Memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sehat, istirahat yang cukup, larangan koitus, dan olah raga.
- Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.
Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: Shirodkar atau Mac Donald (cervical cerclage). 6,11
H. Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi uterus
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu
diamat-amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luar dan bentuk perforasi,
penjahitan luka perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat
karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau
kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi. Perforasi uterus (hanya aborsi bedah); risikonya berkisar antara 1-4 dari 1000
dan lebih rendah untuk aborsi dini dan yang dilakukan oleh dokter berpengalaman.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih
sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah
peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
5. Kerusakan serviks
Trauma serviks (hanya aborsi bedah); risiko kerusakan os eksternal tidak lebih dari 1 dari 100 dan lebih rendah untuk aborsi dini dan
yang dilakukan oleh dokter berpengalaman 10, 11, 14

I. Prognosis
Prognosis untuk kehamilan yang berhasil bergantung pada etiologi abortus spontan sebelumnya, usia pasien, dan gambaran sonografi
kehamilan 15
Risiko abortus di kehamilan kedepannya adalah sekitar 20% setelah satu keguguran, 28% setelah dua kali keguguran, dan 43% setelah
tiga atau lebih keguguran16

J. Referensi
1. Wibowo B. Wiknjosastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan. Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu
Kebidanan. Edisi 5. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2002 : hal. 302 – 312
2. Amalia LM, dan Sayono, 2015, FAKTOR RISIKO KEJADIAN ABORTUS (STUDI DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG), Jurnal Kesehat Masy Indones. 10(1), hal. 23-28.
3. Kementrian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kemenkes RI
4. Elisa DP, dan Arulita IF, 2017, Faktor Risiko Kejadian Abortus Spontan, HIGEIA, Vol 1(3), pp.84-94
5. O'reilly B, Bottomley C, Rymer J, 2011, miscarriage, in: Essential of Obstetric and Gynaecology, 2nd edition, Elsevier handbook series,
pp.137-140
6. Hadijanto B, 2014, Perdarahan pada kehamilan muda (abortus), dalam: Sarwono P, Ilmu kebidanan, edisi keempat, Bina Pustaka:Jakarta,
Hal. 460-474.
7. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al, 2018, Early pregnancy complication (Abortion), in: William Obstetric, 25th edition, New
York:McGraw-Hill, pp.346-365
8. Konar H, 2015, Hemorrhage in early pregnancy, in: Textbook of Obstetrics, 8th Edition, New Delhi :Jaypee Brothert Medical Publishers,
pp.186-197
9. Yanti L, 2018, Faktor Determinan Kejadian Abortus pada ibu hamil: Case Control Study, Medisains: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan,
Vol 16 No 2, pp. 95-100
10. Krisnadi SR, 2005, Kelainan lama kehamilan (Abortus), dalam: Obstetri patologi Ilmu kesehatan reproduksi, Edisi 2, Buku kedokteran EGC :
Jakarta, hal. 1- 9
11. Puspitasari RD, dan Prabowo AY, 2018, Abortus, dalam: Buku Ajar Perdarahan Pada Kehamilan Trimester I, Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, hal. 6-20.
12. WHO, 2013, Kehamilan dan persalinan dengan penyulit obstetri (Abortus), dalam: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan
dasar dan rujukan Pedoman bagi tenaga kesehatan, edisi pertama, hal. 84-91
13. Udoh A, Effa EE, Oduwole O, et al, 2016, Antibiotics for treating septic abortion, Nigeria: Cochrane Database of Systematic Reviews, pp.1-
44.
14. Royal College of Obstetrician and Gynaecologist, 2011, Abortion complications, in: The Care of Women Requesting Induced Abortion,
RCOG Press: London, pp.39-40.
15. Slava V Gaufberg, Slava V Gaufberg, 2018, Early Pregnancy Loss in Emergency Medicine, https://emedicine.medscape.com/article/795085-
overview#a4, diakses pada 13 september 2020
16. Weintraub AY, and Sheiner E, 2011, Early Pregnancy Loss,in: Bleeding during pregnancy, Springer Science, Newyork, pp.25-40

Anda mungkin juga menyukai