Hiperemis Gravidarum
Pembimbing:
dr. Moch. Ma’roef , Sp.OG
Penyusun:
Hardi Rahmat Wicaksono 201820401011135
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. P
Umur : 34 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Lamongan
ANAMNESIS
n keluhan nyeri di ulu hati dirasakan memberat 3 hari ini. Nyeri ulu hati terasa panas
dan diikuti muntah sebanyak 3 kali sejak pagi ini. Keluhan lain seperti Batuk- dema
n- pilek- BAB dan BAK dalam batas normal. Sebelumnya pasien pernah periksa di b
Riwayat Penyakit Dahulu : Keluhan seperti ini sebelumnya (-) HT Gestasional (-), DM
Riwayat Haid :
- Menarche : 12 tahun
- Lama : 7 hari
- Dismenorhea : -
- HPHT : 5 – 12 – 2020
- TP : 12 – 09 – 2021
- UK : 7-8 minggu
Riwayat Perkawinan :
Menikah : 1 kali
Hamil ini
RR : 20 x / menit
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Thorax :
Auskultasi :
Abdomen :
Auksultasi : meteorismus-, BU + N
Perkusi : timpani
Pemeriksaan Penunjang:
Darah lengkap:
Hb: 15.6
Lekosit: 11.1
Trombosit: 454
Limfosit: 20.1
Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 th
Lama : 7 hari
Siklus : teratur 28 hari
Dismenorhea : (-)
3x ganti pembalut dalam s
ehari
HPHT : 5-12-2020
TP : 12-09-2021
UK : 7-8 minggu
Riwayat Menikah:
Menikah : 1 kali
Lama menikah : 10 tahun
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos menti
s
TD: 127/66 mmhg
N: 110 x/menit
RR: 20x/menit
T.aksila : 36,3 C
Head to toe :
Kepala/Leher :
I : a/i/c/d -/-/-/- Tonsil hip
eremi (-); Faring hiperemi
(-), nyeri tekan (-), hipere
mi (-), Pembesaran KGB
(-), JVP dbn
Thorax :
I : Bentuk normal, simetri
s, iktus kordis tidak tampa
k, pergerakan dinding dad
a simetris.
P : ekspansi simetris, iktus
di MCL S ICS V tidak ku
at angkat
P : Sonor/sonor, batas jant
ung N
A : Ves/Ves, Ronkhi (-),
Wheezing (-), S1 S2 tungg
al, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
I = flat, bekas sc (+)
P =seopel, nyeri tekan ulu
hati (-), H/L ttb
P = timpani
A = BU (+) normal
Extrimitas :
Akral hangat, merah, keri
ng, Edema (-) ekstremitas
(-), CRT < 2 detik, ikterik
(-)
Pemeriksaan Penunjang:
Darah lengkap:
Hb: 15.6
Lekosit: 11.1
Trombosit: 454
Limfosit: 20.1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
kehamilan yang ditandai dengan mual dan muntah yang tidak tertahankan dan
defisiensi nutrisi yang mungkin memerlukan rawat inap di rumah sakit. Permulaan
muntah biasanya mulai usia kehamilan 6 dan 8 minggu dan mencapai puncaknya
menyebabkan penurunan berat badan (setidaknya 5% dari berat badan) dan jarang
dengan gagal ginjal dan hati. Biasanya dimulai pada 4-8 minggu awal kehamilan
Menurut Gabra, 2018 terdapat banyak faktor risiko yang terkait dengan hiperemesis g
Usia lebih banyak pada ibu usia muda. Selain itu ibu hamil dengan usia
muda memiliki risiko durasi yang lebih panjang sekitar lebih dari 27
salah satu faktor risiko hiperemesis gravidarum karena lebih mudah terjadi
infeksi H.Pylori yang menyebar melalui fecal-oral, oral-oral atau air yang
terkontaminasi.
Faktor diet menurut para peneliti diet wanita hamil selama 12 bulan
b. Faktor obstetri
estrogen serum dan urin lebih tinggi. Wanita dengan kehamilan pertama
kehamilan berikutnya.
Hipertiroid
Faktor psikologi
Gangguan pencernaan
Genetik
2.3 Epidemiologi
Insiden mual muntah pada kehamilan mencapai 91% yang sama dengan
sekitar 4 juta dan 350.000 wanita yang terkena dampak setiap tahun di Amerika
jarang jika dibandingkan dengan mual muntah pada kehamilan, itu terjadi pada
0,3% sampai 2% dari semua kehamilan yaitu berkisar antara 3 dan 20 per 1000
kehamilan. Mual dan muntah pada kehamilan lebih sering ditemukan di negara-
negara Barat dan populasi perkotaan dan jarang di kalangan masyarakat Afrika,
penduduk asli Amerika, Eskimo, dan sebagian besar populasi Asia. Beberapa
non-kulit putih (33% vs 16%) pada populasi kulit putih.. Tingkat prevalensi
(Garba, 2018).
2.4 Diagnosis
Batas jelas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologis
dan hiperemesis gravidarum masih belum jelas, akan tetapi muntah yang
mentoleransi makanan dan cairan, pengaruh pada kualitas hidup, riwayat untuk
yang dilakukan adalah tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu, saturasi
tingkat, yaitu:
a. Tingkat I
makanan, lendiri dan sedikiti cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah.
Nadi meningkat sampai 100 kali permenit dan tekanan darah sistolik menurun.
Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tetapi
b. Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali permenit, tekanan darah
sistolik kurang dari 80mmhg, apatis, kulit pucat, lidah kotor kadang ikterus,
aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat turun (Prawirohardjo,
2014).
c. Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan
(Prawirohardjo, 2014).
b. Pemeriksaan Penunjang
ditingkatkan.
ginjal).
3) Pemeriksaan darah rutin : untuk melakukan pemeriksaan Hb secara rutin
molahidatidosa.
keadaan (RCOG,2016).
2.5 Tatalaksana
1) Terapi cairan : intervensi yang paling penting adalah penggantian cairan dan elektr
olit. Volume cairan harus cukup untuk menggantikan defisit dan kehilangan terus meneru
s melalui muntah serta untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit yang normal. Cai
ran yang direkomendasikan adalah saline dengan kalium klorida. Cairan Dextrose tidak di
sukai kecuali jika kadar natrium serum normal dan tiamin telah diberikan untuk menghind
an fenotiazin. Obat lini kedua yang aman dan efektif adalah metoklopramide dan ondanse
tron. Kombinasi obat yang berbeda harus digunakan apabila pemberian antiemetik tungga
l tidak dapat mengurangi gejala. Untuk ibu hamil dengan hiperemesis berat atau persisten,
rute pemberian obat parenteral atau rektal mungkin diperlukan dan lebih efektif dibanding
kan rute oral. Perlu pemantauan yang ketat untuk tanda-tanda efek samping obat terutama
tanda ekstrapiramidal sindrom, jika terjadi hentikan pemakaian obat fenotiazin dan metok
lopramid (RCOG,2016).
3) Proton pump inhibitor : proton pump inhibitor dapat diberikan karena adanya pene
litian yang mengatakan bahwa infeksi H. Pylori memiliki hubungan dengan terjadinya hip
eremesis gravidarum. Omeprazole salah satu obat yang telah banyak diteliti dan aman dib
4) Vitamin : pemberian piridoksin belum ada bukti yang konsistensi efektif untuk hip
eremsis gravidarum. Pemberian thiamine harus diberikan pada semua ibu hamil yang men
galami hiperemesis gravidarum. Pemberian asam folat juga dapat dilakukan untuk mengu
5) Psikoterapi
6) Diet : Diet diperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya b
erupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 ja
m sesudahnya. Makanan ini kuang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hany
a diberikan selama beberapa hari. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan munta
h berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Makanan ini rendah dalam zat gizi
kecuali vitamin A dan D. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperem
esi ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersamaan dengan
2.6 Komplikasi
a. Komplikasi ibu
HEG dapat sangat melemahkan bagi wanita dan, jika tidak dikelola dengan
depresi, dan hasil kehamilan yang buruk seperti prematuritas dan janin usia
kerusakan organ akhir yang bermanifestasi sebagai oliguria dan tes fungsi hati
jarang terjadi pada wanita dengan HG. Dalam studi prospektif besar pada
wanita dengan HG memenuhi kriteria untuk kecemasan dan depresi di 47% dan
b. Komplikasi janin
prematur, dan bayi kecil untuk usia kehamilan. Tinjauan sistematis terbaru
mengidentifikasi tidak ada hubungan dengan skor Apgar, bawaan sejak lahir,
prospektif terhadap 3.423 wanita nulipara. Wanita dengan HEG yang dirawat
di rumah sakit dianggap memiliki HEG yang parah. Hasil sekunder termasuk
kelahiran preterm spontan, preeklampsia, berat lahir, bayi usia kehamilan kecil,
dan rasio jenis kelamin bayi. Wanita dengan HEG parah memiliki peningkatan
risiko kelahiran prematur spontan dibandingkan dengan wanita tanpa HEG (OR