“ANTEPARTUM BLEEDING
Pembimbing:
Oleh:
SMF OBGYN
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
KATA PENGANTAR
penulis maupun pembaca. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini, terutama
kepada Dr. Moch. Ma’roef, Sp.OG, selaku dokter pembimbing yang telah
makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
ibu. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio, MMR) didasarkan pada
kematian ibu di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat
disebabkan oleh 25% perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15% infeksi,
13% aborsi yang tidak aman, 12% eklampsi, 8% penyulit persalinan, dan 7%
dan yang terjadi setelah anak plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan
yang berat, dan merupakan kasus gawat darurat sehinnga jika tidak segera
plasenta; penyebab lainnya biasanya pada lesi lokal vagina/ serviks. Solusio
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. H
Usia : 20 tahun
B. Anamnesis
2. RPS:
- Pasien datang ke UGD RSU dengan keluhan nyeri perut hebat dan
keluar flek sejak tadi pagi pukul 05.00. dan sedikit di celana dalam
3. RPD :
4. RPK :
6. Riwayat haid:
Menarche : 12 th
Lama : 7 hari
HPHT : 17-11-2019
7. R. Perkawinan :
Menikah : 1 Kali
Lama : 3 tahun
1. Aterm/3000/Spt/bidan/laki-laki/4,5 th
9. Riwayat KB : IUD
10. Riwayat ANC: 1x ke Puskesmas saat awal hamil dan dikatakan normal
C. Pemeriksaan Fisik
T: 90/50 mmhg,
T.aksila : 36,5 C
Head to toe :
1. Kepala/Leher :
a/i/c/d +/-/-/-, Tonsil hiperemi (-); Faring hiperemi (-), Lidah kotor (-),
nyeri tekan (-), hiperemi (-), Pembesaran KGB (-), JVP dbn.
2. Thorax :
gallop (-)
3. Abdomen:
- P = redup
- A = BU (+) N
4. Extremitas :
- Edema ekstremitas (-), CRT > 2 detik, ikterik (-), Spoon nail (-),
5. Status obstetri
bokong
masuk PAP
- Leopold IV : konvergen
6. Status ginekologi:
D. Pemeriksaan Penunjang
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
jauh lebih berbahaya dibanding plasenta previa bagi ibu hamil dan
janinnya
3.2 KLASIFIKASI
yang terlepas.
ada.
kohort lebih dari 1,57 juta kelahiran di Belanda, Ruiter dan rekan
kronis
plasenta
3.5 PATOFISIOLOGI
Plasenta adalah sumber oksigen dan nutrisi janin serta cara janin
ibu, fungsi vital plasenta ini terganggu. Jika janin tidak menerima
plasenta yang terlepas. Gejala dan tanda klinis yang klasik dari
keluar melalui vagina, rasa nyeri perut dan uterus tegang terus
ada.
dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang
dan takikardia.
hebat.
tinggi.
Kidney Injury)
3.8 TATALAKSANA
dipilih oleh sebagian besar. Jika janin telah meninggal atau jika
mudahan bagi janinnya. Jika diagnosa abrupsi tidak pasti dan janin
masih hidup dan tanpa bukti bahaya, maka pengamatan yang ketat
POMR
basah
RPD : Hb 6.4%
HT (-) , DM (-), Asma (-), 3. Perdarahan
alergi (-), penyakit jantung Ante
Ny H 20 th
(-). partum e.c
Multigravida
solusio
Nyeri perut
RPK : plasenta
hebat
HT (-) , DM (-), Asma (-),
Keluar darah
alergi (-), penyakit jantung
kehitaman
(-)
Awalnya flek
berwarna
RPSos: pasien adalah
merah segar
seorang ibu rumah tangga
Riwayat
dipijat perut
Riwayat haid: 2 hari yll
Menarche : 12 th 4. Fetal
Lama : 7 hari Ny H 20 th Distress
HPHT : 17-11-2019
R. Perkawinan :
Menikah : 1 Kali
Lama : 3 tahun
Riwayat KB : IUD
Riwayat ANC
1x ke Puskesmas saat
awal hamil dikatakan
normal
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : lemah
A/I/C/D : +/-/-/-
Kesadaran : GCS 345
T: 90/50 mmhg
N: 110 x/menit
RR: 28x/menit
t.aksila : 36,5 C
Head to toe :
Kepala/Leher :
I : a/i/c/d +/-/-/- Tonsil
hiperemi (-); Faring
hiperemi (-), Lidah kotor
(-), nyeri tekan (-),
hiperemi (-), Pembesaran
KGB (-), JVP dbn.
Thorax :
I : Bentuk normal,
simetris, iktus kordis
tidak tampak,
pergerakan dinding
dada simetris.
P : ekspansi simetris,
iktus di MCL S ICS V
tidak kuat angkat
P : Sonor/sonor, batas
jantung N, peranjakan
naik 1-2 ICS
A : Ves/Ves, Ronkhi
(-), Wheezing (-), S1
S2 tunggal, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen:
I = Perut membesar
(+), linea nigra (+),
Striae (-)
P = nyeri tekan (-)
P = redup
A = BU (+) N
Extremitas :
Akral dingin basah.
Edema ekstremitas (-),
CRT > 2 detik, ikterik
(-), Spoon nail (-),
Ulkus (-), eritema
palmaris (-)
Status Obstetri:
Inspeksi: Perut
membesar (+), linea
nigra (+)
Palpasi: Nyeri
tekan(+), Kontraksi
terus menerus.
Leopold I : TFU 35cm,
tidak bulat, tidak
melenting, lunak kesan
bokong
Leopold II :
Bagian janin sulit
diraba
DJJ 76x/menit
Leopold III :
Teraba keras,
melenting, bulat kesan
kepala belum masuk
PAP
Leopold IV :
konvergen
Status Genetalis
Perdarahan minimal
dari kemaluan.
Laboratorium:
Hb 6.4 gr%
BAB V
PEMBAHASAN
wanita tersebut berhasil melakukan persalinan dan sekarang dalm kondisi hamil
Syok adalah sindrom klinis akibat kegagalan sistim sirkulasi dengan akibat
kegagalan pembuangan sisa metabolisme. Klasifikasi Syok dapat dilihat dari tabel
sebagian atau seluruhnya, dari tempat implantasi yang normal. Gejala klinis yang
24
Tatalaksana pada pasien APB meliputi ABCD sebagai perbaikan kondisi
kepala dengan Syok Derajat II ec APB et causa Solusio plasenta dengan fetal
obstetri dan ginekologi serta dokter spesialis anestesi. Airway pada pasien ini
reservoir 15l/menit. Bila pada evaluasi lanjutan saturasi bertahan diantara 94-98%
25
Tatalaksana Circulation pasien dengan hasil pemeriksaan TD 90/50 mmHg dan
memposisikan ibu miring kiri, loading RL 2500 cc serta transfusi WB 2 kolf (50
untuk pemeriksaan DL, RFT, LFT, profil pembekuan darah, golongan darah dan
crossmatch (RCOG, 2011). Posisi ibu miring ke sisi kiri pada kehamilan >20
didasarkan pada estimasi kehilangan darah pasien pada syok hemoragik kelas 2
yaitu sebesar 750-1500 ml, yang mana kehilangan darah >1000 ml yang tergolong
meskipun efek tersebut tidak terlalu signifikan (Mane. 2017). Transfusi darah
pada kadar hemoglobin 6,4 g/dl (<8 g/dl) diindikasisan dengan produk darah yang
dan platelet. Selain itu, produk komponen darah lainnya memiliki kadar
sekitar 1,2 g/dl. Transfusi WB diberikan sesuai hasil pemeriksaan golongan darah
dan uji crossmatch sebanyak 2 bag dengan kecepatan 50 tpm (WHO, 2002).
26
Whole 1 unit WB 8 g/dl 150-200 Dalam 30 menit ≤ 4 jam
Blood meningkatkan Hb ml/jam setelah
1,2g/dL / HC35-45% dikeluarkan dari
pendingin
(WHO, 2002)
pasien adalah dengan CITO Sectio Caesarea karena semakin lama terminasi
2014
kondisi janin serta keberhasilan terapi, termasuk transfusi darah. Monitoring ibu
adalah dengan memantau kesadaran, suhu, TD, nadi, RR, SpO2, blood loss, nyeri
perut, kontraksi uterus dan pemasangan kateter urin foley no 18 untuk menilai
27
urin output (Government of Western Australia , 2018). Monitoring janin
aktivitas janin, DJJ serta kontraksi uterus (RCOG, 2011). Monitoring keberhasilan
trombosit, PT, aPTT, fibrinogen (RCOG, 2011). Selain itu tanda reaksi transfusi
seperti urtikaria, rash, demam takikardi, sesak, nyeri kepala, dll juga harus
pada 15 menit setelah transfusi dinilai, kemudian dilakukan tiap jam dan diakhiri
yang perlu dikerjakan, rencana terapi yang akan di berikan beserta efek
yang buruk baik bagi ibu hamil dan lebih buruk lagi bagi janin.Prognosis yang leb
ih buruk pada janin karena mortalitas dan morbiditas perinatal yang tinggi. Progno
2014).
28
Gambar Komplikasi pada APB (RCOG, 2011)
29
DAFTAR PUSTAKA
Antepartum Haemorrhage.
BMJ. 2017. Bts Guideline For Oxygen Use In Adults In Healthcare And
n of Major Bleeding.
30