KEPERAWATAN MATERNITAS II
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERITAS SRIWIJAYA
2023
A. Definisi Abruptio Plasenta
Abruption placenta atau disebut solusio plasenta / ablasia placenta merupakan terlepasnya
sebagian atau seluruh plasenta dari lapisan uterus sebelum persalinan terjadi (Malia, 2023).
Menurut Mansjoer (2001) Solutio Plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi
normal sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia di atas 28 minggu. Abruption
placenta adalah Pemisahan sebagian/ seluruh plasenta normal yang menempel di uterus.
Pemisahan terjadi di daerah desidua basalis setelah 20 mgg kehamilan dan sebelum
kelahiran bayi. (Lowdermik, 2013). Abruption placenta adalah terlepasnya plasenta yang
letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu
sampai 28 minggu / berat janin di atas 500 gr. Kondisi ini dalam keadaan kehamilan viable,
dimana plasenta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korpus uteri)
terkelupas atau terlepas sebelum kala III. (Achadiat,2013). Kondisi abruptio plasenta ini
ditandai oleh beberapa peristiwa seperti perdarahan di Miss V, nyeri rahim, kontraksi yang
berlangsung cepat, sakit perut, dan abnormalitas detak jantung janin. Setiap perdarahan
yang berlangsung di Miss V pada trimester ketiga harus didiskusikan dengan dokter.
Pasalnya, kondisi ini bisa diakibatkan oleh hal lain berupa plasenta previa, yaitu sebagian
atau keseluruhan plasenta menutupi mulut rahim. Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa abruptio plasenta adalah terpisahnya sebagian/ seluruh plasenta normal
yang menempel di uterus yang sering terjadi pada usia kehamilan 22-28 minggu yang
terkelupas atau terlepas sebelum kala III.
Transfusi darah dapat dilakukan sesuai dengan estimasi hilangnya darah dan tanda vital.
Pemberian fresh frozen plasma (FFP) diberikan apabila terdapat tanda-tanda DIC. Kadar
hemoglobin lebih dari 10 g/dL, hematokrit lebih dari 30%, jumlah platelet ≥ 75.000/µL,
fibrinogen ≥ 100 mg/dL, dan PT dan APTT kurang dari 1,5 kali dari kontrol digunakan
sebagai target terapi. Pemberian antifibrinolitik, seperti asam traneksamat, juga disarankan
pada onset perdarahan 3 jam.
Intervensi Keperawatan
b. Meringis
menurun Tindakan
menurun nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
e. Kesulitan tidur
menurun c) Identifikasi respon nyeri non
a) Berikan
tekniknonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback,terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapibermain)
b) Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
a) Jelaskan penyebab,
periode,dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi
meredakannyeri
c) Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Definisi
Tindakan
Observasi
a. Denyut nadi
Tindakan
perifer
Observasi
meningkat
b. Warna kulit a) Periksa sirkulasi perifer (mis,
pucat menurun nadi perifer, edema, pengisian
c. Pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-
kapilermembaik brachial index)
d. Akral membaik b) Identifikasi faktor risiko
Turgor kulit gangguan sirkulasi (mis.
diabetes, perokok, orang tua,
hipertensi dan kadar kolesterol
tinggi)
c) Monitor panas, kemerahan,
nyeri, atau bengkak pada
ekstremitas
Terapeutik
Definisi
Tindakan
Observasi
a) Identifikasi
penyebab perubahan
sensasi
b) Identifikasi penggunaan alat
pengikat, prostesis, sepatu, dan
pakaian
c) Periksa perbedaan sensasi
tajam atau tumpul
d) Periksa perbedaan sensasi
panas atau dingin
e) Periksa kemampuan
mengidentifikasi lokasi dan
tekstur benda
f) Monitor terjadinya parestesia,
jika perlu
a) Anjurkan penggunaan
termometer untuk menguji
suhu air
b) Anjurkan penggunaan sarung
tangan termal saat memasak
c) Anjurkan memakai sepatu
lembut dan bertumit rendah
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
b) Kolaborasi pemberian
kortikosterold, jika perlu
3. D.0142 Risiko Setelah dilakukan I.14539 Pencegahan Infeksi
Infeksi intervensi
dibuktikan keperawatan, Definisi
dengan trauma diharapkan tingkat
Mengidentifikasi dan menurunkan
jaringan infeksi menurun
risiko terserang organisme
dengan kriteria hasil:
patogenik
a. Demam
menurun
Tindakan
b. Kemerahan
Observasi
menurun
a) Monitor tanda dan gejala
c. Nyeri
infeksi lokal dan sistemik
menurun
Terapeutik
d. Bengkak
menurun a) Batasi jumlah pengunjung
e. Kadar sel Berikan perawatan kulit pada
darah rea edema
putih
c) Cuci tangan sebelum dan
membaik
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
Edukasi
Definisi
Menggunakan teknik peregangan
untuk mengurangi tanda dan gejala
ketidaknyamanan seperti nyeri,
ketegangan otot, atau kecemasan
Tindakan
Observasi
a) Identifikasi penurunan tingkat
energy, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
lain yang menganggu
kemampuan kognitif
c) Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
Edukasi
a) Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis, relaksasi
yang tersedia (mis. music,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
Definisi
Tindakan
Observasi
a) Kolaborasi
pemberian
antiplatelat, jika perlu
b) Kolaborasi pemberian
antiangina(mis. Nitrogliserin,
beta blocker, calcium channel
bloker)
c) Kolaborasi pemberian morfin,
jika perlu
d) Kolaborasi
pemberian inotropik,
jika perlu
e) Kolaborasi pemberian obat
untuk mencegah manuver
Valsava (mis., pelunak, tinja,
antiemetik)
f) Kolaborasi pemberian
trombus dengan antikoagulan,
jika perlu
g) Kolaborasi pemeriksaan x-ray
dada , jika perlu
6. D.0023 Setelah dilakukan I.03116 Manajemen
Hipovolemia b.d intervensi Hipovolemia
perdarahan yang keperawatan,
berlebihan dan diharapkan status Definisi
kehilangan cairan cairan membaik
Mengidentifikasi dan mengelola
aktif dengan kriteria
penuruan volume cairan
hasil:
intravaskuler
a) Kekuatan nadi
Tindakan
meningkat
Observasi
b) Turgor kulit
a) Periksa tanda dan gejala
meningkat
hipovolemia (mis. Frekuensi
c) Outpute urine
nadi meningkat, nadi teraba
meningkat
lemah, tekanan darah menurun,
d) Ortopnea
tekanan nadi menyempit,
menurun
turgor kuliat menurun,
e) Dispnea
membran mukosa kering,
menurun
volume urin menurun,
f) Paroxysmal hematokrit meningkat, haus,
noctural dyspnea lemah
(PND)menurun b) Monitor intake dan output
g) Edema anasarka cairan
menurun Terapeutik
h) Edema perifer
a) Hitung kebutuhan cairan
menurun
b) Berikan posisi modified
i) Frekuensi nadi
Trendelenburg
membaik
c) Berikan asupan cairan oral
j) Tekanan darah
Edukasi
membaik
k) Tekanan nadi a) Anjurkan
membaik memperbanyak asupan
l) Membran cairan oral
b) Anjurkan menghindari
mukosa perubahan posisi mendadak
membaik Kolaborasi
m) Jugular Venous a) Kolaborasi pemberian
Pressure (JVP) cairan IV Isotonis (mis.
membaik NaCl, RL) -
n) Kadar Hb
b) Kolaborasi pemberian cairan
membaik
IV hipotonis (mis. glukosa
m) Kadar Ht
2,5%, NaCl 0,4%)
membaik
c) Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. albumin,
Plasmanate)
d) Kolaborasi pemberian
produk darah
I.02050 Manajemen Syok
Hipovolemia
Definisi
Tindakan
Observasi
berkemih Tindakan
meningkat Observasi
b) Desakan
a) Identifikasi kebiasaan
berkemih BAK/BAB sesual usia -
(urgensi) Monitor Integritas kulit pasien
menurun Terapeutik
c) Distensi
a) Buka pakaian yang diperlukan
kandung kemih untuk memudahkan eliminasi
menurun b) Dukung penggunaan
d) Berkemih tidak toileV/commode/pispot/urinal
tuntas (hesitancy) secara konsisten
menurun c) Jaga privasi selama eliminasi
e) Volume residu
d) Ganti pakaian pasien setelah
urine menurun
oliminasi, jika perlu
f) Urine enetes e) Bersihkan alat bantu
(dribbling) BAK/BAK setelah digunakan
menurun f) Latih BAK/BAB sesuai
g) Nokturia jadwal, jika perlu
menurun g) Sediakan alat bantu (mis.
h) Mengompol kateter eksternal, urinal), jika
menurun perlu
i) Enuresis Edukasi
menurun a) Anjurkan BAK/BAB secara
rutin
b) Anjurkan ke kamar
mandi/toilet, jika perlu
I. 04152 Manajemen Eliminasi
Urine
Defisini
Tindakan
Observasi
Edukasi
Definisi
Menghitung gerakan janin
dimulai umur kehamilan 28
minggu.
Tindakan
Observasi
a) Identifikasi pengetahuan dan
kemampuan ibu menghitung
gerakan janin
Elsasser DA, Ananth C V., Prasad V, Vintzileos AM. Diagnosis of placental abruption:
relationship between clinical and histopathological findings. Eur J Obstet Gynecol
Reprod Biol. 2010;148(2):125–30.
Boisramé T, Sananès N, Fritz G, Boudier E, Aissi G, Favre R, et al. Placental abruption: Risk
factors, management and maternal-fetal prognosis. Cohort study over 10 years. Eur J
Obstet Gynecol Reprod Biol. 2014;179:100–4.
Malia, Sherly Melvinia, et al. “Merokok Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Solusio Plasenta.”
Medula, vol. 13, no. 1, 2023, pp. 162–65,
http://www.journalofmedula.com/index.php/medula/article/view/564/448.
Lowdermik,, dkk,. 2013. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.
Achadiat,, dkk,. 2013. Obstetrical haemorrhage. Wiliam obstetrics 21th edition. Lange USA:
Prentice Hall International Inc Appleton.
Apriyani, Magdalena Tri Putri, et al. Komplikasi Kehamilan dan Penatalaksanaannya. Get
Press, 2022.
Indayani, R. (2018). Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Pada Ny. T Gii Pi A0 Umur 34 Tahun Hamil
38 Minggu Dengan Solusio Plasenta Di Puskesmas Bangsri I Kabupaten
Jepara (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).