Solusio plasenta dimulai dgn terjadinya perdarahan ke dlm desidua basalis &
terbentuknya hematom subkhorionik yg bisa berasal dari pembuluh darah miometrium /
plasenta, dgn berkembangnya hematom subkhorionik terjadi penekanan & perluasan
pelepasan plasenta dari dinding uterus.
Apabila perdarahan sedikit, hematom yg kecil hanya mau sedikit mendesak jaringan
plasenta & peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta gejala-gejala & tandanya
pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yg pada pemeriksaan plasenta
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dgn bekuan darah lama yg berwarna
kehitaman. Biasanya perdarahan mau berlangsung terus-menerus/tidak terkontrol oleh otot
uterus yg meregang oleh kehamilan tidak mampu berkontraksi untuk membantu dlm
menghentikan perdarahan yg terjadi. Hasilnya hematom subkhorionik mau menjadi
bertambah besar, kemudian mau medesak plasenta sehingga sebagian & akhirnya seluruh
plasenta mau terlepas dari implantasinya di dinding uterus. Sebagian darah mau masuk
ke bawah selaput ketuban, bisa jg keluar lewat vagina, darah jg bisa menembus masuk ke
dlm kantong amnion, / mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot miometrium. Apabila
ekstravasasinya berlangsung hebat mau terjadi suatu kondisi uterus yg biasanya dijuluki dgn
istilah Uterus Couvelaire, dimana pada kondisi ini bisa dilihat secara makroskopis seluruh
permukaan uterus terdapat bercak-bercak berwarna biru / ungu. Uterus pada kondisi seperti
ini (Uterus Couvelaire) mau terasa sangat tegang, nyeri & jg mau mengganggu
kontraktilitas (kemampuan berkontraksi) uterus yg sangat diperlukan pada saat setelah bayi
dilahirkan sebagai hasilnya mau terjadi perdarahan post partum yg hebat.
9. Klasifikasi
Menurut tingkat lepasnya plasenta, solusio plasenta diklasifikasikan menjadi :
a. Solusio plasenta partsialis : bila hanya sebagian plasenta terlepas dari tempat pelekatnya.
b. Solusio plasenta totalis : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya.
c. Prolapsus plasenta : bila plasenta turun kebawah & bisa teraba pada pemeriksaan dlm.
Menurut derajatnya, solusio plasenta dibagi menjadi :
a Solusio plasenta ringan
Ruptur sinus marginalis / terlepasnya sebagian kecil plasenta yg tidak berdarah banyak
mau menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna kehitaman & sedikit. Perut terasa agak
sakit / terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba.
b Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat gejala & gejala-gejala bisa timbul perlahan /
mendadak dgn gejala-gejala sakit terus menerus lalu perdarahan pervaginan. Dinding uterus
teraba tegang terus menerus & nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin susah diraba serta
bunyi jantung janin susah didengar. Walaupun perdarahan pervaginam bisa sedikit, tetapi
perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dlm
syok, demikian pula janinnya yg jika masih hidup mungkin telah berada dlm kondisi gawat
c Solusio plasenta berat
Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan diikuti penderita shock. Terjadi sangat
tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dlm kondisi shock & janinnya telah meninggal. Uterus
teraba sangat tegang seperti papan & sangat nyeri.
10. Gejala-gejala Klinis
a. Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-
hitaman yg sedikit sekali & tiada rasa nyeri hingga dgn yg diikuti nyeri perut, uterus tegang,
perdarahan pervaginan yg banyak, syok & kematian janin intra uterin.
b. Gejala vital bisa normal hingga menunjukkan gejala syok.
c. Nyeri tekan uterus & tegang, bagian-bagian janin yg sukar dinilai, denyut jantung janin sulit
dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan oleh tercampur darah.
11. Pemeriksaan Diagnostik
i. Pemeriksaan laboratorium
Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen bisa diketemukan silinder & leukosit.
Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu protombin,
waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, & elektrolit plasma.
ii. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yg bisa diketemukan antara lain :
Terlihat daerah terlepasnya plasenta
Janin & kandung kemih ibu
Darah
Tepian plasenta
iii. Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin
12. Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu & janin tergantung dari luasnya plasenta yg terlepas,
usia kehamilan & lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yg bisa terjadi pada
ibu :
a. Syok hemoragik
b. Gagal ginjal. Gagal ginjal merupakan komplikasi yg sering terjadi pada penderita solusio
plasenta & pada dasarnya diakibatkan oleh kondisi hipovolemia oleh perdarahan yg terjadi.
Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yg mendadak yg umumnya masih bisa ditolong dgn
penanganan yg baik. Perfusi ginjal mau terganggu oleh syok & pembekuan intravaskuler.
Oliguri & proteinuri mau terjadi akibat nekrosis tubuli / nekrosis korteks ginjal mendadak.
Oleh oleh 1tu oliguria hanya bisa diketahui dgn pengukuran pengeluaran urin yg harus secara
rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan
persalinan & menangani kelainan pembekuan darah.
c. Kelainan pembekuan darah. Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya
diakibatkan oleh hipofibrinogenemia.
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus Couvelaire). Pada solusio plasenta yg berat terjadi
perdarahan dlm otot-otot rahim & di bawah perimetrium & terkadang jg dlm ligamentum
latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus & warna uterus berubah
menjadi biru / ungu yg biasa dijuluki Uterus couvelaire. Tapi ap4k4h uterus ini harus
diangkat / tidak, tergantung pada kesanggupannya dlm membantu menghentikan perdarahan.
Komplikasi yg bisa terjadi pada janin:
1. Fetal distress
2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
3. Hipoksia & anemia
4. Kematian
13. Penatalaksanaan
a. Konservatif
Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila solusio
plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan intra
uterine aman. Harus segera dilakukan langkah-langkah untuk memperbaiki hipovolemia,
anemia & hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yg masih berimplantasi bisa dipulihkan.
Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada solusio plasenta yg nyata secara klinis.
b. Aktif
Pelahiran janin secara cepat yg hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio
sesaria kadang membahayakan ibu oleh ia mengalami hipovolemia berat & koagulopati
konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga menyebabkan janin
meninggal lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila perdarahannya sedemikian
deras sehingga tidak bisa di atasi bahkan dgn penggantian darah secara agresif / terdapat
penyulit obstetric yg menghalangi persalinan pervaginam.