Anda di halaman 1dari 36

PAPER OBSTETRI

ANTEPARTUM HEMORRHAGE

Oleh :
Fakhroutn Nurul Azizah
(19350179)

Pembimbing :
dr. H. Muslich Perangin-angin, Sp.OG
DEFINISI
• Perdarahan antepartum adalah
perdarahan pervaginam pada kehamilan
diatas 28 minggu atau lebih.
• Karena perdarahan antepartum terjadi
pada umur kehamilan diatas 28 minggu
maka sering disebut atau digolongkan
perdarahan pada trimester ketiga.
Terdapat beberapa definisi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan perdarahan antepartum :
a. Spotting – terdapat bercak darah pada pakaian dalam
b. Perdarahan minor – kehilangan darah < 50 mL
c. Perdarahan mayor – kehilangan darah 50–1000 mL tanpa tanda klinis
syok
d. Perdarahan masif – kehilangan darah > 1000 mL dengan/tanpa tanda
klinis syok
KLASIFIKASI
Perdarahan antepartum dapat berasal dari (Sofian, 2015) :
a. Kelainan Plasenta seperti Plasenta Previa, Solusio Plasenta
(Abruptio Plasenta), atau perdarahan antepartum yang
belum jelas sumbernya seperti insertio valmentosa, ruptura
sinus marginalis, plasenta sirkumvulata.
b. Bukan dari plasenta, biasanya tidak begitu berbahaya,
misalnya kelaianan serviks dan vagina (erosio, polip, varises
yang pecah) dan trauma.
PLASENTA PREVIA
DEFINISI
Plasenta previa adalah
plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim
sedemikian rupa sehingga
berdekatan atau menutupi
ostium uteri internum secara
partial maupun total.
KLASIFIKASI
1) Plasenta previa totalis
Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum.
2) Plasenta previa parsialis
Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
3) Plasenta previa margnalis
Plasenta previa margnalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum.
4) Plasenta previa letak rendah
Plasenta previa letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri
internum. Jarak yang > 2 cm dianggap plasenta letak normal
INSIDEN
Pada Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan
insidennya berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9%. Di negara maju
insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari 1%.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
1. Umur
2. Paritas tinggi
3. Endometrium cacat dan bekas persalinan berulang-
ulang, bekas operasi, bekas kuretase, dan manual
plasenta.
4. Korpus leteim bereaksi lambat.
5. Tumor, seperti tumor mioma utttero, polip dan
endometrium.
Gambaran Klinik
 Perdarahan vaginam setelah usia kehamilan
lebih dari 20 minggu (dengan atau tanpa rasa
nyeri).
 Posisi abnormal
 Plasenta previa totalis perdarahan biasanya
terjadi lebih awal.
 Plasenta previa parsialis dan plasenta letak
rendah perdarahan terjadi mendekati atau saat
persalinan dimulai
Diagnosis
1. Gejala klinis
 Gejala utama
 (first bleeding)
 (recurrent 3. Pemeriksaan penunjang
bleeding) USG
2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan darah
 Pemeriksaan luar
 Pemerksaan
inspekulo
Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Istirahat
b. Pemberian hematinik dan spasmolitik untuk mengatasi
anemia
c. Memberikan antibotik bila ada indikasi
d. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
2. Penanganan aktif
a. Persalinan pervaginam
b. Persalinan per abdominal (seksio caesarea)
Prognosis
Dubia et Bonam : Dubia et Malam :

 Penanganan relatif bersifat operatif  Penanganan bersifat konservatif,


dini dan terlambat.
 Kematian maternal menjadi 0,1-5%  Mortalitas ibu memcapai 8-10%
 Kematian perinatal juga turun  Mortalitas janin 50-80%
menjadi 7-25%,
SOLUSIO PREVIA
DEFINISI
Terlepasnya sebagian Nama lain yang sering digunakan :
atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari abruptio placentae, ablatio
tempat implantasinya yang placentae, accidental heamorrhage,
normal pada sebelum
premature separation of the
waktunya yakni antara
minggu 20 dan lahirnya normally implanted placentae.
anak.
KLASIFIKASI
1) (Ruptura sinus marginalis) Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja
2) (Solusio plasenta parsialis) Terlepas lebih luas
3) (Solusio plasenta totalis) seluruh permukaan maternal plasenta terlepas.
Secara klinis solusio plasenta dibagi ke dalam
1. Solusio plasenta ringan
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang menyebutkan kurang
dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml.
Solusio Plasenta Sedang

2. Solusio Plasenta Sedang


Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, namun belum mencapai
separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml tetapi
belum mencapai 1000 ml.

3. Solusio Plasenta Berat


Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah yang keluar
melebihi 1000 ml
INSIDEN
Kejadiannya bervariasi dari 1 di antara 75 sampai 830
persalinan. Saat ini kematian maternal akibat solusio plasenta mendekati
6%. Solusio plasenta merupakan penyebab 20-35% kematian perinatal.
Solusio plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya. Kejadiannya
tercatat sebesar 1 di antara 8 kehamilan.
Namun, insidensi solusio plasenta cenderung menurun dengan
semakin baiknya perawatan antenatal sejalan dengan semakin menurunnya
jumlah ibu hamil usia dan paritas tinggi dan membaiknya kesadaran
masyarakat berperilaku lebih higienis.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Sebab primer dari solusio plasenta tidak diketahui, tetapi terdapat
beberapa keadaan patologik yg menyertai dianggap sebagai fak. Resiko
seperti hipertensi, riwayat trauma, kebiasaan merokok, usia ibu, dan paritas
yang tinggi. Faktor Risiko Hubungan dengan risiko (%)
Meningkatnya usia dan paritas 1.3–1.5
Preeklampsia 2.1–4.0
Hipertensi kronik 1.8–3.0
Ketuban pecah dini 2.4–4.9
Kehamilan ganda 2.1
Hidroamnion 2.0
Wanita perokok 1.4–1.9
Trombofilia 3–7
Penggunaan kokain NA
Riwayat solusio plasenta 10–25
Mioma dibelakang plasenta 8 dari 14
Trauma abdomen dalam kehamilan Jarang 
PATOFISIOLOGI
Semua penyakit ibu yang dapat
menyebabkan pembentukan trombosis
dalam pembuluh darah desidua atau
dalam vaskular vili dapat berujung
kepada iskemia dan hipoksia setempat
yang menyebabkan kematian sejumlah
sel dan mengakibatkan perdarahan
adalah hasil akhir, dan menyebabkan
desidua basalis terlepas kecuali
selapisan tipis yang tetap melekat
pada miometrium
Gambaran Klinik
 Inspeksi : rahim terlihat membulat dan kulit di
atasnya kencang.
 Auskultasi : denyut jantung janin tidak
terdengar lagi akibat gangguan anatomik dan
fungsi plasenta.
 Perdarahan pervaginam yang berwarna merah
tua (80% kasus).
 Keadaan ringam tidak menunjukan gejala hanya
gambaran hematom
Diagnosis
Dalam banyak hal diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan
gejala dan tanda klinik yaitu perdarahan melalui vagina, nyeri
pada uterus.
Diagnosis pasti hanya bisa ditegakkan dengan melihat
adanya perdarahan retroplasenta setelah partus.
Penatalaksanaan
1. Solusio Plasenta Ringan
• Apabila kehamilan >36 minggu, perdarahan berhenti, perut
tidak menjadi nyeri, dan uterus tidak tegang, maka harus
diobservasi dengan ketat.
• Apabila perdarahan berlangsung terus dan gejala solusio
plasenta bertambah jelas atau dengan pemeriksaan USG
daerah solusio plasenta bertambah luas maka dilakukan
terminasi kehamilan.
Penatalaksanaan
2. Solusio Plasenta Sedang dan Berat
• Perbaikan keadaan umum dengan resusitasi cairan dan
transfusi darah.
• Janin hidup gawat janin seksio sesarea
• Pembukaan lengkap/janin mati amniotomi, drip oksitosin,
dan bayi dilahirkan dengan ekstraksi forcep.
Prognosis
Solusio plasenta Ringan Solusio plasenta sedang lebih buruk terhadap
janinnya karena mortalitas dan morbiditas
perinatal yang tinggi.

Dubia et Malam:
Dubia et Bonam :
Solusio plasenta paling baik terhadap ibu terlebih
terhadap janinnya.
RUPTUR UTERI
DEFINISI
Ruptur Uteri adalah robekan pada rahim
sehingga rongga uterus dan rongga peritoneum
dapat berhubungan. Beberapa pendapat
mengatakan bahwa ruptur uteri adalah adalah
robekan atau diskontinuitas dinding rahim
akibatdilampauinya daya regang miometrium.
KLASIFIKASI
1. Menurut tingkat robekan : 3. Menurut lokasi:
a. Ruptur uteri komplit a. Korpus uteri
b. Ruptur uteri inkomplit b. Segmen bawah rahim (SBR),
c. Ruptur uteri imminens c. Servik uteri
2. Menurut waktu terjadinya: d. Kolpoporeksis-kolporeksis
a. Ruptur Uteri Gravidarum
b. Ruptur Uteri Durante Partus
ETIOLOGI

Etiologi terjadi nya ruptur uteri pada pasien dapat di


klasifikasikan kedalam beberapa hal berikut ini :
1. Ruptur uteri spontan (non violent)
2. Ruptur uteri traumatika ( violenta)
3. Ruptur uteri pada parut uterus
FAKTOR RESIKO
1. Bekas sectio cesarean
2. Usia
3. Paritas
4. Persalinan lama atau macet
5. Persalinan dengan bantuan instrument
6. Penggunaan obat-obatan untuk induksi atau augmentasi
persalinan.
Gambaran Klinik
Gejala yang ditimbulkan ruptur uteri
bervariasi, antara lain : syok hipovolemik,
nyeri perut, dan kematian janin dalam
rahim. Seringkali, gejala klasik ruptur uteri
yaitu nyeri perut akut, perdarahan
pervaginam, hilangnya kontraksi uterus,
serta perburukan kondisi janin tidak
didapatkan pada pasien
Penatalaksanaan
1. Tindakan operatif diperlukan pada seluruh kasus
ruptur uteri
2. Pilihan tindakan yang dapat dilakukan antara lain
penjahitan (repair) atau histerektomi, karena Pada
wanita yang mengalami ruptur uteri, tidak disarankan
untuk kembali hamil.
KOMPLIKASI

 Syok hipovolemik merupakan penyebab kematian


tersering dari ruptur uteri.
 Disseminated intravascular coagulation (DIC)
 Septikemia
LAPKAS

Anda mungkin juga menyukai