Anda di halaman 1dari 25

KASUS PERDARAHAN

HAMIL TRIMESTER III


PLASENTA PREVIA, SOLUSIO PLASENTA
DAN RUPTURE UTERI
DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

• Devi Nurlailasari (P27224016162)


• Nadia Rahma Ramadhania (P27224016179)
• Rohmadani Nur Syahadah (P27224016189)
• Septiana Henidamayanti (P27224016191)
• Tsania Habibatussalima (P27224016195)
Plasenta Previa
A. Pengertian

Placenta previa adalah kelainan implantasi placenta,


dimana insersi placenta berada di segmen bawah uterus,
baik anterior maupun posterior, sehingga perkembangan
placenta yang sempurna menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (Ostium Uteri Internum/OUI).
B. Etiologi
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan
endometrium yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang
baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada :
a. Multipara, terutama jika jarak kehamilannya pendek
b. Mioma uteri
c. Kuretasi yang berulang
d. Umur lanjut (diatas 35 tahun)
e. Bekas seksio sesaria
f. Riwayat abortus
g. Defek vaskularisasi pada desidua
h. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis
fetalis.
i. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan
sebelumnya
j. Perubahan inflamasi atau atrofi
C. Faktor Resiko

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian Plasenta Previa:

a. Multiparitas dan umur lanjut (≥ 35 tahun).

b. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atrofik


dan inflamatorotik.

c. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,
Kuret,dll).

d. Chorion leave persisten.

e. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima


hasil konsepsi.

f. Konsepsi dan nidasi terlambat.

g. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.
D. Klasifikasi
Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):

1). Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi
dilahirkan secara normal, karena risiko perdarahan sangat hebat.

2). Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan
biasanya janin tetap tidak dilahirkan secara normal.
3). Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang
menutupi jalan lahir. Janin bisa dilahirkan secara normal, tetapi risiko
perdarahan tetap besar.

4). Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga
dangerous placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang
2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap
plasenta letak normal. Risiko perdarahan tetap ada namun tidak
besar, dan janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap berhati-hati
E. Diagnosis
Diagnosis placenta previa dapat dilakukan dengan pemeriksaan
ultrasonografi (USG). Apabila pemeriksaan USG dilakukan
sebelum kehamilan berusia 28 minggu menunjukkan hasil bahwa
placenta berada di bagian bawah, maka perlu dilakukan
pemeriksaan ulang pada trimester ke-tiga untuk mengevaluasi
perkembangan posisi placenta dalam hubungannya dengan
perkembangan cerviks dan pembentukan segmen bawah rahim
menjelang persalinan. Apabila perkembangan placenta sampai
menutupi OUI, maka persalinan tidak dapat dilakukan
pervaginam.
F. Komplikasi
a. Anemia dan syok hipovolemik
b. Plasenta inkreta dan plasenta akreta
c. Kehamilan prematur dan gawat janin
d. Solusio plasenta
e. Kematian maternal akibat perdarahan
f. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
g. Infeksi sepsis
Solusio Plasenta
A. Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan
plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20
minggu dan sebelum janin lahir.
B. Klasifikasi
a. Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan
plasenta :
- Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
- Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
- Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
b. Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan (4)
- Solusio plasenta dengan perdarahan keluar.
- Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma
retroplacenter.
- Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion .
C. Etiologi
1). Faktor kardio-reno-vaskuler
2). Faktor trauma
3). Faktor paritas ibu
4). Faktor usia ibu
5). Faktor pengunaan kokain
6). Faktor kebiasaan merokok
7). Riwayat solusio plasenta sebelumnya
D. Gambaran Klinis
1. Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus
marginalis, dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta
yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan
pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit.
Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya
terus menerus.
2. Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian,
tetapi belum 2/3 luas permukaan Tanda dan gejala dapat timbul
perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat
juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus,
yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan
pervaginam.
3. Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya.
Terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam
keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterus sangat
tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan
pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu,
terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum
sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar
kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah
dan kelainan/gangguan fungsi ginjal.
E. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada Ibu :
a. Syok perdarahan
b. Gagal ginjal
c. Kelainan pembekuan darah
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)

Komplikasi yang terjadi pada janin :


a. Fetal distress
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
c. Hipoksia
d. Anemia
e. Kematian
F. Diagnosis
a. Anamnesis
b. Inspeksi
c. Auskultasi
d. Palpasi
e. Pemeriksaan umum
f. Pemeriksaan dalam
g. Pemeriksaan laboratorium
h. Pemeriksaan USG
G. Terapi
1) Solusio plasenta ringan
Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada
perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak
tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat,
kemudian tunggu persalinan spontan.
2) Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas
ditemukan, penanganan di rumah sakit meliputi transfusi darah,
amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu seksio sesaria.
Ruptur Uteri
A. Pengertian
Ruptur uteri adalah robekan di dinding uterus, dapat terjadi selama
periode antenatal saat induksi, selama persalinan dan kelahiran
bahkan selama stadium ke tiga persalinan.
B. Jenis Ruptur Uteri
1. Ruptura uteri spontan
- Terjadi spontan dan sebagian besar pada persalinan
- Terjadi gangguan mekanisme persalinan sehingga menimbulkan
ketegangan segmen bawah rahim yang berlebihan
2. Ruptur uteri traumatik
- Terjadi pada persalinan
- Timbulnya ruptura uteri karena tindakan seperti ekstraksi forsep,
ekstraksi vakum, dll
3. Ruptur uteri pada bekas luka uterus
- Terjadinya spontan atau bekas seksio sesarea dan bekas operasi
pada uterus.
C. Jenis Ruptur Uteri Menurut Robekannya
1. Ruptur uteri kompleta
- Jaringan peritoneum ikut robek
- Janin terlempar ke ruangan abdomen
- Terjadi perdarahan ke dalam ruangan abdomen
- Mudah terjadi infeksi

2. Ruptura uteri inkompleta


- Jaringan peritoneum tidak ikut robek
- Janin tidak terlempar ke dalam ruangan abdomen
- Perdarahan ke dalam ruangan abdomen tidak terjadi
- Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma
D. Tanda dan Gejala Ruptur Uteri
• Nyeri tajam, pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak.
• Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri.
• Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi ).
• Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan
nafas pendek ( sesak ).
• Bagian presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul.
• Bagian janin lebih mudah dipalpasi.
• Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan
dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar.
• Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin ( janin
seperti berada diluar uterus ).
• Kemungkinan terjadi muntah.
• Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen.
• Nyeri berat pada suprapubis.
E. Etiologi
Ruputur uteri bisa disebabkan karena :
1. Kecelakaan, seperti jatuh dan tabrakan
2. Disproporsi janin
3. Disproporsi panggul
4. Partus macet
5. Trauma
6. Parut uterus (seksio sesaria)
7. Abortus sebelumnya
8. Miomektomi
F. Penanganan Ruptur Uteri
• Berikan segera cairan isotonik (ringer laktat atau garam fisiologis) 500 ml
dalam 15-20 menit dan siapkan laparotomi.
• Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas
pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan.
• Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan
memungkinkan, lakukan reparasi uterus.
• Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien
mengkhawatirkan lakukan histerektomi.
• Antibiotika dan serum anti tetanus.
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai