Anda di halaman 1dari 14

S1-A 2012

Beranda ▼

16 Desember, 2015

KELOMPOK 1 : SISTEM RUJUKAN


MAKALAH SISTEM REPRODUKSI II
“RUJUKAN TEPAT SEBAGAI UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN
BAYI”

Disusun Oleh Kelompok 1 :


Eka Putri Citra (121.0029)
Geovani Anggasta Lidyawati (121.0041)
Putri Rachmandina (121.0079)
Sofyan Riyandi Utomo (121.0099)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingginya angka kematian ibu di Indonesia menunjukkan rendahnya kualitas
pelayanan kesehatan terutama kesehatan ibu.Penurunan angka kematian ibu
dikatakan mustahil tanpa adanya sistem rujukan yang efektif terutama untuk
kasus dengan komplikasi. WHO juga menyatakan bahwa salah satu aspek
fundamental pelayanan kesehatan primer (termasuk ibu dan anak) adalah
adanya hubungan yang erat dengan level di atasnya. Hubungan yang erat ini
tercermin sebagai suatu sistem rujukan yang efektif (Adi, 2012).
Sistem rujukan maternal dan neonatal di Indonesia belum pernah dilakukan
penilaian penerapannya. Namun secara umum masih banyak keluhan mengenai
sistem rujukan tersebut antara lain dokter umum yang dianggap “asal rujuk”
atau “selalu merujuk,” sehingga terjadi pengulangan pemeriksaan diagnostik,
tidak ada sistem rujuk balik dan penumpukan pasien strata primer di rumah
sakit. Walaupun belum terdapat data secara empiris, secara logika fenomena ini
membuat pelayanan kesehatan menjadi tidak efisien dan mahal. Suatu
penelitian kasus kontrol di Maharasthra, India menunjukkan bahwa kematian
ibu lebih banyak terjadi pada komplikasi kasus kebidanan yang mengalami
penundaan rujukan dan ibu yang terlalu banyak dirujuk (Adi, 2012).
Indonesia yang telah berjuang selama hampir duapuluh lima tahun dalam
upaya menurunkan AKI dengan perubahan fundamental dari sistem pelayanan
kesehatan dan perbaikan status kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak ternyata
belum sebanding dengan pencapaian penurunan AKI tahun 2007 yaitu sebesar
248 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil pencapaian penurunan AKI ini masih
menempatkan posisi Indonesia sejajar dengan India, Bangladesh, Nepal dan
Myanmar, yang merupakan negara – negara di Asia tenggara dengan jumlah AKI
tertinggi di dunia (WHO, 2008). Bila dibandingkan dengan AKI Indonesia tahun
2002 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, jumlah AKI saat ini memang sudah
jauh menurun, namun masih jauh dari target Millenium Development Goals
(MDGs) 2015 yaitu menurunkan AKI hingga 102/100.000 kelahiran hidup,
sehingga masih sangat diperlukan kerja keras dari semua komponen untuk
mencapai target tersebut.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa untuk membuat
layanan rujukan yang baik perlu disertai dengan mekanisme pengawasan
sistem. Pengawasan sistem dapat berlangsung bila kita menerapkan Sistem
Informasi Kesehatan (Health Information System). SIK akan membantu
mengarahkan dokter untuk membuat diagnosis yang tepat karena kemudahan
akses informasi, termasuk yang berkaitan dengan rujukan pasien. Aspek SIK ini
menjadi penting karena semua fasilitas kesehatan di Jakarta Timur sudah
mengaplikasikan sistem ini. Namun penilaian atas kinerja dan efektivitas sistem
ini belum pernah dilakukan (Adi, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana konsep dasar pada sistem rujukan yang tepat dalam upaya menurunkan
angka kematian ibu dan bayi?
1.3 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar sistem
rujukan yang tepat dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi, serta
dapat mengaplikasikan sistem rujukan ini dalam pelayanan kesehatan.

1.4 Manfaat
Agar mahasiswa mampu mengerti tentang konsep dasar sistem rujukan yang
tepat dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi, dan mengaplikasikan
sistem rujukan ini dalam pelayanan kesehatan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Rujukan


Rujukan adalah penyerahan tanggungjawab dari satu pelayanan kesehatan ke
pelayanan kesehatan yang lain. Rujukan adalah suatu penyerahan atau
pelimpahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan
kesehatan yang lain secara timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang
timbul baik secara vertikal (dari satu unit ke unit yang lebih lengkap /Rumah
Sakit) maupun horizontal (dari satu bagian ke bagian lain dalam satu unit).
Sesuai SK Menteri Kesehatan No.23/1972 pengertian sistem rujukan adalah
suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan
tanggungjawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit berkemampuan kurang kepada
unit yang lebih mampu, atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang
setingkat kemampuannya. Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal yang
dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga masalah-masalah kesehatan lain,
teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan sebagainya. Disamping itu
rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas yang
lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan diantara fasilitas-fasilitas kesehatan yang
setingkat.
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung
jawab secara timbal-balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun
horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan
tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung
jawab secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal
(komunikasi antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti
yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih
kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan komponen
yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal. Dengan memahami
sistem dan cara rujukan yang baik, tenaga kesehatan diharapkan dapat
memperbaiki kualitas pelayanan pasien.

2.2 Tujuan Rujukan


Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam
rangka penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna
Tujuan system rujukan adalah Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelayanan kesehatan secara terpadu. Tujuan system rujukan adalah agar pasien
mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI
dan AKB. Tujuan Rujukan, sebagai berikut:
1. Menggambarkan alur kegiatan pelayanan ibu hamil, persalinan, nifas, dan pelayanan
bayi berdasarkan continuum of care lengkap dengan Pedoman dan SOP yang terkait
dengan sumber pembiayaan.
2. Menjelaskan uraian tugas (Job description) lembaga-lembaga dan profesi yang
terlibat dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak.
3. Menjadi acuan kegiatan dilapangan untuk Kelompok Kerja Rujukan dalam
perencanaan (persiapan Musrenbang), pelaksanaan, dan monitoring hasil.
Sedangkan menurut Hatmoko, 2000 Sistem rujukan mempunyai tujuan umum
dan khusus, antara lain :
1. Umum: Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang
didukung kualitas pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna.

2. Khusus :
a. Menghasilkan upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna.
b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preveventif
secara berhasil guna dan berdaya guna.
Rujukan memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah :
1. Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-
baiknya.
2. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan
laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap
fasilitasnya.
3. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer of
knowledge and skill) melalui pendidikan dan pelatihan antara pusat dan
daerah.

2.3 Jenis-jenis Rujukan


Sistim Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam yaitu:
Rujukan Kesehatan
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pelayanan kesehatan dalam pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Rujukan Kesehatan adalah rujukan
pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan
(promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah
gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah
kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja). Rujukan ini
dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Rujukan teknologi
2. Rujukan sarana
3. Rujukan Operasional
Rujukan Medik
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pelayanan kedokteran dalam penyembuhan
penyakit serta pemulihan kesehatan. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang
terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner,
hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Rujukan medic dapat
diartikan sebagai pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus
yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih
berwenangdan mampu menangani secara rasional Rujukan medic terdiri dari
penderita, pengetahuan, dan bahan laboratorium :
1. Transfer of patient : konsultasi penderita untuk keperluan diagnostic,
pengobatan, tindakan operatif dll.
2. Transfer of knowledge : pengiriman tenaga kesehatan yang lebih kompeten
atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.
3. Transfer of specimen : pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.

2.4 Jenjang Sistem Rujukan


Sistem rujukan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengacu pada
prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif, dan sesuai
kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan.
Masyarakat dapat langsung memanfaatkan semua fasilitas pelayanan obstetri
dan neonatal, sesuai kondisi pasiennya. Bidan di desa (Bides) dan pondok
persalinan desa (Polindes) dapat memberikan pelayanan langsung terhadap ibu
hamil/ibu bersalin/ibu nifas dan bayi baru lahir (BBL), baik yang datang sendiri
atau atas rujukan kader/masyarakat. Bides dan bidan praktek swasta (BPS)
memberikan pelayanan persalinan normal, dan pengelolaan kasus-kasus tertentu
sesuai kewenangan dan kemampuannya, atau melakukan rujukan pada
puskesmas, puskesmas PONED, dan RS PONEK sesuai tingkat pelayanan yang
sesuai.
Puskesmas non PONED atau bisa juga disebut puskesmas jejaring PONED
memberikan pelayanan sesuai kewenangannya dan harus mampu melakukan
stabilisasi pasien dengan kegawatdaruratan sebelum melakukan rujukan ke
Puskesmas PONED atau RS PONEK. Puskesmas PONED memiliki kemampuan
untuk memberikan pelayanan langsung dan dapat melakukan pengelolaan kasus
dengan komplikasi tertentu sesuai tingkat kewenangan dan kemampuannya atau
melakukan rujukan pada RS PONEK.
RS PONEK 24 jam memiliki kemampuan memberikan pelayanan PONEK
langsung terhadap ibu hamil/ibu bersalin/ibu nifas/BBL baik yang datang sendiri
atau atas rujukan kader/masyarakat, Bides/BPS, Puskesmas, dan Puskesmas
PONED.

2.5 Pengembangan Manual Rujukan KIA


Sistem rujukan yang dibangun harus dilengkapi dengan manual supaya bisa
dilaksanakan dengan lebih tertata dan jelas. Manual rujukan sebaiknya disusun dan
dikembangkan oleh kelompok kerja (Pokja)/tim rujukan di sebuah kabupaten/kota.
Tujuan manual adalah untuk menjalankan sistem rujukan pelayanan ibu dan bayi
dikaitkan dengan sumber pembiayaannya. Manual rujukan tersusun dari kejadian yang
dapat dialami oleh ibu dan bayi dalam proses kehamilan dan persalinan, dan bagaimana
proses tersebut dapat didanai. Sumber dana untuk mendukung pelayanan teknis rujukan
dapat berasal dari pemerintah pusat (APBN), pemerintah provinsi (APBN Provinsi) dan
pemerintah kabupaten/ kota (APBD kab/kota), dana perusahaan dalam bentuk corporate
social responsibility (CSR), dana masyarakat mandiri, dan berbagai sumber dana lainnya.
Pokja/tim rujukan di kabupaten/kota komposisinya adalah: Ketua (kepala dinas
kesehatan); Wakil Ketua (direktur RSUD); Penanggung Jawab Prosedur Klinik (dokter
obsgyn dan dokter anak RSUD); dan Anggota yang dapat terdiri dari perwakilan kepala
puskesmas; perwakilan dokter puskesmas; perwakilan bidan RS; perwakilan BPS/Bides;
perwakilan perawat; dokter-dokter perwakilan RS Swasta, POGI, IDAI, IBI, PPNI, dll .
Komposisi anggota pokja menunjukkan bahwa penanggung-jawab sistem rujukan
secara keseluruhan adalah kepala dinas kesehatan. Akan tetapi penanggung jawab
proses pelayanan klinik dan mutunya adalah para dokter spesialis.

2.6 Prinsip-prinsip Umum


Prinsip utama adalah mengurangi kepanikan dan kegaduhan yang tidak perlu
dengan cara menyiapkan persalinan (rujukan terencana) bagi yang membutuhkan
(pre-emptive strategy). Sementara itu bagi persalinan emergency harus ada alur yang
jelas.
Bertumpu pada proses pelayanan KIA yang menggunakan continuum of care dengan
sumber dana.
Sarana pelayanan kesehatan dibagi menjadi 3 jenis: RS PONEK 24 jam, Puskesmas
PONED dan Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya seperti Puskesmas, bidan praktek,
Rumah Bersalin, Dokter Praktek Umum, dan lain-lain
Harus ada RS PONEK 24 jam dengan hotline yang dapat dihubungi 24 jam.
Sebaiknya ada hotline di Dinas Kesehatan 24 jam dengan sistem jaga untuk
mendukung kegiatan persalinan di RS.
Memperhatikan secara maksimal ibu-ibu yang masuk dalam:
a. Kelompok A. Ibu-ibu yang mengalami masalah dalam kehamilan saat
pemeriksaan kehamilan (ANC) dan di prediksi akan mempunyai masalah
dalam persalinan yang perlu dirujuk secara terencana;
b. Kelompok B. Ibu-ibu yang dalam ANC tidak bermasalah, dibagi menjadi 3
yaitu:
1) Kelompok B1. Ibu-ibu bersalin yang membutuhkan rujukan emergency
ke RS PONEK 24 jam.
2) Kelompok B2. Ibu-ibu bersalin yang ada kesulitan namun tidak perlu
dirujuk ke RS PONEK 24 jam, dapat dilakukan di puskesmas PONED
3) Kelompok B3. Ibu-ibu yang mengalami persalinan normal.
7. Menekankan pada koordinasi antar lembaga seperti LKMD, PKK, dan pelaku
8. Memberikan petunjuk rinci dan jelas mengenai pembiayaan, khususnya untuk
mendanai ibu-ibu kelompok A dan kelompok B1 dan B2 dan BBL. Juga dilihat
bagaimana konsidi bayinya: kelainan lahir, kelainan genetik, gawat janin, kelainan
korgenetik dan anechephali

2.7 Indikasi dan Kontraindikasi Rujukan


Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu
fasilitas kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin
terjadi. Dalam pelayanan kesehatan maternal dan pernatal, terdapat dua alasan
untuk merujuk ibu hamil, yaitu ibu dan/atau janin yang dikandungnya.
Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi:
1. Rujukan kegawatdaruratan

Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera mungkin


karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak.
2. Rujukan berencana

Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan


yang lebih panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik,
misalnya di masa antenatal atau awal persalinan ketika didapati
kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat
darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi
yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi pasien.

Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:


1. Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
2. Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk
3. Persalinan sudah akan terjadi
4. Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
5. Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan

2.8 Perencanaan Rujukan


Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena rujukan
harus medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan
perlu memberikan kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab
pertimbangan dan pertanyaan ibu serta keluarganya. Beberapa hal yang
disampaikan sebaiknya meliputi:
a. Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan
b. Alasan untuk merujuk ibu
c. Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
d. Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan
e. Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan
untuk merujuk
f. Tujuan rujukan
g. Modalitas dan cara transportasi yang digunakan
h. Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu
i. Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan kesehatan
yang dituju
j. Perkiraan lamanya waktu perawatan
k. Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen kelengkapan
untuk Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan)
l. Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan
menggunakan modalitas transportasi lain
m. Pilihan akomodasi untuk keluarga
2. Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan sampaikan
kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut ini:

a. Indikasi rujukan
b. Kondisi ibu dan janin
c. Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi
lingkungan dan cuaca menuju tujuan rujukan)
d. Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
e. Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan
sebelum transportasi, berdasarkan pengalaman-pengalaman rujukan
sebelumnya
3. Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan
menerima pasien adalah:

a. Nama pasien
b. Nama tenaga kesehatan yang merujuk
c. Indikasi rujukan
d. Kondisi ibu dan janin
e. Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
f. Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien
4. Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah dicatat dan
diketahui oleh tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan
menerima pasien.
5. Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung
ataupun melalui faksimili) sesegera mungkin:

a. Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil pemeriksaan,


diagnosis kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta nama
dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberi pelayanan)
b. Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal
c. Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini
d. Hasil pemeriksaan penunjang
e. Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan kesehatan
6. Pastikan ibu yang dirujuk telah mengenakan gelang identifikasi.
7. Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan kanul
berukuran 16 atau 18.
8. Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi segera
setelah berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan rujukan. Semua
resusitasi, penanganan kegawatdaruratan dilakukan sebelum memindahkan
pasien.
9. Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan
untuk merujuk, dengan mempertimbangkan juga kemungkinan yang
dapat terjadi selama transportasi.
10. Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk.
11. Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:
a. Keadaan umum pasien
b. Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan)
c. Denyut jantung janin
d. Presentasi
e. Dilatasi serviks
f. Letak janin
g. Kondisi ketuban
h. Kontraksi uterus: kekuatan, frekuensi, durasi
12. Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut nama tenaga kesehatan
dan jam pemeriksaan terakhir

Untuk memudahkan dan meminimalkan resiko dalam perjalanan rujukan, keperluan


untuk merujuk ibu dapat diringkas menjadi BAKSOKU (Bidan, Alat, Keluarga, Surat,
Obat, Kendaraan, dan Uang).
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan, disingkat
“BAKSOKU” yang dijabarkan sebagai berikut :
B (bidang): pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan.
A (alat): bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti spuit,
infus set, tensimeter, dan stetoskop.
K (keluarga): beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alas an
mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima Ibu
(klien) ke tempat rujukan.
S (surat): beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah diterima ibu
(klien).
O (obat): bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk.
K (kendaraan): siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu
(klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam
waktu cepat.
U (uang): ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan.

2.9 Rujukan dan Angka Kematian Ibu


Penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia lambat disebabkan beberapa faktor
seperti :
1. Persalinan di rumah masih tinggi sekitar 70 %
2. Rujukan yang terlambat masih sering terjadi
3. Pendekatan kuratip – reaktip terhadap komplikasi persalinan ternyata tidak
cukup untuk dapat menurunkan jumlah kematian ibu dan angka kematian
ibu.
Dalam pengertian operasional sistem rujukan paripurna terpadu adalah suatu
tatanan dimana berbagai komponen dalam jaringan pelayanan kebidanan
berinteraksi timbal balik dari pelayanan dasar, Puskesmas PONED, RS PONEK,
Bidan di desa, Dokter/Bidan Puskesmas, dokter spesialis kandungan, dokter
spesialis anak sehingga penggunaan sumber daya kesehatan akan efektif dan
efisien, serta biaya yang sesuai.
Rochyati P (2004), mengatakan bahwa sistem rujukan paripurna terpadu
kabupaten/kota adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dimana terjadi
pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah yang timbul
secara horizontal maupun vertikal, pengiriman kasus, pelayanan, pendidikan dan
penelitian.
Sistem rujukan paripurna terpadu ini mempunyai tujuan umum :
a. Menjembatani pelayanan dasar di pedesaan dengan pusat rujukan sehingga
kesenjangan antar fasilitas kesehatan akan dapat dihilangkan.
b. Meningkatkan pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan efisien dan efektif.
Tujuan yang khusus dari rujukan paripurna adalah:
a. Dari segi program :
1. Mendapat dukungan Pemda/Pemko untuk manajemen kesehatan dan non
kesehatan dalam Gerakan Sayang Ibu (GSI) dan Desa Siaga.
2. Meningkatkan Rujukan terencana dan Rujukan tepat waktu.
b. Dari segi Operasional
1. Mengenal Ibu risiko tinggi (risti) yaitu Gawat Obstetrik (GO) 15 – 20 % dari
seluruh ibu hamil ataupun Gawat Darurat Obstetrik (GDO) 5 %.
2. Menyamakan persepsi, langkah dan prilaku paradigma sehat dengan
pencegahan proaktif antisipatif terhadap komplikasi persalinan dan
kematian/kesakitan ibu dan atau bayi.
3. Melakukan pengambilan keputusan rujukan yang aman.

2.10 Keuntungan Rujukan


1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa
pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis
memberi rasa aman pada pasien dan keluarga
2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan
keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak
kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing – masing
3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli
2.11 Mekanisme Rujukan
1. Menetukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, puskesmas
pembantu dan puskesmas.
a. Pada tingkat Kader: Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani
sendiri maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
karena mereka belum dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas: Tenaga
kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang
ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana
yang harus dirujuk.
2. Menetukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
a. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya perlu
diberikan informasi tentang perlunya pendeerita segera dirujuk
mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
mampu
b. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang ditunju melalui
telepon atau radio komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
c. Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih
dahulu. Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama dalam
perjalanan, Surat rujukan harus dipersiapkan si=esuai dengan format
rujukan dan seorang bidan harus mendampingi penderita dalam
perjalanan sampai ke tempat rujukan.

d. Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/
sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.

3. Tindak lanjut penderita


a. Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut,
dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.
b. Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka
dilakukan kunjungan rumah.

2.12 Jalur Rujukan


Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan
sebagai berikut :
a. Dari kader dapat langsung merujuk ke Puskesmas Pembantu, Pondok
bersalin atau Bidan Desa, Puskesmas Rawat Inap, dan Rumah sakit
pemerintah atau swasta.
b. Dari posyandu dapat langsung menuju ke Puskesmas Pembantu, Pondok
bersalin atau Bidan Desa, Puskesmas Rawat Inap, dan Rumah sakit
pemerintah atau swasta.
c. Dari Puskesmas Pembantu dapat langsung merujuk ke Rumah Sakit tipe
D/C atau Rumah Sakit Swasta
d. Dari Praktik dr. swasta, Praktik bidan, Praktik perawat, Puskesmas, RB, BP
dapat langsung merujuk ke Rumah Sakit tipe D/C atau Rumah Sakit Swasta
e. Dari Rumah Sakit tipe D/C bila tidak bisa menangani dapat langsung
merujuk ke Rumah Sakit tipe A/B

BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Rujukan adalah penyerahan tanggungjawab dari satu pelayanan kesehatan ke
pelayanan kesehatan yang lain. Rujukan adalah suatu penyerahan atau pelimpahan
tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain
secara timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara
vertikal (dari satu unit ke unit yang lebih lengkap /Rumah Sakit) maupun horizontal
(dari satu bagian ke bagian lain dalam satu unit).
Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam
rangka penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna
Tujuan system rujukan adalah Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelayanan kesehatan secara terpadu. Tujuan system rujukan adalah agar pasien
mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI
dan AKB.

3.2 Saran
Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan komponen yang
penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal. Dengan memahami sistem dan
cara rujukan yang baik, tenaga kesehatan diharapkan dapat memperbaiki kualitas
pelayanan pasien. Masyarakat dapat langsung memanfaatkan semua fasilitas
pelayanan obstetri dan neonatal, sesuai kondisi pasiennya. Bidan di desa (Bides) dan
pondok persalinan desa (Polindes) dapat memberikan pelayanan langsung terhadap
ibu hamil/ibu bersalin/ibu nifas dan bayi baru lahir (BBL), baik yang datang sendiri
atau atas rujukan kader/masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas


Kesehatan Dasar dan Rujukan, Ed. 1. Jakarta: Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan
(http://www.edukia.org/web/kbibu/2-1-3-sistem-dan-cara-rujukan/) (diakses pada
tanggal 15 November 2015)
Meilani Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya
Putrikusumawardhani's Blog.htm
Syafrudin & Hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Zaenab, Sitti Noor. 2012. Sistem Rujukan dan Pengembangan Manual Rujukan KIA:
Strengthening Leadership and Management Capacities for Health Service Delivery.
(https://docs.google.com/document/d/1p5NdlL7bbFuxYNasxsrrJH_MM5CxwpdDLsKXl
py2L3g/edit?pli=1) (diakses pada tanggal 15 November 2015)

S1-A SHT Surabaya di Rabu, Desember 16, 2015

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

‹ Beranda ›
Lihat versi web

Mengenai Saya

S1-A SHT Surabaya


Angkatan 18 tahun ajaran 2012 STIKES Hang Tuah Surabaya
Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai