Anda di halaman 1dari 36

Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Pendarahan Kehamilan Lanjut

Kelompok 2
1. Dhania Rizki Amalia
2. Epa Yuliska Sari
3. Fanny Maulida Rahma
4. Neneng Lilah
5. Rizca Cholidatun ni’mah
Gangguan Pendarahan Kehamilan Lanjut
 

Plasenta Previa
Solusio Plasenta
Ruptura Uteri
Devinisi Plasenta previa

 Menurut prawiroharjo (2009), Plasenta previa


adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim demikian rupa
sehingga menutupi seluruh atau sebagian
dari ostium uteri internum.
Klasifikasi

 Menurut posisi plasenta yang menutupi


1. Complete placenta previa : seluruh plasenta
menutupi jalan lahir
2. Marginal placenta previa : sebagian plasenta
menutup jalan lahir
3. Low- laying placenta previa : hanya bagian
kecil polasenta menutup jalan kelahiran
Berdasarkan terabanya jaringan
plasenta
 Plasenta previa totalis
 Plasenta previa lateralis/partial
 Plasenta previa marginalis
Etiologi

 1. multipara
 2. myoma uteri
 3. curretage yang berulang
 4. primigravida umur diatas 35 tahun
 5. bekas operasi rahim (seksio sesarea atau
operasi mioma)
 6. perubahan inflamasi atau atrofi
Patofisiologi
 Perdarahan tidak dapat dihindari karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus
untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak
sebagaimana serabut otot uterus yang menghentikan
perdarahan pada kala III dengan plasenta yang
letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin
dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan
pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini
daripada pada plasenta letak rendah yang mungkin
baru berdarah setelah persalinan dimulai.
Manifestasi klinis
 Ibu
1. Pendarahan tanpa nyeri saat kehamilan
2. Pendarahan berulang, merah segar
3. Teraba jaringan plasenta pada pemeriksaan dalam

 Bayi
1. Pertumbuhan janin terlambat
2. Kelahiran prematur
3. Lahir cacat
4. Kematian janin
Pemeriksaan diagnostik

 Inspeksi
 Palpasi
 Pemeriksaan inspeculo
 Perabaan forniks
 Pemeriksaan kanalis servikalis
 Pemeriksaan luar
 Penentuan letak plasenta tidak langsung
 Penentuan letak plasenta langsung
 Pemeriksaan USG
 Pemeriksaan darah
Penatalaksanaan

Tergantung pada: Jenis


 Keadaan umum pasien,
penatalaksanaan:
kadar hb.
 Jumlah pendarahan a) Penanganan
yang terjadi ekspektif
 Umur b) Penanganan aktif
kehamilan/taksiran BB c) Partus pervagina
janin. d) Penanganan pasif
 Jenis plasenta previa.
 Paritas clan kemajuan
persalinan.
Komplikasi

 Pada ibu
 Pendarahn hingga syok akibat pendarahan
 Anemia karena pendarahan
 Plasentitis
 Endometritis pasca persalinan

 Pada janin
 Persalinan prematur
 Asfiksia berat
Devinisi Solusio plasenta

 Solusio plasenta merupakan terlepasnya


plasenta yang letaknya normal pada korpus
uteri yang terlepas dari perlekatannya
sebelum janin lahir. Kejadian ini sering terjadi
dalam kehamilan triwulan 3 dan bisa juga
pada setiap saat dalam kehamilan >22
minggu dengan berat janin >500gr disertai
dengan pembekuan darah.
Klasifikasi

a) Pendarahan kurang 500cc dengan


lepasnya plasenta kurang dari 1/5
bagian
b) Perut ibu masih lemas sehingga
bagian janin mudah diraba
Ringan
c) Tanda fetal distres belum tampak
d) Terdapat pendarahan hitam
pervaginam
e) Tanpa gangguan pembekuan darah
fibrinogen di atas 250 mg%
Klasifikasi

a) Lepasnya plasenta antara ¼-2/3


bagian dengan pendarahan
sekitar 1000 cc
b) Perut mulai tegang dan bagian janin
Sedang sulit diraba
c) Janin sudah fetal distres berat sampai
IUFD
d) Pemeriksaan dalam ketuban tegang
e) Tanda persalinan telah ada dan dapat
berlanngsung cepat sekitar 2 jam
Klasifikasi

a) Lepasnya plasenta sudah melebihi 2/3 bagian


b) Perut nyeri dan tegang, bagian janin sulit
diraba seperti papan
c) Janin sudah fetal distres berat sampai IUFD
d) Pemeriksaan dalam ketuban tegang
Berat e) Darah dapat masuk otot rahim, uterus
couvelaire yang menyebabkan atonia uteri
serta pendarahan pascapartus
f) Terdapat gangguan pembekuan darah
fibrinogen kurang dari 100-150 mg%
Etiologi
  Umur ibu (< 20 tahun atau > 35 tahun
 Disertai preeklampsia/ eklasmpsia .
 Kurang asam folat .
 Tekanan darah tinggi.
 karena kekuatan rahim ibu berkurang pada
multiparitas.
 karena perdarahan darah ibu terganggu sehingga
suplay darah janin tidak ada.
 trauma abdomen, seperti terjatuh
terlengkup,tendangan anak yang sedang digendong.
Patofisiologi
Plasenta tidak terlepas secara bersamaan / plasenta masih melekat pada
tempat implantasinya

Gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus

Pembulu darah pada lapisan endometrium tebuka

Pendarahan hebat

Hilangnya faktor –faktor pembekuan darah

Gangguan pembekuan thrombus dan pembekuan darah

Pendarahan berkepanjangan
Gambaran klinis
Ringan Sedang Berat

Pelepasan sebagian kecil Plasenta terlepas lebih dari Plasenta telah terlepas lebih
¼ bagian dari 2/3 permukaannya
Pendarahan sedikit Pendarahan mencapai 100 cc Pendarahan banyak

Coklat –kehitaman Coklat kehitaman Coklat kehitaman

Agak nyeri, tegang dan Nyeri, tegang dan sifatnya Sangat nyeri, tegang tegang
sifatnya terus menerus terus menerus seperti papan
Bagian janin masih dapat Bagian janin sulit diraba Bagian janin sangat sulit
diraba dengan mudah diraba
Janin masih hidup Ibu syok Ibu syok berat

Janin masih hidup Janin telah mati


(gawat janin)
Tanda dan gejala

Beberapa gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut


1. Perdarahan yang disertai nyeri.
2. Anemia dan syok, beratnya anemia dan syok tidak sesuai
dengan banyaknya darah yang keluar.
3. Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri sangat dipegang
karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di
belakang plasenta hinggga rahim teregang ( uterus en bois ).
4. Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras.
5. Fundus uteri makin lama makin baik.
6. Bunyi jantung biasanya tidak ada.
7. Pada toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus
( karena isi rahim bertambah)
Penatalaksanaan
Tujuan utama pelaksanaan ibu dengan solusio plasenta,pada prinsipnya
adalah anak :
1)      Mencegah kematian ibu
2)      Menghentikan sumber perdarahan
3)      Jika janin masih hidup,mempertahankan dan mengusahakan janin
lahir hidup

Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :


1)      Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit,istirahat baring dan mengukur
keseimbangan cairan
2)      Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu),dengan perbaikan:
memberikan infuse dan transfuse darah segar
3)      Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin,hematokrit,COT(Clot
Observation Test/test pembekuan darah),kadar fibrinogen plasma,urine
lengkap,fungsi ginjal
Komplikasi

syok Gangguan
pembekua
n darah
Oliguri

Pendarahan
post partum
Diagnosis

Penderita biasanya datang dengan gejala klinis :

1. Perdarahan pervaginam (80%)


2. Nyeri abdomen atau pinggang dan nyeri tekan
uterus (70%)
3. Gawat janin (60 %)
4. Kelainan kontraksi uterus (35%)
5. Kelainan premature idiopatik (25%)
6. Dan kematian janin (15%)
7. Syok yang terjadi kadang tidak sesuai dengan
banyak perdarahan
4)   Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG)
5)      Hematom retroplasenter dapat dikenali sekitar 2-15% dari semua
solusio plasenta. Pengenalan hematoma tergantung pada derajat
hematoma (besar dan lamanya) serta keahlian operator.
6)      Pemeriksaan histologik setelah plasenta dikeluarkan dapat
memperlihatkan hematoma retroplasenter.
7)      Penemuan lain yang mungkin adalah adanya ektravasasi darah ke
miometrium,yang tampak sebagai bercak ungu pada tunika serosa
uterus yang dikenal sebagai Uterus Couvelaire.
8)      Secara klinis diketahui dari adanya nyeri dan tegang pada uterus.
Devinisi Ruptura uteri

 Ruptura uteri adalah robekan atau


diskontinuitas dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miometrium.
Etologi

 Ruptura uteri bisa disebabkan oleh anomali


atau kerusakan yang telah ada sebelumnya,
karena trauma, atau sebagai komplikasi
perlainan pada rahim yang telah diseksio
sesarea pada persalinan sebelumnya
Patofisiologi

 Pada waktu his korpus uteri berkontraksi dan


mengalami retraksi. Dengan demikian,
dinding korpus uteri atau atau segmen atas
rahim menjadi lebih tebal dan volume korpus
uteri menjadi lebih kecil. Akibatnya, tubuh
janin yang menempati korpus uteri terdorong
kebawah ke dalam segmen bawah rahim.
Tanda dan gejala
 Tanda gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis
atau tenang.
 Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen,
 Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa
nyeri.
 Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau
hemoragi )
 Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat,
tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak )
 Bagian presentasi dapat digerakan diatas rongga
panggul
Penatalaksaan

 Dalam menghadapi masalah ruptura uteri


semboyan prevention is better than curesangat
perlu di perhatikan dan dilaksanankan oleh setiap
pengelola persalinan di mana punpersalinan itu
berlangsung. Pasien resiko tinggi haruslah di
rujuk agar persalinannya berlangsung dalam
rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang cukup
dan diawasi dengan penuh dedikasi oleh petugas
berpengalaman.
JURNAL
 Judul artikel
 KARAKTERISTIK PERDARAHAN ANTEPARTUM DAN
PERDARAHAN POSTPARTUM

 Penulis
 Londok THM
1

 2Lengkong RA
 2Suparman E

 Daftar pustaka
 20 referensi (1996-2012)
Abstrak

Penyebab perdarahan pada kehamilan dan persalinan yang penting adalah


perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui karakteristik perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum di
BLU RSUP Prof DR. R.D Kandou Manado tahun 2011. Penelitian ini menggunakan
metode retrospektif deskriptif melalui rekam medik di BLU RSUP Prof dr R.D
Kandou Manado tahun 2011. Dari 4155 total persalinan seluruhnya pada tahun 2011,
terdapat 60 kasus (1,44%) perdarahan antepartum dan 36 kasus (0,86%) perdarahan
postpartum. Distribusi sosiodemografi tertinggi : umur ibu 35-39 tahun, pendidikan
terakhir tamat SMA, pekerjaan ibu rumah tangga. Distribusi mediko obstetri
tertinggi: 17 kasus (28,3%) paritas pertama dan 17 kasus (28,3%) paritas kedua pada
perdarahan antepartum dan 18 kasus (50%) paritas pertama pada perdarahan
postpartum, usia kehamilan biasanya 37-42 minggu yaitu 32 kasus (53,3%)
perdarahan antepartum dan 30 kasus (83,3%) perdarahan postpartum. Tindakan
persalinan perabdominal (seksio sesarea) 55 kasus (91,7%) perdarahan antepartum
dan 22 kasus (61,1%) pervaginam perdarahan post partum
Penyebab perdarahan antepartum terbanyak adalah plasenta previa dan
perdarahan postpartum disebabkan oleh sisa plasenta. Kebanyakan
jumlah pemeriksaan antenatal care ≥4x pemeriksaan pada perdarahan
antepartum dan <4x pemriksaan pada perdarahan postpartum. Tingginya
angka kejadian ini perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Ibu-ibu
hamil yang memiliki faktor resiko untuk terjadinya perdarahan
antepartum dan perdarahan post partum agar selalu waspada dan selalu
memeriksakan kehamilannya kepada tenaga ahli secara berkala dan
teratur.
Kata kunci: Perdarahan Antepartum, Perdarahan Postpartum,
Karakteristik Penderita.
METODE
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif melalui
pengumpulan data. Subjek Penelitian diambil dari kasus perdarahan
antepartum (HAP) dan per-darahan post partum (HPP) di BLU RSUP
Prof DR. R.D Kandou Manado selama periode Januari 2011 sampai
Desember 2011 yang diperoleh dari catatan rekam medik dan buku
register obstetri di bagian Obstetri dan Ginekologi. Variabel yang akan
diteliti adalah distribusi kasus perdarahan ante-partum dan perdarahan
post partum berdasarkan:
1. Sosiodemografi meliputi: umur, agama, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan.
2. Mediko obstetri meliputi : paritas, umur kehamilan, tindakan persalinan.
3. Penyebab perdarahan perdarahan antepartum dan penyebab
perdarahan post partum
4. Jumlah pemeriksaan antenatal care <4x dan ≥4x.
KESIMPULAN

Dapat dilihat bahwa bukan diukur dari berapa


banyaknya jumlah kunjungan antenatal, namun
perbedaan kualitas pelayanan antenatal yang diberikan
dapat menjamin dan mengurangi komplikasi kehamilan
seperti terjadinya perdarahan. Hal ini disebabkan
karena adanya antenatal care maka tanda-tanda dini
perdarahan yang berlebihan dapat didekteksi dan
ditanggulangi dengan cepat sehingga perencanaan
persalinan dapat dilakukan dengan maksimal.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai