Penyusun
i
DAFTAR ISI
VISI MISI................................................................................................................................................9
Konsep Kehamilan dalam Islam...........................................................................................................10
Konsep Kehamilan dalam Maternitas..................................................................................................10
BAB I....................................................................................................................................................10
PENDAHULUAN...................................................................................................................................11
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................................11
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................................11
1.3. Tujuan..................................................................................................................................12
BAB II...................................................................................................................................................12
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................12
2.1. Definisi virus TORCH...........................................................................................................13
2.3. Rubella.................................................................................................................................17
2.4. CMV (Cytomegalovirus).......................................................................................................20
2.5. Herpes Simplex Virus (HSV).................................................................................................22
2.6. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN VULVITIS.................................................................25
2.7. Definisi HPV (Human Papilloma Virus).................................................................................28
2.8. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU PENDERITA KANKER SERVIKS.....................................31
BAB III..................................................................................................................................................35
PENUTUP.............................................................................................................................................35
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................35
3.2. Saran............................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................37
VISI MISI PRODI NERS
VISI
MISI
1. Menyelenggarakan kegiatan pengajaran di bidang keperawan yang
bernilai islami, professional dan unggul pada bidang Home Care.
2. Menyelenggarakan penelitian keperawatan yang bernilai islami dan
berkualitas.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat di bidang keperawatan
yang bernilai islami dan berkualitas.
4. Mengembangkan kurikulum di bidang keperawatan sesuai dengan
prediksi kebutuhan pasar kerja.
5. Mengembangkan kemitraan dengan berbagai institusi pengguna baik
rasional dan internasional dalam memperluas pasar kerja.
6. Mengembangkan sarana dan prasarana yang berkualitas sesuai dengan
kebutuhan di ingginkan program studi ilmu keperawatan.
8
Konsep Kehamilan dalam Islam
9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit
Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex
(HSV1-HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas,
misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio, dan Coxsackie-B.
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang
bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun
wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan
pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.1
Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh termasuk
sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan,
pendengaran, sistem kardiovaskuler, serta metabolisme tubuh.
Human Papilloma Virus (HPV) adalah jenis virus yang cukup lazim. Jenis yang
berbeda dapat menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang tidak normal (displasia)
dalam atau di sekitar leher rahim atau dubur yang dapat menyebabkan kanker leher rahim
atau dubur. Kutil-kutil ini pada umumnya tumbuh di permukaan kulit yang lembab dan di
daerah sekitar alat kelamin sehingga disebut kutil kulit dan kutil kelamin. Infeksi HPV
pada alat kelamin dapat disebarkan melalui hubungan seks, sedangkan penularan kutil
kulit pada tangan atau kaki dapat terjadi tanpa hubungan seks (penularannya dapat
melalui sentuhan atau penggunaan barang secara bersama).
10
3. Bagaimana ciri-ciri,struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis, penularan,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan Rubella?
4. Bagaimana ciri-ciri,struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis, penularan,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan CMV?
5. Bagaimana ciri-ciri,struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis, penularan,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan HSV?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Infeksi TORCH tersebut ?
7. Bagaimana ciri – ciri,struktur anatomi, pathogenesis, gejala klinis, penularan,
pengobatan dan pencegahan penyakit di sebabkan oleh virus HPV ini ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ibu dengan kanker serviks?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari virus TORCH.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri,struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis, penularan,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan Toxoplasma.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri,struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis, penularan,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan Rubella.
4. Untuk mengetahui ciri-ciri,struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis, penularan,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan CMV.
5. Untuk mengetahui ciri-ciri, struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis, , penularan,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan HSV.
6. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
tersebut
7. Untuk mengetahui definisi HPV
8. Untuk mengetahui ciri – ciri, struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis penularan,
pengobatan dan pencegahan yang penyakit yang disebabkan
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada Ibu yang menderita kanker
serviks
BAB II
PEMBAHASAN
11
2.2. Toxoplasma
Toxoplasma merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit obligat
intraseluler Toxoplasma gondii. Nama penyakitnya Toksoplasmosis.
2.2.1. Ciri-ciri
Toxoplasma gondii terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk
poriferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit).
1. Bentuk Takizoit (Bentuk Poriferatif)
a) Menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak
membulat.
b) Ukuran panjang 4 - 8 mikron, lebar 2 - 4 mikron dan mempunyai selaput sel satu
inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti
mitokondria dan badan golgi.
c) Tidak mempunyai kinetoplas dan sentrosom serta tidak berpigmen. Bentuk ini
terdapat di dalam tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk
manusia dan kucing sebagai hospes definitif.
d) Takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh.
e) Takizoit dapat memasuki tiap sel yang berinti.
Patogenesis
Jika seseorang makan atau minum dari sumber terkontaminasi Toxoplasma
gondii, selanjutnya Toxoplasma akan menembus permukaan usus halus dan
ditangkap oleh sel-sel darah putih. Sebagian Toxoplasma masih dapat
bereplikasi. Reaksi ini akan mencetuskan keluarnya mediator atau zat-zat kimia
dalam darah yang dapat menginduksi timbulnya tanda-tanda infeksi. Bagaimana
perjalanan toxoplasmosis ini tergantung pada jumlah partikel protozo yang
masuk ke saluran cerna, faktor genetik, kekebalan tubuh, dan virulensi protozoa.
Sekali seseorang terserang toxoplasmosis, T.gondii akan menyebar ke seluruh
jaringan tubuh; termasuk ke sirkulasi plasenta pada wanita hamil. Hal ini tentu saja
membahayakan bagi janin. Patogensis mikrobakteri ini terbagi menjadi 3 tahap :
Tahap pertama adalah parasitemis (ditemukan toxoplasma dalam darah) yang
merupakan fase akut, yaitu sekitar satu minggu pasca infeksi.
Tahap kedua, terjadi respon imun humoral seperti IgA, IgM, IgG, dan
komplemen dan juga terjadi respon imun seluler berupa makrofag dan sitokin.
Tahap ketiga adalah pembentukan kista (bentuk inaktif) dalam sel yang
sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi (aktif kembali).
2.2.4. Diagnosis
1. Pemeriksaan sediaan mikroskopis, untuk menemukan ookista yang di dalam
tinja kucing , atau takizoit didalam eksudat peritoneal atau biakan jaringan,
Toxoplasma dapat ditemukan didalam usapan dari irisan jaringan atau eksudat
yang diwarnai . Uji warna masih paling memuaskan sampai saat ini.
2. Pemeriksaan darah atau jaringan tubuh penderita (histopatologi)
Diagnosis dapat ditegakkan jika ditemukan parasit di dalam jaringan atau
cairan tubuh penderita. Hal ini dilakukan dengan cara menemukan secara
langsung parasit yang diambil dari cairan serebrospinal, atau hasil biopsi
jaringan tubuh yang lainya. Namun diagnosis berdasarkan penemuan parasit
secara langsung jarang dilakukan karena kesulitan dalam hal pengambilan
spesimen yang akan diteliti.
3. Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan serologis dilakukan dengan dasar bahwa antigen toksoplasma
akan membentuk antibodi yang spesifik pada serum darah penderita. Beberapa
pemeriksaan serologi yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
toksoplasmosis antara lain:
- Complement Fixation Test
- Dye Test Sabin Fieldman
- Immunoflourescense Assay (IFA)
- Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA)
4. PCR(Polymerase Chain Reaction)
Metode lain yang relatif singkat dengan sensitivitas yang tinggi adalah
metode PCR. Teknik PCR ini dapat mendeteksi toksoplasma yang berasal dari
darah, cairan serebrospinal, dan cairan amnion.
2.2.5. Penularan
- Memakan daging mentah atau daging setengah matang atau daging yang tidak
dimasak sempurna dimana daging tersebut mengandung toksoplasma.
- Melalui transplantasi organ tubuh manusia. Namun penularan ini sangat jaran
karena umumnya organ tubuh tersebut telah diperiksa oleh dokter dengan
seksama. Walaupun peluangnya kecil hal ini tidak boleh diabaikan.
- Manusia tanpa sengaja menelan atau memakan telur atau kista toxoplasma. Hal
ini dapat terjadi jika manusia memakan buah-buahan atau sayuran tanpa dicuci
dengan bersih.
2.2.6. Pengobatan
Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine
dengan trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan
menghambat siklus p-amino asam benzoat dan siklus asam folat. Dosis yang
dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25 –50 mg per hari selama sebulan dan
trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000 –6.000 mg sehari selama sebulan.
2.2.7. Pencegahan
1. Tidak boleh menyentuh/memegang mulut dan mata ketika memegang daging
mentah.
2. Mencuci tangan dengan sabun sehabis memegang daging mentah dan setelah
berkebun.
3. Dapur dan perabotan-perabotannya cuci bersih-bersih yang dipakai untuk daging
mentah. 15
4. Cuci sayur-sayuran dan buah-buahan sebelum dimakan.
5. Hindari lalat, kecoak, dan binatang-binatang yang hinggap di buah-buahan dan
sayur-sayuran.
6. Selalu memakai sarung tangan jika memegang benda-benda (mengerjakan
taman) yang selalu dikontamasi kotoran kucing.
7. Memberi makan kucing dengan daging yang matang.
8. Wanita hamil trimester pertama sebaiknya diperiksa secara berkala akan
kemungkinan infeksi dengan Toxoplasma gondii. Mengobatinya agar tidak
terjadi abortus, lahir mati ataupun cacat bawaan.
2.3. Rubella
Rubella atau campak jerman adalah penyakit menular yang
disebabkan suatu virus RNA dari golongan Togavirus. Infeksi
Virus Rubella dapat menyebabkan penyakit campak Jerman atau
Congenital Rubella Syndrome Rubella.
2.3.1. Ciri-ciri
Tidak aktif oleh panas, cahaya, pH asam, eter, dan tripsin (enzim).
Memiliki kelangsungan hidup yang singkat di udara atau pada benda dan permukaan.
Dapat menyerang bagian saraf atau otak yang kemudian menyerang kulit yang
ditandai dengan bercak merah seperti campak biasa.
Hidup di daerah tropis, subtropis, dan pada daerah yang memiliki musim semi.
Intinya dikelilingi selubung lipoprotein.
Berbentuk bulat (sferis) dengan diameter 60–70 mm
Memiliki inti (core) nukleoprotein padat, dikelilingi oleh dua lapis lipid yang
mengandung glycoprotein E1 dan E2.
Virus Rubella memiliki 3 protein struktural utama yaitu 2 glycoprotein envelope, E1
dan E2 dan 1 protein nukleokapsid.
2.3.2. Struktur Anatomi
16
2.3.3. Patogenesis
Virus Rubella ditransmisikan melalui pernapasan dan mengalami replikasi di
nasofaring dan di daerah kelenjar getah bening. Viremia terjadi antara hari ke-5
sampai hari ke-7 setelah terpajan virus Rubella. Dalam ruangan tertutup, virus
Rubella dapat menular ke setiap orang yang berada di ruangan yang sama dengan
penderita. Masa inkubasi virus Rubella berkisar antara 14–21 hari. Masa penularan 1
minggu sebelum dan empat (4) hari setelah permulaan (onset) ruam (rash). Pada
episode ini, Virus Rubella sangat menular.
2.3.5. Diagnosis
1. Diagnosis Congenital Rubella
2. Menentukan status imun pada wanita umur reproduktif
Metode pemeriksaan :
- Hemaglutination inhibition
- Passive Hemaglutination (PHA)
- Indirect fluorescent immunoassay (IFA)
- Enzyme immunoassay (EIA-IgM, IgG)
- Radioimmunoassay
2.3.6. Penularan
Penularan utamanya dapat melalui titik-titik air di udara yang berasal dari batuk
atau bersin penderita. Berbagai makanan dan minuman dengan pendeita juga dapat
menularkan Rubella. Sama halnya jika menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah
memegang benda yang terkontaminasi virus Rubella.
2.3.7. Pengobatan
17
1. Secara farmakologikal dengan Acetaminophen atau ibuprofen ini dapat
mengurangkan demam.
2. Pengobatan rawat jalan ( di rumah )
Dikarenakan penyakit rubela merupakan penyakit yang ringan (jika
menyerang anak – anak dan orang dewasa), seseorang yang menghidapi rubela
boleh dijaga di rumah. Namun dengan menjaga suhu tubuh penderita. Jika suhu
tubuh mulai tinggi maka sebaiknya konsultasi ke dokter. Selain itu obat yang
paling efektif untuk infeksi ini adalah dengan beristirahat.
3. Pengobatan untuk wanita yang hamil
Pada wanita hamil jika terserang virus ini maka yang sebaiknya dilakukan
adalah periksa ke dokter. Maka kemungkinannya dokter tersebut mungkin akan
memberikan suntikan immuneglobulin (IG). IG tidak dapat menghilangkan virus
Rubella tetapi IG dapat membantu dalam meringankan gejala-gejala yang
diberikan oleh virus ini dan dapat mengurangi risiko – risiko pada janin. Dengan
kata lain, IG dapat mengurangi gejala rubela tetapi tidak dapat menghilangkan
risiko infeksi yang diberikan virus Rubella terhadap bayi tersebut.
2.3.8. Pencegahan
Walaupun tidak ada obat yang spesifik untuk virus ini, namun dapat diberikan
pencegahan yaitu dengan vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus
digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin
MMR (Mumps, Measles, Rubella) yang disuntikkan sebanyak 2 kali.
Suntikan vaksin pertama diberi semasa umur 12-15 bulan dan suntikan kedua
biasanya diberi semasa umur 4-6 tahun. Pemberian imunisasi MMR pada wanita usia
reproduktif yang belum mempunyai antibodi terhadap virus rubela amatlah penting untuk
mencegah terjadinya infeksi Rubella kongenital pada janin. Setelah pemberian imunisasi
MMR, penundaan kehamilan harus dilakukan selama 3 bulan.
Vaksin MMR tidak sembarang boleh diberikan kepada semua orang, diantaranya:
- Mereka yang alergi terhadap antibiotik neomicyn.
- Wanita yang sedang hamil atau bertujuan hamil dalam waktu satu bulan setelah
imunisasi.
- Mereka yang menderita penyakit apa saja atau menerima pengobatan yang
menekan sistem kekebalan, seperti cortisone atau prednisolone.
- Siapa saja yang menderita infeksi yang akut.
2.4.1 Ciri-ciri
Kemampuannya untuk melangsungkan infeksi bersifat laten seumu hidup.
Diameter virion 100-200 nanomikron
Mempunyai selubung lipoprotein (envelop)
Bentuk incosahedral nekleokapsid
Asam nukleat : DNA
2.4.3 Patogenesis
Infeksi bawaan cytomegalovirus dapat terjadi karena infeksi primer atau reaktivasi
dari ibu. Namun, penyakit yang diderit janin atau bayi yang baru lair dikaitkan dengan
infeksi primer ibu. Infeksi primer pada usia anak atau dewasa lebih sering dikaitkan
dengan respon limfosit T yang hebat. Respon limfosit T dapat mengakibatkan timbulnya
sindroma mononukleosis yang serupa seperti dialami setelah infeksi virus Epstein-Barr.
Tanda khas infeksi ini adalah adanya limfosit atipik pada darah tepi.
Sekali terkena, selama masa simtomatis infeksi primer, cytomegalovirus menetap
pada jaringan induk semangnya. Tempat infeksi yang menetap dan laten melibatkan
bermacam sel dan organ tubuh. Penularan transfusi darah atau transplantasi organ
berkaitan dengan infeksi terselubung dalam jaringan ini. Penelitian bedah mayat
menunjukkan kelenjar liur dan usus merupakan tempat terdapat infeksi yang laten.
Stimulasi antigen kronis (seperti yang timbul setelah transplantasi organ) disertai 19
melemahnya sistem imun merupakan keadaan yang paling sesuai untuk pengaktifan
cytomegalovirus dan penyakit yang disebabkan oleh cytomegalovirus. Cytomegalovirus
dapat menyebabkan respons limfosit T yang lemah, yang sering kali mengakibatkan
superinfeksi oleh kuman oportunistik. Cytomegalovirus juga dapat menjadi faktor
pembantu dalam mengaktifkan infeksi laten HIV.
2.4.5 Diagnosis
Dengan Karakteristik :
1. Lekositosis
2. Lymphocytosis
3. Abnormal liver function test
Definitive diagnosis dapat dilakukan dengan isolasi virus CMV dari urine dan blood
dengan terdeteksi IgM atau peningkatan titer IgG. Deteksi IgG antibodi bukan proteksi
terhadap CMV infeksi kronik.
2.4.6 Penularan
1. Pada bayi bisa terjadi melalui proses kelahiran kontak langsung pada serviks atau
melalui air susu ibu.
2. Melalui transfusi pada ibu atau anak
3. Melalui kontak langsung/individual
Penularan terjadi melalui kontak langsung selaput lendir dengan jaringan. CMV (
sitomegalovirus ) di ekskresikan melalui urin, ludah, ASI, sekret serviks dan semen pada
infeksi primer maupun pada infeksi reaktivasi. Janin bisa tertular in utero dari ibu baik
berupa infeksi primer maupun berupa infeksi reaktivasi; infeksi janin dengan manifestasi
klinis yang berat pada waktu lahir sering terjadi sebagai akibat infeksi primer dari ibu,.
Virus dapat ditularkan kepada bayi melalui ASI, melalui transfusi darah penularan
mungkin terjadi melalui lekosit. Ditemukan bahwa CMV di ekskresikan oleh sebagian
besar anak-anak di tempat penitipan, hal ini bisa menjadi sumber infeksi bagi
masyarakat. Penularan melalui hubungan seks ini dilihat dari penderita dikalangan
homoseksual yang berhubungan seks dengan banyak pasangan.Virus di ekskresikan
melalui urin dan air ludah selama beberapa bulan dan tetap bertahan atau akan muncul
secara periodik selama beberapa tahun sesudah infeksi primer. Sesudah infeksi neonatal,
virus mungkin di ekskresikan selama 5 – 6 tahun. Orang dewasa mengekskresikan virus
dalam jangka waktu yang lebih pendek, namun virus akan tetap ada sebagai infeksi laten.
2.4.7 Pengobatan
Obat-obat spesifik yang memberikan harapan untuk terapi pada penyakit CMV 20
adalah:
1. Ganciclovir (D H P G – dihydroxy – 2 propoxy methyl – guarine)
Dosis intravena: 5 - 7,5 mg per kg berat badan
Dosis oral untuk dewasa: 3 x 1 gr atau 6 x 500 mg
2. Foscarnet (Fosfonoformate)
Dosis intravena: 60 – 90 mg/kg BB/hari
3. Imunoglobulin yang mengandung titer antibodi anti CMV yang tinggi
4. Valaciclovir dapat dipertimbangkan sebagai terapi profilaksi untuk penyakit
akibat infeksi CMV pada individu dengan imunokompromais
2.4.9 Pencegahan
1) Menjaga kebersihan atau sanitasi.
2) Hindari melakukan transfusi kepada bayi baru lahir dari ibu yang seronegatif
dengan darah donor dengan seropositif CMV.
3) Hindari transplantasi jaringan organ dari donor seropositif CMV kepada
resipien yang seronegatif. Jika hal ini tidak dapat dihindari, maka pemberian
IG hiperimun atau pemberian antivirus profilaktik mungkin menolong.
2.5.1 Ciri-ciri
Melakukan replikasi di dalam inti sel
Membentuk intranuclear inclusion body
Pada lesi terdapat central intranuclear inclusion body eosinofilik yang ireguler yang
dibatasi oleh fragmen perifer dari kromatin pada tipe membran inti
Pembungkus berasal dari selaput inti sel yang terinfeksi yang mengandung lipid,
karbohidrat, dan protein.
Genom ADN beruntai-untai ganda (BM 85-106x106) berbentuk lurus.
Tipe 1 dan 2 memperlihatkan 50% urutan homologi.
21
2.5.3. Patogenesis
HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang dikeluarkan
oleh seseorang. Untuk menimbulkan infeksi, virus harus menembus permukaan mukosa
atau kulit yang terluka (kulit yang tidak terluka bersifat resisten). HSV 1 ditransmisikan
melalui sekresi oral, virus menyebar melalui droplet pernapasan atau melalui kontak
langsung dengan air liur yang terinfeksi. Ini sering terjadi selama berciuman, atau dengan
memakan atau meminum dari perkakas yang terkontaminasi. HSV 1 dapat menyebabkan
herpes genitalis melalui transmisi selama seks oral-genital. Karena virus ditransmisikan
melalui sekresi dari oral atau mukosa (kulit) genital, biasanya tempat infeksi pada laki-
laki termasuk batang dan kepala penis, skrotum, paha bagian dalam, anus.
Pada wanita yaitu labia, vagina, serviks, anus, paha bagian dalam. Mulut juga dapat
menjadi tempat infeksi bagi keduanya. Penyebaran herpes genitalis atau Herpes
Simpleks 2 dapat melalui kontak langsung antara seseorang yang tidak memiliki antigen
terhadap HSV 2 dengan seseorang yang terinfeksi HSV 2. Kontak dapat melalui
membran mukosa atau kontak langsung kulit dengan lesi. Transmisi juga dapat terjadi
dari seorang pasangan yang tidak memiliki luka yang tampak. Kontak tidak langsung
dapat melalui alat-alat yang dipakai penderita karena HSV 2 memiliki envelope sehingga
dapat bertahan hidup sekitar 30 menit di luar sel.
22
merupakan manifestasi recurren, HSV-1 infection. Pada keadaan parah dapat
menyebabkan HSV encephalitis.
2. HSV-2 (kulit, mukosa alat kelamin dan sekitar anus )
Infeksi pada genital dapat menyebabkan infeksi pada bayi pada waktu
proses kelahiran. Sebagian besar bayi mendapat infeksi HSV-2 pada ibu hamil
asymptomatic. Ulcerative lesion, pain fever, dysuria, Lymphadenopathy selalu
dijumpai.
2.5.6. Diagnosis
1. Pemeriksaan Serologis: pemeriksaan yang paling baik dilakukan untuk
menentukan adanya infeksi HSV, juga untuk diagnosa primary infection jika titer
antibodi terjadi peningkatan 4 kali atau lebih.
2. Pemeriksaan : IgG anti HSV _ deteksi status imun
3. Pengambilan sampel untuk IgG setelah 2-7 minggu
Cara pemeriksaan : (1). Citology dan Histology, (2). Immunoflourescence, (3). Enzim
Immuno Assay dan Immunoblotting.
2.5.7 Penularan
- Siapa pun yang aktif secara seksual dapat tertular herpes kelamin
- Herpes menular melalui hubungan kulit dengan kulit. Hal ini terjadi saat daerah kulit
yang menular berhubungan dengan luka kecil pada kulit atau selaput
mukosa,terutama pada mulut dan kelamin
- Herpes kelamin dapat tertular melalui hubungan seks pada waktu ada gejala dan
kadang kala bila tidak ada gejala.
2.5.8. Pengobatan
Salah satu obat yang efektif untuk infeksi Herpes Simpleks Virus adalah
Asiklofir dalam bentuk topikal, intravena, dan oral yang semuanya berguna untuk
mengatasi infeksi primer.
Nama Generik : Acyclovir
Nama Dagang : Clinovir (Pharos)
Indikasi : Untuk mengobati genital Herpes Simplex Virus,
herpes labialis, herpes zoster, HSV encephalitis,
neonatal HSV, mukokutan HSV pada pasien yang
memiliki respon imun yang diperlemah
(immunocompromised), varicella-zoster.
Bentuk Sediaan : Tablet 200 mg, 400 mg.
Dosis dan Aturan Pakai : Pengobatan herpes simplex: 200 mg (400 mg pada
pasien yang memiliki respon imun yang
diperlemah/immunocompromised atau bila ada
gangguan absorbsi) 5 kali sehari, selama 5 hari. Untuk
anak dibawah 2 tahun diberikan setengah dosis
dewasa. Diatas 2 tahun diberikan dosis dewasa.
23
Pencegahan herpes simplex kambuhan, 200 mg 4 kali
sehari atau 400 mg 2 kali sehari, dapat diturunkan
menjadi 200 mg 2atau 3 kali sehari dan interupsi setiap
6-12 bulan.
Penggunaan obat lain
- Vidarabin
- Idoksuridin topical (untuk Herpes Simpleks pada selaput bening mata)
- Trifluridin
2.5.9. Pencegahan
1. Skrining dengan pemeriksaan TORCH ibu sebelum dan selama kehamilan.
2. Menghindari persalinan melalui jalan lahir bagi ibu yang menderita herpes
genital
3. Menghindari kontak dengan penderita dan alat-alat yang dipakainya.
Klasifikasi
Vulvitis umumnya dapat di bagi menjadi dua golongan.
1. Bersifat local.
2. Timbul bersama-sama atau sebagai akibat vaginitis.
3. Merupkan permulaan atau manifestasi dari penyakit umum.
1. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan kegagalan untuk mengatasi infeksi. 25
Intervensi Rasional
Mandiri
Cuci tangan sebelum dan sesudah Mengurangi kontraminasi silang.
melakukan aktivitas atau tindakan. Mengurangi jumlah lokasi yang dapat
menjadi tempat masuknya organism
mencatat tanda inflamasi:infeksi local
perubahan pada karakter brenase luka atu
sputum dari urine.
2. Diagnose 2:hipertermia yang berhubungan dengn peruses penyakit efek langsung dan
sirkulasi endoksin pada hipotalamus, perubahan pada regulasi temperature.
Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau suhu ibu (derajat dan pola, Suha 38,9-41,1 derajat C menunjukan
perhatikan adanya menggigil diaphoresis. proses penyakit infeksius akut.
Pantau suhu lingkungan, batasi atau Suhu ruangan atau jumlah selimut harus
tambahkan linen tempat tidur sesuai diubah untuk mempertahankan suhu
dengan indikasi. mendekati normal, sehingga dapat
membantu mengurangi demam .
26
Kolaborasi
Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah di rencanakan,
mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat, bukan atas petunjuk kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehan lain.
Evaluasi keperawatan
Merupakan hasil perkembangan klien dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak di capai.
Human Papilloma Virus (HPV) adalah jenis virus yang cukup lazim. Jenis yang
berbeda dapat menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang tidak normal (displasia)
dalam atau di sekitar leher rahim atau dubur yang dapat menyebabkan kanker leher
rahim atau dubur. Kutil-kutil ini pada umumnya tumbuh di permukaan kulit yang
lembab dan di daerah sekitar alat kelamin sehingga disebut kutil kulit dan kutil
kelamin. Infeksi HPV pada alat kelamin dapat disebarkan melalui hubungan seks,
sedangkan penularan kutil kulit pada tangan atau kaki dapat terjadi tanpa hubungan
seks (penularannya dapat melalui sentuhan atau penggunaan barang secara bersama).
26
2.7.3. Patogenesis
Berbagai jenis HPV menyebabkan kutil umum pada tangan atau kaki. HPV
juga dapat mengakibatkan masalah pada mulut atau pada lidah dan bibir.
Beberapa jenis HPV dapat menyebabkan kutil kelamin pada penis, vagina dan
dubur.
Jenis HPV lain dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal yang
disebut displasia. Displasia dapat berkembang menjadi kanker dubur pada
laki-laki dan perempuan, dan kanker leher rahim atau kanker penis.
Kondiloma genital dapat ditularkan melalui sentuhan dan hubungan seksual
2.7.6. Pengobatan
Sebagian besar infeksi HPV akan sembuh dengan sendirinya dalam 1-2 tahun
karena adanya sistem kekebalan tubuh alami. Namun demikian infeksi menetap
yang disebabkan oleh tipe-tipe HPV resiko tinggi seperti tipe 16 atau 18 akan
mengarah pada kanker serviks. Sampai saat ini, belum ada pengobatan langsung
untuk infeksi HPV.
2.7.7. Pencegahan
Melakukan pap smear secara teratur (tiga tahun setelah hubungan seks
pertama, tiga bulan setelah melahirkan dan secara rutin minimal setahun
sekali).
Menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan risiko timbulnya kanker leher
rahim misalnya berganti-ganti pasangan seksual, merokok, dll.
Menjaga kebersihan organ intim.
Selalu waspada dan segera ke dokter bila mengalami tanda-tanda yang
mencurigakan, seperti keputihan dan pengeluaran cairan yang berbau busuk
dari vagina, perdarahan yang terjadi setelah melakukan hubungan intim, dan
perdarahan atau haid yang abnormal.
Penanganan
Tindakan bergantung pada usia,paritas, tua kehamilan, dan stadium kanker.
1. Wanita relatif muda dan hamil tua dengan kanker stadium dini, dapat melahirkan
janin secara spontan. 29
2. Dalam trimester I dijumpai kanker serviks , dilakukan abortus buatan, kemudian
diberikan pengobatan radiasi.
3. Dalam trimester II kehamilan : segera lakukan histerektomi untuk mengeluarkan
hasil konsepsi, kemudian di berikan dosis penyinaran.
4. Wanita relatif muda yang masih mendambakan anak dengan kanker serviks
dilakukan konisasi atau amputasi porsio kemudian dikontrol dengan baik. Bila
anak cukup sebailknya dikerjakan histerektomi.
Diagnosis dapat ditemukan setelah hasil papsmear disertai dengan adanya
displasia, atau sel-sel atipik persisten yang diikuti dengan hasil biopsi yang
mengidentifikasi adanya neoplasma intra-epitel ( CIN) atau lesi intra-epitel
skuamosa tingkat tinggi (HGSL).
Penatalaksanaan
1. Rontgen
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan spesifik seperti biopsi punch dan kolposkopi. Apa bila
ditemukan lesi prekusor seperti lesi intra-epitel skuamosa tingkat randah
(LGSIL) dan tinggi (HGSIL).
4. Pengangkatan non –bedah konservatif .
5. Krioterapi ( pembekuan dengan oksida nitrat ) atau terapi laser efektif.
6. Konisasi (pengangkatan bagian yang berbentuk kerucut dari serviks).
Manajemen trapeutik
Terapi karsinoma serviks dilakukan jika diagnosis telah dipastikan dan
sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup
melakukan reliabilitas dan pengamatan lanjutan.
Pada tingkat klinis tidak dilakukan elekrokoagulasi atau
elektrofulgesrasi,bedah krio ( cryosurgery ) atau dengan sinar laser,
kecuali bila yang menangani seorang ahli dalam kolposkopi dan kliennya
masih muda serta belum mempunyai anak. Dengan biospi kerucut
(conebiopy) meskipun untuk diagnostik,sering kali menjadi terapeutik.
Ostium uterusinternum tidak rusak karenanya. Bila klien telah cukup atau
tua sudah mempunyai anak, uterus tidak perlu ditinggalkan agar penyakit
tidak kambuh (relapse) dapat dilakukan histerektomi sederhana.
Penahapan klinis memberikan keparahan penyakit,sehingga
pengobatan dapat direncanakan lebih spesifik dan prognosis lebih dapat
diprediksikan kanker serviks ini, khususnya memberi pengaruh tidak baik
terhadap kehamilan, begitu juga sebaliknya. Pengaruh kanker rahim pada
reproduksi dapat menyebabkan kemandulan dan abortus.
Asuhan keperawatan
Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat gejala :
a. Kelemahan atau keletihan akibat anemia 30
b. Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
c. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
ansietas,dan keringat malam.
d. Pekerjaan atau profesi dengan penajaman karsinogen lingkungan
dan tingkat stres tinggi.
2. Integritas ego
Gejala: faktor stres, meroko, minuman alkohol,menunda mencari
pengobatan,keyakinan religius atau spiritual, masalah tentang lesi
cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.
3. Eliminasi
Pengkajian eliminasi yang dapat di lakukan oleh perawat adalah
sebagai berikut.
a. Pada kanker Serviks perubahan pada pola defekasi, perubahan
eliminasi urinalis, misalnya : nyeri,
b. Pada kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering
berkemih, menopause dini, dan menoragia.
4. Makanan dan minuman
Gejala :
a. Pada kanker serviks : kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah
serat, tinggi lemak, adiktif, baha pengawet rasa)
b. Pada kanker ovarium : Dispesia, dan rasa tidak nyaman pada
abdomen,lingkasr abdomen yang terus meningkat (kanker
ovarium)
5. Neurosensorik
Gejala :
a. Pusing, sinkope
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala: adanya nyeri derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri hebat (di hubungkan dengan proses penyakit),
nyeri tekan pada payudara (pada kanker ovarium)
7. Pernapasan
Gejala : merokok, pemanjanan abses.
8. Keamanan
Gejala : Pemanjanan pada zat kimia toksik, karsinogen.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
9. Seksualitas
Gejala : perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah
karakteristik, bau) perdarahan sehabis senggama (pada kanker serviks).
10. Interaksi sosial
Gejala : ketidaknyamanan atau kelemahan sistem pendukung.
Riwayat perwakinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan,
bantuan, masalah tentang fungsi/ tanggung jawab peran
11. Penyuluhan
Gejala: riwayat kanker pada keluarga, sisi primer: penyakit primer,
riwayat pengobatan sebelumnya. Nuligravida lebih besar dari usia 30
tahun, multigravida pasangan seks multipel, dan aktivitas seksual dini
31
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas yang berhubungan dengan diagnostik kanker, takut akan rasa
nyeri kehilangan feminitas, dan perubahan bentuk tubuh
2. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan perubahan
seksualitas,fertilitas, serta hubungan dengan pasangan dan keluarga.
3. Perubahan eliminasi urinalis yang berhubungan dengan trauma mekanis,
manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma dan gangguan
sensori motorik: paralisis saraf
4. Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan
lainnya.
5. Kurangnya pengetahuan tentang aspek perioperatif histerektomi dan
perawatan diri.
Intervensi keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditegagkan pada klien dengan kanker
serviks adalah sebagai berikut.
1. Diagnosis 1 ( prioritas diagnosis )
Ansietas yang berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa
nyeri, kehilangan femininitas, dan perubahan bentuk tubuh.
Dibuktikan dengan:
a. Peningkatan ketegangan, gemeteran, ketakutan,dan gelisah.
b. Mengkspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian
hidup.
Tujuan: rasa cemas ibu hilang atau tidak cemas lagi.
Kriteria hasil: menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan
berkurangnya rasa takut.
BAB III
PENUTUP
32
3.1. Kesimpulan
TORCH adalah infeksi penyakit yang disebabkan oleh virus Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV 1 dan
HSV 2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas, misalnya
Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B.
Penyakit ini sangat berbahaya dan menyerang siapa saja. Bagi ibu hamil dapat
mengakibatkan keguguran, cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan sulit
mendapatkan kehamilan.
HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus yang memnyababkan Kutil dan
penumbuhan sel yang tidak normal (dysplasia)
3.2. Saran
Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dan HPV dengan cara mengetahui
media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari kemungkinan tertular. Hidup
bersih dan makan makanan yang dimasak dengan matang. Menjauhi hubungan seks yang
tidak normal dan sehat juga menjauhi dan mengindari untuk bergonta – ganti pasangan seks
Dalil Al-Qur’an
ْ َوالَ تَ ْق َرب
ًُوا ال ِّزنَى إِنَّهُ َكانَ فَا ِح َشةً َو َساء َسبِيال
Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. dan suatu jalan yang buruk (sumber: Al-Qur’an, QS Al-israa’ ayat 32)
ِرrوْ ِم اآْل ِخrrَونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليrُةٌ فِي ِدي ِن هَّللا ِ إِن ُكنتُ ْم تُ ْؤ ِمنrَا َر ْأفrذ ُكم بِ ِه َمr
ْ َد ٍة َواَل تَأْ ُخrةَ َج ْلrَا ِمئr ٍد ِّم ْنهُ َمr َّل َوا ِحrال َّزانِيَةُ َوال َّزانِي فَاجْ لِدُوا ُك
ََو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما طَائِفَةٌ ِّمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِين
َك َعلَى ْال ُم ْؤ ِمنِين َ ِك َوحُرِّ َم َذل ٌ ال َّزانِي اَل يَن ِك ُح إاَّل زَ انِيَةً أَوْ ُم ْش ِر َكةً َوال َّزانِيَةُ اَل يَن ِك ُحهَا ِإاَّل زَ ا ٍن أَوْ ُم ْش ِر
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah
kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat,
dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang
yang beriman. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina,
atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh
laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-
orang yang mukmin,” (an-Nuur: 2-3)
ً ق أَثَاماَ ق َواَل يَ ْزنُونَ َو َمن يَ ْف َعلْ َذلِكَ يَ ْل ِّ س الَّتِي َح َّر َم هَّللا ُ إِاَّل بِ ْال َح
َ َوالَّ ِذينَ اَل يَ ْد ُعونَ َم َع هَّللا ِ إِلَها ً آ َخ َر َواَل يَ ْقتُلُونَ النَّ ْف
ً َف لَهُ ْال َع َذابُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َويَ ْخلُ ْد فِي ِه ُمهَاناْ ُضاع َ ي
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar,
dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat
(pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan
dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,” (al-Furqaan: 68-69)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Tiga jenis orang
yang Allah tidak mengajak berbicara pada hari kiamat, tidak mensucikan mereka, tidak 33
melihat kepada mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang berzina, penguasa
yang pendusta, dan orang miskin yang sombong,” (HR Muslim [107]).
DAFTAR PUSTAKA