Anda di halaman 1dari 33

TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI


INFEKSI TORCH
DAN HUMAN PAVILLOMA VIRUS (HPV )
Dosen Pembimbing : Ns. Sunirah S.Kep M.Kep
KELOMPOK 3 :
 Dhea Riyadi
 Fatihah
 Piani
 Sri Putri Utami
 Yuni Yulia

STIKES BANI SALEH


BEKASI
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Maternitas yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada gangguan system
reproduksi infeksi TORCH dan Human Pavilloma Virus (HPV).
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada Ibu Ns. Sunirah S.Kep
M.Kep. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Maternitas yang telah memberikan
pembelajaran kepada Kami dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.Sekian terimakasih.

Bekasi, 08 Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
VISI MISI................................................................................................................................................9
Konsep Kehamilan dalam Islam...........................................................................................................10
Konsep Kehamilan dalam Maternitas..................................................................................................10
BAB I....................................................................................................................................................10
PENDAHULUAN...................................................................................................................................11
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................................11
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................................11
1.3. Tujuan..................................................................................................................................12
BAB II...................................................................................................................................................12
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................12
2.1. Definisi virus TORCH...........................................................................................................13
2.3. Rubella.................................................................................................................................17
2.4. CMV (Cytomegalovirus).......................................................................................................20
2.5. Herpes Simplex Virus (HSV).................................................................................................22
2.6. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN VULVITIS.................................................................25
2.7. Definisi HPV (Human Papilloma Virus).................................................................................28
2.8. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU PENDERITA KANKER SERVIKS.....................................31
BAB III..................................................................................................................................................35
PENUTUP.............................................................................................................................................35
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................35
3.2. Saran............................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................37
VISI MISI PRODI NERS
VISI

Menjadi program studi S1 Keperawatan/profesi ners yang menghasilkan


mahasiswa islami, profesional, dan unggul di bidang Home Care pada tahun 2025

MISI
1. Menyelenggarakan kegiatan pengajaran di bidang keperawan yang
bernilai islami, professional dan unggul pada bidang Home Care.
2. Menyelenggarakan penelitian keperawatan yang bernilai islami dan
berkualitas.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat di bidang keperawatan
yang bernilai islami dan berkualitas.
4. Mengembangkan kurikulum di bidang keperawatan sesuai dengan
prediksi kebutuhan pasar kerja.
5. Mengembangkan kemitraan dengan berbagai institusi pengguna baik
rasional dan internasional dalam memperluas pasar kerja.
6. Mengembangkan sarana dan prasarana yang berkualitas sesuai dengan
kebutuhan di ingginkan program studi ilmu keperawatan.

8
Konsep Kehamilan dalam Islam

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati


(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkas
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS.Al -Mu’minun 12-14).
Ayat tersebut di atas adalah merupakan proses terjadinya manusia dalam
kandungan sang ibu dalam proses kehamilan.
Dan dalam hal proses kehamilan dimaksud, Rasulullah SAW lebih
memperjelas lagi dengan sabdanya: "Sesungguhnya setiap orang dari kalian
dikumpulkan penciptaannya di dalatn perut (rahim) ibunya selama 40 hari: air
mani, kemudian air mani itu menjadi 'alaqah (darah kental) selama (40 hari)
seperti itu juga. Kemudian 'alaqah itu menjadi segumpal daging (mudhghah)
selama (40 hari). seperti itu juga. Kemudian kepadanya diutus Malaikat, lalu ia
meniupkan roh ke dalamnya serta diperintahkan untuk (menetapkan) empat
ketentuan : yakni: (1).Ditulis rizqinya.; (2). ditulis ajalnya; (3). ditulis amalnya;
(4). ditulis (apakah ia bakal menjadi) orang celaka, atau orang yang bahagia."
(H.R.Bukhari Muslim) .

Konsep Kehamilan dalam Maternitas

Kehamilan adalah proses dimana sperma menembus ovum sehingga terjadinya


konsepsi dan fertilasi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari
(40 minggu atau 9 bulan), dihitung dari pertama haid terakhir (Sumber : Alzam Faisal,
2009).

9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit
Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex
(HSV1-HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas,
misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio, dan Coxsackie-B.
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang
bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun
wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan
pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.1

Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh termasuk
sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan,
pendengaran, sistem kardiovaskuler, serta metabolisme tubuh.
Human Papilloma Virus (HPV) adalah jenis virus yang cukup lazim. Jenis yang
berbeda dapat menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang tidak normal (displasia)
dalam atau di sekitar leher rahim atau dubur yang dapat menyebabkan kanker leher rahim
atau dubur. Kutil-kutil ini pada umumnya tumbuh di permukaan kulit yang lembab dan di
daerah sekitar alat kelamin sehingga disebut kutil kulit dan kutil kelamin. Infeksi HPV
pada alat kelamin dapat disebarkan melalui hubungan seks, sedangkan penularan kutil
kulit pada tangan atau kaki dapat terjadi tanpa hubungan seks (penularannya dapat
melalui sentuhan atau penggunaan barang secara bersama).

Untuk mencegah penyebarannya dapat dilakukan dilakukan tes Pap untuk


mendeteksi  pertumbuhan tidak normal dari sel pada leher rahim sejak awal atau pun
dengan melakukan sekret vagina. Tes ini dapat memeriksa dubur laki-laki dan perempuan
Walaupun tes Pap tampaknya merupakan cara terbaik untuk menemukan kanker leher
rahim secara dini,  pemeriksaan fisik dengan hati-hati mungkin merupakan cara terbaik
untuk menemukan kanker dubur. Sedangkan untuk mencegah penularannya, sebaiknya
menjaga kebersihan diri dan jangan melakukan seks dengan lebih dari satu orang. Tanda
infeksi HPV (kutil atau displisia) sebaiknya diobati sesegera mungkin setelah dideteksi
sebelum masalah manjadi lebih besar dan mungkin kambuh setelah diobati.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dari virus TORCH?
2. Bagaimana ciri-ciri,struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis, penularan,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan Toxoplasma?

10
3. Bagaimana ciri-ciri,struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis, penularan,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan Rubella?
4. Bagaimana ciri-ciri,struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis, penularan,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan CMV?
5. Bagaimana ciri-ciri,struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis, penularan,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan HSV?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Infeksi TORCH tersebut ?
7. Bagaimana ciri – ciri,struktur anatomi, pathogenesis, gejala klinis, penularan,
pengobatan dan pencegahan penyakit di sebabkan oleh virus HPV ini ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ibu dengan kanker serviks?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari virus TORCH.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri,struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis, penularan,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan Toxoplasma.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri,struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis, penularan,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan Rubella.
4. Untuk mengetahui ciri-ciri,struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis, penularan,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan CMV.
5. Untuk mengetahui ciri-ciri, struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis, , penularan,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang disebabkan HSV.
6. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
tersebut
7. Untuk mengetahui definisi HPV
8. Untuk mengetahui ciri – ciri, struktur anatomi, patogenesis, gejala klinis penularan,
pengobatan dan pencegahan yang penyakit yang disebabkan
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada Ibu yang menderita kanker
serviks
BAB II
PEMBAHASAN
11

2.1. Definisi virus TORCH


TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh
Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes Simplex Virus (HSV1 dan
HSV2). Infeksi TORCH ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan
(fertilitas) baik pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya
kehamilan ataupun terjadinya keguguran dini. Infeksi TORCH bersama dengan paparan
radiasi dan obat-obatan teratogenik dapat mengakibatkan kerusakan pada embrio
sampai membuatnya mati.
TORCH tidak hanya berkaitan dengan masalah kehamilan saja. TORCH juga
bisa menyerang orang tua, anak muda, dari berbagai kalangan, usia, dan jenis kelamin.
TORCH bisa menyerang otak (timbul gejala sering sakit kepala), menyebabkan sering
timbul radang tenggorokan, flu berkepanjangan, sakit pada otot, persendian, pinggang,
sakit pada kaki, lambung, mata, dan sebagainya.

2.2. Toxoplasma
Toxoplasma merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit obligat
intraseluler Toxoplasma gondii. Nama penyakitnya Toksoplasmosis.
2.2.1. Ciri-ciri
Toxoplasma gondii terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk
poriferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit).
1. Bentuk Takizoit (Bentuk Poriferatif)
a) Menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak
membulat.
b) Ukuran panjang 4 - 8 mikron, lebar 2 - 4 mikron dan mempunyai selaput sel satu
inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti
mitokondria dan badan golgi.
c) Tidak mempunyai kinetoplas dan sentrosom serta tidak berpigmen. Bentuk ini
terdapat di dalam tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk
manusia dan kucing sebagai hospes definitif.
d) Takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh.
e) Takizoit dapat memasuki tiap sel yang berinti.

2. Bentuk Kista (Berisi Bradizoid)


a) Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah
membentuk dinding.
b) Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa
bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit.
c) Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot
jantung, dan otot bergaris.
d) Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi di dalam otot bentuk kista
mengikuti bentuk sel otot.

3. Bentuk Ookista (Berisi Sporozoid)


a) Ookista berbentuk lonjong, berukuran 12,5 mikron.
b) Ookista mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua 12
sporoblas.
c) Pada perkembangan selanjutnya ke dua sporoblas membentuk dinding dan
menjadi sporokista.
11
d) Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2
mikron dan sebuah benda residu.

2.2.2. Struktur Anatomi

Patogenesis
Jika seseorang makan atau minum dari sumber terkontaminasi Toxoplasma
gondii, selanjutnya Toxoplasma akan menembus permukaan usus halus dan
ditangkap oleh sel-sel darah putih. Sebagian Toxoplasma masih dapat
bereplikasi. Reaksi ini akan mencetuskan keluarnya mediator atau zat-zat kimia
dalam darah yang dapat menginduksi timbulnya tanda-tanda infeksi. Bagaimana
perjalanan toxoplasmosis ini tergantung pada jumlah partikel protozo yang
masuk ke saluran cerna, faktor genetik, kekebalan tubuh, dan virulensi protozoa.
Sekali seseorang terserang toxoplasmosis, T.gondii akan menyebar ke seluruh
jaringan tubuh; termasuk ke sirkulasi plasenta pada wanita hamil. Hal ini tentu saja
membahayakan bagi janin. Patogensis mikrobakteri ini terbagi menjadi 3 tahap :
 Tahap pertama adalah parasitemis (ditemukan toxoplasma dalam darah) yang
merupakan fase akut, yaitu sekitar satu minggu pasca infeksi.
 Tahap kedua, terjadi respon imun humoral seperti IgA, IgM, IgG, dan
komplemen dan juga terjadi respon imun seluler berupa makrofag dan sitokin.
 Tahap ketiga adalah pembentukan kista (bentuk inaktif) dalam sel yang
sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi (aktif kembali).

2.2.3. Gejala Klinis


1. Infeksi Toxoplasma gondii ditandai dengan gejala seperti demam, malaise, nyeri 13
sendi, pembengkakan kelenjar getah bening (toxoplasmosis limfonodosa acuta).
Gejala mirip dengan mononukleosis infeksiosa.
2. Hidrosefalus, yaitu: kondisi abnormal dimana cairan serebrospinal terkumpul di
ventrikel otak, pada janin dapat menyebabkan cepatnya pertumbuhan kepala dan
penonjolan fontanela (sehingga kepala tampak membesar karena berisi cairan)
dan wajah yang kecil.
3. Korioretinitis, yaitu: radang/inflamasi lapisan koroid di belakang retina mata
4. Pengapuran (calcification) otak dan intraseluler.
5. Kondisi ini paling berat saat infeksi maternal (yang berasal dari ibu) terjadi
sejak dini saat masa kehamilan.
6. Sekitar 15-55% anak yang menderita infeksi bawaan atau sejak lahir
(congenitally infected children) tidak memiliki antibodi IgM spesifik T.gondii
yang dapat dideteksi saat lahir atau masa tumbuh-kembang awal (early infancy).
7. Disertai ketidaknormalan jumlah sel darah putih (leukosit) di cairan otak dan
sumsum tulang (cerebrospinal fluid), yang dalam istilah medis disebut dengan
pleocytosis.
8. Janin baru lahir yang terinfeksi T.gondii dapat mengalami anemia, penurunan
trombosit, dan penyakit kuning (jaundice) saat lahir.
9. Janin yang terinfeksi dapat tanpa gejala sama sekali, atau hanya didapatkan
pertumbuhan janin terhambat, atau gambaran hyperechoic bowel.
10. Bayi yang bertahan hidup (affected survivors) dapat menderita retardasi mental,
kejang (seizures), kerusakan penglihatan (visual defects), spasticity, atau gejala
sisa neurologis (berhubungan dengan saraf) yang berat lainnya.
11. Pembengkakan kelenjar pertahanan (limfoglandula) yang terdapat disekitar
leher, ketiak, dan sebagainya namun jarang sekali terjadi.

2.2.4. Diagnosis
1. Pemeriksaan sediaan mikroskopis, untuk menemukan ookista yang di dalam
tinja kucing , atau takizoit didalam eksudat peritoneal atau biakan jaringan,
Toxoplasma dapat ditemukan didalam usapan dari irisan jaringan atau eksudat
yang diwarnai . Uji warna masih paling memuaskan sampai saat ini.
2. Pemeriksaan darah atau jaringan tubuh penderita (histopatologi)
Diagnosis dapat ditegakkan jika ditemukan parasit di dalam jaringan atau
cairan tubuh penderita. Hal ini dilakukan dengan cara menemukan secara
langsung parasit yang diambil dari cairan serebrospinal, atau hasil biopsi
jaringan tubuh yang lainya. Namun diagnosis berdasarkan penemuan parasit
secara langsung jarang dilakukan karena kesulitan dalam hal pengambilan
spesimen yang akan diteliti.
3. Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan serologis dilakukan dengan dasar bahwa antigen toksoplasma
akan membentuk antibodi yang spesifik pada serum darah penderita. Beberapa
pemeriksaan serologi yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
toksoplasmosis antara lain:
- Complement Fixation Test
- Dye Test Sabin Fieldman
- Immunoflourescense Assay (IFA)
- Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA)
4. PCR(Polymerase Chain Reaction)
Metode lain yang relatif singkat dengan sensitivitas yang tinggi adalah
metode PCR. Teknik PCR ini dapat mendeteksi toksoplasma yang berasal dari
darah, cairan serebrospinal, dan cairan amnion.

2.2.5. Penularan
- Memakan daging mentah atau daging setengah matang atau daging yang tidak
dimasak sempurna dimana daging tersebut mengandung toksoplasma.
- Melalui transplantasi organ tubuh manusia. Namun penularan ini sangat jaran
karena umumnya organ tubuh tersebut telah diperiksa oleh dokter dengan
seksama. Walaupun peluangnya kecil hal ini tidak boleh diabaikan.
- Manusia tanpa sengaja menelan atau memakan telur atau kista toxoplasma. Hal
ini dapat terjadi jika manusia memakan buah-buahan atau sayuran tanpa dicuci
dengan bersih.

2.2.6. Pengobatan
Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine
dengan trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan
menghambat siklus p-amino asam benzoat dan siklus asam folat. Dosis yang
dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25 –50 mg per hari selama sebulan dan
trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000 –6.000 mg sehari selama sebulan.

2.2.7. Pencegahan
1. Tidak boleh menyentuh/memegang mulut dan mata ketika memegang daging
mentah.
2. Mencuci tangan dengan sabun sehabis memegang daging mentah dan setelah
berkebun.
3. Dapur dan perabotan-perabotannya cuci bersih-bersih yang dipakai untuk daging
mentah. 15
4. Cuci sayur-sayuran dan buah-buahan sebelum dimakan.
5. Hindari lalat, kecoak, dan binatang-binatang yang hinggap di buah-buahan dan
sayur-sayuran.
6. Selalu memakai sarung tangan jika memegang benda-benda (mengerjakan
taman) yang selalu dikontamasi kotoran kucing.
7. Memberi makan kucing dengan daging yang matang.
8. Wanita hamil trimester pertama sebaiknya diperiksa secara berkala akan
kemungkinan infeksi dengan Toxoplasma gondii. Mengobatinya agar tidak
terjadi abortus, lahir mati ataupun cacat bawaan.

2.3. Rubella
Rubella atau campak jerman adalah penyakit menular yang
disebabkan suatu virus RNA dari golongan Togavirus. Infeksi
Virus Rubella dapat menyebabkan penyakit campak Jerman atau
Congenital Rubella Syndrome Rubella.

2.3.1. Ciri-ciri
 Tidak aktif oleh panas, cahaya, pH asam, eter, dan tripsin (enzim).
 Memiliki kelangsungan hidup yang singkat di udara atau pada benda dan permukaan.
 Dapat menyerang bagian saraf atau otak yang kemudian menyerang kulit yang
ditandai dengan bercak merah seperti campak biasa.
 Hidup di daerah tropis, subtropis, dan pada daerah yang memiliki musim semi.
 Intinya dikelilingi selubung lipoprotein.
 Berbentuk bulat (sferis) dengan diameter 60–70 mm
 Memiliki inti (core) nukleoprotein padat, dikelilingi oleh dua lapis lipid yang
mengandung glycoprotein E1 dan E2.
 Virus Rubella memiliki 3 protein struktural utama yaitu 2 glycoprotein envelope, E1
dan E2 dan 1 protein nukleokapsid.
2.3.2. Struktur Anatomi

16

2.3.3. Patogenesis
Virus Rubella ditransmisikan melalui pernapasan dan mengalami replikasi di
nasofaring dan di daerah kelenjar getah bening. Viremia terjadi antara hari ke-5
sampai hari ke-7 setelah terpajan virus Rubella. Dalam ruangan tertutup, virus
Rubella dapat menular ke setiap orang yang berada di ruangan yang sama dengan
penderita. Masa inkubasi virus Rubella berkisar antara 14–21 hari. Masa penularan 1
minggu sebelum dan empat (4) hari setelah permulaan (onset) ruam (rash). Pada
episode ini, Virus Rubella sangat menular.

2.3.4. Gejala Klinis


- Pada wanita hamil primary infection -> Severe damage pada fetus. Masa inkubasi
2 – 3 minggu rata-rata ± 18 hari. Kelainan congenital tergantung pada saat mana
terjadi infeksi pada waktu hamil.
- Infeksi pada bulan pertama kehamilan dapat menyebabkan fetal malformation ±
50% – 80%, 25% pada bulan kedua dan 17% Pada bulan ketiga.
- Congenital Rubella Syndrome dapat terjadi pada infeksi di TR I
kehamilan.Kelainan-kelainan lain adalah CHD (PDA, VSD dan PT), cataracts,
chorioretinitis, microcephaly, mental retardation dan deafness.

2.3.5. Diagnosis
1. Diagnosis Congenital Rubella
2. Menentukan status imun pada wanita umur reproduktif
Metode pemeriksaan :
- Hemaglutination inhibition
- Passive Hemaglutination (PHA)
- Indirect fluorescent immunoassay (IFA)
- Enzyme immunoassay (EIA-IgM, IgG)
- Radioimmunoassay

2.3.6. Penularan
Penularan utamanya dapat melalui titik-titik air di udara yang berasal dari batuk
atau bersin penderita. Berbagai makanan dan minuman dengan pendeita juga dapat
menularkan Rubella. Sama halnya jika menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah
memegang benda yang terkontaminasi virus Rubella.

2.3.7. Pengobatan
17
1. Secara farmakologikal dengan Acetaminophen atau ibuprofen ini dapat
mengurangkan demam.
2. Pengobatan rawat jalan ( di rumah )
Dikarenakan penyakit rubela merupakan penyakit yang ringan (jika
menyerang anak – anak dan orang dewasa), seseorang yang menghidapi rubela
boleh dijaga di rumah. Namun dengan menjaga suhu tubuh penderita. Jika suhu
tubuh mulai tinggi maka sebaiknya konsultasi ke dokter. Selain itu obat yang
paling efektif untuk infeksi ini adalah dengan beristirahat.
3. Pengobatan untuk wanita yang hamil
Pada wanita hamil jika terserang virus ini maka yang sebaiknya dilakukan
adalah periksa ke dokter. Maka kemungkinannya dokter tersebut mungkin akan
memberikan suntikan immuneglobulin (IG). IG tidak dapat menghilangkan virus
Rubella tetapi IG dapat membantu dalam meringankan gejala-gejala yang
diberikan oleh virus ini dan dapat mengurangi risiko – risiko pada janin. Dengan
kata lain, IG dapat mengurangi gejala rubela tetapi tidak dapat menghilangkan
risiko infeksi yang diberikan virus Rubella terhadap bayi tersebut.

2.3.8. Pencegahan
Walaupun tidak ada obat yang spesifik untuk virus ini, namun dapat diberikan
pencegahan yaitu dengan vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus
digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin
MMR (Mumps, Measles, Rubella) yang disuntikkan sebanyak 2 kali.
Suntikan vaksin pertama diberi semasa umur 12-15 bulan dan suntikan kedua
biasanya diberi semasa umur 4-6 tahun. Pemberian imunisasi MMR pada wanita usia
reproduktif yang belum mempunyai antibodi terhadap virus rubela amatlah penting untuk
mencegah terjadinya infeksi Rubella kongenital pada janin. Setelah pemberian imunisasi
MMR, penundaan kehamilan harus dilakukan selama 3 bulan.
Vaksin MMR tidak sembarang boleh diberikan kepada semua orang, diantaranya:
- Mereka yang alergi terhadap antibiotik neomicyn.
- Wanita yang sedang hamil atau bertujuan hamil dalam waktu satu bulan setelah
imunisasi.
- Mereka yang menderita penyakit apa saja atau menerima pengobatan yang
menekan sistem kekebalan, seperti cortisone atau prednisolone.
- Siapa saja yang menderita infeksi yang akut.

2.4. CMV (Cytomegalovirus)


Cytomegalovirus atau disingkat CMV
merupakan anggota “keluarga” virus herpes yang biasa
disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai “virus paradoks” karena bila menginfeksi
seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita seumur
hidupnya.

2.4.1 Ciri-ciri
 Kemampuannya untuk melangsungkan infeksi bersifat laten seumu hidup.
 Diameter virion 100-200 nanomikron
 Mempunyai selubung lipoprotein (envelop)
 Bentuk incosahedral nekleokapsid
 Asam nukleat : DNA

2.4.2 Struktur Anatomi

2.4.3 Patogenesis
Infeksi bawaan cytomegalovirus dapat terjadi karena infeksi primer atau reaktivasi
dari ibu. Namun, penyakit yang diderit janin atau bayi yang baru lair dikaitkan dengan
infeksi primer ibu. Infeksi primer pada usia anak atau dewasa lebih sering dikaitkan
dengan respon limfosit T yang hebat. Respon limfosit T dapat mengakibatkan timbulnya
sindroma mononukleosis yang serupa seperti dialami setelah infeksi virus Epstein-Barr.
Tanda khas infeksi ini adalah adanya limfosit atipik pada darah tepi.
Sekali terkena, selama masa simtomatis infeksi primer, cytomegalovirus menetap
pada jaringan induk semangnya. Tempat infeksi yang menetap dan laten melibatkan
bermacam sel dan organ tubuh. Penularan transfusi darah atau transplantasi organ
berkaitan dengan infeksi terselubung dalam jaringan ini. Penelitian bedah mayat
menunjukkan kelenjar liur dan usus merupakan tempat terdapat infeksi yang laten.
Stimulasi antigen kronis (seperti yang timbul setelah transplantasi organ) disertai 19
melemahnya sistem imun merupakan keadaan yang paling sesuai untuk pengaktifan
cytomegalovirus dan penyakit yang disebabkan oleh cytomegalovirus. Cytomegalovirus
dapat menyebabkan respons limfosit T yang lemah, yang sering kali mengakibatkan
superinfeksi oleh kuman oportunistik. Cytomegalovirus juga dapat menjadi faktor
pembantu dalam mengaktifkan infeksi laten HIV.

2.4.4 Gejala Klinis


Biasanya CMV menyebabkan demam, penurunan jumlah sel darah putih
(leukopenia) dan letih-lesu. Infeksi pada paru-paru mengakibatkan sesak dan batuk. Pada
sistem cerna seperti lambung dan usus, infeksi CMV menyebabkan mual, muntah, dan
diare. Ensefalitis (otak) CMV dapat menyebabkan kejang, nyeri kepala, dan koma.
Apabila penderita sedang hamil, CMV bisa menginfeksi janin dan mengakibatkan
gangguan pada organ tertentu janin.

2.4.5 Diagnosis
Dengan Karakteristik :
1. Lekositosis
2. Lymphocytosis
3. Abnormal liver function test
Definitive diagnosis dapat dilakukan dengan isolasi virus CMV dari urine dan blood
dengan terdeteksi IgM atau peningkatan titer IgG. Deteksi IgG antibodi bukan proteksi
terhadap CMV infeksi kronik.

2.4.6 Penularan
1. Pada bayi bisa terjadi melalui proses kelahiran kontak langsung pada serviks atau
melalui air susu ibu.
2. Melalui transfusi pada ibu atau anak
3. Melalui kontak langsung/individual
Penularan terjadi melalui kontak langsung selaput lendir dengan jaringan. CMV (
sitomegalovirus ) di ekskresikan melalui urin, ludah, ASI, sekret serviks dan semen pada
infeksi primer maupun pada infeksi reaktivasi. Janin bisa tertular in utero dari ibu baik
berupa infeksi primer maupun berupa infeksi reaktivasi; infeksi janin dengan manifestasi
klinis yang berat pada waktu lahir sering terjadi sebagai akibat infeksi primer dari ibu,.
Virus dapat ditularkan kepada bayi melalui ASI, melalui transfusi darah penularan
mungkin terjadi melalui lekosit. Ditemukan bahwa CMV di ekskresikan oleh sebagian
besar anak-anak di tempat penitipan, hal ini bisa menjadi sumber infeksi bagi
masyarakat. Penularan melalui hubungan seks ini dilihat dari penderita dikalangan
homoseksual yang berhubungan seks dengan banyak pasangan.Virus di ekskresikan
melalui urin dan air ludah selama beberapa bulan dan tetap bertahan atau akan muncul
secara periodik selama beberapa tahun sesudah infeksi primer. Sesudah infeksi neonatal,
virus mungkin di ekskresikan selama 5 – 6 tahun. Orang dewasa mengekskresikan virus
dalam jangka waktu yang lebih pendek, namun virus akan tetap ada sebagai infeksi laten.

2.4.7 Pengobatan
Obat-obat spesifik yang memberikan harapan untuk terapi pada penyakit CMV 20
adalah:
1. Ganciclovir (D H P G – dihydroxy – 2 propoxy methyl – guarine)
Dosis intravena: 5 - 7,5 mg per kg berat badan
Dosis oral untuk dewasa: 3 x 1 gr atau 6 x 500 mg
2. Foscarnet (Fosfonoformate)
Dosis intravena: 60 – 90 mg/kg BB/hari
3. Imunoglobulin yang mengandung titer antibodi anti CMV yang tinggi
4. Valaciclovir dapat dipertimbangkan sebagai terapi profilaksi untuk penyakit
akibat infeksi CMV pada individu dengan imunokompromais

2.4.9 Pencegahan
1) Menjaga kebersihan atau sanitasi.
2) Hindari melakukan transfusi kepada bayi baru lahir dari ibu yang seronegatif
dengan darah donor dengan seropositif CMV.
3) Hindari transplantasi jaringan organ dari donor seropositif CMV kepada
resipien yang seronegatif. Jika hal ini tidak dapat dihindari, maka pemberian
IG hiperimun atau pemberian antivirus profilaktik mungkin menolong.

2.5. Herpes Simplex Virus (HSV)


Herpes Simplex Virus adalah virus DNA yang
dapat menyebabkan infeksi akut pada kulit yang
ditandai dengan adanya vesikel yag berkelompok di atas
kulit yang sembab.

2.5.1 Ciri-ciri
 Melakukan replikasi di dalam inti sel
 Membentuk intranuclear inclusion body
 Pada lesi terdapat central intranuclear inclusion body eosinofilik yang ireguler yang
dibatasi oleh fragmen perifer dari kromatin pada tipe membran inti
 Pembungkus berasal dari selaput inti sel yang terinfeksi yang mengandung lipid,
karbohidrat, dan protein.
 Genom ADN beruntai-untai ganda (BM 85-106x106) berbentuk lurus.
 Tipe 1 dan 2 memperlihatkan 50% urutan homologi.

2.5.2. Struktur Anatomi

21
2.5.3. Patogenesis
HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang dikeluarkan
oleh seseorang. Untuk menimbulkan infeksi, virus harus menembus permukaan mukosa
atau kulit yang terluka (kulit yang tidak terluka bersifat resisten). HSV 1 ditransmisikan
melalui sekresi oral, virus menyebar melalui droplet pernapasan atau melalui kontak
langsung dengan air liur yang terinfeksi. Ini sering terjadi selama berciuman, atau dengan
memakan atau meminum dari perkakas yang terkontaminasi. HSV 1 dapat menyebabkan
herpes genitalis melalui transmisi selama seks oral-genital. Karena virus ditransmisikan
melalui sekresi dari oral atau mukosa (kulit) genital, biasanya tempat infeksi pada laki-
laki termasuk batang dan kepala penis, skrotum, paha bagian dalam, anus.
Pada wanita yaitu labia, vagina, serviks, anus, paha bagian dalam. Mulut juga dapat
menjadi tempat infeksi bagi keduanya. Penyebaran herpes genitalis atau Herpes
Simpleks 2 dapat melalui kontak langsung antara seseorang yang tidak memiliki antigen
terhadap HSV 2 dengan seseorang yang terinfeksi HSV 2. Kontak dapat melalui
membran mukosa atau kontak langsung kulit dengan lesi. Transmisi juga dapat terjadi
dari seorang pasangan yang tidak memiliki luka yang tampak. Kontak tidak langsung
dapat melalui alat-alat yang dipakai penderita karena HSV 2 memiliki envelope sehingga
dapat bertahan hidup sekitar 30 menit di luar sel.

2.5.4. Gejala Klinis


1. HSV-1 (kulit, mukosa mata, mulut, hidung, telinga)
Vesicles-vesicles di sekitar mulut, acute ginggivostomatitis. Primary HSV-1
infection dapat menyebabkan follicular congjungtivitis dengan chemosis, edema
dan corneal ulcer. Herves labialis dan dendritic corneal ulcers paling sering

22
merupakan manifestasi recurren, HSV-1 infection. Pada keadaan parah dapat
menyebabkan HSV encephalitis.
2. HSV-2 (kulit, mukosa alat kelamin dan sekitar anus )
Infeksi pada genital dapat menyebabkan infeksi pada bayi pada waktu
proses kelahiran. Sebagian besar bayi mendapat infeksi HSV-2 pada ibu hamil
asymptomatic. Ulcerative lesion, pain fever, dysuria, Lymphadenopathy selalu
dijumpai.

2.5.6. Diagnosis
1. Pemeriksaan Serologis: pemeriksaan yang paling baik dilakukan untuk
menentukan adanya infeksi HSV, juga untuk diagnosa primary infection jika titer
antibodi terjadi peningkatan 4 kali atau lebih.
2. Pemeriksaan : IgG anti HSV _ deteksi status imun
3. Pengambilan sampel untuk IgG setelah 2-7 minggu
Cara pemeriksaan : (1). Citology dan Histology, (2). Immunoflourescence, (3). Enzim
Immuno Assay dan Immunoblotting.

2.5.7 Penularan
- Siapa pun yang aktif secara seksual dapat tertular herpes kelamin
- Herpes menular melalui hubungan kulit dengan kulit. Hal ini terjadi saat daerah kulit
yang menular berhubungan dengan luka kecil pada kulit atau selaput
mukosa,terutama pada mulut dan kelamin
- Herpes kelamin dapat tertular melalui hubungan seks pada waktu ada gejala dan
kadang kala bila tidak ada gejala.

2.5.8. Pengobatan
Salah satu obat yang efektif untuk infeksi Herpes Simpleks Virus adalah
Asiklofir dalam bentuk topikal, intravena, dan oral yang semuanya berguna untuk
mengatasi infeksi primer.
Nama Generik : Acyclovir
Nama Dagang : Clinovir (Pharos)
Indikasi : Untuk mengobati genital Herpes Simplex Virus,
herpes labialis, herpes zoster, HSV encephalitis,
neonatal HSV, mukokutan HSV pada pasien yang
memiliki respon imun yang diperlemah
(immunocompromised), varicella-zoster.
Bentuk Sediaan : Tablet 200 mg, 400 mg.
Dosis dan Aturan Pakai : Pengobatan herpes simplex: 200 mg (400 mg pada
pasien yang memiliki respon imun yang
diperlemah/immunocompromised atau bila ada
gangguan absorbsi) 5 kali sehari, selama 5 hari. Untuk
anak dibawah 2 tahun diberikan setengah dosis
dewasa. Diatas 2 tahun diberikan dosis dewasa.

23
Pencegahan herpes simplex kambuhan, 200 mg 4 kali
sehari atau 400 mg 2 kali sehari, dapat diturunkan
menjadi 200 mg 2atau 3 kali sehari dan interupsi setiap
6-12 bulan.
Penggunaan obat lain
- Vidarabin
- Idoksuridin topical (untuk Herpes Simpleks pada selaput bening mata)
- Trifluridin

2.5.9. Pencegahan
1. Skrining dengan pemeriksaan TORCH ibu sebelum dan selama kehamilan.
2. Menghindari persalinan melalui jalan lahir bagi ibu yang menderita herpes
genital
3. Menghindari kontak dengan penderita dan alat-alat yang dipakainya.

2.6. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN VULVITIS

2.6.1. Konsep Dasar


Definisi
Vulvitis adalah peradangan pada vulva, vulva membengkak, tampak merah, agak nyeri,
kadang-kadang di sertai rasa gatal, dan juga terasa panas. Vulvitis ini bisa terdapat pada
daerah vulva, khususnya pada kelompok bartolini pada labia mayor dan minor.
Etiologi
Penyebab vulvitis adalah sebagai berikut.
1. Penyakit kelamin gonore akibat bakteri strep tokokus.
2. Herpes genitalis, yang di sebabkan oleh herpes labialis.
3. Adanya jaringan yang banyak glukosa pada penderita diabetes mellitus.

Klasifikasi
Vulvitis umumnya dapat di bagi menjadi dua golongan.
1. Bersifat local.
2. Timbul bersama-sama atau sebagai akibat vaginitis.
3. Merupkan permulaan atau manifestasi dari penyakit umum.

Infeksi yang termasuk vulvitis local adalah :


1. Infeksi pada kulit, termasuk rambut kelenjar-kelenjar keringat. Infeksi ini timbul
karena trauma atau sebab lain.
2. Infeksi pada orivisium uretra eksternum, glandula parauretralis. Infeksi ini biasanya di
sebabkan gonore.
3. Infeksi pada glandula bartolimi.
2.6.2. Asuhan keperawatan
Pengkajian
24
1. Aktivitas dan istirahat.
Gejala : malaise.
2. Sirkulasi
Tanda :
a. Tekanan darah normal atau sedikit di bawah jangkauan normal (selama hasil
curah jantung tetap meningkat)
b. Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamika) lemah, lembut, mudah hilang,
takikardi extrim syok .
c. Suara jantung : disritmia dan dapat mengakibatkan difungsi miokard, efek dari
asidosis atau ketidakseimbangan elektrolit.
d. Kulit hangat kering bercahaya (vasodilatasi) pucat, lemba, dan buram
(vasokontriksi).
3. eliminasi
4. Gejala : diare, penurunan keluaran, konsentrasi urine meningkat, perkembangan kea
rah oliguria dan anuriqa.
5. Pencernaan
Tanda : penurunan bb, penurunan lemak subkutan tau masa otot (malnutrisi)
6. Neuprosensori
Gejala sakit kepala : pusing, pingsan.
Tanda : gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi, delirium, dan koma.
7. Nyeri, ketidaknyaman
Gejala: kejang abdominal, lokalisasi, sakit, atau ketidaknyamanan.
Tanda : urtikarya atau pruritus umum
8. Pernapasan
Gejala : takipnea dengan penurunan pedalaman pernafasan penggunaan infeksi baru,
penyakit virus.
Tanda :
a. Suhu umumnya meningkat (37,9 derjat c atau lebih), tetapi mungkin normal pada
lansia, kadang subnormal (di bawah 36,6 derajat c).
b. Menggigil.
c. Luka lama yang sulit sembuh, drainase purulen, lokalisa eritema ruam, dan
eritema macular.
9. Seksualitas
Gejala : pruritus perineum baru saja menjalani kelahiran atau aborsi.
Tanda : laseravi vulva, pengeringan bagian purulen.
10. Penunyulan dan pembelajaran
Gejala : masalah kesehatan kronis atau melemahkan, misalnya penyakit hati, ginjal,
sakit jantung, kanker, dm, dan kecanduan alcohol.
11. Riwayat splenektomi
Baru saj amenjalani operasi prosedur invasif, luka traumatic penggunaaan antibiotic
baru saja atau jangka panjang.
Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan kegagalan untuk mengatasi infeksi. 25

Intervensi Rasional
Mandiri
Cuci tangan sebelum dan sesudah Mengurangi kontraminasi silang.
melakukan aktivitas atau tindakan. Mengurangi jumlah lokasi yang dapat
menjadi tempat masuknya organism
mencatat tanda inflamasi:infeksi local
perubahan pada karakter brenase luka atu
sputum dari urine.

Batasi penggunaan alat atau prosedur Dengan mengidentifikasi secara dini


infasif, jika memungkinkan lakukan gejala infeksi sekunder
infeksi terhadap luka atau sisi alat infasif
setiap hari.
Gunakan teknik steril pada waktu Mencegah masuknya bakteri, mengurangi
penggantian balutan, pengisapan, berikan resiko infeksi nosokomial. Demam (30,5
lokasi perawatan. derajat-40 derajat C) Disebabkan oleh
efek endotoksin pada hipotalamus dan
endofin yang melepaskan pirogen
hipotermia.

2. Diagnose 2:hipertermia yang berhubungan dengn peruses penyakit efek langsung dan
sirkulasi endoksin pada hipotalamus, perubahan pada regulasi temperature.

Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau suhu ibu (derajat dan pola, Suha 38,9-41,1 derajat C menunjukan
perhatikan adanya menggigil diaphoresis. proses penyakit infeksius akut.

Pantau suhu lingkungan, batasi atau Suhu ruangan atau jumlah selimut harus
tambahkan linen tempat tidur sesuai diubah untuk mempertahankan suhu
dengan indikasi. mendekati normal, sehingga dapat
membantu mengurangi demam .

Berikan kompres mandi hangat, hindari Digunakan untuk mengurangi demam


penggunaan alcohol. dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,
meskipun demam mungkin dapat berguna
dalam membatasi pertumbuhan organisme
dan meningkatkan reproduksi dari sel-sel
yang terinfeksi.

26
Kolaborasi

Berikan anti septik, misalnya ASA


(aspirin, asetaminove, Tylenol)

Berikan slimut pendingin Digunakan untuk mengurangi demam,


umumnya lebih besr dar 39,5-40 derajat C
pada waktu terjadi kerusakan .

Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah di rencanakan,
mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat, bukan atas petunjuk kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehan lain.
Evaluasi keperawatan
Merupakan hasil perkembangan klien dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak di capai.

2.7. Definisi HPV (Human Papilloma Virus)

Human Papilloma Virus (HPV) adalah jenis virus yang cukup lazim. Jenis yang
berbeda dapat menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang tidak normal (displasia)
dalam atau di sekitar leher rahim atau dubur yang dapat menyebabkan kanker leher
rahim atau dubur. Kutil-kutil ini pada umumnya tumbuh di permukaan kulit yang
lembab dan di daerah sekitar alat kelamin sehingga disebut kutil kulit dan kutil
kelamin. Infeksi HPV pada alat kelamin dapat disebarkan melalui hubungan seks,
sedangkan penularan kutil kulit pada tangan atau kaki dapat terjadi tanpa hubungan
seks (penularannya dapat melalui sentuhan atau penggunaan barang secara bersama).

2.7.1. Ciri – ciri

 Merupakan virus kecil ( diameter 45-55 nm ) yang mempunyai genom


beruntai ganda yang sirkuler diliputi oleh kapsid
 Berkembang biak pada inti sel menyebabkan infeksi laten dan kronis pada
pejamu alamiahnya dan dapat menyebabkan tumor  pada beberapa
binatang
 Menyebabkan displasia (pertumbuhan sel yang tidak normal) jadi
bertambah banyak dan tak terkendali sehingga menyebabkan kanker.
2.7.2. Struktur Anatomi

26

2.7.3. Patogenesis

 Berbagai jenis HPV menyebabkan kutil umum pada tangan atau kaki. HPV
juga dapat mengakibatkan masalah pada mulut atau pada lidah dan bibir.
Beberapa jenis HPV dapat menyebabkan kutil kelamin pada penis, vagina dan
dubur.
 Jenis HPV lain dapat menyebabkan  pertumbuhan sel yang tidak normal yang
disebut displasia. Displasia dapat berkembang menjadi kanker dubur pada
laki-laki dan perempuan, dan kanker leher rahim atau kanker penis.
 Kondiloma genital dapat ditularkan melalui sentuhan dan hubungan seksual

2.7.4. Kanker Serviks

Gejala awal kondisi pra-kanker umumnya ditandai dengan ditemukannya


sel-sel abnormal serviks yang dapat ditemukan melalui tes Pap Smear. Sering kali
kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sel-sel abnormal ini
berkembang menjadi kanker serviks,  barulah muncul gejala-gejala sebagai
berikut :
Pendarahan vagina yang tidak normal seperti :
 Pendarahan di antara periode menstruasi yang regular
 Pendarahan di luar waktu haid
 Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari
biasanya
 Pendarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul o
Pendarahan sesudah menopause
 Kelainan pada vagina (keluarnya cairan kekuningan, berbau)
 Rasa sakit saat berhubungan seksual
 Rasa sakit/ nyeri pada pinggul dan kaki
 Orang yang menerima seks anal (penis masuk pada duburnya)

2.7.5. Gejala HPV

Tanda-tanda terserang HPV sering hanya ditunjukkan oleh tumbuhnya kutil.


Kutil yang tumbuh mungkin berwarna merah muda, putih, abu-abu ataupun
coklat. Awalnya hanya berupa  bintil-bintil kecil yang kemudian bersatu 27
membentuk kutil yang lebih besar. Semakin lama kutil dapat menjadi semakin
besar. Pertumbuhan kutil akan semakin besar dan banyak jika tumbuh di kulit
lembab akibat kebersihan kulit kurang dijaga. Kutil-kutil ini dapat menyebabkan
rasa sakit dan gatal sehingga membuat tidak nyaman dan sering kali baru disadari
keberadaannya saat jumlahnya sudah bertambah banyak dan besar. Kutil dapat
bertumbuh dengan cepat segera setelah terinfeksi atau pun beberapa bulan bahkan
beberapa tahun setelah terinfeksi HPV, dan bahkan tidak pernah tumbuh sampai
dinyatakan kita terinfeksi HPV (atau sampai kita menyadari bahwa kita terinfeksi
HPV).

2.7.6. Pengobatan

Sebagian besar infeksi HPV akan sembuh dengan sendirinya dalam 1-2 tahun
karena adanya sistem kekebalan tubuh alami. Namun demikian infeksi menetap
yang disebabkan oleh tipe-tipe HPV resiko tinggi seperti tipe 16 atau 18 akan
mengarah pada kanker serviks. Sampai saat ini, belum ada pengobatan langsung
untuk infeksi HPV.

 Membakarnya dengan jarum listrik (kauterusasi listrik) atau laser


 Membekukannya dengan Nitrogen cair
 Memotongnya secara bedah
 Mengobatinya dengan zat kimia
 Pengobatan lain yang kurang lazim untuk kutil adalah obat 5-FU
(5-fluorourasil) dan interferon alfa. 5-FU berbentuk krim. Suatu
obat baru, yaitu imikuimod, disetujui di AS untuk mengobati kutil
kelamin. Sidofoyir yang aslinya dikembangkan untuk mengobati
virus Sitomegalia (CMV) mungkin juga dapat membantu
memerangi HPV. Infeksi HPV dapat  bertahan lama terutama pada
orang HIV-positif. Oleh karena displasia dan kutil dapat kambuh
maka, penyakit sebaiknya diobati sesegera mungkin mengurangi
kemungkinan penyebaran atau kambuh.

Pengobatan pada kanker mulut rahim ada tiga, :


 operasi
 penyinaran (radiasi)
 dan kemoterapi
Masing-masing terapi dilakukan dokter menurut stadium
kanker yang dialami pasien dan dengan pertimbangan kaidah
dan risiko bagi pasien. Stadium O atau disebut juga lesi
prakanker sangat mudah diobati dengan tindakan lokal.
Selanjutnya stadium 1, dibagi A dan B,  pilihan pengobatan
dengan operasi. Stadium 2A masih dioperasi, tetapi stadium 2B
tidak lagi dioperasi, melainkan sebaiknya radiasi dibantu
kemoterapi. Stadium 3 dan 4 adalah stadium lanjut, dibagi juga
A dan B, biasanya radiasi dibantu kemoterapi. Sebanyak 20 %
kutil akan hilang/ sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.
Pengobatan dapat memindah/ mangangkat kutil atau sel
abnormal tetapi tidak melindungi/ menyembuhkan dari virus
yang telah ada dalam tubuh kita. Obat seperti Podophyllin,
Asam tricloroasetat atau krim Aldara hanya dapat
menyembuhkan kutil yang terdapat di permukaan kulit saja.
Penggunaan obat-obatan ini sebanyak satu atau dua kali
seminggu dapat membantu menghilangkan 60% kutil yang ada.

2.7.7. Pencegahan

 Melakukan pap smear secara teratur (tiga tahun setelah hubungan seks
pertama, tiga bulan setelah melahirkan dan secara rutin minimal setahun
sekali).
 Menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan risiko timbulnya kanker leher
rahim misalnya  berganti-ganti pasangan seksual, merokok, dll.
 Menjaga kebersihan organ intim.
 Selalu waspada dan segera ke dokter bila mengalami tanda-tanda yang
mencurigakan, seperti keputihan dan pengeluaran cairan yang berbau busuk
dari vagina, perdarahan yang terjadi setelah melakukan hubungan intim, dan
perdarahan atau haid yang abnormal.

2.8.   ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU PENDERITA KANKER


SERVIKS
Konsep Dasar
Definisi
Karsinoma insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik
terhadap pada seluruh lapisan epitel. Perubahan prakanker lain yang tidak sampai
melibatkan seluruh lapisan epitel serviks disebut displasia.
kanker serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi.
Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel
squamocolummar junction.
Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 sampai 45 tahun, tetapi
dapat terjadi pada usia dini, yaitu 18 tahun.
Etiologi dan Faktor Risiko
Pada kanker serviks ini, penyebab pastinya belum diketahui. Aktivitas seksual
berhubungan dengan angka kejadian serviks pada wanita dibawah usia dibawah 25
tahun dengan riwayat pasangan seksual lebih dari satu orang dan beberapa kehamilan
dini, angka kejadian ini lebih prevalen.
Faktor risiko kanker serviks adalah sebagai berikut.
1. usia dini melakukan berhubungan seksual (6 tahun )
2. melahirkan pada usia sangat muda
3. menghambat pertumbuhan janin.
4. Kelainan pada persalinan.
5. Perdarahan dan infeksi.

Penanganan
Tindakan bergantung pada usia,paritas, tua kehamilan, dan stadium kanker.
1. Wanita relatif muda dan hamil tua dengan kanker stadium dini, dapat melahirkan
janin secara spontan. 29
2. Dalam trimester I dijumpai kanker serviks , dilakukan abortus buatan, kemudian
diberikan pengobatan radiasi.
3. Dalam trimester II kehamilan : segera lakukan histerektomi untuk mengeluarkan
hasil konsepsi, kemudian di berikan dosis penyinaran.
4. Wanita relatif muda yang masih mendambakan anak dengan kanker serviks
dilakukan konisasi atau amputasi porsio kemudian dikontrol dengan baik. Bila
anak cukup sebailknya dikerjakan histerektomi.
Diagnosis dapat ditemukan setelah hasil papsmear disertai dengan adanya
displasia, atau sel-sel atipik persisten yang diikuti dengan hasil biopsi yang
mengidentifikasi adanya neoplasma intra-epitel ( CIN) atau lesi intra-epitel
skuamosa tingkat tinggi (HGSL).

Penatalaksanaan
1. Rontgen
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan spesifik seperti biopsi punch dan kolposkopi. Apa bila
ditemukan lesi prekusor seperti lesi intra-epitel skuamosa tingkat randah
(LGSIL) dan tinggi (HGSIL).
4. Pengangkatan non –bedah konservatif .
5. Krioterapi ( pembekuan dengan oksida nitrat ) atau terapi laser efektif.
6. Konisasi (pengangkatan bagian yang berbentuk kerucut dari serviks).

Manajemen trapeutik
Terapi karsinoma serviks dilakukan jika diagnosis telah dipastikan dan
sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup
melakukan reliabilitas dan pengamatan lanjutan.
Pada tingkat klinis tidak dilakukan elekrokoagulasi atau
elektrofulgesrasi,bedah krio ( cryosurgery ) atau dengan sinar laser,
kecuali bila yang menangani seorang ahli dalam kolposkopi dan kliennya
masih muda serta belum mempunyai anak. Dengan biospi kerucut
(conebiopy) meskipun untuk diagnostik,sering kali menjadi terapeutik.
Ostium uterusinternum tidak rusak karenanya. Bila klien telah cukup atau
tua sudah mempunyai anak, uterus tidak perlu ditinggalkan agar penyakit
tidak kambuh (relapse) dapat dilakukan histerektomi sederhana.
Penahapan klinis memberikan keparahan penyakit,sehingga
pengobatan dapat direncanakan lebih spesifik dan prognosis lebih dapat
diprediksikan kanker serviks ini, khususnya memberi pengaruh tidak baik
terhadap kehamilan, begitu juga sebaliknya. Pengaruh kanker rahim pada
reproduksi dapat menyebabkan kemandulan dan abortus.

Asuhan keperawatan

Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat gejala :
a. Kelemahan atau keletihan akibat anemia 30
b. Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
c. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
ansietas,dan keringat malam.
d. Pekerjaan atau profesi dengan penajaman karsinogen lingkungan
dan tingkat stres tinggi.
2. Integritas ego
Gejala: faktor stres, meroko, minuman alkohol,menunda mencari
pengobatan,keyakinan religius atau spiritual, masalah tentang lesi
cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.
3. Eliminasi
Pengkajian eliminasi yang dapat di lakukan oleh perawat adalah
sebagai berikut.
a. Pada kanker Serviks perubahan pada pola defekasi, perubahan
eliminasi urinalis, misalnya : nyeri,
b. Pada kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering
berkemih, menopause dini, dan menoragia.
4. Makanan dan minuman
Gejala :
a. Pada kanker serviks : kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah
serat, tinggi lemak, adiktif, baha pengawet rasa)
b. Pada kanker ovarium : Dispesia, dan rasa tidak nyaman pada
abdomen,lingkasr abdomen yang terus meningkat (kanker
ovarium)
5. Neurosensorik
Gejala :
a. Pusing, sinkope
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala: adanya nyeri derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri hebat (di hubungkan dengan proses penyakit),
nyeri tekan pada payudara (pada kanker ovarium)
7. Pernapasan
Gejala : merokok, pemanjanan abses.
8. Keamanan
Gejala : Pemanjanan pada zat kimia toksik, karsinogen.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
9. Seksualitas
Gejala : perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah
karakteristik, bau) perdarahan sehabis senggama (pada kanker serviks).
10. Interaksi sosial
Gejala : ketidaknyamanan atau kelemahan sistem pendukung.
Riwayat perwakinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan,
bantuan, masalah tentang fungsi/ tanggung jawab peran
11. Penyuluhan
Gejala: riwayat kanker pada keluarga, sisi primer: penyakit primer,
riwayat pengobatan sebelumnya. Nuligravida lebih besar dari usia 30
tahun, multigravida pasangan seks multipel, dan aktivitas seksual dini
31

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas yang berhubungan dengan diagnostik kanker, takut akan rasa
nyeri kehilangan feminitas, dan perubahan bentuk tubuh
2. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan perubahan
seksualitas,fertilitas, serta hubungan dengan pasangan dan keluarga.
3. Perubahan eliminasi urinalis yang berhubungan dengan trauma mekanis,
manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma dan gangguan
sensori motorik: paralisis saraf
4. Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan
lainnya.
5. Kurangnya pengetahuan tentang aspek perioperatif histerektomi dan
perawatan diri.
Intervensi keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditegagkan pada klien dengan kanker
serviks adalah sebagai berikut.
1. Diagnosis 1 ( prioritas diagnosis )
Ansietas yang berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa
nyeri, kehilangan femininitas, dan perubahan bentuk tubuh.

Dibuktikan dengan:
a. Peningkatan ketegangan, gemeteran, ketakutan,dan gelisah.
b. Mengkspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian
hidup.
Tujuan: rasa cemas ibu hilang atau tidak cemas lagi.
Kriteria hasil: menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan
berkurangnya rasa takut.
BAB III
PENUTUP
32
3.1. Kesimpulan
TORCH adalah infeksi penyakit yang disebabkan oleh virus Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV 1 dan
HSV 2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas, misalnya
Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B.
Penyakit ini sangat berbahaya dan menyerang siapa saja. Bagi ibu hamil dapat
mengakibatkan keguguran, cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan sulit
mendapatkan kehamilan.
HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus yang memnyababkan Kutil dan
penumbuhan sel yang tidak normal (dysplasia)
3.2. Saran
Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dan HPV dengan cara mengetahui
media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari kemungkinan tertular. Hidup
bersih dan makan makanan yang dimasak dengan matang. Menjauhi hubungan seks yang
tidak normal dan sehat juga menjauhi dan mengindari untuk bergonta – ganti pasangan seks

Dalil Al-Qur’an
ْ ‫َوالَ تَ ْق َرب‬
ً‫ُوا ال ِّزنَى إِنَّهُ َكانَ فَا ِح َشةً َو َساء َسبِيال‬
Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. dan suatu jalan yang buruk (sumber: Al-Qur’an, QS Al-israa’ ayat 32)

‫ ِر‬r‫وْ ِم اآْل ِخ‬rrَ‫ونَ بِاهَّلل ِ َو ْالي‬rُ‫ةٌ فِي ِدي ِن هَّللا ِ إِن ُكنتُ ْم تُ ْؤ ِمن‬rَ‫ا َر ْأف‬r‫ذ ُكم بِ ِه َم‬r
ْ ‫ َد ٍة َواَل تَأْ ُخ‬r‫ةَ َج ْل‬rَ‫ا ِمئ‬r‫ ٍد ِّم ْنهُ َم‬r‫ َّل َوا ِح‬r‫ال َّزانِيَةُ َوال َّزانِي فَاجْ لِدُوا ُك‬
َ‫َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما طَائِفَةٌ ِّمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِين‬
َ‫ك َعلَى ْال ُم ْؤ ِمنِين‬ َ ِ‫ك َوحُرِّ َم َذل‬ ٌ ‫ال َّزانِي اَل يَن ِك ُح إاَّل زَ انِيَةً أَوْ ُم ْش ِر َكةً َوال َّزانِيَةُ اَل يَن ِك ُحهَا ِإاَّل زَ ا ٍن أَوْ ُم ْش ِر‬

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah
kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat,
dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang
yang beriman. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina,
atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh
laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-
orang yang mukmin,” (an-Nuur: 2-3)

ً ‫ق أَثَاما‬َ ‫ق َواَل يَ ْزنُونَ َو َمن يَ ْف َعلْ َذلِكَ يَ ْل‬ ِّ ‫س الَّتِي َح َّر َم هَّللا ُ إِاَّل بِ ْال َح‬
َ ‫َوالَّ ِذينَ اَل يَ ْد ُعونَ َم َع هَّللا ِ إِلَها ً آ َخ َر َواَل يَ ْقتُلُونَ النَّ ْف‬
ً ‫َف لَهُ ْال َع َذابُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َويَ ْخلُ ْد فِي ِه ُمهَانا‬ْ ‫ُضاع‬ َ ‫ي‬

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar,
dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat
(pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan
dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,” (al-Furqaan: 68-69)

 Dan Adapun Hadits Nabi

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Tiga jenis orang
yang Allah tidak mengajak berbicara pada hari kiamat, tidak mensucikan mereka, tidak 33
melihat kepada mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang berzina, penguasa
yang pendusta, dan orang miskin yang sombong,” (HR Muslim [107]).
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.scribd.com/doc/21205459/rubella (25 April 2016) 34


 https://www.academia.edu/8330996/makalah_mikrobiologi_virus_penyebab_penyak
it_cytomegalovirus_cmv_rubella_dan_human_papillomavirus (25 April 2016)
 Annisa’ul Jannah, Winkanda Satria Putra. 2015. Mengenal & Memahami Bahaya
TORCH (Toxoplasma,Rubella,CMV,& Herpes Simplex II) bagi wanita hamil dan
janin dalam kandungan. Kata Hati
 Mitayani, S.ST., M. Biomed. Asuhan Keperawatan Maternitas. 2009 Padang:
Salemba medika
 JoyceY. Jhonson, RN, PhD.2010.Maternal – Newborn Nursing Demystified. Albany
Georgia. The McGraw - Hill Companies

Anda mungkin juga menyukai