Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BAYI TABUNG

Disusun untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Fiqh Kontemporer Semester IV

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2


AMELIA PUTRI 1114.22.0034
AWAL JAIPA 1114.22.0029
DANIEL RHOSAGKI KURNIAWAN 1114.22.0030

PROGRAM STUDI
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
PUBLISISTIK THAWALIB
JAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhaanahu wa Ta’ala yang telah memberikan Penulis
kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang kita nanti-natikan
syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul Bayi
Tabung.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 15 Maret 2024

Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4

A. Latar Belakang...................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5

C. Tujuan Penulisan................................................................................................................5

BAB II BAYI TABUNG.................................................................................................................5

A. Pengertian Bayi Tabung.....................................................................................................5

B. Sejarah dan Perkembangan Teknologi Bayi Tabung.........................................................6

C. Jenis-Jenis Bayi Tabung.....................................................................................................7

D. Proses Bayi Tabung...........................................................................................................8

E. Resiko Pelaksanaan Bayi Tabung....................................................................................11

BAB III PANDANGAN ISLAM TERHADAP BAYI TABUNG...........................................................12

A. Pandangan Islam..............................................................................................................12

B. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)...........................................................................13

C. Konsep Maslahah Mursalah Terkait Bayi Tabung..........................................................14

D. Status Hak Waris.............................................................................................................15

BAB IV PENUTUPAN................................................................................................................18

A. Kesimpulan...........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam beberapa dekade terakhir, teknologi reproduksi manusia telah mengalami
kemajuan pesat, memberikan harapan bagi pasangan yang mengalami kesulitan dalam
mencapai kehamilan secara alami. Salah satu teknologi yang paling revolusioner adalah
teknik pembuahan in vitro atau yang lebih dikenal dengan istilah "bayi tabung".
Teknologi ini telah menjadi solusi bagi banyak pasangan yang menghadapi masalah
kesuburan, dan telah membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut dalam bidang reproduksi
manusia.
Bayi tabung melibatkan proses pembuahan sel telur oleh sperma di luar tubuh
manusia, di laboratorium, dan kemudian embrio yang terbentuk ditanam kembali ke
rahim wanita. Metode ini telah berhasil membantu ribuan pasangan untuk memiliki anak
secara biologis, bahkan ketika mereka menghadapi masalah kesuburan yang signifikan.
Seiring dengan popularitasnya, timbul pula berbagai pertanyaan etis dan moral yang
berkaitan dengan teknologi ini, yang menyoroti perlunya regulasi yang ketat dan
pemahaman mendalam akan implikasi jangka panjangnya.
Perkembangan teknologi bayi tabung telah menimbulkan perdebatan luas di
masyarakat, terutama terkait dengan isu-isu etika dan keadilan sosial. Beberapa
pertanyaan yang muncul termasuk tentang hak asasi manusia embrio yang dihasilkan
dari proses ini, implikasi psikologis bagi anak yang lahir melalui bayi tabung, dan
ketidaksetaraan akses terhadap teknologi ini di berbagai negara dan lapisan sosial.
Selain itu, perhatian juga harus diberikan pada risiko kesehatan yang terkait
dengan teknologi bayi tabung, baik bagi ibu maupun anak yang lahir melalui proses ini.
Studi-studi terbaru telah menyoroti potensi peningkatan risiko kehamilan ganda,
kelahiran prematur, dan masalah kesehatan jangka panjang pada anak-anak yang lahir
melalui teknik ini. Oleh karena itu, perlunya pemantauan yang ketat dan penelitian lebih
lanjut untuk memahami dan mengatasi risiko-risiko ini menjadi sangat penting.
Dengan demikian, penelitian dan pengembangan lebih lanjut dalam bidang
teknologi reproduksi manusia, khususnya dalam konteks bayi tabung, merupakan bagian
integral dari upaya untuk meningkatkan kesejahteraan manusia secara keseluruhan.
Namun, hal ini juga menuntut kesadaran akan kompleksitas isu-isu etika, sosial, dan
kesehatan yang terkait, serta perlunya regulasi yang bijaksana untuk memastikan bahwa
teknologi ini digunakan dengan bertanggung jawab dan menguntungkan bagi masyarakat
secara luas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud bayi tabung?
2. Bagaiamana proses bayi tabung?
3. Apa saja resiko yang dapat ditimbulkan dari bayi tabung?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hukum bayi tabung
2. Menyikapi bayi tabung dengan profesional
BAB II
BAYI TABUNG

A. Pengertian Bayi Tabung


Bayi Tabung merupakan terjemahan dari artificial insemination.
Artificial artinya buatan atau tiruan, sedangkan insemination berasal dari kata latin.
Inseminatus artinya pemasukan atau penyampaian. Artificial insemination adalah
penghamilan atau pembuahan buatan. Dalam kamus seperti dalam kitab al-fatawa
karangan Mahmud Syaltut. Bayi yang di dapatkan melalui proses pembuahan yang
dilakukan di luar rahim sehingga terjadi embrio dengan bantuan ilmu kedokteran.
Dikatakan sebagai kehamilan, bayi tabung karena benih laki-laki yang
disebut dari zakar laki-laki disimpan dalam suatu tabung. Untuk menjalani proses
pembuahan yang dilakukan di luar rahim, perlu disediakan ovom (sel telur dan
sperma). Jika saat ovulasi (bebasnya sel telur dari kandung telur) terdapat sel-sel
yang masak maka sel telur itu di hisab dengan sejenis jarum suntik melalui sayatan
pada perut, kemudian di taruh dalam suatu tabung kimia, lalu di simpan di
laboratorium yang di beri suhu seperti panas badan seorang wanita. Kedua sel
kelamin tersebut bercampur (zygote) dalam tabung sehingga terjadinya fertilasi.
Zygote berkembang menjadi morulla lalu dinidasikan ke dalam rahim seorang
wanita. Akhirnya wanita itu akan hamil.
Bayi tabung adalah suatu Istilah ini tidak berarti bayi yang dimasukan ke
dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode untuk membantu pasangan
yang mengalami kesulitan dalam pembuahan sel telur wanita oleh sel sperma pria.
Bayi tabung dalam istilah ilmiahnya adalah usaha manusia untuk melakukan
pembuahan, dengan mempertemukann antara sel telur wanita dengan spermatozoa
pria dalam sebuah tabung gelas, pembuah seperti ini disebut dengan in vitro.
Sedangkan proses pembuahan secara alamiah disebut dengan in vitro.

B. Sejarah dan Perkembangan Teknologi Bayi Tabung


Pada tanggal 25 Juli 1978, Louise Joy Brown, bayi pertama di dunia
yang dikandung melalui fertilisasi in vitro (IVF) lahir di Oldham dan Rumah Sakit
Umum Distrik di Manchester, Inggris, dari orang tua Lesley dan Peter Brown. Bayi
yang sehat dilahirkan sesaat sebelum tengah malam melalui operasi caesar dan
beratnya mencapai lima pon, 12 ons.
Sebelum melahirkan Louise, Lesley Brown telah menderita infertilitas
selama bertahun-tahun akibat penyumbatan saluran tuba. Pada bulan November
1977, dia menjalani prosedur IVF eksperimental. Sel telur yang matang
dikeluarkan dari salah satu indung telurnya dan digabungkan dalam cawan
laboratorium dengan sperma suaminya untuk membentuk embrio. Embrio tersebut
kemudian ditanamkan ke dalam rahimnya beberapa hari kemudian. Dokter IVF-
nya, ginekolog Inggris Patrick Steptoe dan ilmuwan Robert Edwards, telah
memulai kolaborasi perintis mereka satu dekade sebelumnya. Setelah media
mengetahui kehamilan tersebut, keluarga Brown menghadapi sorotan publik yang
intens. Kelahiran Louise menjadi berita utama di seluruh dunia dan menimbulkan
berbagai pertanyaan hukum dan etika.
Keluarga Brown memiliki putri kedua, Natalie, beberapa tahun
kemudian, juga melalui IVF. Pada Mei 1999, Natalie menjadi bayi IVF pertama
yang melahirkan anaknya sendiri. Konsepsi anak tersebut terjadi secara alami,
sehingga meredakan kekhawatiran bahwa bayi perempuan IVF tidak akan bisa
hamil secara alami. Pada bulan Desember 2006, Louise Brown, “bayi tabung” yang
asli, melahirkan seorang anak laki-laki, Cameron John Mullinder, yang juga
dikandung secara alami.
Saat ini, IVF dianggap sebagai pengobatan medis utama untuk
infertilitas. Ratusan ribu anak di seluruh dunia telah dikandung melalui prosedur
ini, dalam beberapa kasus dengan sel telur dan sperma donor.

C. Jenis-Jenis Bayi Tabung


Apabila ditinjau dan segi sperma, dan ovum serla tempat embrio
ditransplantasikan, maka bayi tabung dapat dibagi menjadi 8 (delapan) jenis.
1. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami-isteri,
kemudian embrionya ditrans-plantasikan ke dalam rahim isteri.
2. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami-isteri,
lalu embrio nya ditransplan-tasikan ke dalam rahim ibu pengganti (surrogate
mother).
3. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami dan ovumnya berasal dari
donor, lalu embrionya ditrans-plantasikan ke dalam rahim isteri.
4. Bayi tabung yang menggunakan sperma darı donor, sedangkan ovumnya berasal
dari isteri lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim isteri.
5. Bayi tabung yang menggunakan sperma do nor, sedangkan ovumnya berasal dari
isteri lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim surrogate mother.
6. Bayı tabung yang menggunakan sperma dari suami, sedangkan ovumnya berasal
dari do nor, kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim surrogate
mother.
7. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari donor, lau embrionya
ditransplanta sikan ke dalam rahim isteri.
8. Bayi tabung yang menggunakan spermaidan ovum berasal dan donor, kemudian
embrionya dilransplantasikan ke dalam rahim surrogate mother.

D. Proses Bayi Tabung


Permasalahan bayi tabung termasuk permasalahan terkini yang paling
menonjol. Permasalahan ini banyak menyita perhatian masyarakat umum,
termasuk para Ulama kaum Muslimin. Sebagaimana yang kita ketahui proses
kelahiran bayi tabung melalui inseminasi buatan yang artinya adalah usaha untuk
mendapatkan anak tanpa melalui proses yang alami, tanpa melalui proses
hubungan badan. Inseminasi buatan ini secara garis besar dilakukan dengan dua
metode:
1. Pembuahan atau înseminası terjadi dalam rahim yaitu dengan cara menginjekkan
sperma lelaki pada bagian yang sesuai dari rahin vanita
2. Inseminasi diluar rahim, dengan cara memproses antara sperma dan sel teluar
wanita pada tabung kemudian setelah terjadi pembuahan baru dimasukkan ke
dalam rahim wanita.
Pada inseminasi buatan ini mesti terjadi penyingkapan aurat seorang wanita
bagi orang yang melakukan proses ini. Cara-cara yang ditempuh untuk melakukan
inseminasi buatan ini, baik inseminasi yang terjadi di dalam rahim ataupun yang
NIVERSITAS ISLAM NEGER diluar rahim itu ada tujuh cara, sesuai dengan
keadaan yang berbeda-beda. Inseminasi buatan yang dilakukan di dalam rahim
ditempuh dengan dua cara, sedangkan inseminasi di luar itu dilaksanakan dengan
lima cara sebagaimana kenyataan di lapangan, tanpa memandang hukum halal atau
haramnya menurut syari'at

a. Inseminasi di Dalam Rahim Ada Dua Cara


Pertama: Sperma seorang suami diambil lalu diinjeksikan pada tempat yang sesuai
dalam rahim sang istri sehingga sperma itu akan bertemu dengan sel telur yang
dipancarkan sang istri dan berproses dengan cara yang alami sebagaimana dalam
hubungan suami istri. Kemudian setelah pembuahan itu terjadi, dengan izin Allah,
dia akan menempel pada rahim sang istri. Cara ini ditempuh, jika sang suami
memiliki problem sehingga spermanya tidak bisa sampai pada tempat yang sesuai
dalam rahim.
Kedua: Sperma seorang lelaki diambil lalu diinjeksikan pada rahim istri orang lain
sehingga terjadi pembuahan di dalam rahim, kemudian selanjutnya menempel pada
dinding rahim sebagaimana pada cara pertama. Metode digunakan karena sang
suami mandul, sehingga sperma diambilkan dari lelaki lain.

b. Inseminasi di luar rahim ada lima cara


Pertama: Sperma seorang suami dan sel telur istrinya, diambil lalu diletakkan pada
sebuah tabung sehingga sperma tadi bisa membuahi sel telur istrinya dalam tabung
tersebut. Kemudian pada saat yang tepat, sperma dan sel telur yang sudah
berproses itu (zigote) dipindahkan ke rahim sang istri, pemilik sel telur, supaya
bisa berkembang sebagaimana layaknya janin-janin yang lain. Ketika masa
mengandung sudah berakhir, sang istri melahirkannya sebagai seorang anak biasa,
laki ataupun wanita. Inilah bayi tabung yang telah dihasilkan oleh penemuan
ilmiyah yang Allah mudahkan Proses melahirkan seperti ini telah menghasilkan
banyak anak, baik laki maupun perempuan atau bahkan ada yang lahir kembar.
Berita keberhasilan ini telah tersebar melalui berbagai media massa. Metode
ditempuh ketika sang istri mengalami masalah pada saluran sel telurnya.
Kedua: Pembuahan di luar yang diproses pada tabung antara sperma yang diambil
dari seorang suami dan sel telur yang diambil dari sel telur wanita lain yang bukan
istrinya, dikenal dengan sebutan donatur. Kemudian setelah terjadi pembuahan
baru dimasukkan ke rahim istri pemilik sperma. Cara ini dilakukan ketika sel telur
sang istri terhalang atau tidak berfungsi, akan tetapi rahimnya masih bisa berfungsi
untuk tempat perkembangan janin.
Ketiga: Pembuahan di luar yang diproses pada tabung-tabung antara sperma laki-
laki dan sel telur dari wanita bukan suami-istri. Kemudian setelah pembuahan
terjadi, baru ditanam pada rahim wanita yang sudah berkeluarga. Cara ini
dilakukan ketika ada pasangan suami-isteri yang sama-sama mandul, tetapi ingin
punya anak; sedangkan rahim sang istri masih bisa berfungsi sebagai tempat
pertumbuhan janin
Keempat: Pembuahan di luar yang diproses pada tabung antara dua benih pasangan
suami istri. Kemudian setelah pembuahan itu berhasil, baru ditanamkan pada rahim
wanita lain (bukan istrinya) yang bersedia mengandung janin pasangan suami istri
tersebut. Cara ini dilakukan ketika sang istri tidak mampu mengandung, karena ada
kelainan pada rahimnya, sementara organnya masih mampu memproduksi sel telur
dengan baik. Cara ini juga ditempuh ketika sang istri tidak mau hamil dengan
berbagai alasan. Maka dia meminta atau menyewa wanita lain untuk mengandung
bayinya.
Kelima: yaitu cara yang disebutkan di awal pembahasan ini. Dimana sperma dan
sel telur diambil dari pasangan suami istri, lalu setelah mengalami proses
pembuahan pada tabung, sel telur yang sudah dibuahı itu dimasukkan ke dalam
rahim istri lain dari pemilik sperma. Istri yang lain ini telah menyatakan
kesediaannya untuk mengandung janin madunya yang diangkat rahimnya-pent.
Inilah cara-cara inseminasi buatan yang diterapkan untuk mengatasi berbagai
permasalahan terkait dengan proses kehamilan.

Prose Bayi Tabung (IVF)


1. Perjuangan sperma menembus sel telur, satu sel sperma akan bersaing
dengan sel sperma yang lain. Sel sperma yang berhasil menerobos maka itu
adalah sel yang terbaik.
2. Perkembangan sel telur, selama masa subur wanita akan melepaskan satu
atau dua sel telur. Sel telur tersebut akan berjalan melewati saluran telur
dan kemudian bertemu dengan sel sperma pada kehamilan yang normal.
3. Injeksi, Dalam IVF dokter akan mengumpulkan sel telur sebanyak-
banyaknya. Kemudian, memilih sel telur terbaik dengan melakukan seleksi.
Pada proses ini pasien doisuntikkan hormon untuk menambah jumlah
produksi sel telur. Perangsangan berlangsung 5-6 minggu sampai sel telur
dianggap cukup matang dan siap dibuahi. Proses ini dapat mengakibatkan
efek samping.
4. Pelepasan sel telur, setelah hormon penambah jumlah produksi sel telur
bekerja maka sel telur siap untuk dikumpulkan. Dokter bedah
menggunakan laporoskop untuk memindah sel-sel telur tersebut untuk
digunakan pada proses bayi tabung (IVF)
5. Spema beku, sebelumnya suami akan menitipkan sperma kepada
laboratorium dan kemudian dibekukan untuk menanti ovulasi. Sperma yang
dibekukan disimpan dalam nitrogen cair yang dicairkan secara hati-hati
oelh para tenaga medis.
6. Menciptakan Embrio, pada sel sperma dan sel telur yang terbukti sehat,
akan sangat mudah bagi dokter untuk menyatukan keduanya dalam sebuah
piring lab. Namun bila sprema tidak sehat sehingga tidak dapat berenang
untuk membuahi sel telur, maka akan dilakukan ICSI.
7. Embrio berumur 2 hari, setelah sel telur dipertemukan dengan sperma akan
dihasilkan sel telur yang telah dibuahi (Embrio). Embrio ini kemudian akan
membelah seiring waktu. Embrio ini memiliki 4 sel, yang diharapkan
mencapai stage perkembangan yang benar.
8. Pemindahan Embrio, Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk
ditransper yang diinjeksikan ke system reproduksi pasien.
9. Impalted Fetus, setelah embrio memiliki 4-8 sel, embrio akan dipindahkan
kedalam Rahim wanita kemudian menempel pada Rahim. Selanjutnya
embrio tumbuh dan berkembang seperti layaknya keahmilan biasa sehingga
kehadiran janin dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG.

E. Resiko Pelaksanaan Bayi Tabung


Adapun resiko dari pelaksanaan tahap-tahap bayi tabung adalahsebagai berikut:
1. Syndrome hipertimulasi ovarium, pada tahap awal program bayi tabung, ovarium
istri memang dirangsang untuk memproduksi sel telur matang dalam jumlah yang
lebih banyak dibandingkan siklus reproduksi normal. Pada siklus reproduksi
normal, ovarium hanya menghasilkan satu buah sel telur matang setiap bulannya.
Pada siklus reproduksi yang dirangsang dalam proses bayi tabung, ovarium istri
akan dipacu untuk menghasilkan lebih dari satu buah sel telur matang. Pada
umumnya, ovarium mampu menoleransi perubahan ini. Namun sekitar 5% wanita
yang mengalami stimulasi ovarium, terjadi kelainan yang disebut dengan sindrom
hipertuimulasi ovarium, sindrom adalah sebuah kata yang digunakan di dunia
kedokteran, berarti sekumpulan gejala. Sekumpulan Gejala yang terdapat pada
sindrom hipertimulasi ovarium, bergantung pada tingkat berat ringannya
penyakitnya.
2. Resiko kegagalan embrio untuk tumbuh di laboratorium, hingga siap ditanamkan
kembali ke dalam rahim, atau berpotensi mengalami guguran. Hal ini dapat
terjadi seiring bertambahnya usia ibu yang mengandung.
3. Resiko kegagalan embrio untuk menanamkan diri di dalam rahim, setelah
dilakukan transfer embrio, pada tahap penanaman embrio dokter akan
mendapatkan embrio yang dihasilkan dari fertilisasi, sel telur oleh spermatozoa di
laboratorium, kemudian akan di suntikan kerahim istri. Kelanjutan hubungan
embrio dan dinding Rahim setelahnya, pada embrio dan rahim sendiri. Saat ini,
prosentase terjadinya kehamilan setelah penanaman embrio mencapai 35%.
4. Memiliki resiko kemungkinan kehamilan bayi kembar lebih dari dua akan
meningkat dengan banyaknya embrio yang dipindahkan ke dalam rahim. Hal ini
pula memberikan resiko akan persalinan prematur yang memerlukan perawatan
lama.
BAB III
PANDANGAN ISLAM TERHADAP BAYI TABUNG

A. Pandangan Islam
Manfaat Dan Akibat Bayi Tabung Bisa membantu pasangan suami istri
yang keduanya atau salah satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami
atau istri, menghalangi bertemunya sel sperma dan sel telur. Misalnya karena tuba
falopii terlalu sempit atau ejakulasinya terlalu lemah. Akibat(mafsadah) dari bayi
tabung Percampuran Nasab,padahal Islam sangat menjaga kesucian /kehormatan
kelamin dan kemurnian nasab,karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa
yang halal dan haram dikawini) dan kewarisan.
1. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
2. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi
percampuran sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah.
3. Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik didalam
rumah tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor merupakan anak yang
sangat unik yang bisa berbeda sekali bentuk dan sifat- sifat fisik dan
karakter/mental si anak dengan bapak ibunya.
4. Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya
terselubung dan sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek daripada anak
adopsi yang pada umumnya diketahui asal dan nasabnya.
5. Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada bayi
tabung lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada pasangan suami
istri yang punya benihnya, sesuai dengan kontrak,tidak terjalin hubungan keibuan
anatara anak dengan ibunya secara alami. Surat Al-Luqman ayat 14 yang berbunyi:
‫َو َو َّصْيَنا ٱِإْل نَٰس َن ِبَٰو ِلَد ْيِه َح َم َلْتُه ُأُّم ۥُه َو ْهًنا َع َلٰى َو ْهٍن َوِفَٰص ُل ۥُه ِفى َعاَم ْيِن َأِن ٱْشُك ْر ِلى َو ِلَٰو ِلَد ْيَك ِإَلَّى ٱْلَم ِص يُر‬
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (Q.S.
Luqman:14)
B. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Dua tahun sejak ditemukannya teknologi ini, para ulama di Tanah Air
telah
menetapkan fatwa tentang bayi tabung/inseminasi buatan. Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dalam fatwany pada tanggal 13 Juni 1979 menetapkan 4 keputusan terkait
masalah bayi tabung, di antaranya :
1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah
hukumnya mubah (boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-
kaidah agama. Asal keadaan suami istri yang bersangkutan benar-benar
memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara
pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak.
2. Para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-
istri yang dititipkan di rahim perempuan lain dan itu hukumnya haram, karena
dikemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya
dengan warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang
mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya dan
sebaliknya).
3. Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal
dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah. Sebab, hal ini akan
menimbulkan masalah yang pelik baik kaitannya dengan penentuan nasab maupun
dalam hal kewarisan.
4. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri
yang sah hal tersebut juga hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan
hubungan kelamin antar lawan jenis diluar pernikahan yang sah alias perzinahan.
(Fatwa MUI, 1979)

C. Konsep Maslahah Mursalah Terkait Bayi Tabung


Bayi tabung merupakan terjemahan dari artificial insemination. Artificial
artinya buatan atau tiruan, sedangkan insemination berasal dari kata latin
“inseminatus” artinya pemasukan atau penyimpanan. Bayi tabung dikenal juga
dengan istilah pembuahan in vitro atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai in
vitro fertilitation ini adalah sebuah teknik pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh
wanita tanpa melalui senggama (sexual intercourse).
Bayi Tabung merupakan salah satu metode untuk mengatasi masalah
kesuburan dalam sebuah rumah tangga ketika metode lainnya tidak berhasil. Bayi
tabung sekarang sudah marak terjadi sedangkan kedudukan dalam Islam itu tidak
ada karena bayi tabung tidak diatur dalam Al- Qur’an dan Hadis atau nash,
sehingga digunakan metode ijtihad salah satunya maslahah mursalah.
Maslahah mursalah menurut bahasa berarti ”mencapai kemaslahatan” dan
menurut istilah yaitu: “maslahah mursalah ialah maslahah yang tidak disyari’atkan
hukum oleh syari’at untuk menwujudkannya dan tidak ada dalil syara yang
menganggapnya atau mengabaikannya”. Jadi maslahah mursalah adalah sesuatu
kejadian yang syara’ atau ijma tidak menetapkan hukumnya dan tidak pula nyata
ada illat yang menjadi dasar syara menetapkan satu hukum, tetapi ada pula sesuatu
yang munasabah untuk kemaslahatan dan kebaikan umum.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa bayi tabung
dibolehkan karena memberi manfaat yang besar. Tetapi ada beberapa ketentuan
melarang misalnya bayi tabung dengan menggunakan sperma donor.

D. Status Hak Waris


Program bayi tabung merupakan salah satu cara untuk memiliki anak bagi
pasangan suami isteri yang mengalami infertilitas. Pelaksanaan bayi tabung
tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
dan dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 73 Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Teknologi Reproduksi Buatan. Dalam kedua peraturan
tersebut pelaksanaan bayi tabung yang diperbolehkan hanya kepada pasangan
suami isteri yang sah, lalu menggunakan sel sperma dan sel telur dari pasangan
tersebut yang kemudian embrionya ditanam dalam rahim isteri.
Hal ini dilakukan untuk menjamin status anak tersebut sebagai anak sah
dari pasangan suami isteri tersebut. Penetapan seorang anak sebagai anak sah
adalah berdasar pada pasal 42 Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang
perkawinan. Pasal 42 UU Nomor 1 Tahun 1974 yang berbunyi “Anak yang sah
adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.”
Inseminasi buatan menjadi permasalahan hukum dan etis moral bila
sperma/sel telur datang dari pasangan keluarga yang sah dalam hubungan
pernikahan. Hal ini pun dapat menjadi masalah bila yang menjadi bahan
pembuahan tersebut diambil dari orang yang telah meninggal dunia. Jika benihnya
berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer embrio dan
diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak tersebut baik secara biologis
ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik) dari
pasangan tersebut.
Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan
lainnya. Jika ketika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat ibunya
telah bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian
mempunyai status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan
setelah masa 300 hari, maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak
memiliki hubungan keperdataan apapun dengan bekas suami ibunya. Dasar hukum
ps. 255 KUH Perdata. Pasal 255 KUH Perdata yang berbunyi “Anak yang
dilahirkan tiga ratus hari setelah perkawinan dibubarkan, adalah tak sah”
Untuk membuktikan secara hukum bahwa seorang anak adalah anak sah
dari pasangan suami isteri, yang dibutuhkan adalah sebuah akta kelahiran dari anak
tersebut. Akta tersebut berisi nama, hari, tanggal, kota anak tersebut lahir dan nama
kedua orang tua dari anak tersebut. Karena anak hasil bayi tabung merupakan anak
sah, maka hak dan kewajiban dari anak yang dilahirkan dengan menggunakan
program bayi tabung sama dengan anak yang tidak menggunakan program bayi
tabung. Sehingga anak hasil bayi tabung dalam hukum waris termasuk kedalam
ahli waris golongan I yang diatur dalam pasal 852 KUH Perdata. Pasal 852 KUH
Perdata yang berbunyi “Anak-anak atau sekalian keturunan mereka, biar dilahirkan
dari lain-lain perkawinan sekalipun, mewaris dari kedua orang tua, kakek, nenek
atau semua keluarga sedarah mereka selanjutnya dalam garis lurus ke atas, dengan
tiada perbedaan antara laki atau perempuan dan tiada perbedaan berdasarkan
kelahiran lebih dahulu.”
1) Kedudukan anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung menggunakan
sperma suami dalam hukum waris. Didalam hukum waris BW tidak ada suatu
ketentuan yang secara khusus mengatur kewarisan anak yang dilahirkan melalui
proses bayi tabung yang menggunakan sperma suami, tetapi yang ada hanya
mengatur tentang warisan yang dilahirkan secara alamiah. Seperti warisan anak
sah, dan anak luar nikah yang diakui. Namun bukan berarti bahwa ketentuan
tersebut tidak dapat diterapkan terhadap anak yang dilahirkan melalui proses bayi
tabung yang menggunakan sperma suami. Caranya yaitu dengan mengkaitkan
dengan kedudukan yuridis anak tersebut. Karena kedudukan yuridis mempunyai
pengaruh dalam menentukan berhak atau dan tidaknya seorang anak terhadap
warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Kedudukan hukum anak yang
dilahirkan melalui proses bayi tabung yang menggunakan sperma suami adalah
dianggap sebagai anak sah. Oleh karena anak tersebut dilahirkan dalam atau
sebagai akibat perkawinan yang sah, meskipun proses pembuahannya tidak
dilakukan secara alami, dan anak tersebut disamakan dengan anak kandung.
Anak kandung berhak untuk memperoleh warisan dari orang tua kandungnya,
apabila orang tuanya (pewaris) telah meniggal dunia sedangkan bagian yang harus
diterimanya adalah sama besarnya di antara para ahli waris, baik laki-laki maupun
perempuan, dan tidak dibedakan antara yang lahir terlebih dahulu maupun yang
kemudian. Menurut hukum adat, bahwa anak yang dilahirkan melalui proses bayi
tabung yang menggunakan sperma suami dan ovum dari isteri, kemudian
embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim isteri disamakan dengan anak
kandung. Sebab anak itu lahir dari hubungan pernikahan menurut adat dan agama.
Dengan demikian ia berhak untuk mendapatkan warisan dari orang tuanya
(pewaris). Selanjutnya system pewarisannya menurut hukum adatnya masing-
masing.
2) Kedudukan anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung menggunakan sperma
donor dalam hukum waris. Kedudukan yuridis anak yang dilahirkan melalui proses
bayi tabung yang menggunakan sperma donor dan ovum dari isteri kemudian
embrionya ditransplantasikan ke dalam Rahim isteri dapat dikualifikasi kepada 2
jenis anak, yaitu:
a. Anak sah melalui pengakuan apabila penggunaan sperma donor itu mendapat izin
dari suami.
b. Anak itu disebut sebagai anak zina, apabila penggunaan sperma donor itu tanpa izin
suami. Anak sah melalui pengakuan suami berhak untuk memperoleh warisan dari
orang tua yang mengakuinya. Sedangkan bagian yang harus diterimanya
ditentukan sebagai berikut:
1). Pewaris meninggalkan keturunan yang sah, seorang suami atau isteri, maka
bagian anak tersebut adalah 1/3 (pasal 863 BW)
2). Pewaris tidak meniggalkan keturunan maupun suami atau isteri, akan tetapi
meninggalkan keluarga sedarah dalam garis ke atas, saudara laki-laki dan
perempuan atau keturunan mereka maka anak sah melalui pengakuan mewarisi ½
dari warisan (pasal 863 BW)
3). Jika hanya ada sanak saudara yang lebih jauh, maka anak sah melalui
pengakuan memperoleh bagian ¾
4). Jika pewaris tidak meninggalkan ahli wars yang sah, maka anak sah melalui
pengakuan mendapat keseluruhan dari hari warisan. Dari pemaparan sebelumnya
penulis dapat menyimpulkan jika benihnya berasal dari suami Istri, dilakukan
proses fertilisasi-in-vitro transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri
maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai status sebagai
anak sah (keturunan genetik) dari pasangan tersebut. Walaupun proses
pembuahannya tidak dilakukan secara alami, dan anak jenis ini dapat disamakan
dengan anak kandung. Anak kandung berhak untuk mendapatkan warisan dari
orang tua kandungnya Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan
keperdataan lainnya. Anak kandung berhak untuk mendapatkan warisan dari orang
tua kandungnya, apabila orang tuanya (pewaris) telah meninggal dunia. Sedangkan
bagian yang harus diterimanya adalah sama besarnya di antara para ahli waris, baik
laki-laki maupun perempuan dan tidak dibedakan antara yang lahir terdahulu
maupun kemudian.

BAB IV
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Bayi tabung, sebagai teknologi reproduksi manusia yang canggih,
menimbulkan berbagai pertanyaan etis dalam pandangan Islam. Meskipun Islam
memberikan penekanan besar pada nilai-nilai keluarga dan keturunan, penggunaan
teknologi ini harus dipertimbangkan dengan cermat.
Beberapa ulama menganggap bayi tabung sebagai sesuatu yang
diperbolehkan, terutama ketika digunakan sebagai upaya terakhir untuk mengatasi
masalah kesuburan yang tidak dapat diatasi secara alami oleh pasangan suami istri.
Namun, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa bayi tabung dapat melibatkan
pelanggaran terhadap prinsip-prinsip Islam, terutama terkait dengan proses
pembuahan di luar tubuh manusia dan potensi manipulasi embrio.
Pandangan Islam juga menekankan pentingnya menjaga martabat
manusia, baik yang sudah ada maupun yang belum lahir. Oleh karena itu, dalam
menggunakan teknologi bayi tabung, perlunya memastikan bahwa proses tersebut
tidak melanggar hak-hak kemanusiaan dan tidak menimbulkan ketidakadilan bagi
embrio atau individu yang terlibat. Pendidikan dan pemahaman yang baik tentang
hukum Islam dan nilai-nilai agama sangat penting dalam mengambil keputusan
terkait dengan bayi tabung. Pasangan yang mempertimbangkan penggunaan
teknologi ini harus berkonsultasi dengan ahli agama dan ahli medis yang kompeten
untuk memastikan bahwa keputusan mereka sejalan dengan prinsip-prinsip Islam
dan menjaga kepentingan kesejahteraan semua individu yang terlibat.
Dengan demikian, dalam konteks pandangan Islam, penggunaan
teknologi bayi tabung merupakan isu yang kompleks yang memerlukan kajian
yang mendalam tentang nilai-nilai agama, etika, dan hukum Islam untuk
memastikan bahwa penggunaannya sesuai dengan ajaran Islam dan membawa
manfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/cakrawala/article/view/4228/2588
https://media.neliti.com/media/publications/42561-ID-bayi-tabung-status-hukum-
dan-hubungan-nasabnya-dalam-perspektif-hukum-islam.pdf
http://repository.radenintan.ac.id/13334/2/Awal%20 %20BAB%20II%20dan
%20Daftar%20Pustaka.pdf
https://www.slideshare.net/HaristianSahroniPutr/masail-fiqhiyyah-bayi-tabung-
dan-kloning
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/4008/1/NURJANNAH.pdf
https://www.academia.edu/40295811/Makalah_Bayi_Tabung
https://www.academia.edu/29224752/
Makalah_Bayi_Tabung_Menurut_Pandangan_Agama_Islam_KATA_PENGANT
AR
https://www-history-com.translate.goog/this-day-in-history/worlds-first-test-tube-
baby-born?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc&_x_tr_hist=true

Anda mungkin juga menyukai