Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TINJAUAN BAYI TABUNG BERDASARKAN ASPEK AGAMA, ETIK,


HUKUM DAN BUDAYA

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Keperawatan
Dosen Pengajar :
Hj Ns Rosmiati, S.Kep., M.Pd

disusun oleh :
1. Alfi Fadilah
2. Andini zharfa Asmarani
3. Bambang Erik Irawan
4. Desry
5. Herni Oktriani
6. Julia Putri
7. Risa Lutfiatul Rohimah
8. Riza Nuraeni Putri
9. Sukmara Aji Falah
10. Tiara Cahya Rinukti
11. Sultan Al Adami Pradana

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH CIAMIS
2021
KATA PENGANTAR
Puja dan Puji Syukur atas kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia_Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
“Tinjauan Bayi Tabung Berdasarkan Aspek Etik, Hukum, Agama, dan Budaya”.
Makalah ini berisikan tentang pembahasan yang nantinya diharapkan bisa memberikan
informasi kepada kita semua tentang bayi tabung pada beberapa aspek.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kata “sempurna”, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan
Makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umunya, semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin

Banjar, 5 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB 1 ............................................................................................................................................. 1
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah.................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat.................................................................................................................................. 2
1.4.1 Manfaat teoritis ............................................................................................................... 2
1.4.2 Manfaat praktis ............................................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
2.1 Definisi Bayi Tabung ....................................................................................................... 3
2.2 Prosedur Bayi Tabung ...................................................................................................... 3
2.3 Aspek Bayi Tabung .......................................................................................................... 4
BAB III……………………………………………………………………………………………8
PENUTUP………………………………………………………………………………………...8
3.1 Simpulan…………………………………………………………………………………….8
3.2 Saran………………………………………………………………………………………...8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………..9

ii
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu dan teknologi di bidang kedokteran mengalami perkembangan yang sangat


pesat serta memberikan dampak positif bagi umat manusia. Salah satu hasil penemuan
di bidang ini adalah telah ditemukannya cara-cara baru dalam memproduksi manusia,
yang dalam istilah kedokteran disebut dengan fertilisasi invitro atau lebih popular
dengan istilah bayi tabung. Sejarah bayi tabung ini berawal dari upaya untuk
mendapatkan keturunan bagi pasangan suami isteri yang mengalami gangguan
kesuburan.Sebelum program bayi tabung ditemukan, inseminasi buatan dikenal sebagai
metode untuk menyelesaikan masalah tersebut.Inseminasi buatan dilakukan dengan
menyemprotkan sejumlah cairan semen suami ke dalam rahim isteri dengan
menggunakan bantuan alat suntik. Dengan cara ini sperma diharapkan mudah bertemu
dengan sel telur, tingkat keberhasilan metode inseminasi buatan hanya sebesar 15%.
1. Kehadiran seorang anak merupakan dambaan setiap pasangan suami istri, tetapi
tidak semua pasangan suami istri dapat dengan mudah memperoleh
keturunan.Dengan semakin berkembang dan majunya ilmu dan teknologi
kedokteran, kini sebagian besar dari penyebab ketidaksuburan (infertilitas) telah
dapat diatasi dengan pemberian obat atau operasi.Fertilisasi invitro (pembuahan
dalam tabung) atau sering disebut sebagai bayi tabung merupakan salah satu
teknologi reproduksi.
2. Permasalahan Inseminasi buatan atau kerap kali disebut dengan bayi tabung
merupakan terjemahan dari Artificial Insemination. Dalam Bahasa Arab disebut
dengan altalqihalshina‟iy, dalam bahasa Indonesia orang menyebutnya dengan
pemanianbuatan, pembuahan buatan, atau penghamilan buatan. Saat ini bayi
tabung bukanlah kata yang asing ditelinga masyarakat Indonesia.Assisted
Reproductive Technology atau yang popular dengan teknologi bayi tabung
merupakan aplikasi teknologi dalam bidang reproduksi manusia.Bayi tabung
dalam bahasa kedokteran disebut In VitroFertilization (IVF). In Vitro berasal dari
Bahasa Latin yang berarti di dalam sedangkan Fertilization adalah Bahasa Inggris
yang memiliki arti pembuahan. Pada hakikatnya program bayi tabung bertujuan
untuk membantu pasangan suami-isteri yang tidak mampu melahirkan keturunan
secara alami yang disebabkan karena ada kelainan pada tubanya, endometriosis
(radang pada selaput lender rahim), oligospermia (sperma suami kurang baik),
unexplained infertility (tidak dapat diterangkan sebabnya), dan adanya factor
immunologik (faktor kekebalan) (Masalah, Hrm and Resource, 2001).

1
1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apa definisi dari bayi tabung?


1.2.2 Bagaimana cara atau prosedur untuk melakukan bayi tabung?
1.2.3 Bagaimana tinjauan bayi tabung dalam aspek etik, hukum, agama serta budaya?
1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui definisi bayi tabung


1.3.2 Untuk mengetahui prosedur pada bayi tabung
1.3.9 Untuk mengetahui aspek-aspek pada bayi tabung
1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis


Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat lebih memahami
tentang bayi tabung secara lebih spesifik
1.4.2 Manfaat praktis
1.4.2.1 Penulis
Manfaat bagi penulis dapat lebih mendalami materi dan menambah
pengetahuan tentang bayi tabung.
1.4.2.2 Pembaca
Manfaat penulisan bagi pembaca yaitu menjadi sumber referensi dan
informasi bagi orang yang membaca supaya mengetahui dan lebih mendalami
tentang bayi tabung.
1.4.2.3 Mahasiswa
Manfaat bagi Mahasiswa yaitu dapat digunakan sebagai referensi dalam
pembuatan makalah dan untuk mengembangkan ilmu tentang bayi tabung.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bayi Tabung


Bayi tabung atau pembuahan in vitro adalah sebuah teknik pembuahan yang sel telur
(ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Ini merupakan salah satu metode untuk mengatasi
masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil, dalam istilah kerennya in vitro
vertilization (IVF). In vitro adalah bahasa latin yang berarti dalam gelas/tabung gelas
(nyambung juga kan dengan kata tabung) dan vertilization adalah bahasa Inggrisnya
pembuahan.
Dalam proses bayi tabung atau IVF, sel telur yang sudah matang diambil dari indung
telur. Secara teknis, dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang
di sebut “laparoscop” yang ditemukan dr. Patrick C. Steptoe dari inggris. Lalu dibuahi
dengan sperma di dalam sebuah medium cairan. Setelah berhasil, embrio kecil yang terjadi
dimasukkan ke dalam rahim dengan harapan dapat berkembang menjadi bayi.Atau dapat di
definisikan juga bahwa Bayi Tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro
Fertilization (IVF) adalah suatu upaya memperoleh kehamilan dengan jalan
mempertemukan sel sperma dan sel telur dalam suatu wadah khusus. Pada kondisi normal,
pertemuan ini berlangsung di dalam saluran tuba.
Proses yang berlangsung di laboratorium ini dilaksanakan sampai menghasilkan
suatu embrio yang akan ditempatkan pada rahim ibu. Embrio ini juga dapat disimpan
dalam bentuk beku dan dapat digunakan kelak jika dibutuhkan.Bayi tabung merupakan
pilihan untuk memperoleh keturunan bagi ibu- ibu yang memiliki gangguan pada saluran
tubanya. Pada kondisi normal, sel telur yang telah matang akan dilepaskan oleh indung
telur (ovarium) menuju saluran tuba (tuba fallopi) untuk selanjutnya menunggu sel sperma
yang akan membuahi. Jika terdapat gangguan pada saluran tuba maka proses ini tidak akan
berlangsung sebagaimana mestinya (Jitek, 2016).
2.2 Prosedur Bayi Tabung

Tata cara atau prosedur pelaksanaan teknik bayi tabung Menjalani prosedur IVF
umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, hanya rasa tidak nyaman. Meski tidak
menyakitkan, pasangan yang ingin menjalani prosedur ini akan disarankan untuk
mempertimbangkan lebih dulu rencana mereka. Berbagai hal penting sebagai
pertimbangan:
a. Total waktu yang dibutuhkan untuk menjalani proses ini sekitar 2 (dua) minggu.
b. Kemungkinan keberhasilan antara 45% - 50% bagi pasangan usia di bawah 35
(tiga puluh lima) tahun dan 20% - 25% bagi pasangan usia 40 (empat puluh)
tahun.
c. Ada kemungkinan gagal.
d. Biaya yang tidak sedikit.

3
e. Kemungkinan hamil dan melahirkan bayi kembar. Dokter akan menekankan
kemungkinan ini dengan menggunakan teknologi Blastosis.
Untuk memaksimalkan keberhasilan proses bayi tabung, dibutuhkan sel telur yang
berkualitas, sekurang-kurangnya dibutuhkan 8 (delapan) sel telur. Untuk itu dilakukan
pengobatan dengan obat hormonal untuk memacu ovarium agar menghasilkan sejumlah
folikel dan sel telur yang cukup. Pengobatan ini dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Long protocol (agonist) yaitu proses pemberian obat hormonal yang dilakukan
dengan cara menutup siklus menstuasi normal sebelum dimulai pengobatan, yang
butuh waktu sampai 6 (enam) minggu. Setelah itu baru dimulai masa merangsang
ovarium untuk menghasilkan folikel dan telur.
2. Short protocol (antagonist) yaitu proses pengobatan yang mengikuti siklus
normal. Proses ini lebih cepat, sekitar 2 (dua) minggu sejak dimulai pengobatan
yang diberikan.
Keduanya mempunyai tingkat keberhasilan yang sama, yang membedakan hanyalah
adanya indikasi medis.
Mengingat tingkat keberhasilan program bayi tabung di Indonesia masih rendah,
maka pasangan suami istri yang dapat megikuti program bayi tabung haruslah memenuhi
beberapa persyaratan tertentu, baik dari segi kesiapan mental/spiritual, medis maupun segi
finansial. Walaupun program bayi tabung merupakan hak bagi pasangan suami istri yang
mandul (infertil), namun tidak semua dapat mengikuti program tersebut (Meri, 2015).

2.3 Aspek Bayi Tabung

2.3.1 Dari Sisi Etika

Dalam mengambil keputusan untuk setiap masalah yang dihadapi, manusia


dihadapkan kepada apa yang disebut etika. Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia
(1998), salah satu pengertian etika adalah “nilai yang benar dan salah satu yang
dianut suatu golongan atau masyarakat”. K.Bertens (2007:6), menyatakan salah satu
pengertian etika demikian : “Etika merupakan nilai dan norma moral yang menjadi
acuan bagi manusia secara individu maupun kelompok dalam mengatur segala
tingkah lakunya.” Berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai dan norma moral,
Terdapat begitu banyak cabang etika, dan salah satunya adalah etika yang
berkaitan dengan biologi da kedokteran, yaitu bioetika (bio-ethic). Salah satu masalah
yang dibicarakan dalam bioetika adalah tekhnologi reproduksi buatan, termasuk
masalah insomnia buatan dan program bayi tabung.
Bayi tabung dari sudut pandang bioetika. Dari segi etik, pembuatan bayi tabung
tidak melanggar (etis), tetapi dengan syarat sperma dan ovum berasal dari pasangan
yang sah. Di Indonesia juga bila dipandang dari segi etika, pembuatan bayi tabung
tidak melanggar, tetapi dengan syarat sperma dan ovum berasal dari pasangan yang

4
sah. Jangan sampai sperma berasal dari bank sperma atau ovum pendonor. Sementara
untuk kasus, sperma atau ovum berasal dari suami istri tapi ditanamkan dalam rahim
wanita lain atau kerap sekali dinamakan pinjam Rahim, masih banyak yang
mempertentangkan. Tetapi sebenarnya UU kesehatan no.36 tahun 2009, pasal 127
ditegaskan bahwa kehamila diluar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya
terakhir untuk membantu suami istri mendapatkan keturunan, tetapi upaya kehamian
tersebut haya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah yaitu : hasil
pembuahan sperma dan ovum berasal dari pasangan suamiistri tersebut, untuk
kemudian ditanamkan dalam Rahim si istri.

2.3.2 Bayi Tabung Dari Sisi Budaya

Program bayi tabung pada dasarnya tidak sesuai dengan budaya dan tradisi
ketimuran kita. Pelaksanaan bayi tabung masih sangat bertolakbelakang dengan
kehidupan sosial dan budaya di Indonesia. Status anak adalah hal yang sangat
penting dan akan berpengaruh pada kehidupannya kelak. Sedangkan pada
inseminasi buatan (bayi tabung), anak akan memiliki status seperti anak pada
umumnya, jika pelaksanaan bayi tabung mengikuti peraturan- peraturan yang
berlaku. Di Indonesia sendiri bila dipandang dari segi etika, pembuatan bayi
tabung tidak melanggar, tapi dengan syarat sperma dan ovum berasal dari
pasangan yang sah. Jangan sampai sperma berasal dari bank sperma, atau ovum
dari pendonor. Banyak negara-negara yang menggunakan teknik bayi tabung
seperti negara Inggris untuk mengatasi terjadinya kemandulan. Namun di
Indonesia jarang sekali adanya teknik tersebut. Hal ini kemungkinan besar
banyaknya biaya yang akan dikeluarkan maupun kesuksesan dalam praktek bayi
tabung akan berjalan lancar.
Baik dari perspektif sosial maupun budaya akan merusak keestetikan suatu
agama. Dalam perspektif budaya, dengan adanya teknik reproduksi buatan
(bayitabung) akan menimbulkan adanya kebiasan budaya dalam suatu daerah. Hal
ini hanya semata- mata untuk kepentingan manusia saja dan merupakan
pelanggaran dalam budaya apabila hal ini masih dilakukan. Hal ini disebabkan
karena jika ini dilakukan dan dilegalkan maka akan terjadi perdagangan bayi
secara ilegal, para wanita tidak membutuhkan seorang laki- laki sebagai pasangan
hidupnya, akan menguntungkan sebagian pihak saja. Apabila seorang manusia
melanggar hal tersebut, maka manusia tersebut dapat dikatakan sebagai manusia
yang tidak beretika dan melanggar norma- norma batasan agama yang telah
ditetapkan. Baik dari perspektif sosial maupun budaya akan merusak keestetikan
suatu agama.
2.3.3 Bayi Tabung dari Sisi Hukum

Di Indonesia hukum dan perundang – undangan yang mengatur tentang


bayi tabung di atur dalam Pasal 127 ayat (1) Undang-undang No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan. Dalam pasal tersebut diatur bahwa upaya kehamilan diluar

5
cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan
ketentuan :
a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami isteri yang bersangkutan
ditanam dalam rahim isteri darimana ovum berasal.
b. Dilakukan oleh tenaga Kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan itu.
c. Pada fasilitas pelayanan Kesehatan tertentu.

Jadi, pada dasarnya sperma dan ovum dalam upaya kehamilan melalui
bayi tabung adalah milik suami istri yang sah yang pembuahannya dilakukan di
luar rahim. Hal ini dilakukan oleh para pasangan suami-istri yang sperma dan
ovumnya sulit melakukan pembuahan di dalam rahim. Sehingga harus dilakukan
pembuahan di luar rahim dengan bantuan tenaga kesehatan dan teknologi yang
ada. Kemudian hasil pembuahan tersebut ditanamkan kembali ke rahim istri dari
mana ovum itu berasal. Jadi, anak atau bayi hasil pembuahan melalui bayi tabung
ini adalah anak kandung suami istri itu sendiri.
Dengan demikian, anak hasil bayi tabung dalam hukum waris termasuk ke
dalam ahli waris golongan I yang diatur dalam Pasal 852 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yaitu:
“Anak-anak atau keturunan-keturunan, sekalipun dilahirkan dan berbagai
perkawinan, mewarisi harta peninggalan para orangtua mereka, kakek dan nenek
mereka, atau keluarga-keluarga sedarah mereka selanjutnya dalam garis lurus ke
atas, tanpa membedakan jenis kelamin atau kelahiran yang lebih dulu.”
Jadi, hukum waris yang berlaku bagi anak hasil bayi tabung adalah sama
dengan hukum waris yang berlaku terhadap anak kandung.

2.3.4 Bayi Tabung dari Sisi Agama

Hukum bayi tabung dari sisi agama tidak dapat dijawab dengan hukum
tunggal, yaitu mubah atau haram. Para Munas NU 1981 merinci hukum bayi
tabung dengan tiga rincian kasus berbeda.
 Pertama, apabila mani yang ditabung dan yang dimasukkan ke dalam rahim
wanita tersebut ternyata bukan mani suami istri, maka hukumnya haram.
 Kedua, Apabila mani yang ditabung tersebut mani suami istri, tetapi cara
mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram.
 Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani suami istri dan cara
mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim
istrinya sendiri, maka hukumnya boleh.
Adapun yang dimaksud dengan “Mani muhtaram ialah mani yang keluar
atau dikeluarkan dengan cara tidak dilarang oleh syara‟. Sedang mani bukan
muhtaram ialah selain yang tersebut di atas.” (PBNU, 2011 M: 370). Putusan

6
forum Munas NU 1981 ini didasarkan pada hadits yang dikutip dari Tafsir Ibnu
Katsir dan Kitab Hikmatut Tasyri‟ wa Falsafatuh. Berikut ini adalah kutipan
hadits dari Tafsir Ibnu Katsir:

Artinya, “Dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, „Tidak ada
dosa yang lebih besar setelah syirik daripada mani yang ditempatkan seorang laki-
laki (berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak halal baginya,” (Ibnu Katsir,
Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azhim, [Kairo, Darul Hadits: 2003), Juz III, halaman 50).
Adapun berikut ini adalah argumertasi forum Munas NU 1981 dengan Kitab
Hikmatut Tasyri‟ wa Falsafatuh sebagai rujukan:

Artinya, “Siapa saja yang beriman kepada Allah SWT dan hari kiamat, maka
janganlah sekali-kali berzina dengan istri sesamanya.‟” (Ali Ahmad Al-Jurjawi,
Hikmatut Tasyri‟ wa Falsafatuh, [Beirut, Darul Fikr: 1998), juz II, halaman 25).

7
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN

Bayi tabung merupakan suatu proses pembuahan sel telur oleh sel sperma di luar
tubuh sang wanita: in vitro ("di dalam gelas kaca"). Bayi tabung pada dasarnya merupakan
bayi hasil konspsi (dari pertemuan antara sel telur dan sperma) yang dilakukan dalam
sebuah tabung yang dipersiapkan sedemikian rupa di laboratorium. Proses pembuatan bayi
tabung mula-mula dengan suatu alat khusus semacam alat untuk laparoskopi dilakukan
pengambilan sel telur dari wanita yang baru saja mengalami ovulasi. Kemudian sel telur
yang diambil tersebut dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang
suasananya dibuat persis seperti dalam rahim. Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut
dipelihara beberapa saat dalam tabung tersebut sampai pada suatu saat tertentu akan
dicangkokan ke dalam rahim wanita tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu akan
tumbuh sebagaimana layaknya di dalam rahim wanita.
Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri
yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya
mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana
kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan
lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan. Melalui
metode bayi tabung, istri memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan keberhasilan
kehamilan dan memiliki bayi yang sehat.
3.2 SARAN
Pemerintah hendaknya mengizinkan, melayani, dan membantu keberhasilan dalam
proses serta permintaan bayi tabung dengan sel sperma dan ovum suami istri yang sah
(tanpa ditransfer ke dalam rahim wanita lain atau ibu titipan) dan sesuai dengan aturan
agama, serta pemerintah hendaknya melarang keras dan juga memberi hukuman terhadap
dokter dan siapapun yang melakukan inseminasi buatan pada manusia dengan sperma
dan/atau ovum donor.

8
DAFTAR PUSTAKA

Alhafiz Kurniawan. 5 Desember 2020. Hukum Bayi Tabung:


https://islam.nu.or.id/post/read/125300/hukum-bayi-tabung Diakses pada tanggal 06 April 2021
Darwis, N. (no date) „Program Bayi Tabung Dalam Perspektif Sosiologis, Hukum Islam Dan
Hukum Adat‟.
Jitek, A. (2016) „kata pengantar‟, Jurnal Ilmiah Teknosains, 2(1/Mei), pp. 15–20. doi:
10.26877/jitek.v2i1/mei.1006.
Masalah, A. L. B., Hrm, P. and Resource, H. (2001) „BAB I PENDAHULUAN A. LATAR
BELAKANG MASALAH Penelitian‟, pp. 1–9.
Meri, S. (2015) „Tinjauan yuridis terhadap ...meri hani saputri ,f. hukum, ump 2015‟.
Darwis, N. (no date) „Program Bayi Tabung Dalam Perspektif Sosiologis, Hukum Islam Dan
Hukum Adat‟.
Jitek, A. (2016) „kata pengantar‟, Jurnal Ilmiah Teknosains, 2(1/Mei), pp. 15–20. doi:
10.26877/jitek.v2i1/mei.1006.
Masalah, A. L. B., Hrm, P. and Resource, H. (2001) „BAB I PENDAHULUAN A. LATAR
BELAKANG MASALAH Penelitian‟, pp. 1–9.
Meri, S. (2015) „Tinjauan yuridis terhadap ...meri hani saputri ,f. hukum, ump 2015‟.

Anda mungkin juga menyukai