Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Keperawatan
Dosen Pengajar :
Hj Ns Rosmiati, S.Kep., M.Pd
disusun oleh :
1. Alfi Fadilah
2. Andini zharfa Asmarani
3. Bambang Erik Irawan
4. Desry
5. Herni Oktriani
6. Julia Putri
7. Risa Lutfiatul Rohimah
8. Riza Nuraeni Putri
9. Sukmara Aji Falah
10. Tiara Cahya Rinukti
11. Sultan Al Adami Pradana
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB 1 ............................................................................................................................................. 1
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah.................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat.................................................................................................................................. 2
1.4.1 Manfaat teoritis ............................................................................................................... 2
1.4.2 Manfaat praktis ............................................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
2.1 Definisi Bayi Tabung ....................................................................................................... 3
2.2 Prosedur Bayi Tabung ...................................................................................................... 3
2.3 Aspek Bayi Tabung .......................................................................................................... 4
BAB III……………………………………………………………………………………………8
PENUTUP………………………………………………………………………………………...8
3.1 Simpulan…………………………………………………………………………………….8
3.2 Saran………………………………………………………………………………………...8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………..9
ii
BAB I
PEMBAHASAN
1
1.2 Rumusan masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tata cara atau prosedur pelaksanaan teknik bayi tabung Menjalani prosedur IVF
umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, hanya rasa tidak nyaman. Meski tidak
menyakitkan, pasangan yang ingin menjalani prosedur ini akan disarankan untuk
mempertimbangkan lebih dulu rencana mereka. Berbagai hal penting sebagai
pertimbangan:
a. Total waktu yang dibutuhkan untuk menjalani proses ini sekitar 2 (dua) minggu.
b. Kemungkinan keberhasilan antara 45% - 50% bagi pasangan usia di bawah 35
(tiga puluh lima) tahun dan 20% - 25% bagi pasangan usia 40 (empat puluh)
tahun.
c. Ada kemungkinan gagal.
d. Biaya yang tidak sedikit.
3
e. Kemungkinan hamil dan melahirkan bayi kembar. Dokter akan menekankan
kemungkinan ini dengan menggunakan teknologi Blastosis.
Untuk memaksimalkan keberhasilan proses bayi tabung, dibutuhkan sel telur yang
berkualitas, sekurang-kurangnya dibutuhkan 8 (delapan) sel telur. Untuk itu dilakukan
pengobatan dengan obat hormonal untuk memacu ovarium agar menghasilkan sejumlah
folikel dan sel telur yang cukup. Pengobatan ini dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Long protocol (agonist) yaitu proses pemberian obat hormonal yang dilakukan
dengan cara menutup siklus menstuasi normal sebelum dimulai pengobatan, yang
butuh waktu sampai 6 (enam) minggu. Setelah itu baru dimulai masa merangsang
ovarium untuk menghasilkan folikel dan telur.
2. Short protocol (antagonist) yaitu proses pengobatan yang mengikuti siklus
normal. Proses ini lebih cepat, sekitar 2 (dua) minggu sejak dimulai pengobatan
yang diberikan.
Keduanya mempunyai tingkat keberhasilan yang sama, yang membedakan hanyalah
adanya indikasi medis.
Mengingat tingkat keberhasilan program bayi tabung di Indonesia masih rendah,
maka pasangan suami istri yang dapat megikuti program bayi tabung haruslah memenuhi
beberapa persyaratan tertentu, baik dari segi kesiapan mental/spiritual, medis maupun segi
finansial. Walaupun program bayi tabung merupakan hak bagi pasangan suami istri yang
mandul (infertil), namun tidak semua dapat mengikuti program tersebut (Meri, 2015).
4
sah. Jangan sampai sperma berasal dari bank sperma atau ovum pendonor. Sementara
untuk kasus, sperma atau ovum berasal dari suami istri tapi ditanamkan dalam rahim
wanita lain atau kerap sekali dinamakan pinjam Rahim, masih banyak yang
mempertentangkan. Tetapi sebenarnya UU kesehatan no.36 tahun 2009, pasal 127
ditegaskan bahwa kehamila diluar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya
terakhir untuk membantu suami istri mendapatkan keturunan, tetapi upaya kehamian
tersebut haya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah yaitu : hasil
pembuahan sperma dan ovum berasal dari pasangan suamiistri tersebut, untuk
kemudian ditanamkan dalam Rahim si istri.
Program bayi tabung pada dasarnya tidak sesuai dengan budaya dan tradisi
ketimuran kita. Pelaksanaan bayi tabung masih sangat bertolakbelakang dengan
kehidupan sosial dan budaya di Indonesia. Status anak adalah hal yang sangat
penting dan akan berpengaruh pada kehidupannya kelak. Sedangkan pada
inseminasi buatan (bayi tabung), anak akan memiliki status seperti anak pada
umumnya, jika pelaksanaan bayi tabung mengikuti peraturan- peraturan yang
berlaku. Di Indonesia sendiri bila dipandang dari segi etika, pembuatan bayi
tabung tidak melanggar, tapi dengan syarat sperma dan ovum berasal dari
pasangan yang sah. Jangan sampai sperma berasal dari bank sperma, atau ovum
dari pendonor. Banyak negara-negara yang menggunakan teknik bayi tabung
seperti negara Inggris untuk mengatasi terjadinya kemandulan. Namun di
Indonesia jarang sekali adanya teknik tersebut. Hal ini kemungkinan besar
banyaknya biaya yang akan dikeluarkan maupun kesuksesan dalam praktek bayi
tabung akan berjalan lancar.
Baik dari perspektif sosial maupun budaya akan merusak keestetikan suatu
agama. Dalam perspektif budaya, dengan adanya teknik reproduksi buatan
(bayitabung) akan menimbulkan adanya kebiasan budaya dalam suatu daerah. Hal
ini hanya semata- mata untuk kepentingan manusia saja dan merupakan
pelanggaran dalam budaya apabila hal ini masih dilakukan. Hal ini disebabkan
karena jika ini dilakukan dan dilegalkan maka akan terjadi perdagangan bayi
secara ilegal, para wanita tidak membutuhkan seorang laki- laki sebagai pasangan
hidupnya, akan menguntungkan sebagian pihak saja. Apabila seorang manusia
melanggar hal tersebut, maka manusia tersebut dapat dikatakan sebagai manusia
yang tidak beretika dan melanggar norma- norma batasan agama yang telah
ditetapkan. Baik dari perspektif sosial maupun budaya akan merusak keestetikan
suatu agama.
2.3.3 Bayi Tabung dari Sisi Hukum
5
cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan
ketentuan :
a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami isteri yang bersangkutan
ditanam dalam rahim isteri darimana ovum berasal.
b. Dilakukan oleh tenaga Kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan itu.
c. Pada fasilitas pelayanan Kesehatan tertentu.
Jadi, pada dasarnya sperma dan ovum dalam upaya kehamilan melalui
bayi tabung adalah milik suami istri yang sah yang pembuahannya dilakukan di
luar rahim. Hal ini dilakukan oleh para pasangan suami-istri yang sperma dan
ovumnya sulit melakukan pembuahan di dalam rahim. Sehingga harus dilakukan
pembuahan di luar rahim dengan bantuan tenaga kesehatan dan teknologi yang
ada. Kemudian hasil pembuahan tersebut ditanamkan kembali ke rahim istri dari
mana ovum itu berasal. Jadi, anak atau bayi hasil pembuahan melalui bayi tabung
ini adalah anak kandung suami istri itu sendiri.
Dengan demikian, anak hasil bayi tabung dalam hukum waris termasuk ke
dalam ahli waris golongan I yang diatur dalam Pasal 852 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yaitu:
“Anak-anak atau keturunan-keturunan, sekalipun dilahirkan dan berbagai
perkawinan, mewarisi harta peninggalan para orangtua mereka, kakek dan nenek
mereka, atau keluarga-keluarga sedarah mereka selanjutnya dalam garis lurus ke
atas, tanpa membedakan jenis kelamin atau kelahiran yang lebih dulu.”
Jadi, hukum waris yang berlaku bagi anak hasil bayi tabung adalah sama
dengan hukum waris yang berlaku terhadap anak kandung.
Hukum bayi tabung dari sisi agama tidak dapat dijawab dengan hukum
tunggal, yaitu mubah atau haram. Para Munas NU 1981 merinci hukum bayi
tabung dengan tiga rincian kasus berbeda.
Pertama, apabila mani yang ditabung dan yang dimasukkan ke dalam rahim
wanita tersebut ternyata bukan mani suami istri, maka hukumnya haram.
Kedua, Apabila mani yang ditabung tersebut mani suami istri, tetapi cara
mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram.
Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani suami istri dan cara
mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim
istrinya sendiri, maka hukumnya boleh.
Adapun yang dimaksud dengan “Mani muhtaram ialah mani yang keluar
atau dikeluarkan dengan cara tidak dilarang oleh syara‟. Sedang mani bukan
muhtaram ialah selain yang tersebut di atas.” (PBNU, 2011 M: 370). Putusan
6
forum Munas NU 1981 ini didasarkan pada hadits yang dikutip dari Tafsir Ibnu
Katsir dan Kitab Hikmatut Tasyri‟ wa Falsafatuh. Berikut ini adalah kutipan
hadits dari Tafsir Ibnu Katsir:
Artinya, “Dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, „Tidak ada
dosa yang lebih besar setelah syirik daripada mani yang ditempatkan seorang laki-
laki (berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak halal baginya,” (Ibnu Katsir,
Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azhim, [Kairo, Darul Hadits: 2003), Juz III, halaman 50).
Adapun berikut ini adalah argumertasi forum Munas NU 1981 dengan Kitab
Hikmatut Tasyri‟ wa Falsafatuh sebagai rujukan:
Artinya, “Siapa saja yang beriman kepada Allah SWT dan hari kiamat, maka
janganlah sekali-kali berzina dengan istri sesamanya.‟” (Ali Ahmad Al-Jurjawi,
Hikmatut Tasyri‟ wa Falsafatuh, [Beirut, Darul Fikr: 1998), juz II, halaman 25).
7
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Bayi tabung merupakan suatu proses pembuahan sel telur oleh sel sperma di luar
tubuh sang wanita: in vitro ("di dalam gelas kaca"). Bayi tabung pada dasarnya merupakan
bayi hasil konspsi (dari pertemuan antara sel telur dan sperma) yang dilakukan dalam
sebuah tabung yang dipersiapkan sedemikian rupa di laboratorium. Proses pembuatan bayi
tabung mula-mula dengan suatu alat khusus semacam alat untuk laparoskopi dilakukan
pengambilan sel telur dari wanita yang baru saja mengalami ovulasi. Kemudian sel telur
yang diambil tersebut dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang
suasananya dibuat persis seperti dalam rahim. Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut
dipelihara beberapa saat dalam tabung tersebut sampai pada suatu saat tertentu akan
dicangkokan ke dalam rahim wanita tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu akan
tumbuh sebagaimana layaknya di dalam rahim wanita.
Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri
yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya
mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana
kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan
lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan. Melalui
metode bayi tabung, istri memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan keberhasilan
kehamilan dan memiliki bayi yang sehat.
3.2 SARAN
Pemerintah hendaknya mengizinkan, melayani, dan membantu keberhasilan dalam
proses serta permintaan bayi tabung dengan sel sperma dan ovum suami istri yang sah
(tanpa ditransfer ke dalam rahim wanita lain atau ibu titipan) dan sesuai dengan aturan
agama, serta pemerintah hendaknya melarang keras dan juga memberi hukuman terhadap
dokter dan siapapun yang melakukan inseminasi buatan pada manusia dengan sperma
dan/atau ovum donor.
8
DAFTAR PUSTAKA