Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

PELAYANAN KLIEN DAN KELUARGA YANG AKAN MENJALANI PROGR

BAYI TABUNG

Dosen Pengampu :

Ida Farida M.Kes

Dosen Pembimbing :

Dra. Yuyun Rani M.Kes

Disusun oleh :

P17320320051 Chindy Anzellica


P17320320064 Mochammad Reynanda Pramana Putra
P17320320075 Riham Siti Rahmah
P17320320077 Rusmiyanti
P17320320078 Sahra Sahira
P17320320079 Salsabila Muzahidah
P17320320082 Siti Fatimah Gandasari

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

2020-2021
KATA PENGANTAR

Puja puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pelayanan Klien dan Keluarga yang Akan Menjalani Program Bayi Tabung”. Atas izin-Nya
lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Etika Keperawatan di program
studi Keperawatan Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung. Selain itu, kami juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang program bayi
tabung.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ida Farida M.Kes selaku dosen
penanggung jawab dan Ibu Dra. Yuyun Rani M.Kes selaku dosen pembimbing. Tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami terima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................i

Daftar Isi ...............................................................................................................ii

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan ................................................................................2

Bab 2 Pembahasan

2.1 Pengertian Bayi Tabung .........................................................................3


2.2 Prosedur Pelaksanaan Program Bayi Tabung ........................................4
2.3 Analisis Resiko Program Bayi Tabung ..................................................9
2.4 Hukum Pelaksanaan Program Bayi Tabung ...........................................10

Bab 3 Penutup

3.1 kesimpulan .............................................................................................11


3.2 saran .......................................................................................................12

Daftar Pustaka ......................................................................................................15

Lampiran ...............................................................................................................16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran seorang anak dalam keluarga memberikan sebuah arti yang berbeda. Anak
merupakan penyambung keturunan, sebagai investasi masa depan, dan anak merupakan
harapan untuk menjadi sandaran di kala usia lanjut. Ia dianggap sebagai modal untuk
meningkatkan peringkat hidup sehingga dapat mengontrol status sosial orang tua. Anak
merupakan pemegang keistimewaan orang tua, waktu orang tua masih hidup, anak sebagai
penenang dan sewaktu orang tua telah meninggal, anak adalah lambang penerus dan lambang
keabadian. Anak mewarisi tanda-tanda kesamaan dengan orang tuanya, termasuk ciri khas,
baik maupun buruk, tinggi, maupun rendah. Anak adalah belahan jiwa dan potongan daging
orang tuanya.

Begitu pentingnya kehadiran seorang anak di dalam keluarga sehingga setiap pasangan
suami-istri selalu menginginkan kehadirannya. Tetapi, pada kenyataannya tidak semua
pasangan suami-istri dapat memperoleh keturunan secara normal. Banyak ditemui di
lapangan bahwa, setelah sekian lama menikah pasangan suami-istri belum juga mendapatkan
keturunan walaupun sudah berusaha dengan berbagai cara.

Dewasa ini, ilmu dan teknologi di bidang kedokteran mengalami perkembangan yang
sangat pesat serta memberikan dampak positif bagi manusia yaitu dengan ditemukannya cara-
cara baru dalam memberi jalan keluar bagi pasangan suami-istri yang tidak dapat
memperoleh anak secara alami yang dalam istilah kedokteran disebut dengan Fertilisasi In
Vitro atau lebih populer dengan istilah Bayi Tabung.

B. Analis situasi
1. Sepasang suami istri yang melakukan hubungan seks secara rutin tetapi tidak kunjung
2. 1. Menikah perbedaan usia jauh
3. 3. Sel seperma suami yang kurang bagus sehingga ga bisa mencapai ovum si cwe
(sebelum sampe ovum udah mati)
4. 5. Gangguan Endometriosis
5. 6. pasien mengalami gangguan kista

1
C. Tujuan
a. Umum
a) Agar mahasiswa dan mahasiswi dapat memahami cara menerapkan etika yang baik
kepada kelain atau pasien yang akan melakukan program bayi tabung.
b) Untuk mencapai pencapaian dari program bayi tabung.

b. Khusus
a) Membantu mahasiswa dan mahasiswi untuk memahami program bayi tabung.
b) Membantu mahasiswa dan mahasiswi untuk mengetahui prosedur program bayi
tabung.
c) Untuk mempelajari tujuan dari program bayi tabung.
d) Mengetahui dan memahami hukum-hukum akan melakukannya program bayi
tabung.
e) Memahami bagaimana resiko melakukannya program bayi tabung.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bayi Tabung

Secara bahasa Fertilisasi In Vitro terdiri dari dua suku kata yaitu Fertilisasi dan In Vitro.
Fertilisasi berarti pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria, In Vitro berarti di luar
tubuh. Dengan demikian, fertilisasi in vitro berarti proses pembuahan sel telur wanita oleh
spermatozoa pria (bagian dari proses reproduksi manusia), yang terjadi di luar tubuh.
Assisted Reproductive Technology atau yang popular dengan teknologi bayi tabung
merupakan aplikasi teknologi dalam bidang reproduksi manusia. Bayi tabung dalam bahasa
kedokteran disebut In Vitri Fertilization (IVF). In vitro berasal dari bahasa latin yang berarti
di dalam sedangkan fertilization adalah bahasa inggris yang memiliki arti pembuahan. Jadi,
bayi tabung adalah suatu upaya untuk memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan
sel sperma dan sel telur sehingga terjadi pembuahan dalam suatu wadah atau cawanpetri
(semacam mangkuk kaca berukuran kecil) khusus yang hal ini dilakukan oleh petugas medis.
Mungkin karena proses pembuahan tersebut terjadi di cawan kaca (seolah seperti tabung),
akhirnya masyarakat mengenalnya sebagai pengertian bayi tabung (Nurjannah, 2017).

Bayi tabung merupakan suatu teknologi reproduksi berupa teknik pembuahan sel telur
(ovum) di luar tubuh wanita. Prosessnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara
hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah
medium cair. Awal berkembangnya teknik ini bermula dari ditemukannya teknik pengawetan
sperma. Sperma bisa tertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan
dalam cairan nitrogen pada tempratur -321 derajat Fahrenheit (Nurjannah, 2017).

Sebagian penyebab infertilitas dapat diatasi dengan pengobatan maupun operasi,


sedangkan infertilitas yang disebabkan karena kegagalan inseminasi, pembuahan, fertilitas,
kehamilan, persalinan dan kelahiran hidup normal, ternyata dapat diatasi dengan cara buatan
(artificial). Cara-cara tersebut antara lain: Inseminasi buatan (artificial insemination/AI),
pembuahan dalam (artificial conception/AC), penyuburan/pembuahan dalam (in vitro
fertilitzation/IVF), pemindahan janin/penanaman janin (embriyo transfer/embriyo
transplant/ET).

3
Hakikatnya proses bayi tabung bertujuan untuk membantu pasangan suami istri yang
tidak mampu melahirkan keturunan secara alami yang disebabkan karena ada kelainan pada
tubanya, yaitu: endometriosis (radang pada selaput lendir rahim), oligospermia (sperma
suami kurang baik), unexplained infertility (tidak dapat diterangkan sebabnya) dan adanya
faktor immunologic (faktor kekebalan). Ternyata proses bayi tabung ini mampu memberikan
salah satu solusi bagi pasangan suami-istri dalam memperoleh keturunan pada perkawinan
yang sah menurut peraturan yang berlaku. Pada mulanya program fertilisasi in vitro ini dapat
diterima olek khalayak umum, namun mulai dipertentangkan. Banyak pihak yang pro dan
kontra dengan program ini, sedangkan persoalan lainnya pada bidang hukum, dikarenakan
belum tersedianya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kedudukan hukum
anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung.

B. Pelaksanaan Program Bayi Tabung

Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita Jakarta adalah rumah sakit pertama yang
mengembangkan teknologi bayi tabung di Indonesia. Selanjutnya Rumah Sakit Umum Dr.
Cipto Mangunkusumo juga mengembangkan teknologi ini, sehingga kedua rumah sakit
tersebut ditunjuk sebagai pusat pelayanan dan penelitian bayi tabung di Indonesia.
Penunjukan kedua rumah sakit tersebut adalah didasarkan kepada Instruksi Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 379/MENKES/INST/VIII/1990 tentang Program
Pelayanan Bayi Tabung.

Adapun pertimbangan dikeluarkannya instruksi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bahwa program pelayanan bayi tabung memerlukan investasi yang sangat mahal,
baik ditinjau dari institusi pelayanan maupun dari segi pasien, oleh karena itu
program pelayanan bayi tabung belum merupakan prioritas di Departemen
Kesehatan;
2. Bahwa untuk menjamin pelayanan bayi tabung yang bermutu perlu diadakan
akreditasi terlebih dahulu terhadap sarana dan prasarana;
3. Bahwa program pelayanan bayi tabung mempunyai berbagai aspek baik
menyangkut moral, etika, hukum dan agama sehingga masih memerlukan
pengkajian lebih dalam, oleh karena itu perlu pengendalian terhadap program
tersebut.

4
Berdasarkan persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh Tim Medis Program Melati
Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita Jakarta, maka pasangan suami istri yang dapat
mengikuti pembuahan dan pemindahan embrio adalah pasangan suami istri yang memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:

1. Perkawinan yang sah


2. Sebaiknya usia isteri kurang dari 40 tahun
3. Mengetahui resiko kegagalannya
4. Melakukan pemeriksaan lengkap
5. Sudah dilakukan penanganan secara konvensional,tetapi tidak juga berhasil hamil
6. Sebaiknya jumlah sel-sel sperma (5-20 juta/cc), pergerakan dan bentuknya
mencukupi.

Latar belakang dilakukannya bayi tabung dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

b. Faktor pria
 Gangguan pada saluran keluar spermatozoa.
 Kelumpuhan fisik yang menyebabkan pria tidak mampu melakukan hubungan
seksual (misalnya kelumpuhan pada bagian pinggang ke bawah setelah terjadi
kecelakaan).
 Sangat terbatasnya jumlah spermatozoa yang mampu membuahi sel telur
(yang memiliki bentuk tubuh spermatozoa normal dan bergerak secara aktif).
 Hal lain yang masih belum dapat dijelaskan secara ilmiah.
c. Faktor wanita
 Gangguan pada saluran reproduksi wanita (seperti pada perlengketan atau
sumbatan tuba).
 Adanya antibodi abnormal pada saluran reproduksi wanita, sehingga
menyebabkan spermatozoa pria yang masuk ke dalamnya tidak mampu
bertahan hidup.
 Hal lain yang masih belum dapat dijelaskan secara ilmiah.

Proses pelaksanaan bayi tabung dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :

a. Tahap stimulasi/perangsangan produksi sel telur matang

5
Salah satu penyebab sulitnya seorang wanita memiliki anak, adalah kegagalan ovarium
dalam menghasilkan sel telur matang yang siap untuk dibuahi oleh spermatozoa. Kerja sistem
reproduksi senantiasa dipengaruhi oleh kadar hormon reproduksi. Kadar hormon reproduksi
senantiasa berubah, sesuai dengan proses yang terjadi dalam siklus ovulasi dan organ
reproduksi wanita, seperti proses produksi dan pematangan sel telur dalam ovarium, maupun
penebalan dinding dalam rahim.

Pada tahap awal dari proses bayi tabung, dokter akan memberikan pengobatan yang
berguna untuk menciptakan kadar hormon seks/reproduksi yang sesuai demi tercapainya
proses ovulasi sel telur matang pada istri. Dengan berbekal pengetahuan tentang kadar
hormon yang sesuai dalam siklus produksi dan pelepasan sel telur matang, dokter akan
memberikan obat dan memantau efek obat secara kontinu pada istri.

b. Tahap pengambilan sel telur matang dan ovarium wanita dan spermatozoa pria

Penilaian kematangan sel telur dilakukan dengan menggunakan deteksi USG. Untuk lebih
memastikan, terkadang dokter juga melakukan perhitungan kadar hormon estrogen dalam
darah suami atau istri. Kadar hormon estrogen yang mencapai nilai minimal 200 pg/ml,
menunjukkan folikel sel telur yang telah matang. Prosedur pengambilan sel telur yang telah
matang/ovum pick up suami atau istri akan dilakukan dalam ruang operasi. Tentunya suami
atau istri akan dibius total saat prosedur ini dilakukan.

Teknik yang biasa dilakukan oleh dokter untuk melakukan ovum pick up, adalah
Transvaginal Directed Oocyte Recavery. Dengan teknik ini dokter akan melakukan
pengambilan sel telur dari ovarium di bawah panduan gambar yang dihasilkan oleh alat USG.
Sperma yang mengandung spermatozoa suami diambil melalui masturbasi atau prosedur
pengambilan khusus diruang operasi. Selanjutnya, spermatozoa yang terkandung dalam
sperma, akan dipisahkan dari kandungan bahan-bahan sperma lainnya. Setelah proses
pemurnian ini selesai, spermatozoa yang memiliki kualitas baik, akan dipertemukan dengan
sel telur matang untuk proses pembuahan.

c. Tahap pembuahan sel telur oleh spermatozoa di laboratorium

Inilah tahap yang dinanti oleh spermatozoa dan sel telur untuk bertemu. Di dalam sebuah
tempat khusus yang menjamin nutrisi, serta sterilitas, spermatozoa dan sel telur
dipertemukan. Sebanyak + 20.000 spermatozoa pria, ditempatkan bersama-sama dengan sel
telur matang wanita dalam sebuah cawan khusus. Dengan melakukan hal ini, para ahli medis

6
mengharapkan terjadinya proses pembuahan sel telur oleh spermatozoa dalam waktu 17-20
jam pasca pengambilan sel telur dari ovarium istri.

Setelah terjadinya pembuahan, embriologis dan dokter ahli kesuburan akan melakukan
pengawasan khusus terhadap perkembangan embrio. Embrio yang dinilai berkembang
dengan baik akan diberitahukan kepada pasangan suami istri untuk segera ditanamkan dalam
rahim. Biasanya embrio yang baik akan terlihat berjumlah 8-10 sel pada saat ditanamkan
dalam rahim.

d. Tahap pencangkokan embrio ke dalam Rahim

Embrio yang dinilai berkualitas baik, akan segera ditanamkan pada hari ke-2, ke-3, atau
hari ke-5 pasca pengambilan sel telur. Pilihan hari ditanamkannya embrio, disesuaikan
dengan hasil penilaian kualitas embrio pada hari-hari tersebut. Sebelum melakukan
penanaman embrio, dokter akan menunjukkan hasil perkembangan hasil embrio dan
mendiskusikannya dengan pasangan suami istri. Salah satu hal yang terpenting dalam diskusi
dengan dokter, adalah mendiskusikan jumlah embrio yang akan ditanamkan.

Apabila jumlah embrio yang berhasil dihasilkan, lebih dari pada jumlah embrio yang
akan ditanamkan, maka sisa embrio akan disimpan beku untuk menjaga kemungkinan
ditanamkan dikemudian hari. Setelah mencapai kesepakatan mengenai jumlah embrio yang
ditanamkan, dokter akan segera melaksanakan tugasnya untuk menanamkan embrio dalam
rahim. Sama halnya dengan proses pengambilan sel telur dari ovarium istri, penanaman
embrio akan dilakukan dalam ruang khusus. Terjadi tidaknya kehamilan pasca penanaman
embrio, akan dipantau melalui kadar Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam darah.
Biasanya hal ini dilakukan apabila tidak terjadi menstruasi selama 16 hari.

Ada tujuh macam metode yang digunakan dalam bayi tabung, yaitu :

a. Sel sperma suami disuntikkan langsung ke sel telur (ovum) istri.

Sperma seorang suami diambil lalu diinjeksikan langsung pada tempat yang sesuai dalam
rahim sang istri sehingga sperma itu akan bertemu dengan sel telur yang dipancarkan sang
istri dan berproses dengan cara yang alami sebagaimana dalam hubungan suami istri.
Kemudian setelah pembuahan itu terjadi, dia akan menempel pada rahim sang istri. Cara ini

7
ditempuh, jika sang suami memiliki problem sehingga spermanya tidak bisa sampai pada
tempat yang sesuai dalam rahim.

b. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian
ditanamkan ke dalam rahim istri.

Sel sperma suami dan sel telur istrinya diambil dan keduanya diletakkan di dalam
saluran eksperimen (tabung), lalu diproses secara fisika hingga sel sperma suami mampu
membuahi sel telur istrinya di tabung eksperimen. Lantas, setelah pembuahan terjadi,
pada waktu yang telah ditentukan, sperma tersebut dipindahkan kembali dari tabung ke
dalam rahim istrinya sebagai pemilik sel telur, agar sel mani yang telah mengalami
pembuahan dapat melekat pada dinding rahim hingga ia berkembang dan memulai
kehidupannya seperti janin-janin lainnya. Pada akhirnya si istri dapat melahirkan bayi
secara alami. Anak itulah yang sekarang dikenal dengan sebutan bayi tabung. Metode ini
ditempuh, apabila si istri mandul akibat saluran fallopi tersumbat. Yakni, saluran yang
menghubungkan sel telur ke dalam rahim.

c. Sel sperma berasal dari donor, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian ditanamkan
ke dalam rahim istri

Sperma seorang lelaki (sperma donor) diambil lalu diinjeksikan pada rahim istri
sehingga terjadi pembuahan di dalam rahim, kemudian selanjutnya menempel pada
dinding rahim sebagaimana pada cara pertama. Metode digunakan karena sang suami
mandul, sehingga sperma diambilkan dari lelaki lain.

d. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari donor kemudian
ditanamkan ke dalam rahim istri

Pembuahan sel secara eksternal (di dalam tabung) yang berlangsung antara sel sperma
yang diambil dari suami dan sel telur yang diambil dari indung telur wanita lain yang
bukan istrinya (kini disebut donatur). Kemudian, pembuahan lanjutan diproses di dalam
rahim istrinya. Mereka menempuh metode kedua ini, ketika indung telur milik istrinya
mandul (tidak berproduksi), tapi rahimnya sehat dan siap melakukan pembuahan
(fertilisasi).

8
e. Sel sperma berasal dari donor, sel telur (ovum) berasal dari donor kemudian
ditanamkan ke dalam rahim istri

Pembuahan sel secara eksternal (di dalam tabung) yang berlangsung antara sel sperma
pria dan sel telur wanita yang bukan istrinya, kemudian pembuahan bertempat di dalam
rahim wanita lain yang telah bersuami (ada 2 wanita sukarelawan). Mereka menempuh
metode ketiga ini ketika indung telur wanita yang bersuami tersebut mandul, tapi
rahimnya tetap sehat, demikian pula suaminya juga mandul. Kedua pasangan suami istri
yang mandul ini sangat menginginkan anak.

f. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian
ditanamkan ke dalam rahim wanita lain (rahim sewaan)

Pembuahan sel secara eksternal (di dalam tabung) antara 2 bibit sel milik suami-istri,
lalu proses pembuahannya dilangsungkan di dalam rahim wanita lain yang siap
mengandung. Metode keempat ini ditempuh, ketika pihak istri tidak mampu hamil karena
ada kendala di dalam rahimnya, tetapi indung telurnya tetap sehat dan bereproduksi atau
ia tidak mau mengandung dan meminta wanita lain supaya mengandung anaknya.

g. Sel sperma berasal dari suami, sel telur (ovum) berasal dari istri kemudian
ditanamkan ke dalam rahim istri lainnya

Pelaksanaan metode ketujuh ini sama dengan metode keenam, hanya saja wanita yang
ditunjuk sebagai sukarelawan yang bersedia mengandung itu adalah istri kedua dari suami
wanita pemilik sel telur, sehingga istri kedua yang mengalami kehamilan dan proses
pembuahan. Metode ketujuh ini tidak berlaku di negara-negara yang hukumnya melarang
poligami dan hanya berlangsung di negara-negara yang melegalisasi poligami.

C. Analis Risiko Dalam Program Bayi Tabung

Proses atau program bayi tabung merupakan hasil perkembangan pengetahuan dan
teknologi dalam bidang medis. Tetapi tetap memiliki resiko yang cukup fatal. Karena itu ada
baiknya pasangan suami istri yang memutuskan untuk menjalani bayi tabung mengetahui
atau sebaiknya mempertimbangkanya sebelum benar-benar melakukan prgram ini. ada
banyak resiko yang cukup fatal bila mengambil program ini. salah satunya adalah saat proses
mengambil sel telur.

9
Saat melakukan pengambilan sel telur bisa saja terjadi yang namanya infeksi, atau bahkan
pendarahan yang bisa saja menyebabkan kerusakan pada bagian usus atau organ tubuh yang
lain. Selain itu juga ada beberapa resiko lainya, seperti:

1. Resiko yang diakibatkan oleh obat-obatan yang digunakan selama proses


menstimulasi ovarium, bisa mengakibatkan terjadinya sindrom hiperstimulasi
ovarium. Sindrom ini bisa berefek kembung, kram atau nyeri ringan. Bahkan juga
bisa mengakibatkan sembelit, penambahan berat badan sampai dengan rasa sakit yang
tak tertahankan terutama pada bagian perut. Tentu efek ini berbeda-beda. Efek berat
bahkan mengharuskan untuk ditangani rumah sakit
2. Risiko keguguran. Embrio yang ditanam dalam rahim juga tidak sepenuhnya tanpa
resiko, bisa saja mengalami yang namanya keguguran.
3. Karena embrio yang dimasukkan lebih dari satu, biasanya tiga. Maka bisa
menyebabkan adanya kehamilan kembar,
4. Berikutnya juga bisa menyebabkan kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah.
Karena itu biasanya saat bayi tabung telah ditanamkan, maka menjaganya benar-benar
harus dilakukan. Penjagaan wajib dilakukan secara intensif demi menghindari segala
hal yang bisa membahayakan kandungan.
5. Kehamilan ektopik atau di luar rahim bisa saja terjadi. Terutama bila rahim tidak
sepenuhnya sehat. Karena itu terkadang ada beberapa wanita yang memilih sewa
rahim atau menggunakan rahim perempuan lain untuk mengandung embrio hasil
penyatuan dari tabung.
6. Bayi terlahir dengan cacat fisik. sangat mungkin terjadi bila kondisi orang tua tidak
mampu memenuhi kebutuhan janin. Sehingga bisa melahirkan bayi cacat.
7. Tak bisa dipungkiri bahwa program bayi tabung bisa menyebabkan Stres. Karena
menjalani program ini sangat menguras tenaga, emosi dan keuangan. Biaya yang
harus dikeluarkan untuk program bayi tabung tidaklah murah.

D. Hukum Pelaksanaan Program Bayi Tabung

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa penciptaan janin terjadi dimulai dari
bertemunya sperma dengan sel telur yang merupakan proses alamiah yang bisa terjadi dalam
reproduksi manusia. Akan tetapi apabila terdapat gangguan pada proses reproduksi diatas,
maka tidak dapat terjadi pembuahan secara alamiah, sehingga memunculkan program
inseminasi buatan. Secara yuridis formal pelaksanaan inseminasi pembuatan Indonesia harus

10
selalu mengacu pada UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang-undang ini
menjelaskan Program inseminasi buatan harus dilakukan sesuai dengan norma hokum,
agama, kesusilaan, dan kesopanan. Undang-undang ini yang mengatur, dalam pelaksanaan
program inseminasi buatan di Indonesia tidak diizinkan menggunakan rahim milik wanita
yang bukan istrinya.

Selain UU No .36 Tahun 2009, pelaksanaan program bayi tabung di Indonesia, saat ini
juga mengacu para Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 37/Menkes/Per/II/1999 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Tekhnologi Reproduksi Buatan. Peraturan ini mengatur
penyelenggaraan tekhnologi reproduksi buatan (bayi tabung) hanya dapat dilakukan di
Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas A, B, dan Rumah Sakit Umum Swasta Kelas Utama.
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan adalah, RSUP Dr. Cipto Mangkusumo,
RSAB Harapan Kita, dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Dalam pasal 4 disebutkan pelayanan
tekhnologi reproduksi buatan hanya dapat diberikan kepada pasangan suami-istri yang terikat
perkawinan yang sah dan sebagai upaya akhir untuk memperoleh keturunan, serta
berdasarkan suatu indikasi medik.

Majelis Ulama Indonesia, berdasarkan hasil komisi fatwa tanggal 13 juli 1979, telah
mengeluarjan fatwanya sebagai berikut. (1) Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari
pasangan suami istri yang sah hukumnya mubah (boleh), sebab hal ini termasuk ikhtiar
berdasarkan kaidah-kaidah agama. (2) Bayi tabung dari pasangan suami-istri dengan titipan
rahim sitri yang lain (misalnya dari siteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya
haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang
rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan
dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudianmelahirkannya, dan
sebaliknya). (3) Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal
dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab ini akan menimbulkan
masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam kaitannya
dengan hal kewarisan. (4) Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain
pasangan suami isteri yang sah hukumnya haram, karena itu setatusnya sama dengan
hubungan kelamin antar lawan jenis diluar pernikahan yang sah (zina), dan berasarkan kaidah
Saddaz-zari’ah, yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.

Secara gramatikal bisa diafsirkan bahwa yang diperoleh oleh hokum indonesia adalah
metode pembuahan sperma dan ovum dari suami sistri yang sah yang ditanamkan rahimistri

11
dari mana ovum berasal yang dikenal dengan metode inseminasibuatan. Dengan demikian,
metode James Hokkie Mariso, “Analis Yuridis Tentang Upaya Kehamilan Diluar Cara
Alamiah (inseminasi buatan) Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Tentang Program Pelayanan Bayi tabung , dikeluarkan Instruksi Menteri
Kesehatan. RI No. 379/Menkes/Inst?VIII?1990 tanggal 9 Agustus 1990. Adapun
pertimbangannyaadalah. (1) Bahwa program pelayanan bayi tabung memerlukan investasi
yang sangat mahal, baik ditinjau dari segi isntitusi pelayanan maupun dari segi pasien. (2)
Bahwa untuk menjamin pelayanan bayi tabung yang bermutu perlu diadakan akreditas
terlebih dahulu terhadap sarana dan prasarana. (3) Bahwa program peyanan bayi tabung
mempunyai berbagai aspek baik menyangkut moral, etika, hokum, dan agama yang masih
pengkajian lebih mendalam oleh karena itu perlu pengendalian terhadap program tersebut.

12
BAB  III

PENUTUP

A. Kesimpulan      

proses bayi tabung bertujuan untuk membantu pasangan suami istri yang tidak
mampu melahirkan keturunan secara alami yang disebabkan karena ada kelainan pada
tubanya, yaitu: endometriosis (radang pada selaput lendir rahim), oligospermia (sperma
suami kurang baik), unexplained infertility (tidak dapat diterangkan sebabnya) dan adanya
faktor immunologic (faktor kekebalan). Jenis bayi tabung yang dikembangkan di Indonesia
adalah jenis bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum berasal dari pasangan suami
isteri kemudian embrionya ditransplantasikan dalam rahim isteri.

Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sepasang suami isteri ini yaitu,
merupakan pasangan yang sudah sah, usia isteri < 40 tahun sebisa mungkin, mengetahui
risiko kegagalan /penyebab sulitnya mempunyai keturunan, melakukan pemeriksaan lengkap,
Sebaiknya jumlah sel-sel sperma (5-20 juta/cc), pergerakan dan bentuknya mencukupi.

Saat melakukan sesuatu pasti ada risikonya baik itu yang menguntungkan maupun
merugikan salah satunya saat melakukan pengambilan sel telur bisa saja terjadi yang
namanya infeksi, atau bahkan pendarahan yang bias saja menyebabkan kerusakan pada
bagian usus atau organ tubuh yang lain.

Pelaksanaan program bayi tabung di Indonesia di atur dalam Undang – Undang


Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Di dalam Undang – Undang tersebut diatur
bagaimana syarat yang harus dipenuhi guna mengikuti program tersebut. Syarat yang
duipergunakan tidak mudah karena ada parameter tertentu yang harus dipenuhi oleh pasangan
suami istri. Selain syarat, juga diatur masalah prosedur yang harus dijalankan oleh Rumah
Sakit penyelenggara dan pasangan suami istri, sehingga bayi yang dibuat dalam program
tersebut tidak melanggar etika yang berada di dalam masyarakat dan agama       

B. Saran

Saran dari kami sebagai individu adalah sebaiknya jangan melakukan inseminasi
buatan jikalau memang tidak diperlukan segera,lakukan dengan cara normal saja karena
tingkat keberhasilan juga sangat kecil. “Just Be Yourself Beauty And You Will Find The
World Full Of Beauty”.Jalankan inseminasi alamiah secara normal dalam ikatan pernikahan

13
tentunya,bersabarlah,karena orang yang dalam penantian akan disayang oleh Tuhan.Tuhan
Maha Pemberi dan Melihat,dengan kita terus bersabar,berdoa,berusaha,dan tawakal kepada
tuhan dalam menanti diberi anak,niscaya kita akan diberikan keturunan yang terbaik dimata
kita sendiri,keluarga,kerabat,masyarakat,serta Tuhan Yang Maha Esa

14
DAFTAR PUSTAKA

Isnawan, Fuadi. 2019. “Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan Bayi Tabung Menurut
Hukum Islam Dan Hukum Positif Indonesia” dalam Jurnal Kajian Agama, Sosial dan
Budaya : Volume 4 : Nomor 2. https://journal.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php/jf
Sondakh, Hizkia Rendy. 2015. “Aspek Hukum Bayi Tabung Di Indonesia” dalam Lex
Administratum : Volume III : Nomor 1.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/administratum/
Wasito, Bambang. dan Taufiq Hidayat. 2005. “Apa dan Bagaimana Fertilisasi Dengan
Bantuan”dalam Jurnal Kedokteran Yarsi 13 (1).
http://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jurnal-fk-yarsi
Zahrowati. 2017. “Bayi Tabung (Fertilisasi In Vitro) Dengan Menggunakan Sperma Donor
dan Rahim Sewaan (Surrogate Mother) dalam Perspektif Hukum Perdata”.
http://ojs.uho.ac.id

15

Anda mungkin juga menyukai