Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERKEMBANGAN HEWAN

“Bayi Tabung”
Dosen Pengampu : Drs. Sanusi Mulyadiharja, M.Pd.

Oleh:
Kadek Wirna Dewi Suaningsih (2013041022)
Jeni Henny Widiya Sijabat (2013041023)
Ni Wayan Wina Febri Lestari (2013041025)
Ni Luh Erawati (2013041030)
Yusnaida Eka Setiani (2013041035)

4B PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI DAN PERIKANAN KELAUTAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sang pencipta
alam semesta beserta isinya, Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana atas segala
limpahan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Perkembangan Hewan tentang “Bayi Tabung” ini dengan tepat waktu.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah suatu bentuk
tanggung jawab untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Hewan.

Penulis menyadari bahwa penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Tuhan.
Sehingga sangat wajar jika dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan
saran dalam upaya evaluasi diri.
Di samping masih banyaknya ketidak sempurnaan penulisan dan
penyusunan makalah. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat serta dapat menambah dan memperkaya wawasan ilmu pengetahuan bagi
penulis, dan pembaca.

Singaraja, 15 Mei 2022

Kelompok 1,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Pengertian Bayi Tabung..................................................................... 3

2.2 Sejarah Bayi Tabung.......................................................................... 3

2.3 Tujuan Bayi Tabung .......................................................................... 4

2.4 Macam-Macam Proses Bayi Tabung ................................................. 4

2.5 Cara Pembuatan Bayi Tabung ........................................................... 6

2.6 Dampak Melakukan Bayi Tabung ..................................................... 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13

3.1 Simpulan .......................................................................................... 13

3.2 Saran ................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang
alami pula (hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan Allah
untuk manusia. Setiap pasangan suami istri pasti mengharapkan hadirnya seorang
atau beberapa orang anak sebagai buah hati perkawinan mereka. Akan tetapi
pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena rusaknya atau
tertutupnya saluran indung telur (tuba Fallopii) yang membawa sel telur ke rahim,
atau karena sel sperma suami lemah sehingga tidak mampu menjangkau rahim istri.
Semua ini akan meniadakan kelahiran dan menghambat suami isti untuk
mendapatkan anak.

Dengan pesatnya kemajuan dibidang teknologi, kini banyak teknologi-


teknologi yang mampu menciptakan bermacam-macam produk hasil teknologi
yang berkualitas. Diantara produk teknologi mutakhir adalah di bidang biologi.
Salah satunya adalah bayi tabung untuk mengatasi permasalahan yang telah
diuraikan di atas. Pada dasarnya orang-orang memuji dengan kemajuan dibidang
teknologi tersebut, namun mereka belum tahu pasti apakah produk-produk hasil
teknologi itu dibenarkan menurut hukum agama. Oleh karena hal tersebut di atas,
maka dalam makalah ini Penulis akan menjelaskan lebih banyak mengenai bayi
tabung dan bagaimana menurut hukum Islam tentang bayi tabung tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan bayi tabung?
2. Bagaimankah sejarah bayi tabung di dunia?
3. Apa tujuan dilakukannya bayi tabung?
4. Apa saja macam-macam proses bayi tabung?
5. Bagaimana proses pembuatan bayi tabung?
6. Apa saja dampak dari melakukan bayi tabung?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian bayi tabung?
2. Untuk mengetahui sejarah bayi tabung di dunia?
3. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya bayi tabung?
4. Untuk mengetahui macam-macam proses bayi tabung?
5. Untuk mempelajari proses pembuatan bayi tabung?
6. Untuk mengetahui dampak dari melakukan bayi tabung?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bayi Tabung


Assisted Reproductive Technology atau yang populer dengan teknologibayi
tabung merupakan aplikasi teknologi dalam bidang reproduksi manusia. Bayi
tabung dalam bahasa kedokteran disebut In Vitri Fertilization (IVF). In Vitro
berasal dari bahasa Latin yang berarti di dalam sedangkan Fertilization adalah
Bahasa Inggris yang memiliki arti pembuahan. Jadi, bayi tabung adalah suatu upaya
untuk memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan sel spermadan sel
telur sehingga terjadi pembuahan dalam suatu wadah atau cawan petri (semacam
mangkuk kaca berukuran kecil) khusus yang hal ini dilakukan oleh petugas medis.
Mungkin karena proses pembuahan tersebut terjadi di cawan kaca (seolah seperti
tabung), akhirnya masyarakat mengenalnya sebagai pengertian bayi tabung
(Nurjannah, 2017).
Bayi tabung merupakan suatu teknologi reproduksi berupa teknik
pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari
mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium
dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. Awal berkembangnya
teknik ini bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa
bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan
nitrogen pada temperatur -321 derajat Fahrenheit (Nurjannah, 2017).

2.2 Sejarah Bayi Tabung


Tonggak sejarah bayi tabung diukir Profesor
Robert Edwards di Inggris pada 25 Juli 1978. Beliau
seorang dokter yang pada hari itu berhasil melahirkan
Louise Brown, bayi tabung pertama di dunia hasil
eksperimen Edwards dan rekannya, Patrick Steptoe.
Atas prestasi tersebut, Senin 4 Oktober, di Stockholm,
Swedia, Edwards dinyatakan sebagai peraih Nobel
pada kategori kesehatan. “Prestasi Edwards telah
membuka mata dunia bahwa ketidaksuburan atau kemandulan bisa diatasi. Sekitar
4 juta bayi telah dilahirkan dengan program bayi tabung itu. Hari ini, visi seorang
Robert Edwards menjadi nyata dan membawa kebahagiaan kepada seluruh
pasangan tidak subur di dunia." Begitulah bunyi pernyataan resmi komite
penyeleksi hadiah Nobel. Edwards sekarang berumur 85 tahun. Dia adalah profesor
emeritus di University of Cambridge. Sejak dekade 1950-an, dia sudah meneliti
berbagai hal soal reproduksi manusia. Buah penelitian tersebut melahirkan in-vitro
fertilization, nama resmi teknik bayi tabung. Lewat teknik itu, sel telur diambil, lalu
dibuahi di luar tubuh perempuan. Setelah pembuahan, sel tersebut ditanamkan
kembali ke Rahim (Zahra, 2013).
Kesuksesan perdana program bayi tabung yang dilakukan secara
konvensional/In Vitro Fertilization (IVF) dengan lahirnya Louise Brown membuat
program ini semakin diminati oleh negara-negara di dunia. Di Indonesia, sejarah
bayi tabung yang pertama dilakukan di RSAB Harapan Kita, Jakarta, pada tahun
1987. Program bayi tabung tersebut akhirnya melahirkan bayi tabung pertama di
Indonesia, yakni Nugroho Karyanto pada tahun 1988. Baru setelah itu mulai banyak
bermunculan kelahiran bayi tabung di Indonesia. Bahkan jumlahnya sudah
mencapai 300 anak (Zahra, 2013).

2.3 Tujuan Bayi Tabung


Program ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak
mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya
mengalami kerusakan permanen, atau jika pasangan suami istri memiliki penyakit
atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh
keturunan. Dalam kasus khusus, program ini digunakan oleh wanita lajang yang
ingin memperoleh keturunan tanpa harus mempunyai suami atau pasangan.
Kendala yang dialami meliputi:
• Penurunan kesuburan pada wanita di atas usia 40 tahun
• Saluran tuba yang tersumbat atau rusak
• Penurunan fungsi ovarium (bagian yang berfungsi memproduksi sel telur)
• Endometriosis (pertumbuhan jaringan lapisan rahim dalam di tempat abnormal)
• Fibroid rahim (pertumbuhan abnorma jaringan otot rahim)
• Infertilitas pria, seperti jumlah sperma yang rendah atau kelainan bentuk sperma.
2.4 Macam-Macam Proses Bayi Tabung
a. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Istri
Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami istri dari
pembuahan bakal anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan
tanpa persetubuhan. Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan
menguasai hukum alam yang terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita.
Dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini, maka bisa muncul
banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari kemajuan ilmu kedokteran
dibidang pro-kreasi manusia.
b. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak
Ada kemungkinan bahwa benih dari suami istri tidak bisa dipindahkan
ke dalam rahim sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan-
alasan lain. Dalam kasus ini, maka diperlukan seorang wanita lain yangdisewa
untuk mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini
ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan semua pihak
yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang
yang sangat besar. Suami istri bisa memilih wanita sewaanyang masih
muda, sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik.
c. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.
Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul;
dalam arti bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih
untuk pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang mandul itu harus dicarikan
penggantinya melalui seorang donor. Masalah ini akan menjadi lebih sulit
karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari orang lain. Pertama, apakah
pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain
sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau
wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi
dengan orang itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa
benihnya telah didonorkan. Masih banyak masalah lain lagi yang bisa muncul.
d. Munculnya Bank Sperma
Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank -
bank sperma. Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank
-bank tersebut. Bahkan orang bisa menjual belikan benih - benih itu dengan
harga yang sangat mahal misalnya karena benih dari seorang pemenang Nobel
di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank sperma adalah
akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah
menyimpannya dan memperdagangkannya seolah-olah benih manusia itu
suatu benda ekonomis.
Hukum bayi tabung pada manusia harus diklasifikasikan persoalannya
secara jelas. Bila dilakukan dengan sperma atau ovum suami istri sendiri,
baik dengan cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam
vagina, tuba palupi atau uterus isteri, maupun dengan cara pembuahannya di
luar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri;
maka hal ini dibolehkan, asal keadaan suami istri tersebut benar-benar
memerlukan proses inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami istri
tersebut memperoleh keturunan. Hal ini sesuai dengan kaidah ‘al hajatu tanzilu
manzilah al dharurat’ (hajat atau kebutuhan yang sangat mendesak
diperlakukan seperti keadaan darurat) (Yahya, 2003).

1. Proses bayi tabung sendiri diawali dengan konsultasi dan seleksi pasien,dimana
baik suami dan istri akan diperiksa sampai dengan ada indikasiuntuk mengikuti
program bayi tabung. Jika memang diindikasikan, baru bisa masuk dan
mengikuti program bayi tabung.
2. Melakukan stimulasi atau merangsang indung telur untuk memastikan
banyaknya sel telur. Secara alami sel telur memang hanya ada satu,
namundalam program bayi tabung, perlu lebih dari satu sel telur
untukmemperoleh embrio.
3. Proses bayi tabung yang ke tiga adalah pemantauan pertumbuhan folikelatau
cairan berisi sel telur di dalam indung telur melalui ultrasonografi.Pemantauan
pertumbuhan folikel ini bertujuan untuk melihat apakah seltelur sudah cukup
matang untuk dipanen atau belum. Baru kemudianmematangkan sel telur,
dengan cara menyuntikan obat agar siap dipanen.
4. Sel telur diambil untuk di proses di laboratorium. Pada hari yang sama,akan
dilakukan pengambilan sperma suami. Jika tidak ada masalah, pengambilan
dilakukan dengan cara bermasturbasi. Namun bila ditemukankendala, maka
akan dilakukan operasi pengambilan sperma melalui buah zakar.
5. Pembuahan atau fertilisasi di dalam media kultur di laboratorium,sehingga
menghasilkan embrio. Baru setelah embrio terbentuk, akandilakukan proses
transfer embrio kembali ke dalam rahim agar terjadikehamilan. Jika ada sisa
embrio lebih, maka akan disimpan untuk proseskehamilan berikutnya.
6. Proses terakhir adalah fase luteal untuk mempertahankan dinding Rahimdengan
memberikan Progesterone. Biasanya dokter akan memberi obatselama 15 hari
pertama untuk mempertahankan dinding rahim ibu agarterjadi kehamilan.
Setelah itu, dilakukan pemeriksaan apakah telah terjadikehamilan atau belum,
baik dengan pemeriksaan darah maupun USG (Hanafiah, 1999).

2.5 Cara Pembuatan Bayi Tabung


a. Proses bayi tabung sendiri diawali dengan konsultasi dan seleksi pasien,
dimana baik suami dan istri akan diperiksa sampai dengan ada indikasi
untuk mengikuti program bayi tabung. Jika memang diindikasikan, baru
bisa masuk dan mengikuti program bayi tabung.
b. Melakukan stimulasi atau merangsang indung telur untuk memastikan
banyaknya sel telur. Secara alami sel telur memang hanya ada satu, namun
dalam program bayi tabung, perlu lebih dari satu sel telur untuk memperoleh
embrio.
c. Proses bayi tabung yang ke tiga adalah pemantauan pertumbuhan folikel
atau cairan berisi sel telur di dalam indung telur melalui ultrasonografi.
Pemantauan pertumbuhan folikel ini bertujuan untuk melihat apakah sel
telur sudah cukup matang untuk dipanen atau belum. Baru kemudian
mematangkan sel telur, dengan cara menyuntikan obat agar siap dipanen.
d. Sel telur diambil untuk di proses di laboratorium. Pada hari yang sama, akan
dilakukan pengambilan sperma suami. Jika tidak ada masalah, pengambilan
dilakukan dengan cara bermasturbasi. Namun bila ditemukan kendala, maka
akan dilakukan operasi pengambilan sperma melalui buah zakar.
e. Pembuahan atau fertilisasi di dalam media kultur di laboratorium, sehingga
menghasilkan embrio. Baru setelah embrio terbentuk, akan dilakukan
proses transfer embrio kembali ke dalam rahim agar terjadikehamilan.
Jika ada sisa embrio lebih, maka akan disimpan untuk proses kehamilan
berikutnya.
f. Proses terakhir adalah fase luteal untuk mempertahankan dinding Rahim
dengan memberikan Progesterone. Biasanya dokter akan memberi obat
selama 15 hari pertama untuk mempertahankan dinding rahim ibu agar
terjadi kehamilan. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan apakah telah terjadi
kehamilan atau belum, baik dengan pemeriksaan darah maupun USG
(Hanafiah, 1999).

Gambar 1. Tahapan proses bayi tabung

2.6 Dampak Melakukan Bayi Tabung


a. Dampak Negatif
• Terjadinya stimulasi indung telur yang berlebihan memungkinkan
terjadinya penumpukan cairan di rongga perut dan memberikan
beberapa keluhan, seperti rasa kembung, mual, muntah, dan hilangnya
selera makan.
• Saat pengambilan sel telur dengan jarum menimbulkan risiko terjadinya
perdarahan, infeksi, dan kemungkinan jarum mengenai
kandung kemih, usus, dan pembuluh darah. Dengan persiapan yang
baik dan panduan teknologi ultrasonografi, keadaan tersebut umumnya
dapat dihindari.
• Risiko kehamilan kembar lebih dari 2 (dua) akan meningkat dengan
banyaknya embrio yang dipindahkan ke dalam rahim. Hal ini akan
memberikan risiko akan persalinan prematur yang memerlukan
perawatan lama. Dengan mempertimbangkan usia istri dan pembatasan
jumlah embrio yang akan dipindahkan ke dalam rahim dapat
mengurangi risiko tersebut.
• Risiko akan keguguran dan kehamilan di luar kandungan. Melalui
pemberian hormon dan pemindahan embrio dengan panduan
ultrasonografi, keadaan tersebut diharapkan tidak terjadi.
• Risiko lain yang timbul dapat berupa biaya yang dikeluarkan, kelelahan
fisik, dan stres emosional dalam menyikapi antara harapan dan
kenyataan yang terjadi selama mengikuti bayi tabung.
b. Dampak Positif
• Memberi harapan kepada pasangan pasutri yang lambat punya anak
atau mandul.
• Membantu orang lain yang mengidap penyakit.
• Mampu mengatasi permasalahan tidak kunjung memiliki anak bagi
penderita kelainan organ reproduksi ataupun lainnya
• Memberikan harapan bagi kesejahteraan umat manusia.
• Menghindari penyakit (seperti penyakit menurun/genetis, sehingga
untuk kedepan akan terlahir manusia yang sehat dan bebas dari penyakit
keturunan.
• Menuntut manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru.
• Tidak perlu melakukan hubungan suami istri berulang kali untuk
mendapatkan anak, melainkan hanya cukup memberikan sel telur dari
sang wanita dan sperma dari sang pria
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bayi tabung adalah
suatu upaya untuk memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan sel
sperma dan sel telur sehingga terjadi pembuahan dalam suatu wadah atau cawan
petri (semacam mangkuk kaca berukuran kecil) khusus.
Bayi tabung merupakan suatu teknologi reproduksi berupa teknik
pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari
mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium
dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.
Bayi tabung ini dapat memberikan dampak postif maupun dampak negatif,
namun hal tersebut tergantung pada kesesuaian proses yang dilakukan terhadap
SOP.

3.2 Saran

Sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang relevan.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, Jusuf. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta . EGC. Hasan,
M. Ali. 1995. Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah

Kontemporer Hukum Islam. Jakarta. Raja Grafindo Persada.


Mahjuddin. 1990. Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum
Islam Masa Kini. Jakarta. Kalam Mulia.

Nurjannah. 2017. Hukum Islam Dan Bayi Tabung (Analisis Hukum Islam
Kontemporer).(online).(http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/4008/1/NURJANNAH.pdf). Diakses pada 15 Mei 2022

Yahaya, A. S. 2003. Bayi Tabung Uji. (online).


(http://www.papisma.org/nota/fekah/testtube.pdf) Diakses pada 15
Mei 2022
Zahra, A. N. 2013. Bayi Tabung Dalam Pandangan Islam. (online).
(https://keperawatanreligionafifah.wordpress.com/2013/05/19/sejarah- bayi-
tabung-di-dunia/). Diakses pada 15 Mei 2022

Anda mungkin juga menyukai