Anda di halaman 1dari 12

TEKNOLOGI BAYI TABUNG DARI PANDANG AGAMA HINDU

OLEH:
KELAS A15-A
Dosen Fasilitator:
AA Gede Oka Widana, S.Pd.H., M.Pd.H.

Nama :
I Putu Duta Ryasa Ardana
213213296

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatnya-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Teknologi Bayi Tabung Dari Pandang Agama Hindu” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
bidang studi Pancasila Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Bayi Tabung Dari Pandang Agama Hindu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak AA Gede Oka Widana, S.Pd.H.,
M.Pd.H. selaku dosen fasilitator Program Studi Keperawatan Program Sarjana Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Denpasar, 26 Febuari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1..................................................................................................................................Lata
r Belakang..............................................................................................................1
1.2..................................................................................................................................Rum
usan Masalah..........................................................................................................1
1.3..................................................................................................................................Tuju
an Penulisan ..........................................................................................................1
BAB II
PEBAHASAN.....................................................................................................................2
2.1..................................................................................................................................Peng
ertian Bayi Tabung................................................................................................2
2.2..................................................................................................................................Bayi
Tabung dalam Hukum Nasional .........................................................................2
2.3..................................................................................................................................Pan
dangan Agama Hindu Mengenai Bayi Tabung .................................................3
BAB III
PENUTUP..........................................................................................................................7
3.1..................................................................................................................................Kesi
mpulan ...................................................................................................................7
3.2..................................................................................................................................Sara
n ..............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini bayi tabung menjadi topik kasus yang cukup serius. Hal ini terjadi lantaran
cita-cita pasangan suami-istri yang tidak bisa mempunyai keturunan secara alamiah buat
mempunyai anak tanpa melakukan adopsi. Dan jua menolong suami-istri yang mempunyai
penyakit atau kelainan yang menyebakan kemungkinan tidak memperoleh keturunan.
Metode bayi tabung yang dipelopori sejumlah dokter Inggris ini untuk pertama kali
berhasil menghadirkan bayi perempuan bernama Louise Brown pada tahun 1978. Sebelum
ditemukannya teknik bayi tabung, untuk menolong pasutri tak subur digunakan teknik
inseminasi buatan, yakni dengan cara penyemprotan sejumlah cairan semen suami ke dalam
rahim dengan bantuan alat suntik. Dengan cara ini diharapkan sperma lebih mudah bertemu
dengan sel telur. Sayang, tingkat keberhasilannya hanya 15%. Pada teknik bayi tabung atau in
vitro fertilization yang melahirkan Louis Brown, pertama-tama dilakukan perangsangan
indung telur sang istri dengan hormon khusus untuk menumbuhkan lebih dari satu sel telur.
Perangsangan berlangsung 5 - 6 minggu sampai sel telur dianggap cukup matang dan sudah
saatnya diambil. Selanjutnya, folikel atau gelembung sel telur diambil tanpa operasi,
melainkan dengan tuntunan alat ultrasonografi transvaginal (melalui vagina). Sementara
semua sel telur yang berhasil diangkat dieramkan dalam inkubator, air mani suami
dikeluarkan dengan cara masturbasi, dibersihkan, kemudian, kemudian diambil sekitar
50.000 - 100.000 sel sperma. Sperma itu ditebarkan disekitar seltelur dalam sebuah wadh
khusus di dalam laboratorium. Sel telur yang terbuahi normal, ditandai dengan adanya dua sel
inti, segera membelah menjadi embrio. Sampai dengan hari ketiga, maksimal empat embrio
yang sudah berkembang ditanamkan ke rahim istri. Dua minggu kemudian dilakukan
pemeriksaan hormon Beta-HCG dan urine untuk meyakinkan bahwa kehamilan memang
terjadi.
Sejak kelahiran Louise Brown, teknik bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF)
semakin populer saja di dunia. Di Indonesia, teknik bayi tabung (IVF) ini pertama kali
diterapkan di Rumah Sakit Anak-Ibu (RSAB) Harapan Kita, Jakarta, pada 1987. Teknik bayi
tabung yang kini disebut IVF konvensional itu berhasil melahirkan bayi tabung pertama,
Nugroho Karyanto, pada 2 Mei 1988. Setelah itu lahir sekitar 300 "adik" Nugroho, di
antaranya dua kelahiran kembar empat.
Sejak kelahiran Louise Brown, teknik bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF)
semakin populer saja di dunia. Di Indonesia, teknik bayi tabung (IVF) ini pertama kali
diterapkan di Rumah Sakit Anak-Ibu (RSAB) Harapan Kita, Jakarta, pada 1987. Teknik bayi
tabung yang kini disebut IVF konvensional itu berhasil melahirkan bayi tabung pertama,
Nugroho Karyanto, pada 2 Mei 1988. Setelah itu lahir sekitar 300 "adik" Nugroho, di
antaranya dua kelahiran kembar empat.
Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami. Artinya,
proses pembuahan dilakukan secara buatan. Metode pembuahan buatan ini tidak menutup
kemungkinan menimbulkan risiko.  Adanya dugaan cacat bawaan sebagai dampak bayi
tabung  maupun pembuahan buatan lain dengan metode intra-cytoplasma telah mendorong
Prof. Bertelsmann menghimbau komisi kedokteran di Jerman untuk melakukan penelitian
terpadu maupun penelitian data secara sistimatis.

1
Secara etika dan moral sebagian masyarakat menolak karena proses pembuahan pada
bayi tabung dilakukan dengan menggunakan dengan cawan petri sehingga embrio yang
diperlukan yang dimasukkan kembali kerahim, sedangkan sisanya “dibuang”.  Hak hidup
embrio yang dibuang inilah yang dipermasalahkan, sebab banyak yang memandang hal ini
sebagai tindakan pembunuhan.
Masalah utama di dalam bayi tabung dari pandangan  agama hindu adalah
berhubungan dengan embrio-embrio “yang terbuang” Sebagian besar metode-metode dalam
teknologi reproduksi memaksa untuk mengorbankan banyak embrio guna mendapatkan satu
embrio yang lebih unggul dan dapat bertahan hidup.
1.2. Rumusan Masalah
2. Apa yang dimaksud Bayi Tabung?
3. Bagaimana menurut Hukum Nasional?
4. Bagaimana Pandangan Bayi Tabung menurut Agama Hindu?
1.3. Tujuan Penulisan
2. Mengetahui apa yang dimaksud Bayi Tabung
3. Mengetahui Bayi Tabung menurut Hukum Nasional
4. Mengetahui sudut pandang agama Hindu tentang Bayi Tabung dan menyetui adanya
proses Bayi Tabung

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Bayi tabung adalah upaya pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita.
Teknologi ini telah dirintis oleh PC Steptoe dan RG Edwards pada 1977. Hingga kini, banyak
pasangan yang kesulitan memperoleh anak, mencoba menggunakan teknologi bayi tabung.
Prosedur bayi tabung ini dimulai dengan perangsangan indung telur istri dengan hormon. Ini
untuk memacu perkembangan sejumlah folikel. Folikel adalah gelembung yang berisi sel
telur. Perkembangan folikel dipantau secara teratur dengan alat ultrasonografi dan
pengukuran kadar hormon estradional dalam darah.
Pengambilan sel telur dilakukan tanpa operasi, tetapi lewat pengisapan cairan folikel dengan
tuntunan alat ultrasonografi transvaginal. Cairan folikel tersebut kemudian segera dibawa ke
laboratorium. Seluruh sel telur yang diperoleh selanjutnya dieramkan dalam inkubator.
Bayi tabung adalah bayi hasil konsepsinya ( dari pertemuan antara sel telur dan sperma) yang
dilakukan dalam sebuah tabung yang dipersiapkan sedemikian rupa di laboratorium. Didalam
laboratorium tabung tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai dengan tempat
pembuahannya yang asli yaitu rahim ibu atau wanita. Dibuat sedemikian rupa sehingga
temperatur dan situasinya persis sama dengan aslinya. Prosenya mula-mula dengan suatu alat
khusus semacam alat untuk laparoskopi dilakukan pengambilan sel telur dari wanita yang
baru saja mengalami ovulasi. Kemudian sel telur yang diambil tadi dibuahi dengan sperma
yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat persis seperti dalam rahim.
Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara beberapa saat dalam tabung tadi sampai
pada suatu saat tertentu akan dicangkokan ke dalam rahim wanita tersebut. Selanjutnya
diharapkan embrio itu akan tumbuh sebagaimana layaknya di dalam rahim wanita. Sudah
tentu wanita tsb akan mengalami kehamilan, perkembangan selama kehamilan seperti biasa.

2.2. Pandangan Agama Hindu Mengenai Bayi Tabung


Hindu merupakan salah satu agama di Indonesia, agama Hindu berasal dari India.
Menurut sejarah, agama Hindu merupakan agama yang pertama kali masuk di Indonesia. Di
agama Hindu ada “om swastyastu” dan “om santi santi santi om” itu sebuah kata salam yang
diucapkan. Di dalam agama Hindu, Tuhan adalah Sang Hyang Widhi. Dan dewa dewa di
dalam agama Hindu merupakan perwujudan dari Tuhan. Misalnya Dewa Siwa, Dewa
Brahma, Dewi Saraswati, dan lain sebagainya. Suatu konsekuensi murni dari semua jenis
perbuatan merupakan karma, yang baik maupun yang buruk, lahir maupun batin dengan
pikiran, perkataan ataupun tindakan.
Agama Hindu tidak memperbolehkan bayi tabung dengan alasan apapun karena sudah
melanggar kuasa Tuhan. Pencipta manusia hanyalah Tuhan. Tapi dengan adanya bayi tabung
ini maka manusia bukan lagi hanya ciptaan Tuhan. Dan juga melihat proses bayi tabung sel
telur yang ditanam hanyalah yang terbaik, dan yang lainnya dibuang, itu termasuk himsa
karma (karma membunuh). Karena sejak terjadinya pembuahan sedetik pun itu sudah
terdapat atman (roh). Bagi umat Hindu yang kesulitan dalam memperoleh keturunan bisa
dilakukan dengan cara pemujaan kepada dewa Brahma dan kalau masih kesulitan bisa

3
menikah lagi dengan syarat keturunan dari istri kedua diakui sebagai anak dari istri pertama.
Memiliki keturunan dengan program bayi tabung di mata agama Hindu tidak dibenarkan.
Seorang laki-laki dan perempuan yang menikah diharapkan untuk memiliki keturunan dengan
cara yang alami yang sesuai dengan ajaran agama. Mereka diharapkan menjadi calon ayah
dan calon ibu yang baik bagi anak-anak mereka yang mereka miliki dengan cara yang alami
dan penuh kasih. Memiliki anak merupakan impian setiap pasangan setelah menikah
sehingga setiap pasangan diharapkan untuk berusaha dan berdoa dengan tekun untuk
mendapatkan keturunan dan melakukan dharma terhadap orang tua dan calon anak dengan
memberikan pendidikan dan kasih sayang yang cukup kepada anak-anak mereka. Namun
yang paling disarankan oleh agama Hindu adalah memiliki keturunan dengan cara yang
alami yakni dengan melakukan hubungan suami-istri dan dengan penuh kasih bukan dengan
melakukan program bayi tabung. Program bayi tabung adalah sebuah dosa.
Bayi tabung bagi pemeluk agama Hindu dianggap tidak baik karena proses bayi
tabung yang dianggap melakukan sebuah dosa. Karena proses untuk melakukan program bayi
tabung ini kita satukan sel telur dan sperma untuk membentuk embrio. Saat embrio sudah
terbentuk maka saatnya untuk memilih embrio yang paling kuat untuk disuntikkan ke dalam
rahim sang Ibu.Embrio adalah calon bayi yang sudah memiliki kehidupan. Pada saat kita
telah memilih embrio yang kuat dan baik, embrio-embrio yang lain otomatis kita tinggalkan.
Dan hal ini tentunya akan membuat embrio-embrio dan calon bayi tersebut mati. Hal inilah
yang dianggap tidak baik, karena disini baik disadari atau tidak kita telah membunuh calon
bayi dan menghentikan kesempatan kepada calon bayi ini untuk hidup, oleh karena itu
memiliki keturunan dengan cara yang alami paling disarankan dalam agama Hindu.
Menurut Ketut Wilamurti, S. Ag dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PDHI) dan Bhikku
Dhammasubho Mahathera dari Konferensi Sangha Agung Indonesia (KASI), embrio adalah
makhluk hidup. Sejak bersatunya ovum dan sperma, roh Brahman (Tuhan Yang Maha Esa)
sudah ada didalamnya, tanda – tanda kehidupan ini jelas terlihat. Karena itu, embrio yang
dihasilkan baik sacara alami (hamil karena hubungan seks atau tanpa menggunakan teknologi
fertilisasi) dan kehamilan non-alami (hamil karena menggunakan teknologi fertilisasi : bayi
tabung) merupakan suatu hasil ciptaan Ranying Hatalla dan hasil ciptaan manusia. Agama
Hindu melarang program bayi tabung karena melanggar ketentuan. Diartikan melanggar
ketentuan karena sudah melanggar kewajaran Tuhan (Ranying Hatalla) untuk menciptakan
manusia.
1. Bayi tabung dapat diterima atas persetujuan suami-isteri.
Bayi tabung dilakukan oleh pasangan suami isteri yang siap dan mengingini seorang anak.
tidak ada satupun yang bisa meiarang termasuk hukum. Karena hak ini terdapat dalam UUD
bab XA Pasal 28B ayat l yaitu setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah.
2. Insemi atau pembuahan secara suntik bagi umat hindu dipandang tidak sesuai
dengan tata kehidupan agama hindu, karena tidak melalui ciptaan Tuhan.
Walaupun bayi tabung bisa dilakukan oleh pasangan suami isteri yang siap dan mengingini
anak, Agama hindu kaharingan tidak mengizinkan atau memperbolehkan teknologi fertilisasi
ini. Karena perbuatan ini sudah melanggar hak cipta yang yang dilakukan oleh Ranying
Hatalla(Bab, 1978).

4
Dalam Lontar Bhuana Mahbah merumuskan bahwasanya manusia diciptakan
berdasrakan benih dan menjadi 3 jenis, kutipannya adalah sebagai berikut(Harsananda & Adi
Widnyana, 2020):
…Muah Sanghyang brahmanggawe manusa lanang, nga, kadi, kadi manu. Sanghyang
wisnu ngawe manusa wadon, nga, kadi manu. Sanghyang wisnu ngawe wadon, nga, Nini
Manuh…
(Bhuwana Mahbah 8a)

Terjemahannya :
Kemudian Sanghyang Brahma menciptakan orang laki, yang diberi nama Manu. Sanghyang
Wisnu menciptakan seorang wanita, diberi nama Nini Manuh

Penggalan sloka di atas masih secara utuh menyatakan bahwa penciptaan terjadi sudah dalam
wujud lelaki dan perempuan, namun pada sloka berikutnya yaitu :
Sarining akasa dadi janma lanang, kama putih, purwa.
(Bhuwana Mahbah 8a)

Terjemahan:
Seripati Akasa menjadi Manusia laki. Berasal dari sperma, kama putih.

Sloka berikutnya:
Sariniing perthiwi dadi janma wadon, kāma bang. Purwa. Sarining ĕmbang dadi janma
kedi, kama dadu, purwa, kama putih, nga, Sanghyang Semara. Kamabang, nga,
Sanghyang narĕswari. Kama dadu, nga, Nadhi Maya, drĕsning nira Sanghyang Tiga.
Luhuring Sanghyang Ongkara, Sanghyang Iswara, Sanghyang Isora, Sanghyang Rudra,
Sanghyang Mahadewa, Sanghyang Sangkara, Sanghyang Wisnu, Sanghyang Sambu,
midĕring bhuana agung bhuana alit, rumaksa bayu sabda idĕp. MijilSanghyang
Suryakanta makaraya kĕntĕl, makumpul sankama, Ida Sanghyang Siwa Reka, Sanghyang
Guru Reka, apan Ida Sanghyang Tiga ngareka Sanghyang kama.
(Bhuwana Mahbah 8b)

Terjemahan:
Saripati Prĕthiwi menjadi manusia perempuan. Berasal dari sel telur, kama bang. Saripati
ruang, embang, menjadi manusia banci. Berasal dari sperma biru, kama dadu. Kama Putih
disebut Sanghyang Semara. Kama Bang disebut Sanghyang Nareśwari. Kama dadu disebut
Nandhi Maya. Ketiga Dewa itu mengalir. Di atasnya adalah Sang Hyang Ongkara,
Sanghyang Iswara, Sanghyang Isora, Sanghyang Rudra, Sanghyang Mahadewa Sanghyang
Sangkara, Sanghyang Wisnu, Sanghyang Sambhu mengelilingi makromos, menjaga
perbuatan, perkataan dan pikiran. Sanghyang Suryakanta keluar membuat (sesuatu yang)
Kental. Sanghyang Kama, Sanghyang Śiwa Reka dan Sanghyang guru Reka bersatu. Ketiga
Dewata inilah yang membentuk Sanghyang Kama.

Sloka Bhuwana Mahbah diatas menjelaskan unsur yang membentuk manusia, saripati Akasa
menjadi manusia laki-laki yang berasal dari sperma (kama putih/petak), dewanya Sanghyang

5
Semara; Saripati Pretiwi menjadi manusia perempuan yang berasal dari sel telur (kama bang)
dewanya Sanghyang Nareśwari; Saripati ruang/embang menjadi manusia banci berasal dari
sperma biru (kama dadu) dewanya Nadhi Maya. Jika merujuk pada kutipan sloka dalam
Lontar Bhuana Mahbah di atas maka selayaknya proses bayi tabung dapat dilegalkan secara
agama, karena proses bayi tabung tersebut meliputi sel sperma yang disimbolkan dengan
Akasa dan sel Telur yang disimbolkan dengan pretiwi
Proses bayi tabung sejatinya sebuah usaha manusia demi mendapatkan keturunan,
kemungkinan berhasil tetap ada dan bahkan lebih dari berhasil pun ada, dalam proses bayi
tabung biasanya disediakan 2-4 benih hasil inseminasi buatan, benih-benih ini menjadi benih
cadangan jika seandainya terjadi abortus, namun sebuah perdebatan akan muncul jika benih
pertama telah sukses. Kesuksesan benih peratama untuk hidup menimbulkan pertanyaan akan
nasib dari benih cadangannya, mengabaikan atau membuang sisa embrio tersebut sama saja
dengan pembunuhan (abortus in vitro), dan ini secara jelas telah termuat dalam kitab Åg
Veda I.114.7: “ MÀ NO MÀHANTAM UTA MÀ NO ARBHAKA×”
Terjemahannya: “ Janganlah mengganggu dan mencelakakan bayi”

6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan dapat kita simpulkan dalam agama hindu dikatakan bahwa proses
pembuatan bayi tabung tidak dsetujui karena sudah melanggar hak cipta ranying hatala langit
dan mengabaikan atau membuang cadangan benih sisa embrio merupakan sama saja dengan
melakukan pembunuhan yang termuat dalam kitab Åg Veda I.114.7: “ MÀ NO
MÀHANTAM UTA MÀ NO ARBHAKA×”

3.2. Saran
Dari segi positif, kita perlu mencintai dan menghargai semua ciptaan Tuhan baik itu
berupa bayi tabung dan sebagainya sebab karena manusia adalah ciptaan Tuhan. Tuhan
menciptakan manusia dengan akal dan budi dan dapat mengembangkan diri ke arah
penemuan baru tetapi tanpa meleset dari aturan dari keagamaan

7
DAFTAR PUSTAKA
Bab, I. (1978). bayi tabung menurut 5 agama.
Harsananda, H., & Adi Widnyana, I. M. (2020). Bayi Tabung Menurut Dimensi Hukum
Hindu (Perspektif Lontar Bhuana Mahbah). Vyavahara Duta, 15(1), 8.
https://doi.org/10.25078/vd.v15i1.1409
Arrafina Muslimah. (2021, August 28). Apa Itu Bayi Tabung dan Bagaimana
Prosesnya? POPMAMA.com; Popmama.
https://www.popmama.com/pregnancy/getting-pregnant/arrafina-muslimah/apa-itu-bayi-
tabung-dan-bagaimana-prosesnya/2

Anda mungkin juga menyukai