Anda di halaman 1dari 12

Makalah

FENOMENA SUNGAI DIBAWAH LAUT

Dosen Pengampu :
Robiatul Mariayah, S. Th, M.H.I

Disusun Oleh :
Fajri Parikesit (E91219074)
M. Adam Prastio (E91219082)

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2021

1
Kata Pengantar

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas Semua Limpahan Rahmat Dan
Karunianya. Sehingga Kami Dapat Meyelesaikan Makalah Ini Guna Memenuhi Tugas Untuk
Mata Kuliah Pemikiran Teologi Islam Modern Dengan Judul : “Ahmadiyah Qadiyan.”
Dan Saya Berharap Semoga Makalah Ini Mampu Menambah Pengalaman Dan Ilmu Bagi
Pembaca. Sehingga Untuk Ke Depannya Saya Bisa Memperbaiki Bentuk Dan Meningkatkan
Isi Dari Makalah Ini Menjadi Makalah Yang Memiliki Wawasan Yang Luas Dan Lebih Baik
Lagi.
Karena Keterbatasan Ilmu Maupun Pengalaman Saya, Saya Percaya Bahwa Banyak
Kekurangan Dalam Makalah Ini, Oleh Karena Itu Kami Sangat Berharap Saran Dan Kritik
Yang Membangun Berasal Dari Pembaca Demi Kesempurnaan Makalah Ini.

Bukittinggi, 21 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................1
Kata Pengantar..................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................3
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang,.....................................................................................4
B. Rumusan Masalah,................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................5
Bab II Pembahasan
A. Asal Usul...............................................................................................6
B. Ilmu Pengetahuan .................................................................................8
C. Secara Alquran......................................................................................9
D. Sejarah ..................................................................................................9
Bab III Penutup
A. Kesimpulan...........................................................................................11
Daftar Pustaka...................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar Belakang Masalah Baḥraini merupakan bentuk mutsana dari kata al-Baḥr (laut). Kata
Baḥr dalam Alquran terulang sebanyak 33 kali. Sedangkan kata Baḥrain (dua lautan) di
dalam Alquran terulang sebanyak 5 kali1. Dalam kamus al-Munawwir Al-Baḥr merupakan
jamak dari kata abharu-buhuru-biharu yang berarti laut. Laut merupakan perairan yang lebih
sempit dari samudera dan terdiri atas laut pertengahan, laut pedalaman, dan laut tepi.
Berdasarakan proses terjadinya, laut dibedakan menjadi dua, laut transgresi dan laut
insgresi2.2 Studi-studi modern telah membuktikan bahwa meskipun laut-laut yang ada di
bumi tampak sama dan sejenis, tetapi sebenarnya ada perbedaan-perbedaan yang cukup besar
di antara laut-laut tersebut. Di daerah pertemuan dua lautan yang berbeda juga terdapat
pembatas di antara keduanya. Pembatas inilah yang memisahkan dua laut tersebut, di mana
setiap laut memiliki suhu, kadar garam (salinitas), dan kepadatan massa yang berbeda dari
laut yang lain. Misalnya di antara laut air Laut Mideterania yang hangat dan asin sedangkan
air samudra Atlantik yang dingin dan berkepadatan massa rendah, yang terdapat pembatas
diantara keduanya3.

B. Rumusan Masalah

Ada beberapa hal yang ingin kami coba unuk mengkaji mengenai fenomena sungai dibawah
laut ini. Antara lain:

1. Apa pengertian dari air?


2. Apa Pengertian dari Laut?
3. Ayat qur'an apa, yang membuktikan peristiwa sungai dibawah laut?
4. Secara ilmu pengetahuan, apa yang melatar belakangi peristiwa terjadinya fenomena
sungai dibawah laut?

1
1 Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfazh Al-Qur’an Al-Karim, (Kairo: Pustaka
Daar Al-Hadis, 2001), h.140.
2
Arthur Godman, Kamus Sains Bergambar (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), h.261
3
Nadiah Tayyarah, Sains dalam al-Qur’an: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah (Jakarta: Zaman, 2013),
h.355.

4
C. Tujuan

Dari pembuatan makalah ini, kami ingin mengetahui, alasan yang mendasari timbulnya
fenomena di bawah laut. Dengan menguak fakta dari agama berupa ayat al-qur'an dan ilmu
pengetahuan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal Mula

Para ilmuwan baru-baru ini menemukan keberadaan gelombang di dasar lautan, yang
"terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut yang memiliki kerapatan atau massa
jenis yang berbeda." Gelombang yang dinamakan gelombang internal ini meliputi wilayah
perairan di kedalaman lautan dan samudra dikarenakan pada kedalaman ini air laut memiliki
massa jenis lebih tinggi dibanding lapisan air di atasnya.

Gelombang internal memiliki sifat seperti gelombang permukaan. Gelombang ini


dapat pecah, persis sebagaimana gelombang permukaan. Gelombang internal tidak dapat
dilihat oleh mata manusia, tapi keberadaannya dapat dikenali dengan mempelajari suhu atau
perubahan kadar garam di tempat-tempat tertentu4.

Di Cenote Angelita, Meksiko terdapat sebuah gua. Jika kita menyelam sampai
kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun jika kita menyelam sampai kedalaman
lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin, lalu kita dapat melihat sebuah “sungai” di
dasarnya, lengkap dengan pohon dan daun-daunan.

Di kedalaman lebih dari 30 meter tim penyelam menemukan air tawar di tengah
kolom air laut. Kondisi itu berubah dan penyelam kembali menemukan air laut mulai
melewati kedalaman 60 meter. Beberapa meter dari lokasi itu akan ditemukan sebuah gua. Di
bagian bawah dekat gua itu tim penyelam menemukan sebuah sungai lengkap dengan pohon
dan dedaunan yang mengapung di kolom air itu.

Dalam foto dan video yang beredar ternyata hasil gambar yang dihasilkan sangat
menakjubkan. Keindahan alam di dalam foto dan video yang luar biasa tersebut bahkan
sampai membuat heboh dan takjub berbagai orang yang melihatnya. Bahkan dalam videonya
yang beredar tampak penyelam itu seperti terjun dan berenag di dalam sungai di dasar laut.

Secara keseluruhan, tim penyelam menemukan itu adalah kondisi yang sangat
mengejutkan dan menakjubkan untuk dipandang. “Di kedalaman 60 meter saya menemukan
kembali air laut. Saya melihat sebuah sungai, pulau, lengkap dengan daun yang berguguran.
Tapi sungai yang kami lihat adalah lapisan dari gas hidrogen sulfida,” kata Anatoly.
4
Gross, M. Grant; 1993, Oceanography, a View of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs, Prentice-Hall Inc., s. 205

6
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia
menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak
bercampur atau tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada
dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari
penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir,
jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus
berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawapan yang
memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun
menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang
bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan
Terusan Suez . Ayat itu berbunyi

“Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya:


“Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.”
Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.

Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak
bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air
tawar dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya
dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan”
ertinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan
mutiara.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi


kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam.
Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman
saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di
kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad
yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an
memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya
mutlak benar.

7
Dengan seketika dia pun memeluk Islam. Maha Suci Allah yang Maha Menciptakan
Sungai dalam Laut

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi
segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang
menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)

Sempat heboh tentang keberadaan sungai dalam laut yang ditemukan di mexico,
berbagai opini pun muncul, mulai pakar telematika, photografi, kelautan dll, semua
memberikan perdapat sendiri-sendiri. Terlepas dari pendapat kita sebagai manusia yang
simpang siur, bagaimana al-Qur’an  memandang adanya Sungai dalam laut? Ternyata
mu’jizat  al-Qur’an semakin terbukti, 1400 tahun (lebih) yang telah lewat, sebelum
kecanggihan teknologi hadir. Allah SWT telah berfirmat dalam Surat Al-Furqon Ayat 53
menerangkan tentang fenomena terjadinya Sungai  / air tawar yang mengalir besandingan
dengan air laut (yang saat ini terbukti di Mexico). Ayat tersebut berbunyi :

٥٣﴿‫ات َو ٰه َذا ِم ْل ٌح أُ َجا ٌج َو َج َع َل بَ ْينَهُ َما بَرْ َز ًخا َو ِحجْ رًا َّمحْ جُورًا‬
ٌ ‫﴾ َوهُ َو الَّ ِذي َم َر َج ْالبَحْ َر ْي ِن ٰه َذا ع َْذبٌ فُ َر‬

(53)Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar
lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas
yang menghalangi.

B. Ilmu Pengetahuan

Secara ilmu Pengatahuan, ternyata lokasi itu bukanlah sungai seperti yang terlihat di
daratan. Tetapi, suasana itu memang mirip sungai lengkap dengan lapisan seperti air yang
berwarna agak kecoklatan. Tapi tunggu dulu, warna kecoklatan itu bukanlah berasal dari air
tawar. Disebutkan, bagian kecoklatan yang mirip air sungai itu adalah lapisan bagian bawah
gas hidrogen sulfida. Gas yang biasanya dihasilkan dari saluran pembuangan kotoran.

Namun tentu saja, itu bukanlah sungai biasa, itu adalah lapisan hidrogen sulfida,
namun nampak seperti sungai. Biasanya gas itu terkumpul di dasar laut sampai mereka
meledak dengan mendadak. Saat gas itu mencapai ke permukaan, kombinasi hidrogen dengan
oksigen yang membentuk air membuat sulfur putih padat membentuk lapisan endapan ke
dalam lautan, yang membuat hidrogen sulfida menjadi racun alami buat ikan, tapi pengaruh
buruk bagi manusia masih belum jelas diketahui.

8
Mengapa hidrogen sulfida bisa berwujud sungai di dasar laut adalah karena pengaruh
berat jenis zat tersebut. hidrogen sulfida memiliki berat jenis yang lebih berat dari pada
campuran air laut (natrium sulfida, dll). Hal ini dpt dibayangkan seperti minyak dengan air
dimana tingkatan berat jenisnya minyak, air tawar, air laut, dan baru campuran hidrogen
sulfida diatas. hidrogen sulfida karena berat jenis yang lebih besar akan cenderung
mengumpul di dasar lautan. inilah yang tampak seperti alur sungai di atas.

C. Secara Ayat Al-qur'an

Maha besar alam tuhan sekalian alam. Peristiwa besar mengenai fenomena besar ini,
tela allah paparkan sebelumnya. seperti hanya dalam beberapa surat alqur'an:

“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran


Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada
mereka, bahwa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu
menyaksikan segala sesuatu. ” (QS Fushshilat : 53)]

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar
lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas
yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)

"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara
keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing." (Al Qur'an, 55:19-20)

D. Sejarah
a. Lautan yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain

Terdapat gelombang besar, arus kuat, dan gelombang pasang di Laut Tengah dan
Samudra Atlantik. Air Laut Tengah memasuki Samudra Atlantik melalui selat Jibraltar.
Namun suhu, kadar garam, dan kerapatan air laut di kedua tempat ini tidak berubah karena
adanya penghalang yang memisahkan keduanya.

Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah
ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan
"tegangan permukaan", air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat

9
adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu
sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka5.

Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki
pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini
dinyatakan dalam Al Qur’an.

b. Kegelapan dan Gelombang di Dasar Laut

Pengukuran yang dilakukan dengan teknologi masa kini berhasil mengungkapkan


bahwa antara 3 hingga 30% sinar matahari dipantulkan oleh permukaan laut. Jadi, hampir
semua tujuh warna yang menyusun spektrum sinar matahari diserap satu demi satu ketika
menembus permukaan lautan hingga kedalaman 200 meter, kecuali sinar biru (lihat gambar
di samping). Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak dijumpai sinar apa pun.  Fakta ilmiah ini
telah disebutkan dalam ayat ke-40 surat An Nuur sekitar 1400 tahun yang lalu.

"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia
mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi
cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun." (Al Qur'an, 24:40)

Keadaan umum tentang lautan yang dalam dijelaskan dalam buku berjudul Oceans:

Kegelapan dalam lautan dan samudra yang dalam dijumpai pada kedalaman 200
meter atau lebih. Pada kedalaman ini, hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah kedalaman
1000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali6.

BAB III
5
Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s.
92-93.
6
Elder, Danny; and John Pernetta, 1991, Oceans, London, Mitchell Beazley Publishers, s. 27.

10
PENUTUP
Kesimpulan
Kini, kita telah mengetahui tentang keadaan umum lautan tersebut, ciri-ciri makhluk
hidup yang ada di dalamnya, kadar garamnya, serta jumlah air, luas permukaan dan
kedalamannya. Kapal selam dan perangkat khusus yang dikembangkan menggunakan
teknologi modern, memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan informasi ini.

Manusia tak mampu menyelam pada kedalaman di bawah 40 meter tanpa bantuan
peralatan khusus. Mereka tak mampu bertahan hidup di bagian samudra yang dalam nan
gelap, seperti pada kedalaman 200 meter. Karena alasan inilah, para ilmuwan hanya baru-
baru ini saja mampu menemukan informasi sangat rinci tersebut tentang kelautan. Namun,
pernyataan "gelap gulita di lautan yang dalam" digunakan dalam surat An Nuur 1400 tahun
lalu. Ini sudah pasti salah satu keajaiban Al Qur’an, sebab infomasi ini dinyatakan di saat
belum ada perangkat yang memungkinkan manusia untuk menyelam di kedalaman samudra.

Pernyataan-pernyataan dalam Al Qur'an benar-benar bersesuaian dengan penjelasan di


atas. Tanpa adanya penelitian, seseorang hanya mampu melihat gelombang di permukaan
laut. Mustahil seseorang mampu mengamati keberadaan gelombang internal di dasar laut.
Akan tetapi, dalam surat An Nuur, Allah mengarahkan perhatian kita pada jenis gelombang
yang terdapat di kedalaman samudra. Sungguh, fakta yang baru saja diketemukan para
ilmuwan ini memperlihatkan sekali lagi bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah.

DAFTAR PUSTAKA

11
Arthur Godman, 2000, Kamus Sains Bergambar Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-
Wesley Publishing.

Elder, Danny; and John Pernetta, 1991, Oceans, London, Mitchell Beazley Publishers.

Gross, M. Grant; 1993, Oceanography, a View of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs,


Prentice-Hall Inc.

Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, 2001, Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfazh Al-Qur’an Al-
Karim, Kairo: Pustaka Daar Al-Hadis.

Nadiah Tayyarah, 2013. Sains dalam al-Qur’an: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah
Jakarta: Zaman.

http://superavideo.wordpress.com/2010/03/09/subhanallah%E2%80%A6-ada-sungai-dalam-
laut/

http://cahayaimani.multiply.com/journal/item/173

http://korananakindonesia.wordpress.com/2010/01/14/benarkah-terdapat-sungai-di-dasarlaut

http://Air tawar dalam laut mexico menurut al-Qur’an « mbahnya.wordpress.com.htm

http://air-tawar-yang-segar-didasar-lautan.html

12

Anda mungkin juga menyukai