Anda di halaman 1dari 10

MINORITAS

(SCENE 1)

Pada suatu pagi, dengan suasana kelas seperti biasanya, bel masuk pun
berbunyi. Tiba-tiba Bu Dina masuk bersama seorang siswa.

Nurma : “Eh, siapa tuh?” *berbisik*

Hayyu : “Gatau deh, tapi boleh juga hehe...” *berbisik*

Nurma : “Ah, bisa aja kamu.” *tertawa*

Bu Dina : “Assalamualaikum wr. wb. Selamat pagi, Anak-anak.”

Murid-murid : “Waalaikumussalam wr. wb. Selamat pagi, Bu.”

Bu Dina : “Hari ini kita kedatangan teman baru. Silahkan, Nak, perkenalkan
diri kamu.”

Mantir : “Selamat pagi, teman-teman. Perkenalkan, nama saya Mantir Tri


Dayken. Kalian bisa panggil saya Mantir. Salam kenal, mohon
bantuannya.”

Murid-murid : “Salam kenal.”

Yudha : *Mengangkat tangan* “Sebelumnya kamu sekolah dimana?”

Mantir : “SMA Negeri 1 Ketapang.”

Yudha : “Pontianak ya?”

Mantir : “Ya.”

Rama : “Alasanmu pindah ke sini karena apa?”

Mantir : “Soalnya ikut perpindahan tugas orang tua.”

Rama : “Ooooo begituu. Semoga bisa beradaptasi di lingkungan baru.”

Mantir : “Baik, terima kasih, Teman-teman.”


Bu Dina : “Silakan duduk, Nak. Baik anak-anak, mari kita mulai
pelajarannya.”

(SCENE 2)

Jam istirahat. Tisna menghampiri Mantir yang sendirian.

Tisna : “Sendirian aja, nih?”

Mantir : *Tersenyum*

Tisna : “Kenalin, Tisna.” *mengulurkan tangan*

Mantir : “Mantir.” *menjabat tangan Tisna*

Tisna : “Gimana pelajarannya tadi?”

Mantir : “Wahh, susah, nggak paham aku hahaha.”

Tisna : *Tertawa*

Mantir : “Kamu juga bukan asli suku Jawa?”

Tisna : “Iya, aku orang Sunda. Dari Bandung.”

Mantir : “Ooo, pantesan.”

Tisna : “Btw, kan kamu baru masuk, nih. Mau keliling sekolah gak?”

Mantir : “Boleh.”

Tisna : “Oke. Berangkatt.”

Mereka pun berkeliling sekolah sambil berbincang-bincang santai.

(SCENE 3)

Hari demi hari berjalan dengan normal. Tak terasa, sudah 1 bulan Mantir
menjalani kehidupannya sebagai siswa SMA Negeri 2 Bojonegoro.

Bu Dina : “Selamat pagi, Anak-anak.”


Murid-murid : “Selamat pagi, Bu.”

Bu Dina : “Hari ini materi bab 1 akan selesai. Jadi kalian harus belajar dengan
giat karena besok kalian akan melaksanakan ulangan harian
pertama.”

Murid-murid : “Siap, Bu.”

Pembelajaran pagi itu berlangsung dengan tenang dan lancar. Setelah jam
pelajaran selesai, Mantir menghampiri Bu Dina.

Mantir : “Maaf, Bu, saya masih belum bisa menguasai materi Bahasa Jawa,
Bu.”

Bu Dina : “Kamu bisa minta mengajari teman sekelasmu.”

Mantir : “Saya malu, Bu.”

Bu Dina : “Kenapa harus malu? Saya sudah menyarankan untuk minta


mengajari temanmu. Kamu disini anak baru. Jadi wajar jika ada
perasaan malu. Kamu harus saling kenal sama teman sekelasmu.”

Mantir : “Baik, Bu, terima kasih. Saya akan berusaha.”

Bu Dina : “Itu baru namanya semangat belajar.”

Mantir : “Iya, Bu.”

(SCENE 4)

Pada saat pulang sekolah, Mantir dan Tisna melihat teman-temannya sedang
belajar bersama.

Tisna : “Permisi, boleh ikut gabung nggak?”

Yudha : “Boleh, boleh. Sini gabung aja.”

Mantir : *Duduk* “Lagi pada belajar apa?”

Yudha : “Kita lagi ngerjain PR matematika sama belajar bahasa Jawa buat
ulangan besok.”
Mantir : “Wah, kebetulan, aku juga masih belum paham materi yang tadi.”

Nugroho : “Kan kamu pintar, habis ini bantu kerjain PR matematika boleh
lahh..” *tertawa*

Alex : “Nahh, betul itu.”

Rama : “Alah, bilang aja mau nyontek.”

Nugroho : “Bilang aja iri.”

Rama : “Iri darimana? Tugasku udah selesai kok. Nilaiku sama Mantir aja
sama.” *tertawa*

Nugroho : “Sombong amat.”

Mantir : “Oke, setuju. Kalian ajarin aku bahasa Jawa, nanti aku bantuin PR
matematika kalian.”

Mereka pun melanjutkan kegiatan belajar mereka. Rama, Yudha, Mantir dan
Tisna belajar bahasa Jawa, sedangkan Alex dan Nugroho mengerjakan PR
matematika.

(SCENE 5)

Keesokan harinya. Menjelang ulangan, sebagian murid sibuk mempelajari


ulang materi, sedangkan sebagian lainnya bersantai sambil menunggu bel masuk.

Tak lama kemudian, Bu Dina pun datang.

Bu Dina : “Pagi, Anak-anak...”

Murid-murid : “Pagi, Bu...”

Bu Dina : “Sesuai yang saya katakan kemarin, hari ini kalian akan
melaksanakan ulangan harian. Untuk mengawali pemebelajaran
kita pagi ini, marilah kita berdoa terlebih dahulu. Ketua kelas,
silakan memimpin doa.”

Yudha : “Duduk siap grak! Berdoa mulai!”

Murid-murid : *Berdoa dalam hati*


Yudha : “Berdoa selesai!”

Bu Dina : “Baik, saya akan membagikan soal ulangan. Silakan dikerjakan


dengan tertib dan jujur.”

Murid-murid : “Baik, Bu.”

Mereka pun mengerjakan ulangan. Beberapa saat kemudian, terdengar


keributan kecil dari bangku bagian belakang.

Alex : “Ram, Rama, bagi jawaban, dong..” *sambil menepuk bahu Rama*

Rama : “Yang nomor berapa, Lex?”

Alex : “Nomor 19, 20, sama uraian nomor 3.”

Rama : “Banyak banget, tak kasih yang pilihan ganda aja, ya.”

Alex : “Ck, pelit amat. Yaudah kasih tau cepetan.”

Rama : “19 A, 20 C.”

Tanpa mereka sadari, Yudha yang duduk di seberang bangku Rama


mendengar pembicaraan yang sedari tadi mereka lakukan. Karena merasa curiga,
Yudha berpura-pura menjatuhkan bolpoinnya untuk membuktikan kecurigaannya.
Dan ternyata dugaan Yudha benar, bahwa Alex dan Rama menyontek.

(SCENE 6)

Setelah murid-murid menjalani ulangan bahasa Jawa minggu lalu, hari ini Bu
Dina membagikan hasil ulangan mereka.

Bu Dina : “Baik, Anak-anak, hari ini saya akan mengumumkan hasil ulangan
bahasa Jawa kalian.”

Murid-murid : “Nggih, Bu...”

Murid-murid mulai menebak-nebak siapa yang akan mendapat nilai tertinggi.

Bu Dina : “Nugroho 98, Alex 98, Nurma 95, Yudha 88, Dyah 88, Hayyu 84,
Tisna 60, Mantir 45, sing terakhir, Rama 100. Selamat ya, Rama.”
Murid-murid : *Tepuk tangan*

Bu Dina : “Saya tidak mengadakan remidi, sebagai gantinya kalian kerjakan


soal di buku paket halaman 21-23. Saya harap kalian mengerjakan
dengan sungguh-sungguh karena nilai tugas kalian juga sangat
penting. Setelah ini, saya tidak bisa mendampingi kalian karena
ada keperluan. Tugasnya silakan dikerjakan dengan tertib.”

Murid-murid langsung mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bu Dina.

Alex : “Aduh, entuk 98 aku. Ram, Rama, we entuk piro?”

Rama : “Yo jelas 100 to yo... yo...” *tertawa sombong*

Mantir : “Aku gak ditanyain?”

Dyah : “Halah, nilaimu 45 aja ngapain ditanyain.”

Mantir : “Kalo kemampuanku cuma segitu, terus kenapa?”

Tisna : “Gapapa dapat 45, yang penting kan gak nyontek.”

Nugroho : “Sok banget, minimal basa Jawaan, lah.”

Alex, Rama, Nugroho, Dyah : *Tertawa*

Suasana pun mulai gaduh. Karena tidak terima ejekan teman-temannya, Mantir
pun tersulut emosi. Dan pada akhirnya, Alex, Rama, Nugroho, Mantir, dan Tisna
saling berkelahi.

(SCENE 7)

Dyah : “Eh, Nurma, Hayyu, bantu pisahin mereka dong, pada berantem,
tuh!” *panik*

Hayyu : “Ya kamu pisahin aja sendiri, siapa suruh ikut-ikutan. Tanggung
jawab dong!”

Dyah : “Aduh.. Spontan aja tadi, cuma bercanda kok. Maaf deh...” *sambil
memelas*
Hayyu : “Lah, kenapa minta maaf ke aku? Minta maaf sama Mantir, lah.
Bercandamu kelewatan tau. Coba kamu yang di posisi dia, pasti
sakit hati juga, kan?!” *ngegas*

Nurma : “Heii... Ini kalian mau berantem juga? Udahlah, kita pisahin aja
mereka, keburu Bu Dina datang.”

Namun sayangnya, tanpa mereka sadari Bu Dina telah berjalan menuju kelas.

Bu Dina : “Ada apa ini?! Padahal baru saya tinggal sebentar saja sudah ribut
kalian.”

Alex : “Nugroho gangguin Mantir, Bu!”

Nugroho : “Nggak bener itu, Bu. Alex duluan, Bu!”

Bu Dina : “Sudah, sudah, kalian semua diam. Mantir, coba jelaskan.”

Mantir : “Jadi begini, Bu...”

Mantir pun menjelaskan kronologi pertengkaran tadi kepada Bu Dina.

Setelah Bu Dina mendengarkan semua penjelasan Mantir, tiba-tiba Yudha


menambahkan,

Yudha : “Mohon maaf sebelumnya, Bu, saat ulangan minggu kemarin saya
melihat Rama dan Alex menyontek.”

Bu Dina : “Apakah benar kalian berdua menyontek?”

Rama : “Nggak, Bu. Yudha bohong, Bu!”

Alex : “Bohong itu, Bu. Kita nggak nyontek kok, Bu!”

Dyah : “Tapi saya juga lihat, Bu. Waktu ulangan saya duduk di sebelah
Rama, terus saya lihat Rama kasih jawaban ke Alex, Bu.”

Alex dan Rama langsung menatap Dyah dengan sinis.

Bu Dina : “ Sudah ada 2 saksi yang melihat kalian menyontek, gak usah ngeles
kalian! Sudah membully, ulangan juga menyontek. Mau jadi apa
kalian ini?! Memangnya apa tujuan kalian membully Mantir??
Kalian sebagai warga Indonesia seharusnya menjujung tinggi
toleransi dengan tidak merendahkan orang lain yang berbeda
dengan kita!”

Nurma : “Lebih baik kalian mengaku saja, daripada masalahnya semakin


rumit.”

Bu Dina : “Jika kalian tidak mau mengaku, saya akan memberikan hukuman
untuk kalian bertiga.”

Dyah : “Langsung kasih hukuman saja, Bu, mereka.”

Bu Dina : “Baiklah, karena kalian tidak mau mengaku, saya minta kalian
membuat video permohonan maaf untuk Mantir dan teman-teman
kalian. Ini sudah kesekian kalinya kalian mengulang perbuatan
yang sama. Jika kalian masih mengulanginya lagi dan peringatan 3
sudah tidak berlaku, maka saat itu juga kalian akan dikeluarkan
dari sekolah.”

Alex, Rama, Nugroho : “Baik, Bu..”

Tiga orang yang terkenal dengan kenakalannya itu hanya bisa tertunduk
pasrah. Diam-diam, Dyah tersenyum licik.

(SCENE 8)

Setelah Bu Dina keluar dari kelas, Alex, Rama, dan Nugroho langsung
membuat video yang diminta oleh Bu Dina.

Alex : “Tolong videoin dong!”

Yudha : “Sini, sini.” *mengambil handphone Alex*

Alex : “Hitungin ya, Yud.”

Yudha : “Oke. Siap?”

Alex, Rama, Nugroho : “Siap!”

Yudha : “1, 2, 3, mulai!”


Alex, Rama, Nugroho : “Assalamualaikum wr. wb.”

Rama : “Perkenalkan, saya Rama dari kelas X-9.”

Nugroho : “Saya Nugroho dari X-9.”

Alex : “Saya Alex dari kelas X-9, beserta kedua teman saya, Rama dan
Nugroho ingin meminta maaf yang setulus-tulusnya atas perbuatan
kami terhadap Mantir.”

Rama : “Kami bertiga telah mengejek Mantir karena memiliki latar


belakang yang berbeda dengan kami. Oleh karena itu, kami
memohon maaf kepada Mantir dan teman-teman. Karena kami,
suasana kelas menjadi kurang nyaman.”

Nugroho : “Kami harap permintaan maaf kami dapat diterima oleh Mantir dan
teman-teman. Kami berjanji tidak akan mengulangi perbuatan
kami lagi.”

Alex, Rama, Nugroho : “Terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb.”

Pecahlah tawa di kelas itu saat melihat video yang telah mereka buat.

Yudha : “Sudah, sudah, mereka itu sudah mengakui bahwa mereka bersalah,
jangan ditertawakan. Kita ini kelas terkompak, salah satu salah
semua. Tunjukkan bahwa kita ini bisa lebih kompak, lebih erat
dalam pertemanan, dan tidak membeda-bedakan satu sama lain.”

Semua siswa di kelas itu tersentuh dengan kalimat yang diungkapkan oleh
Yudha. Lalu, merekapun saling meminta maaf.

Dyah : “Mantir, aku minta maaf ya, udah ngejek kamu.”

Nurma, Hayyu : “Kami minta maaf ya, Mantir.”

Mantir : “Iya, aku maafin, kok.”

Nugroho : “Aku minta maaf ya, Tisna.”

Tisna : “Iya, aku juga minta maaf, ya.”


Yudha : “Maaf ya, aku sudah melaporkan kalian ke Bu Dina, tapi semua itu
untuk kebaikan kalian bertiga.”

Rama : “Iya, nggak apa-apa. Aku juga merasa bersalah waktu itu nggak
jujur saat ulangan.”

Alex : “Aku juga minta maaf sudah melakukan kecurangan waktu


ulangan.”

Akhirnya, merekapun saling berbaikan dan suasana kelas mejadi aman dan
damai tanpa adanya perundungan, dan Mantir pun dapat belajar dengan hati yang
tenang.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai