Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN

“Fertilisasi Dan Perkembangan Embryo”


Dosen Pengampu : I Made Oka Riawan, S.Pd.,M.Sc.

Oleh:
Wildan Babul Rayyan 2013041021
Kadek Wirna Dewi Suaningsih 2013041022
Jeni Henny Widiya Sijabat 2013041023
Ni Wayan Wina Febri Lestari 2013041925
Yusnaida Eka Setiani 2013041035

4B PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI DAN PERIKANAN KELAUTAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2022
PRAKTIKUM II
FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN EMBRYO

I. Tujuan:
1. Mengetahui proses terjadinya fertilisasi pada Echinidea
2. Mengetahui proses terbentuknya fertilization envelope pada Echinidea
3. Mengetahui tipe perkembangan embryo pada Echinidea
4. Mengetahui fase perkembangan embryo pada Echinidea

II. Landasan Teori


Fertilisasi adalah peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel
bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya
melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus
(kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan siklus
seksual eukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet yang melebur adalah haploid. Bilamana
keduanya motil maka fertilisasi itu disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi
serupa dalam bentuk maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih
besar) dinamakan oogami (Huttner, 1980).
Fertilisasi dapat terjadi dengan dua cara, yaitu fertilisasi eksternal dan fertilisasi
internal. Fertilisasi eksternal (khas pada hewan-hewan akuatik) terjadi karena gamet-
gametnya dikeluarkan dari dalam tubuhnya sebelum fertilisasi. Sedangkan fertilisasi
internal (khas untuk adaptasi dengan kehidupan di darat) terjadi karena sperma dimasukkan
ke dalam daerah reproduksi betina yang kemudian disusul dengan fertilisasi. Setelah
pembuahan, telur itu membentuk membran fertilisasi untuk merintangi pemasukan sperma
lebih lanjut. Kadang-kadang sperma itu diperlukan hanya untuk mengaktivasi telur
(Pattern, 1992).
Menurut Soeminto (2000), urutan proses utama selama fertilisasi (pembuahan) adalah
sebagai berikut:
1) Kontak dan pengenalan sperma-telur untuk memastikan sperma-telur dari spesies
yang sama,
2) Pengaturan masuknya sperma ke dalam telur untuk pencegahan polispermi,
3) Fusi materi genetik dari sperma dan telur,
4) Aktivasi metabolisme telur untuk mengawali perkembangan.
Tahapan dalam pengenalan sperma dan telur (Soeminto, 2000):
1) Telur mengeluarkan kemoatraktant pada spesies tertentu,
2) Eksositosis vesikula akrosom,
3) Ikatan antara sperma dengan bungkus ekstraseluler telur,
4) Sperma menembus bungkus telur,
5) Fusi membran sel telur dan membran sel sperma.

Secara garis besar mekanisme fertilisasi meliputi gejala-gejala seperti reaksiakrosomal


dan reaksi cortical. Sel-sel telur Echinoidea difertilisasi secara eksternal setelah hewan
tersebut melepaskan gamet-gametnya ke dalam air laut. Selubung jeli yang mengelilingi
sel telur mengeluarkan molekul-molekul terlarut yang memikat sperma untuk berenang
menuju sel telur. Ketika sperma kontak dengan selubung jeli, molekul yang terdapat di
dalamnya memicu reaksi akrosomal. Reaksi ini ditandai dengan keluarnya enzim-enzim
hidrolitik yang menghidrolisis selubung jeli, sehingga memungkinkan terjadinya
penjuluran akrosomal untuk memanjang dan menembus selubung tersebut. Kontak dari
ujung penjuluran akrosomal dengan membran sel telur menyebabkan fusi membran plasma
sperma dan sel telur. Kontak tersebut menyebabkan terjadinya pemblokiran cepat terhadap
polisperma (fast block to polispermy). Akan tetapi, beberapa lama kemudian reaksi korteks
(cortical reaction) menginisiasi terbentuknya selubung fertilisasi yang berfungsi sebagai
pemblokiran lambat terhadap polispermia(slow block to polispermy) (Campbell, 2012:191)

III. Alat dan Bahan:


1. 0,55 M Potassium Chloride Solution
2. Filtrated sea water (FSW)
3. Fertile Echinidea
4. 1 – 5 cc syringe
5. Pipet tetes
6. Small tube (1,5 ml)
7. Beaker glass
8. Petri dish
9. Tissue
10. Object glass
11. Microscope
IV. Prosedur Kerja:
A. Spawning
1) Menyuntikkan 0,55 M KCl sebanyak 0,1 – 0,2 ml ke dalam mulut dan anus dari
Echinidea.
2) menggoyangkan secara perlahan sampel Echinidea yang telah diijeksi dengan
KCl.
3) Setelah 1 – 3 menit amati sperma atau telur yang mulai keluar dari permukaan
Echinidea.
4) Apabila yang keluar adalah sperma, letakkan Echinidea pada petri dish dengan
posisi mulut berada di atas. Kumpulkan sperma tanpa FSW ke dalam tube 1,5 ml.
Simpan dalam suhu 4o C.
5) Apabila yang keluar adalah telur, letakkan Echinidea pada beaker glass yang berisi
FSW penuh dengan posisi bagian mulut berada di atas. Kumpulkan telur yang
mengendap di dasar beaker glass kemudian bilas dengan FSW sebelum dilakukan
uji fertilisasi.

B. Fertilisasi
1) Preparasi sperma dengan cara membuat seri pengenceran sperma 25%, 50%, dan
75% menggunakan FSW.
2) Telur yang telah dikumpulkan diletakkan di dalam petridish yang berisi sedikit
FSW (sebagai stok).
3) Mengambil sedikit telur dengan pipet dan meneteskan pada object glass (dibuat 3
seri sesuai dengan jumlah seri sperma yang akan digunakan).
4) Meletakkan object glass pada mikroskop dan mengamati telur. Apabila sudah siap
selanjutnya meneteskan sperma pada object glass yang telah berisi sampel telur dan
diamati proses yang terjadi.

C. Perkembangan Embryo
1) Menambahkan stok telur denganspermauntuk mengamati proses
perkembangan embryo Echinidea
2) Simpan pada suhu ruangan.
3) Lakukan pengamatan setiap 1 jam untuk melihat fase perkembangan yang
terbentuk.
V. Lembar Pengamatan
Tabel 1.

No Nama Foto Keterangan


Pengamatan
1 Sel sperma landak
laut Sel sperma landak laut
yang berukuran sangat
kecil

2 Sel telur/ovum
landak laut Sel telur landak laut yang
terlihat sangat jelas

3 Fase pembelahan
awal Fase pembelahan awal,
terbentuknya
membrane fertilisasi
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu membahas tentang fertilisasi dan perkembangan embrio
Echinoidea, yakni landak laut. Landak laut ini merupakan hewan hermafrodit, yaitu hewan yang
memiliki dua sel kelamin.Pada hewan ini, jika sel kelamin jantan lebih dulu matang, maka akan
menghasilkan sel sperma, begitu sebaliknya,jika sel kelamin betina lebih dulu matang maka akan
menghasilkan sel ovum. Untuk merangsang pengeluaran sel sperma atau sel ovum digunakan zat
kima KCL berkonsentrasi. Ciri jika sel sperma keluar ialah berwarna putih, sedangkan sel ovum
umumnya berwarna kuning. Khusus untuk sel ovum yang keluar harus ditampung dengan FSW
sebagai medianya agar sesuai dengan kondisi habitat aslinya. Fertiliasi yangdialami oleh hewan ini
ialah fertilisasi eksternal. Injeksi sel sperma dilakukan saat setelah meneteskan sel ovum di atas
gelas objek. Setelah injeksi dimulai,sperma akan mulai membuahi sel ovum, diawali dengan
adanya pembentukkan membrane fertilisasi. Terbentuknya membrane fertilisasi adalah untuk
mencegah sperma lainnya membuahi sel ovum yang lebih dulu dibuahi oleh sel sperma.

Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan, diketahui bahwa struktur sel sperma pada landak
laut dan struktur sel telur pada landak laut. Pada sel sperma landak laut berukuran sangat kecil dan
terdapat banyak pada landak laut. Dan seperti yang sudah dilihat sel telur begitu banyak dan
berbentuk bulat. Setelah didapatkan sel sperma dan sel telur selanjutnya yaitu melakukan proses
fertilisasi dengan menggabungkan kedual sel tersebut,yatu sel sperma san sel telur pada landak
laut, bseperti yang terlihat padagambar No. 3. Lalu gambar No. 4 setelah terjadinya proses
fertilisasi ditandai dengan terbentuknya membran fertilisasi. Jika membran fertilisasi ini sudah
terbentuk pada sel telur. Berarti sudah ada 1 sel sperma yang berhasil membuahi sel telur ini.
Membran fertilisasi ini terbentuk agar sel sperma lain itu tidak bisa lagi menembus dinding ovum.
Setelah terbentuknya membrane fertilisasi, kemudian sel telur yang sudah dibuahi tersebut akan
membelah menjadi 2 sel.

Proses fertilisasi pada landak laut terjadi di luar tubuh dimana ketika sel telur di injeksikan
dengan sel sperma, maka sel sperma tersebut akan mengelilingi sel telur sehingga terbentuk
membran fertilisasi.Dari proses fertilisasi tersebut maka terbentuknya fase pembelahan awal
dimana sudah terbentuk zigot.

Faktor-faktor yang berperan dalam pembelahan zigot yaitu, adanya faktor dalam (internal) dan
faktor luar (eksternal). Faktor internal (dalam) terdiri dari:

1. Gen

Gen adalah substansi atau materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk. Gen
mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup. Misalnya bentuk tubuh, tinggi tubuh, warna kulit,
warna bulu, dll.
2. Hormon

Hormon merupakan zat yang berfungsi untuk mengendalikan berbagai fungsi didalam ubuh.
Meskipun kadarnya sedikit, hormon memberikan pengaruh yang nyata dalam pengaturan
berbagai proses dalam tubuh.

VII. Kesimpulan
Membran fertilisasi ini sudah terbentuk pada sel telur. Berarti sudahada 1 sel sperma yang
berhasil membuahi sel telur ini. Membran fertilisasi initerbentuk agar sel sperma lain itu tidak bisa
lagi menembus dinding ovum.Keberhasilan fertilisasi eksternal sangat ditentukan oleh kondisi
eksternal itusendiri. Cara Echinoderm untuk meminilmalkan pengaruh lingkungan eksternal guna
meningkatkan produksi telurnya, yaitu dengan cara mencari tempat penetasan telur yang aman.
Faktor-faktor yang berperan dalam pembelahan zigot yaitu, adanya faktor dalam (internal) dan
faktor luar (eksternal).
VIII. Pertanyaan
1. Keberhasilan fertilisasi external sangat ditentukan oleh kondisi external itu sendiri,
bagaimana cara Echinoderm meminimalkan pengaruh lingkungan external dalam
meningkatkan hatching rate?

Jawaban :

Dengan cara menghasilkan sperma yang ekornya panjang dan kuat,sperma yang
banyak dan sel telur yang jumlahnya banyak.
2. Sebutkan faktor-faktor yang berperan dalam pembelahan zigot!
Jawaban :
1. Ada beberapa cara yang dilakukan Echinoderm untuk meminimalkan pengaruh
eksternal dalam meningkatkan hatching rate, antara lain menghasilkan sperma dengan
ekor yang relatif panjang dan kuat, jumlah sperma banyak untuk meningkatkan peluang
keberhasilan (namun jika terlalu banyak sperma yang mencapai telur maka fertilisasi
akan mengalami gangguan), menghasilkan sel telur yang jauh lebih banyak dari hewan
yang fertilisasinya secara internal.

2. Faktor-faktor yang berperan dalam pembelahan zigot:


▪ Faktor internal
a) Jumlah dan distribusi yolk, yolk akan mempengaruhi polaritas pada zigot yang
mengakibatkan pembelahan menjadi tidak sempurna. Sel telur yang mengandung
kuning telur yang banyak dan persebarannya tidak merata akan menyebabkan
terhalangnya pembelahan sel. Contohnya pada sel telur burung yang memiliki
kuning telur yang berlimpah, maka pembelahan selnya hanya terjadi pada satu
kutub yaitu animal pole, akibatnya blastomere yang dihasilkan ukurannya tidak
seragam dan akan berdampak pada letak blastocoels dari spesies hewan tersebut.
b) Adanya sitoplasma (ribosom dan sentriol), yang sangat berpengaruh terhadap
pembelahan sel. Pada beberapa zigot hewan-hewan multiseluler sitoplasma juga
terdapat pada satu kutub zigot (animal pole), sehingga pembelahan sel pada kutub
ini berjalan lebih cepat jika dibandingkan dengan kutub yang lain (vegetal pole).
▪ Faktor eksternal
a) Suhu (pembelahan zigot akan terhenti apabila suhu terlalu rendah dan zigot akan
rusak apabila suhu tinggi)
b) Zat kimia dalam air
c) Tekanan air
d) pH air
e) Kadar garam (air yang hipertonis ataupun hipotonis dapat memengarhui
pembelahan zigot).
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. 2004. Biologi Jilid 3. Erlangga: Jakarta.

Huttner, A.F. 1980. Comparative Embryology of the Vertebrates. Macmillan Company:


New York.
Pattern, B.M. 1992. Early Embriology of the Chick. McGraw-Hill Publishing Company:
New Delhi.
Artawan, I Ketut. 2012. Embryologi. Singaraja: Jurusan Biologi FMIPA Univeristas
Pendidikan Ganesha.
Soeminto, 2000. Embriologi Vertebrata. Fakultas Biologi UNSOED: Purwokerto.
Nurhayati, Awik Pudji Diah. 2004. Perkembangan Hewan. Program Studi Biologi,ITS:
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai