Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ISSUE DAN DILEMA ETIK

BAYI TABUNG

Dosen Pengampu:

Anestasia Pangestu Mei Tyas.,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Kelompok 7:

1. Dimas Rozani (151911913006)


2. Miftakhur Rozi Alfin Nadhiro (151911913010)
3. Ahmad Salman Su’aidi (151911913029)
4. Novita Purnamasari (151911913011)
Kelas 2A Lamongan

PRODI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS VOKASI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
TAHUN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas Dilema etik keperawatan.

Dalam menyusun makalah ini kami banyak mendapatkan hambatan dan rintangan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak hambatan ini bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah
ini. Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Terlepas dari semua
itu kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
susunan maupun tata bahasa.

Akhir kata kami meminta semoga makalah dilema etik keperawatan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Lamongan, 12 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .................................................................................................. 2
1.2 Tujuan .................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN MATERI ......................................................................................... 3


2.1 Sejarah dan Perkembangan Bayi Tabung .............................................................. 3
2.2 Pengertian Bayi Tabung ........................................................................................ 4
2.3 Jenis-Jenis Bayi Tabung ........................................................................................ 4
2.4 Tujuan Bayi Tabung .............................................................................................. 5
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bayi Tabung ................................................ 6
2.6 Syarat dan Prosedur Bayi Tabung ......................................................................... 7
2.7 Cara Menyelesaikan Delime Etik Mengenai Bayi Tabung ................................... 8
2.8 Hukum Etik Dalam Bayi Tabung .......................................................................... 8
2.9 Hukum Legal Bayi Tabung ................................................................................... 8

BAB III TINJAUAN KASUS .......................................................................................... 9


3.1 Kasus yang Berkaitan Dengan Bayi Tabung ......................................................... 9

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................. 11


4.1 Cara Pengembalian Etik ........................................................................................ 11
4.2 Segi Etika Keperawatan ......................................................................................... 11
4.3 Aspek Legal / Hukum ............................................................................................ 13
4.4 Hukum Agama Islam ............................................................................................. 17

BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 18


5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 18
5.2 Saran ...................................................................................................................... 18

DaftarPustaka............................................................. ......................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehadiran seorang anak dalam keluarga memberikan sebuah arti yang berbeda,
tempat mencurahkan kasih sayang, sebagai penerus garis keturunan dan dapat
menunjang kepentingan dunia dan akhirat bagi kedua orang tuanya. Keberadaan anak
dalam keluarga merupakan sesuatu yang sangat berarti. Anak memiliki arti yang
bermakna bagi setiap orang. Anak merupakan penyambung keturunan, sebagai
investasi masa depan, dan anak merupakan harapan untuk menjadi sandaran di kala
usia lanjut. Ia dianggap sebagai modal untuk meningkatkan peringkat hidup sehingga
dapat mengontrol status sosial orang tua. Anak merupakan pemegang keistimewaan
orang tua, waktu orang tua masih hidup, anak sebagai penenang dan sewaktu orang
tua telah meninggal, anak adalah lambang penerus dan lambang keabadian. Anak
mewarisi tanda-tanda kesamaan dengan orang tuanya, termasuk ciri khas, baik
maupun buruk, tinggi, maupun rendah. Anak adalah belahan jiwa dan potongan
daging orang tuanya.

Pada dua dekade terakhir ini, ilmu dan. teknologi di bidang kedokteran
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu hasil di bidang ini, adalah
dengan telah ditemukannya cara-cara baru dalam memproduksi manusia yang
dalam istilah kedokteran disebut dengan ferlilisasi in vitro atau lebih popular
dengan istilah bayi tabunq.Bayi tabung terseout merupakan sebuah keberhasilan dari
kerjasama antara pakar kedokteran dan pakar teknologi farmasi, dimana mereka
mengawinkan sperma dan ovum di luar rahim dalam sebuah tabung yang
dipersiapkan lebih dulu untuk itu. Setelah terjadi pembuahan, barulah ditempatkan
ke dalam rahim wanita yang dipersiapkan sebelum- nya. Dengan proses seperti ini
akan menghasil kan bayi sebagaimana yang diperoleh dengan cara yang alami.

Pada prinsipnya, program bayi tabung itu bertujuan untuk membantu


mengatasi pasangan suami isteri yang tidak mampu melahirkan keturunan secara
alami yang disebabkan karena ada kelainan pada masing-masing suami lsteri,
seperti radang pad a selaput lendir rahim, sperma suami kurang baik, dan lain
sebagainya. Dengan program bayi tabung ini, diharapkanakan mampu memberikan
kebahagiaan bagi pasangan suami isteri yang telah hidup bertahun-tahun dalam
ikatan perkawinan yang sah tanpa keturunan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Bayi Tabung?
2. Apa pengertian Bayi Tabung?
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis Bayi Tsbung?
4. Apa Tujuan dari Bayi Tabung?
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Tabung?
6. Apa saja Syarat dan Prosedur Bayi Tabung?
7. Bagaimana cara menyelesaikan delime etik mengenai Bayi Tabung?
8. Apa yang dimaksud Hukum Etik dalam Bayi Tabung?
9. Apa yang dimaksud Hukum legal Bayi Tabung?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan bagi
para pembacanya tentang cara menyelesaikan Dilema Etik mengenai Bayi Tabung
yang sering sekali ditemui di dunia kesehatan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Sejarah dan Perkembangan Bayi Tabung

Bayi tabung, atau yang secara medis disebut In Vitro Fertilisation (IVF) adalah proses
dimana dimana sel telur dibuahi oleh sperma di luar rahim. IVF merupakan upaya terakhir untuk
mengatasi masalah ketidaksuburan setelah metode untuk bisa mendapatkan keturunan lainnya
gagal.
Metode IVF ini melibatkan beberapa proses, yaitu memantau proses ovulasi wanita,
mengeluarkan sel telur dari rahim, dan membiarkan sperma membuahi sel telur di laboratorium
dengan medium cairan khusus. Sel telur yang dibuahi kemudian ditransfer kebali ke dalam rahim
dengan tujuan dapat mengakibatkan kehamilan.
Kelahiran seorang "bayi tabung" pertama yang berhasil, yaitu Louise Brown, terjadi pada
tahun 1978. Louise Brown dilahirkan sebagai hasil dari siklus alami IVF tanpa stimulasi. Robert
G. Edwards mendapat penghargaan Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 2010, fisiolog
yang terlibat dalam pengembangan proses ini bersama dengan Patrick Steptoe; Steptoe tidak
memenuhi syarat untuk dipertimbangkan karena Penghargaan Nobel tidak diberikan secara
anumerta.Dengan donasi sel telur dan IVF, wanita yang melewati masa reproduktifnya atau telah
mengalami menopause masih dapat hamil. Adriana Iliescu sempat memegang rekor sebagai
wanita tertua yang melahirkan dengan menggunakan IVF dan sel telur dari donasi, ketika ia
melahirkan pada tahun 2004 di usianya yang ke-66 tahun, sebelum rekornya terlampaui pada
tahun 2006. Setelah menggunakan IVF, dikatakan bahwa banyak pasangan dapat hamil tanpa
perawatan kesuburan.Pada tahun 2012, diperkirakan bahwa lima juta anak telah lahir di seluruh
dunia menggunakan IVF dan teknik reproduksi berbantu lainnya.
Istilah in vitro sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti kaca. Istilah ini digunakan
karena pada awalnya eksperimen ini membudidayakan jariang di luar organisme hidup mereka
berasal. Eksperimen ini dilakukan di dalam wadah kaca yang terbuat dari kaca, seperti beaker,
tabung reaksi, dan cawan petri.
Sekarang, istilah IVF digunakan untuk semua prosedur biologis yang dilkukan di luar
organisme asal. Istilah sehari-hari yang digunakan untuk menyebut bayi yang lahir dengan
proses IVF adalah bayi tabung. hal ini mengacu pada wadah berbentuk tabung yang terbuat dari
kaca atau plastik resin, yang biasa digunakan di laboratorium. Padahal, pembuahan in vitro
biasanya dilakukan di dalam wadah dangkal yang disebut cawan petri.

3
2.2 Pengertian Bayi Tabung
Bayi tabung adalah suatu proses pembuahan sel telur oleh sel sperma di luar tubuh
wanita, tepatnya di dalam sebuah tabung pembuahan. Setelah sel telur berhasil dibuahi dan ada
dalam fase siap, maka akan dipindahkan ke dalam rahim. Secara medis proses bayi tabung
disebut dengan in vitro fertilization (IVF).
Istilah in vitro sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti kaca. Istilah ini digunakan
karena pada awalnya eksperimen ini membudidayakan jariang di luar organisme hidup mereka
berasal. Eksperimen ini dilakukan di dalam wadah kaca yang terbuat dari kaca, seperti beaker,
tabung reaksi, dan cawan petri.
Bayi tabung adalah merupakan individu (bayi) yang di dalam kejadiannya, proses
pembuatannya terjadi di luar tubuh wanita (in vitro), atau dengan kata lain bayi yang di dalam
proses kejadiannya itu ditempuh dengan cara inseminasi buatan, yaitu suatu cara memasukkan
sperma ke dalam kelamin wanita tanpa melalui senggama. (Tahar, 1987: 4)
Dari definisi tentang bayi tabung tersebut di atas, dapat ditarik pemahaman bahwa bayi
tabung itu dilahirkan sebagai akibat dari hasil proses pengambilan sperma laki-laki dan ovum
perernpuan yang kemudian dioplos di dalam sebuah tabung dan setelah terjadi pembuahan,
kemudian disarangkan ke dalam rahim wanita, sehingga dapat tumbuh menjadi janin
sebagaimana layaknya janin pada umumnya.

Pengertian sperma laki-laki, pada definisi tersebut di atas, bisa saja diambil dari
sperma suaminya, dan bisa jug a diambil dari laki-laki lain (bukan suaminya). Pengertian
ovumperempuan, di dalam praktiknya, tidak menutup kemungkinan bahwa ovum yang diambil
itu dari isterinya atau dari perempuan bukan isterinya. Demikian pula pengertian rahim
wanita, bisa saja yang mengandung itu isterinya sendiri dan bisa juga perempuan lain (bukan
isterinya).

2.3 Jenis – Jenis Bayi Tabung


Apabila ditinjau dari segi sperma, dan ovum serta tempat embrio
ditransplantasikan, maka bayi tabung dapat dibagi menjadi 8 (delapan) jenis yaitu:
a. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami-
isteri, kemudian embrionya ditrans-plantasikan ke dalam rahim isteri.
b. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami-
isteri, lalu embrio nya ditransplan-tasikan ke dalam rahim ibu pengganti
(surrogate mother).

4
c. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami dan ovumnya berasal
darl-donor, lalu embrionya ditrans-plantasikan ke dalam rahim isteri.
d. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor, sedangkan ovumnya
berasal dari isteri lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim isteri.
e. Bayi tabung yang menggunakan sperma donor, sedangkan ovumnya
berasal dari isteri lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam Rahim
surrogate mother.
f. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami, sedangkan ovumnya
berasal dari donor, kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim
surrogate mother.
g. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari donor, lalu
embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim isteri.
h. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum berasal dari donor,
kemudian embrionya dilransplantasikan ke dalam rahim surrogate mother.
(Salim, 1993: 9).

Kedelapan jenis bayi tabung tersebut di alas secara teknologis sudah dapat
dilakukan, namun di dalam kasus-kasus penggunaan teknologi bayi tabung baru
mencakup 5 (lima) jenis, yaitu: jenis pertama, kedua, ketiga, keempat dan ketujuh. Dan
mengapa kelima jenis itu sudah dapat ditetapkan, sedangkan jenis lain belum
dilaksanakan? Hal ini disebabkan karena kondisi dari pasangan suami-isteri pada saat
menginginkan anak memilih salah satu dari kelima jenis itu, dan pemilihannya
tergantung pada faktor penyebab infertilitas masing-masing. (Salim,1993: 9-10).

2.4 Tujuan Bayi Tabung


Program bayi tabung merupakan salah satu metode untuk pasangan suami istri yang
menginginkan kehamilan dan biasanya metode ini merupakan pilihan  terakhir karena telah
melakukan berbagai hal pengobatan kesuburan selama beberapa tahun, namun tidak kunjung
berhasil. 
Hakikatnya proses bayi tabung bertujuan untuk membantu pasangan suami istri yang
tidak mampu melahirkan keturunan secara alami yang disebabkan karena ada kelainan pada
tubanya, yaitu: endometriosis (radang pada selaput lendir rahim), oligospermia (sperma suami
kurang baik), unexplained infertility (tidak dapat diterangkan sebabnya) dan adanya faktor
immunologic (faktor kekebalan). Ternyata proses bayi tabung ini mampu memberikan salah satu

5
solusi bagi pasangan suami-istri dalam memperoleh keturunan pada perkawinan yang sah
menurut peraturan yang berlaku.

2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Bayi Tabung


Walau bayi tabung merupakan upaya terakhir untuk memiliki buah hati, alternatif ini 
bukanlah suatu proses yang pasti jadi.
Disebut bayi tabung atau Fertilisasi In Vitro, karena pertemuan sel telur dan sperma awalnya
dilakukan di dalam tabung kaca berisi medium kultur. Medium ini berupa cairan khusus yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio di laboratorium. Louise Brown lahir
dari program bayi tabung konvensional, yaitu program bayi tabung yang dilakukan dengan siklus
alamiah.  
Tidak ada patokan pasti berapa tahun setelah perkawinan sepasang suami istri harus
mengikuti program bayi tabung, jika tak kunjung memiliki anak. Berikut beberapa alasan yang
membuat pasangan suami istri memilih mengikuti program bayi tabung.

1. Masalah saluran telur


Saluran telur tidak berfungsi dengan baik, atau tidak memungkinkan terjadinya
pertemuan antara sel telur dengan sperma, sehingga pembuahan tidak terjadi. Walaupun
pembuahan bisa terjadi, kemungkinan embrio tidak masuk ke rongga rahim, sehingga
terjadi kehamilan di luar kandungan.
2. Masalah sperma.
-    Jumlah sperma sangat sedikit (<10 juta/cc).
-    Sebagian besar sperma tidak bergerak (30%)
-    Gerakan sperma sangat lambat (Astenozoospermia).
-    Sperma tidak keluar bersama air mani (Azoospermia).
3. Endometriosis berat

Kondisi dimana kelenjar dinding rahim tumbuh abnormal. Pada endometriosis


berat, kecil kemungkinan bisa terjadi kehamilan alami.

4. Unexplained infertility (ketidaksuburan yang tak diketahui penyebabnya).


Pembuahan normal sebenarnya bisa dilakukan, tapi tidak kunjung berhasil karena
tidak bisa diketahui apakah sperma dapat bertemu dengan sel telur, atau sperma dapat
menembus sel telur untuk melakukan pembuahan.

6
5. Antibodi Antisperma
 Adanya antibodi terhadap sperma suami pada istri, atau adanya antibodi pada
sperma itu sendiri (sperma seperti memakai “helm”, sehingga tidak bisa menembus sel
telur),  sehingga menghambat terjadinya pembuahan.

2.6 Syarat dan Prosedur Bayi Tabung


Bayi tabung adalah hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang sah
yang ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal. Pengaturan hukum terkait
dengan bayi tabung ini dapat kita temui dalam Pasal 127 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Dalam pasal tersebut diatur bahwa upaya kehamilan di luar cara
alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:
a.Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam
rahim istri dari mana ovum berasal.
b.dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu;
c.pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

Jadi, pada dasarnya sperma dan ovum dalam upaya kehamilan melalui bayi tabung adalah
milik suami istri yang sah yang pembuahannya dilakukan di luar rahim. Hal ini dilakukan
oleh para pasangan suami-istri yang sperma dan ovumnya sulit melakukan pembuahan di
dalam rahim. Sehingga harus dilakukan pembuahan di luar rahim dengan bantuan tenaga
kesehatan dan teknologi yang ada. Kemudian hasil pembuahan tersebut ditanamkan kembali
ke rahim istri dari mana ovum itu berasal. Jadi, anak atau bayi hasil pembuahan melalui bayi
tabung ini adalah anak kandung suami istri itu sendiri.

Siapa saja yang memenuhi persyararatan untuk menjalani program bayi tabung?
Berikut ini pasangan yang memenuhi kriteria program bayi tabung menurut University of
Iowa Hospitals & Clinics, dilansir dari laman Ulhealthcare, Jumat (10/6/2016).
1. Kriteria usia
Usia maksimal seorang wanita yang menjalani program bayi tabung adalah 43 tahun.
Biasanya mereka akan menggunakan sel telur mereka sendiri atau sel telur pendonor untuk
melakukan proses ini.

7
2. Penggunaan narkoba
Pasangan atau pihak pendonor tidak mengonsumsi alkohol, tidak terlibat narkoba,
maupun penyalahgunaan zat. Untuk mengikuti program bayi tabung ini, pihak yang
bersangkutan tidak diperkenankan untuk merokok.

3. Kesiapan mental
Untuk menjalankan IVF, seseorang harus sehat dan kuat secara mental. Orang yang
didiagnosis memiliki gangguan kejiwaan disarankan untuk tidak mengikuti program tersebut.

4. Kesehatan fisik
Jika kondisi calon ibu tidak sehat sepenuhnya, bisa mengakibatkan risiko kehamilan
lebih tinggi.

2.7 Cara Menyelesaikan Delime Etik Mengenai Bayi Tabung


Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan
sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat
keputusan yabg etis seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan buka
emosional (Thomson &Thomson, 1985). Kerangka pemecahan dilema etik pada dasarnya
menggunakan kerangka proses keperawatan / pemecahan masalah secara scientific.

2.8 Hukum Etik Dalam Bayi Tabung


Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri sudah mengeluarkan fatwa soal Bayi
Tabung. Dalam fatwa dinyatakan jika bayi tabung berasal dari sperma dan sel telur
pasangan suami istri sah menurut hukum, maka mubah atau diperbolehkan.
Hal ini bisa terjadi karena kaidah agama. Akan tetapi, para ulama melarang
penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami istri yang menggunakan rahm
perempuan lain sebagai sarana dan ini adalah haram hukumnya.

2.9 Hukum Legal Bayi Tabung


Praktik bayi tabung di Indonesia sendiri adalah sesuatu yang legal, selama sperma dan sel
telur yang dipersatukan berasal dari pasangan suami istri yang sah. Dan embrio janin yang
sudah jadi dimasukkan kembali ke rahim istri.
Sperma dan sel telur tidak boleh ditukar atau bahkan mendapat sumbangan dari pihak
manapun. Bahkan, meskipun bisa, pasangan suami istri tidak boleh memilih jenis kelamin
anak pertama yang akan lahir.

8
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus yang berkaitan dengan Bayi Tabung

Berikut kasus yang berkaitan mengenai Kasus diatas:


Jakarta, CNN Indonesia -- Lisensi seorang dokter di Kanada dicabut karena
menyalahgunakan spermanya sendiri untuk membuahi pasien lewat program bayi tabung.
Dokter yang bernama Bernard Norman Barwin itu malah menggunakan sperma
miliknya sendiri untuk membuahi pasien yang melakukan perawatan inseminasi selama beberapa
dekade terakhir.
Perawatan inseminasi biasanya dilakukan untuk bayi tabung atau in vitro
fertilization (IVF). Tindakan ini umumnya dilakukan pada pasangan yang memiliki kesuburan
yang rendah.
Tim panel dan disiplin dokter dan ahli bedah Ontario, Kanada menilai tindakan dokter
berusia 80 tahun itu mengerikan dan tercela. Sebagai hukuman, izin dokter atau lisensi milik
Barwin pun dicabut dan dikenai denda senilai 10 ribu dolar Kanada atau Rp107 juta. 

9
"Anda mengkhianati kepercayaan pasien dan tindakan Anda sangat mempengaruhi
individu dan keluarga mereka yang menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki yang
akan berlangsung selama beberapa generasi," bunyi keputusan terhadap Barwin, Selasa (25/6)
waktu Kanada, dikutip dari AFP.
Dalam persidangan itu, Barwin tak menunjukkan batang hidungnya. Dia hanya diwakili
oleh pengacaranya. 
Tim pengawas medis mengaku kini akan melakukan pengawasan agar Barwin tak lagi
melakukan praktik kedokteran karena surat izinnya sudah dicabut.
Barwin sebenarnya telah menyerahkan izin medis miliknya pada 2014 karena kedapatan
melakukan inseminasi atau pembuahan dengan sperma yang sama pada tiga wanita. Saat itu dia
menyebut kesalahan itu hanya human error.
Setelah itu, kejahatan Barwin pun semakin terkuak. Dia diduga melakukan 50-100
kelahiran dengan sperma yang salah, 11 di antaranya menggunakan sperma miliknya sendiri.
Kesalahan Barwin ini terungkap setelah salah seorang anak yang lahir melalui
inseminasi buatan ingin tahu latar belakang genetiknya dan meneliti pohon keluarga miliknya.
Ada pula anak yang didiagnosis menderita penyakit genetik celiac. Padahal, kedua orang tuanya
tidak memiliki riwayat penyakit itu.
Salah satunya, Rebecca Dixon yang mengaku tiga tahun lalu, saat ia berusia 25 tahun,
mengetahui bahwa Barwin adalah ayah kandungnya. 
"Pada saat itu, hidup saya berubah selamanya. Untuk beberapa saat, saya merasa asing
dengan wajah sendiri," kata dalam pernyataan korban di persidangan.
Dixon mengungkapkan bahwa keluarganya terpukul karena penemuan itu. Ayahnya
berusaha keras menerima bahwa anak yang dibesarkannya selama ini bukanlah anak
kandungnya.
"Ibu saya, harus berusaha menerima fakta bahwa sesuatu telah terjadi pada tubuhnya
tanpa dia sadari dan diizinkannya," ucap Dixon.
Dixon juga menyebut di tengah keramaian dia kerap melihat orang mirip dengannya,
yang bisa jadi merupakan saudaranya. Sejauh ini dia sudah menemukan 15 saudara se-ayah yang
dimilikinya. Jumlah itu diperkirakan bakal terus bertambah.
Dari berita tersebut, kita dapat melihat bahwa ternyata kita harus teliti dan berhati- hati
lagi untuk mengambil keputusan. Meskipun mempunyai gelar orang terpercaya tidak menjamin
semuanya akan baik-baik saja dan melakuakanya dengan seharusnya.

10
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Cara Pengambilan Keputusan Etik


1. Hak untuk mempertahankan harapananya, tidak peduli apapun perubahan yang terjadi
2. Hak untuk mengekspresikan perasaan dan emosinya sehubungan dengan kemandulan
yang sedang dihadapinya sesuai.
3. Hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan pihak keluarga
dan tim rumah sakit
4. hak untuk memperoleh perhatian dalam pengobatan supaya bisa memiliki keturunan
5. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya secara jujur
6. Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga agar dapat
menerima kenyataan(kemandulan)
7. Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil keputusan yang
bertentang dengan kepercayaan yang dianutnya
8. Hak untuk memperdalam dan meningkatkan kepercayaannya, apapun artinya bagi orang
lain.

4.2 Aspek Etik


Bayi tabung atau pembuahan in vitro (in vitro fertilisation) adalah sebuah teknik
pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari
mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan
pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. Teknik bayi tabung pada
manusia sebagai suatu teknologi reproduksi berupa teknik menempatkan sperma di dalam
vagina wanita, pertama kali berhasil dipraktekkan pada tahun 1970. Awal
berkembangnya teknik bayi tabung bermula dari ditemukannya teknik pengawetan
sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang
dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321 derajat Fahrenheit.
Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami
istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopii
istrinya mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian mulai ada
perkembangan dimana program ini diterapkan pula pada pasangan suami istri yang
memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk
memperoleh keturunan.

11
Dalam melakukan fertilisasi-in-virto transfer embrio dilakukan dalam tujuh
tingkatan dasar yang dilakukan oleh petugas medis, yaitu :
1.      Wanita diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang indung telur
mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan baru
dihentikan setelah sel-sel telurnya matang.
2.      Pematangan sel-sel telur dipantau setiap hari melalui pemeriksaan darah dan
pemeriksaan ultrasonografi.
3.      Pengambilan sel telur dilakukan dengan penusukan jarum (pungsi) melalui vagina
dengan tuntunan ultrasonografi.
4.      Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut dibuahi dengan sel
sperma suami yang telah diproses sebelumnya dan dipilih yang terbaik.
5.      Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam tabung petri kemudian
dibiakkan di dalam lemari pengeram. Pemantauan dilakukan 18-20 jam kemudian dan
keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembuahan sel.
6.      Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini kemudian diimplantasikan ke
dalam rahim wanita. Pada periode ini tinggal menunggu terjadinya kehamilan.
7.      Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi menstruasi
dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan seminggu kemudian dipastikan
dengan pemeriksaan ultrasonografi.

4.2. Segi Etika Keperawatan


1. Otonomy
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakina bahwa idividu mampu berfikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri,memilih dan memiliki berbagai keputusan
atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk
respek terhadap seseorang , atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi
saat perawat mengharagai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya. Jika dikaitkan dengan kasus Bayi Tabung maka hal yang menjadi
pertimbangan adalah pasangan tersebut melakuakn tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun dan tentu saja pasien diyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya adalah
keputusan yang telah dipertimbangkan secara matang.

12
2. Beneficience
Beneficience berarti ,hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan , penghapusan kesalahan atau kejahatan
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi
pelayanan kesehatan, dan konflik antara prinsip dengan otonomi.
3. Keadilan
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjungjung prinsip-prinsip moral, legal , dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek rofesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar
sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kkesehatan.
4. Tidak merugikan
Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan proses Bayi Tabung , harus diupayakan
semaksimal mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis klien.
5. Kejujuran
Prinsip veracivity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan utuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan
dengan kemampuan seseorang ntuk mengatakan kebenaran pada setiap klien dan
untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprehensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan
materi yang ada. Dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
Walaupun demikian, terdapat berapa argumen mengatakan adanya batasan kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa “ doctors know best” sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya.
Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
6. Menepati Janji
Prinsip fedaity ini dibuthkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap oang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan , kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan , menggambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari

13
perawat adalah untuk menigkatkan kesehatan, mencegah penyakit , memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

Dari prinsip-prinsip diatas berarti harus diperhatikan bahwa dalam memutuskan


untuk melakukan proses vertilisasi in vitro/ Bayi Tabung harus disertai pertimbangan
yang matang dan tidak ada paksaan dari pihak lain atau keputusan tersebut diambil
atas kemauman pasangan sah tersebut.

4.3 Aspek Legal/Hukum

  1.      Jika benihnya berasal dari Suami Istri

Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer embrio
dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak tersebut baik secara biologis ataupun
yuridis mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik) dari pasangan tersebut.
Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya.

a. Jika ketika embrio diimplantasikan kedalam rahim ibunya di saat ibunya telah
bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian
mempunyai status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan
setelah masa 300 hari, maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak
memiliki hubungan keperdataan apapun dengan bekas suami ibunya. Dasar hukum
ps. 255 KUHP.
b. Jika embrio diimplantasikan kedalam rahim wanita lain yang bersuami, maka
secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan
pasangan yang mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250
KUHP. Dalam hal ini Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut
sebagai anak sah-nya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA.
(Biasanya dilakukan perjanjian antara kedua pasangan tersebut dan perjanjian
semacam itu dinilai sah secara perdata barat, sesuai dengan ps. 1320 dan 1338
KUHP.)
2.      Jika salah satu benihnya berasal dari donor
a.       Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi in vitro transfer
embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi dengan Sperma
dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam
rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan

14
mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak menyangkalnya
dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps. 250 KUHP.
b.      Jika embrio diimplantasikan kedalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang
dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42
UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHP.
3.      Jika semua benihnya dari donor
a.       Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada
perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat
dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan
Suami Istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam
perkawinan yang sah.
b.      Jika diimplantasikan kedalam rahim seorang gadis maka anak tersebut memiliki status
sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat perkawinan secara sah dan
pada hakekatnya anak tersebut bukan pula anaknya secara biologis kecuali sel telur
berasal darinya. Jika sel telur berasal darinya maka anak tersebut sah secara yuridis dan
biologis sebagai anaknya.

4.3.1 Hukum Agama Islam


Persoalan bayi tabung pada manusia merupakan persoalan baru muncul dizaman
modern, sehingga terjadi masalah fiqh kontemporer yang pembahasannya tidak dijumpai
dalam buku-buku fiqh klasik. Karena itu pembahasan bayi tabung pada manusia
dikalangan para ahli fiqh kontemporer lebih banyak mengacu kepada pertimbangan
kemaslahatan umat manusia, khususnya kemaslahatan suami istri. Disamping harus dikaji
secara multidisipliner karena persoalan ini hanya bisa dipahami secara komprehensif jika
dikaji berdasarkan ilmu kedokteran, biologi-khususnya genetika dan embriologi serta
sosiologi. Aspek hukum penggunaan bayi tabung didasarkan kepada sumber sperma dan
ovum, serta rahim. Dalam hal ini hukum bayi tabung ada tiga macam, yaitu:
a)      Bayi tabung yang dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami istri sendiri serta
tidak ditrannsfer kedalam rahim wanita lain walau istrinnya sendiri selain pemilik ovum
(bagi suami istri yang berpoligami) baik dengan tehnik FIV maupun GIFT, hukumnya
adalah mubah, asalkan kondisi suami istri itu benar-benar membutuhkan bayi tabung
(inseminasi buatan) untuk memperoleh anak, lantaran dengan cara pembuahan alami,
suami istri itu sulit memperoleh anak. Padahal anak merupakan suatu kebutuhan dan
dambaan setiap keluarga. Disamping itu, salah satu tujuan dari perkawinan adalah untuk
memperoleh anak dan keturunan yang sah serta bersih nasabnya. Jadi, bayi tabung

15
merupakan suatu hajat (kebutuhan yang sangat penting) bagi suami istri yang gagal
memperoleh anak secara alami. Dalam hal ini kaidah fiqih menentukan bahwa “Hajat
(kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa
(emergency) padahal keadaan darurat/terpaksa membolehkan melakukan hal-hal yang
terlarang.”
b)      Bayi tabung yang dilakukan dengan menggunakan sperma dan atau ovum dari donor,
haram hukumnya karena hukumnya sama dengan zina, sehingga anak yang dilahirkan
melalui proses bayi tabung tersebut tidak sah dan nasabnya hanya dihubungkan dengan
ibu (yang melahirkan)-Nya. Termasuk juga haram system bayi tabung yang
menggunakan sperma mantan suami yang telah meninggal dunia, sebab antara keduanya
tidak terikat perkawinan lagi sejak suami meninggal dunia.
c)      Haram hukumnya bayi tabung yang diperoleh dari sperma dan ovum dari suami istri
yang terikat perkawinan yang sah tetapi embrio yang terjadi dalam proses bayi tabung
ditransfer kedalam rahim wanita lain atau bukan ibu genetic (bukan istri atau istri lain
bagi suami yang berpoligami), haram hukumnya. Jelasnya, bahwa bayi tabung yang
menggunakan rahim rental, adalah haram hukumnya. Ini berarti bahwa kondisi darurat
tidak mentolerir perbuatan zina atau bernuansa zina. Zina tetap haram walaupun darurat
sekalipun.
Dalam kaitan ini yusuf qardawi mengemukakan bahwa keharaman bayi tabung
dengan menggunakan sperma yang berasal dari laki-laki lain, baik diketahui maupun
tidak, atau sel telur yang berasal dari wanita lain.

Alasan-alasan haramnya bayi tabung dengan menggunakan sperma dan atau ovum dari
donor atau ditransfer kedalam rahim wanita lain, adalah:

1. Firman Allah dalam QS.Al-Isra:70 mengatakan bahwa; yang artinya ”sesungguhnya


kami telah memuliakan manusia”. Dalam hal ini bayi tabung dengan menggunakan
sperma dan atau ovum dari donor itu pada hakekatnya merendahkan harkat manusia
sejajar dengan hewan yang diinseminasi, padahal tuhan sendiri berkenan memuliakan
manusia.

2.      Hadits nabi Muhammad SAW :


Hadist ini tidak saja mengandung arti penyiraman sperma kedalam vagina
seorang wanita melalui hubungan seksual, melainkan juga mengandung pengertian
memasukkan sperma donor melalui proses bayi tabung, yaitu percampuran sperma dan
16
ovum diluar rahim, yang tidak diikat perkawinan yang sah. Padahal hubungan biologis
antara suami istri, disamping untuk menikmati karunia Allah dalam menyalurkan nafsu
seksual, terutama dimaksudkan untuk mendapatkan keturunan yang halal dan diridhoi
Allah. Karena itu sperma seorang suami hanya boleh ditumpahkan pada tempat yang
dihalalkan oleh Allah, yaitu istri sendiri. Dengan demikian bayi tabung dengan cara
mencampurkan sperma dan ovum donor dari orang lain identik dengan prositusi
terselubung yang dilarang oleh syariat islam. yang berbunyi ; “tidak halal bagi seseorang
yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyiramkan air (sperma)-Nya kedalam
tanaman (vagina istri) orang lain”.(HR Abu Daud dari Ruwaifa’ bin Sabit).

3.      Kaidah Fiqih
Dalam hal ini masalah bayi tabung dengan menggunakan donor adalah membantu
pasangan suami istri dalam mendapatkan anak, yang yang secara alamiah kesulitan
memperoleh anak karena adanya hambatan alami menghalangi bertemunya sel sperma
dengan sel telur (misalnya saluran telurnya terlalu sempit atau ejakulasi (pancaran
sperma)-Nya terlalu lemah.
Namun demikian, mafsadsah (bahaya) bayi tabung dengan donor jauh lebih besar
dari manfaatnya antara lain:
a)             Percampuran nasab, padahal islam sangat memelihara kesucian, kehormatan
dan kemurnian nasab, karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa yang halal dan
siapa yang haram dikawini) serta kewarisan
b)            Bertentangan dengan sunatullah atau hokum alam
c)             Statusnya sama dengan zina, karena percampuran sperma dan ovum tanpa
perkawinan yang sah
d)            Anak yang dilahirkan bisa menjadi sumber konflik dalam rumah tangga,
terutama bayi tabung dengan bantuan donor akan berbeda sifat-sifat fisik, dan
karakter/mental dengan ibu/ bapaknya
e)             Anak yang dilahirkan melalui bayi tabung yang percampuran nasabnya
terselubung dan dirahasiakan donornya, lebih jelek daripada anak adopsi yang umumnya
diketahui asal atau nasabnya
f)             Bayi tabung dengan menggunakan rahim rental (sewaan) akan lahir tanpa
proses kasih sayang yang alami (tidak terjalin hubungan keibuan antara anak dan ibunya
secara alami). Sehingga akan menimbulkan masalah dikemudian hari. Ini berdasarkan
kaidah fiqih yang artinya “menolak kerusakan harus didahulukan dari pada menarik
kemaslahatan”
17
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari pengetahuan yang didapat diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri dan tidak
ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain(ibu titipan) DIPERBOLEHKAN oleh
islam,jika keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan.Dan
status anak hasil inseminasi macam ini sah menurut Islam.

2. Inseminasi buatan dengan sperma dan ovum donor DIHARAMKAN oleh


Islam.Hukumnya sama dengan Zina dan anak yang lahir dari hasil inseminasi macam ini
statusnya sama dengan anak yang lahir diluar perkawinan yang sah.

3. Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nutfah(Sperma) dan Bank Ovum


untuk perbuatan bayi tabung,karena selain bertentangan dengan Pancasila dan UUD
1945.Juga bertentangan dengan norma agama dan moral,serta merendahkan harkat
manusia sejajar dengan hewan.

4. Pemerintah hendaknya hanya mengizinkan dan melayani permintaan bayi tabung


dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa ditransfer kedalam
rahim wanita lain dan seharusnya pemerintah hendaknya juga melarang keras dengan
sanksi-sanksi hukumannya kepada dokter dan siapa saja yang melakukan inseminasi
buatan pada manusia dengan sperma atau ovum donor.

5.2 Saran
Adapun rekomendasi pada pembahasan ini adalah pemerintah hendaknya hanya
mengizinkan dan melayani permintaan bayi tabung dengan sel sperma dan ovum suami
istri yang bersangkutan tanpa ditransfer ke dalam rahim wanita lain.
Perawat juga harus belajar sejak dini menanamkan dan menpraktekkan kode etik
keperawatan dan meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau secara
bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu
dilema etik.

18
Daftar Pustaka

Thaib, H. M. Hasballah, Kuliah Agama dan Etika Kedokteran, Medan: Penerbit


FakultasKedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, 2010
Thamrin, Husni, Aspek Hukum Bayi Tabung. Jogyakarta: Aswaja Pressindo.
Siregar, Bismar, Bayi Tabung Ditinjau dari Aspek Hukum Pancasila, Makalah pada
Symposium tentang “Eksistensi Bayi tabung ditinjau dari aspek Medis, Hukum, Agama,
Sosiologi dan Budaya, Surakarta: FH UNISRI.
Zahrowati, Bayi Tabung (Fertilisasi In Vitro) Dengan Menggunakan Sperma Donor dan
Rahim Sewaan (Surrogate Mother) dalam Perspektif Hukum Perdata, Kendari :Fakultas
Hukum Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara, 2017
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dimuat dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1 dan Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3019.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dimuat dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 dan Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063.

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190626155611-255-406636/buahi-banyak-wanita-
dengan-spermanya-dokter-kanada-dikecam

19

Anda mungkin juga menyukai