HASIL PENELITIAN
HALAMAN SAMPUL
Oleh :
Pembimbing :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iatrogenik, perforasi, dan trauma ureter. Stent ureter menjadi metode yang
Dah18 \m Tan07].
dengan berbagai efek samping mulai dari gejala saluran kemih bagian
dan disuria (40%), selain itu keluhan nyeri (80%) dan hematuria (54%).
jelas, namun terdapat beberapa teori seperti spasme otot polos ureter
(Joshi et al, 2002; Joshi, Stainthorpe, et al., 2003; Otsuki et al, 2020)
Dah18 \m Mer14].
3
Saat ini, didapatkan bahwa desain stent yang paling ideal dan
digunakan secara luas adalah desain double J stent (DJ Stent). Terapi
yang disebabkan oleh benigna hipertofi prostat (BPH) dan keluhan urgensi
Terapi alfa blocker dan antimuscarinik yang digunakan untuk terapi BPH
Komplikasi disebabkan oleh insersi DJ-stent, belum secara luas diteliti dan
\m Pro12].
yang ada di otot detrusor buli, sehingga mencegah kontraksi buli. (White
et al., 2018)
kasus OAB, terapi ini dapat dijadikan sebagai pilihan. (Gratzke et al.,
2018)
pemasangan DJ stent.
B. Rumusan Masalah
pemasangan DJ Stent.
C. Tujuan Penelitian
5
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
pemasangan DJ stent.
pemasangan DJ Stent.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
efek samping dari pemasangan DJ stent dan terapi yang efektif yang
DJ Stent.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dari:
1. Ginjal (Ren)
pada kedua sisi vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-
3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dextra yang besar. Fungsi
Dah18 \m Abr06].
8
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
Tan07].
Tan07].
Dah18 \l 1057 ].
2. Ureter
0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian
uteri.
dari muskulus detrusor tidak tersusun lapis demi lapis seperti pada
(OUI). Pada pria trigonum lieutaudi ini akan terfiksasi pada prostat.
vagina. Mucosa pada trigonum Lieutaudi ini akan melekat erat pada
Mer14].
Lumbal II) dari Plexus prostaticus & plexus vesicalis yang berasal
4. Uretra
15
sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan hanya sebagai
1057 \m Tan07].
b. Proses reabsorbsi
c. Proses sekresi
terdapat spingter pada uretra yang terdiri dari otot rangka, yaitu
pleksus pelvikus.
reseptor.
c. Double J Stent
ureter. Alat ini sering digunakan dalam endourologi dengan bentuk seperti
ginjal dan ujung distal di kandung kemih. (Joshi, Stainthorpe, et al., 2003;
proximal saat ini dinyatakan sebagai desain yang paling ideal untuk
(Miyaoka and Monga, 2009; Park et al., 2012; Gravas et al., 2015)
kasus obstruksi akibat pielonefritis, kolik renal akut, dan pada proses
ESWL akibat batu yang hancur dan turun ke ureter), terdapat riwayat
gagal ginjal sebelumnya, ginjal soliter atau pun post transplantasi ginjal.
Adapun indikasi relatif dari insersi DJ stent ini adalah batu yang berukuran
riwayar sepsis sebelumnya, dilatasi pasif dari ureter dan uretra, operasi
pada setiap pasien. Sekitar 80% dari pasien memiliki keluhan pasca
(60%), urgensi (60%) and disuria (40%), selain itu keluhan nyeri (80%)
jelas, namun terdapat beberapa teori seperti spasme otot polos ureter
berasal dari ujung distal DJ stent (bladder coil). Stimulus mekanis ini
berkaitan pula dengan aktifitas fisik dari pasien sehingga lebih sering
muncul di siang hari, dibandingan malam hari. Posisi stent yang tidak
yang dapat pula berasal dari aktivitas berlebihan dari otot-otot detrusor
pasien dengan DJ stent yang berukuran lebih panjang. (Lee et al., 2019)
pinggang. Nyeri ini dapat bersifat ringan sampai sedang, dan tidak
obstruksi dari ureter yang tidak paten, maka insersi DJ stent masih
klinis dan penelitian. Kuestioner ini digunakan untuk menilai keluhan yang
USSQ terdiri dari 6 bagian yang ditanyakan yakni nyeri pada tubuh,
kuesioner ini kami lampirkan. (Miyaoka and Monga, 2009; Park et al.,
f. Solifenacin
yang dimediasi kolinergik, yaitu kontraksi otot polos buli-buli dan stimulasi
pada otot sel sel otot polos. Reseptor muskarinik ini selain ada di detrusor,
juga ada di kelenjar saliva dan sistem saraf pusat dan perifer. Reseptor
memiliki fungsi yang lebih dominan pada kontraksi detrusor adalah M3.
Efek muskarinik ini dapat pula dipicu atau dimodulasi oleh urothelium buli
buli atau pun sistem saraf pusat. Pengikatan asetilkolin pada reseptor ini,
yang baik mengatasi keluhan urinary symptoms akibat OAB. (Katoh et al.,
pemberian secara bersamaan dengan obat yang juga memiliki efek ini,
adalah 2,5 mg, 5 mg dan 10 mg per 24 jam per oral. Sisa- sisa
metabolisme obat ini akan disekresikan melalui urine (24%) dan feses
nausea, tremor dan kulit kering). Insiden mulut kering dan konstipasi lebih
Reaksi alergi yang berat dapat berupa angioedema pada wajah, dan
solifenacin.
28
g. Mirabegron
tersedia dan disetujui untuk terapi OAB pada pasien dewasa. Mirabegron
telah menjalani penelitian uji coba yang ketat di Eropa, Australia, Amerika
predominan beta yang terdapat di sel sel otot polos detrusor, dan
tinja. Tingkat eliminasi melalui urin tergantung pada dosis. Waktu paruh
saluran kemih, dan sakit kepala. (Gibson et al., 2017; Kelleher et al.,
2018)
pasien dengan hipertensi berat yang tidak terkontrol (tekanan darah sistol
≥ 180 mmHg atau diastole ≥ 110 mmHg, atau keduanya). Tekanan darah
dilatasi aorta pada kelinci, sehingga tidak dianjurkan pada wanita hamil.
mengobati keluhan pada kasus over active bladder (OAB), kedua obat ini
kasus OAB, terapi ini dapat dijadikan sebagai pilihan.(Gratzke et al, 2018)
31
i. Kerangka Teori
Pasca
Pemasangan
Double J Stent
modifikasi
desain stent,
medikamentos Solifenacin
a Efek samping:
posisi stent, Iritasi Bladder
pelapisan stent
terapi Spasme otot polos
Solifenacin
intravesical.
Reflux urine + Mirabegron
Morbiditas, Penurunan
Kualitas Hidup
j. Kerangka Konsep
Insersi DJ
Stent
Iritasi Bladder,
Spasme otot
polos,Reflux urine
USSQ
Solifenacine 5
Solifenacin 5 mg + Mirabegron
mg 25 mg
Variabel bebas :
Variabel tergantung :
Variabel kendali :
33
k. Definisi Operasional
dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh
orang lain. Berikut ini adalah definisi operasional dari beberapa variabel
a. Pasien yang menjalani operasi endo, atau PCNL yang diikuti insersi
DJ Stent
i. Kriteria inklusi
lithotripsy (ESWL)
operasi
d) Mengalami ISK
e) Kehamilan
hipertensi)
h) Riwayat alkoholis
mirabegron
b. Umur Responden
skala nominal dengan kriteria objektif yang terdiri atas: (1) Laki-Laki
d. Pekerjaan Responden
upah/gaji.
Tidak Bekerja : Bila responden tidak memiliki kegiatan pokok
upah/gaji.
e. Status Perkawinan Responden
a. Insersi DJ Stent
c. Keluhan SRSs
a. Solifenacin 5 mg
b. Solifenacin 5 mg + Mirabegron 25 mg
4. Variabel kendali
Kuestioner USSQ
37
l. Hipotesis Penelitian
sebagai berikut:
pemasangan DJ stent.
pemasangan DJ stent.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
fragmen batu dan posisi dari DJ stent. Kateter Foley dicabut pada
hari ke-1 pasca operasi pada semua pasien. Pasien dirawat jalan
setiap 7 hari (hari ke- 7, 14, 21, 28) pasca insersi DJ Stent.
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi penelitian
Ibnu Sina.
2. Sampel Penelitian
ini (grup yang tidak diberikan obat) merupakan hal yang seharusnya
telepon)
3. Perumusan Sampel
P ( 1−P )
n=Z ( Z α + Z β )2 2
( P1−P2 )
Keterangan:
D. Instrumen Penelitian
E. Pengumpulan Data
lewat telepon.
44
F. Alur Penelitian
Pasca
Pemasangan DJ
Stent
Follow-up
USSQ diisi: hari ke-7, 14, 21, dan hari ke 28pasca insersi DJ stent
Analisa
Data
Bagan 3. Alur Penelitian
45
1. Pengolahan Data
a. Editing
agar tidak terdapat kesalahan data (missing data). Hal ini bertujuan
b. Coding
c. Entry Data
independen.
46
d. Cleaning
2. Analisis Data
the Social Science (SPSS Inc,; Chicago, IL, USA), Trial version 2003
Test). Tes ANOVA dan Pasca Hoc Test metoda Tukey digunakan
3. Penyajian Data
bentuk tabel frekuensi dan tabel cross tabulasi, grafik dan narasi
H. Pertimbangan Etika
Hasanuddin Makassar
47
BAB IV
A. Hasil Penelitian
a. Karakteristik responden
sebesar 5.55%.
berat badan kelompok tunggal reratanya lebih berat yaitu 63.57 kg.
Mean score ± SD
Waktu
Solifenacin Solifenacine + p value
Pengamatan
e Mirabegrone
Minggu I 15.19 ± 4.88 21.53 ± 5.79 <0.001
Minggu II 10.88 ± 3.45 13.64 ± 4.63 0.017
Minggu III 8.11 ± 2.48 9.35 ± 3.71 0.158
Minggu IV 5.61 ± 2.51 7.17 ± 3.62 0.073
*independent-t test
15 15.19 Solifenacine
13.64 Solifenacine + Mirabegrone
10 10.88
9.35
8.11 7.17
5 5.61
0
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
tidak terlalu bermakna pada dua kelompok ini. Penurunan nilai skor
terapi.
Mean score ± SD
Waktu p value
Solifenacine Solifenacine +
Pengamatan
Mirabegrone
Minggu I 13.85 ± 3.51 12.21 ± 4.58 0.150
Minggu II 9.85 ± 3.90 8.36 ± 3.54 0.148
Minggu III 6.07 ± 3.37 4.82 ± 2.80 0.142
Minggu IV 4.65 ± 3.06 3.96 ± 2.78 0.390
51
*independent-t test
SKOR NYERI
16
14 13.85
12 12.21
10 9.85 Solifenacine
8.36 Solifenacine + Mirabegrone
8
6 6.07
4.82 4.65
4 3.96
0
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
Mean score ± SD
Waktu p value
Solifenacine Solifenacine +
Pengamatan
Mirabegrone
Minggu I 9.54 ± 3.63 12.53 ± 3.81 0.005
Minggu II 6.42 ± 3.06 8.53 ± 3.71 0.027
Minggu III 4.42 ± 3.02 6.14 ± 3.96 0.80
Minggu IV 3.69 ± 2.54 5.32 ± 3.22 0.045
*independent-t test
12.53
12
10
9.54
8.53 Solifenacine
8
Solifenacine + Mirabegrone
6.42 6.14
6
5.32
4.42
4 3.69
0
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
menjalani terapi.
Mean score ± SD
Waktu p value
Solifenacine Solifenacine +
Pengamatan
Mirabegrone
Minggu I 6.96 ± 3.02 5.07 ± 5.12 0.114
Minggu II 4.84 ± 2.95 4.50 ± 3.76 0.718
Minggu III 3.36 ± 1.82 3.14 ± 2.60 0.730
Minggu IV 2.12 ± 1.85 3.03 ± 2.51 0.142
*independent-t test
54
7 6.96
2 2.12
0
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
Nilai p-value pada variable aktivitas kerja (AK) pada minggu II,
III, IV (0.114, 0.718, 0.730, 0.142) ≥ α=0.05, yang berarti bahwa kedua
Mean score ± SD
Waktu p value
Solifenacin
Solifenacine + Mirabegrone
Pengamatan
e
Minggu I 2.33 ± 0.57 1.20 ± 2.02 0.350
Minggu II 3.57 ± 1.94 2.04 ± 1.76 0.017
Minggu III 2.67 ± 1.39 2.12 ± 1.33 0.225
Minggu IV 1.93 ± 0.88 2.28 ± 0.97 0.269
*independent-t test
3.5 3.57
3
2.67
2.5 Solifenacine
2.33 2.28
2.04 2.12 Solifenacine + Mirabegrone
2 1.93
1.5
1.2
1
0.5
0
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
beberapa sampel pada penelitian ini secara seksual tidak aktif seperti
tidak memiliki pasangan ataupun usia tua, serta tidak merata waktu
Mean score ± SD
p value
Solifenacin
Waktu Pengamatan
Solifenacine + Mirabegrone
e
Minggu I 7.34 ± 2.99 8.46 ± 2.53 0.143
Minggu II 4.92 ± 2.41 5.03 ± 2.02 0.858
Minggu III 3.69 ± 1.78 3.42 ± 1.47 0.555
Minggu IV 2.57 ± 1.87 3.25 ± 1.35 0.135
*independent-t test
6
Solifenacine
5 5.03
4.92 Solifenacine + Mirabegrone2
4
3.69
3.42 3.25
3
2.57
2
0
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
57
lain (KL) yang dirasakan oleh subjek penelitian sejak minggu I hingga
nilai skor pada minggu II,III dengan nilai p-value pada variable keluhan
lain (KL) yaitu (0.858, 0.555)> α=0.05, yang berarti bahwa kedua
dengan stent ini disebut pula dengan SRSs (stent related syndrome)
berfungsi. Karena itu, stent ureter harus dilepas sedini mungkin setelah
Ray15 \l 1057 ]
nilai skor pada seluruh variable yang diteliti dalam penelitian ini
menunjukkan angka 6.02 ± 3.06 dan 8.13 ± 3.68. Untuk variable AK,
rerata skor untuk kedua kelompok adalah 4.32 ± 2.41 dan 3.94 ± 3.50.
keluhan lain yang terkait dengan variable tersebut. Pada variable nyeri
yang menilai jenis pekerjaan, durasi, berat atau ringannya beban fisik
yang melibatkan 485 partisipan yang aktif secara seksual. Hasil yang
(MD: 0,53, 95% CI: - 0,52 hingga 1,57, p = 0,322). Namun, pada
menurun secara signifikan, pada pria (MD: -4.25, 95% CI: - 6.20
hingga - 2.30, p <0.001) dan wanita (MD: -7.17, 95% CI: - 7.88 hingga
2020)
pada 21,6%, gejala iritasi 30,5%, ISK dan demam pada 10,8%,
bakteriuria pada 27,7%, migrasi stent ke sisi atas pada 3,3% dan
penting untuk memberi tahu pasien tentang hasil yang realistis dan
dan inkontinensia.
Disisi lain, dalam perspektif farmakologi, mirabegron
sampel pada penelitian ini secara seksual tidak aktif seperti tidak
yang lebih baik mengatasi OAB dengan uji ANOVA untuk 6 kelompok
Symptoms pada pasien yang diukur dengan skor OAB dan PPBC
value <0.002, CI -0.4 s.d 0.1. Adapun evaluasi gejala rerata jumlah
miksi dalam 24 jam kelompok kombinasi masih lebih superior
-0.2) dan Solifenacine (p value 0.004, CI 95% -0.7 s.d -0.1) hal ini juga
lebih rendah. Hal ini meningkatkan kualitas hidup pada pasien OAB.
bagian bawah dan hasil yang lebih baik dalam mengobati gejala OAB
tidak aktif seperti tidak memiliki pasangan ataupun usia tua, serta
terhadap pasien.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
nyeri.
signifikan.
5.2 Saran