Anda di halaman 1dari 67

PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

PENGARUH RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP


KEKUATAN OTOT DAN RENTANG GERAK PASIEN
PASCA PERAWATAN STROKE DI RUMAH SAKIT
dr.H.ABDOELMOELOEK PROPINSI LAMPUNG
TAHUN 2014

TESIS

Disusun Oleh
FAJAR YUDHA
NIM : 2012980010

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2014
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

PENGARUH RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP


KEKUATAN OTOT DAN RENTANG GERAK PASIEN
PASCA PERAWATAN STROKE DI UNIT REHABILITASI
MEDIK RUMAHSAKIT dr.H.ABDOELMOELOEK
PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program


Strata Dua (S-2) Magister Keperawatan

Disusun Oleh
FAJAR YUDHA
NIM : 2012980010

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2014

ii
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan judul : “Pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan

otot dan rentang gerak pasien pasca perawatan stroke di unit rehabilitasi medik rumah

sakit dr.H. Abdoel Moeloek propinsi Lampung tahun 2014”. Tesis ini diajukan sebagai

bahan untuk menyelesaikan pendidikan Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan

Keperawatan Medikal Bedah pada Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadyah Jakarta.

Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis mendapatkan bimbingan dan dukungan dari

berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak DR.dr Anwar Wardy, Sp.S DFM.(K), selaku pembimbing I

2. Bapak Syamsul Anwar, SKM, M.Kep, Sp.Kom, selaku pembimbing II

3. Ibu Miciko Umeda, S.Kp, M.Biomed selaku penguji 1.

4. Ibu Enny Mulyatsih, M.Kep, Sp.KMB selaku penguji 2

5. Bapak Drs. Sukadiyono dan ibu Sri Yuliati, S.Pd

6. Bapak Nursino Subagyo dan Ibu Suherni

7. Senja Pratiwi S.Kep, Tegar Itmamul Wafa, dan Novian Nuriski

8. Ns. Tubagus Erwin Nurdiansyah, S.Kep dan Ns. Budi Antoro, S.Kep

Trimakasih atas bimbingan dan arahan Bapak dan Ibu semuanya. Akhirnya penulis

berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat keperawatan. Saran dan kritik

membangun penulis harapkan guna perbaikan tulisan ini.

Jakarta, September 2014


Penulis
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADYAH JAKARTA
Tesis, September 2014
Fajar Yudha
Pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot dan rentang gerak pasien pasca
perawatan stroke di unit rehabilitasi medik rumah sakit dr.H. Abdoel Moeloek propinsi
Lampung tahun 2014
xiii + 47 hal + 10 tabel + 3 skema + 2 gambar

Abstrak
Saat pasien stroke memasuki masa rehabilitatif, pasien memerlukan tindakan rehabilitatif
untuk untuk mengurangi kondisi ketidakmampuan dan mencapai fungsi optimal pasien
perlu dilakukan. Latihan ROM yang dilakukan sedini mungkin dan dilakukan dengan
benar dan secara terus menerus akan memberikan dampak pada kekuatan otot dan rentang
gerak sendi. Banyak penelitian terkait stroke namun peneliti belum menemukan penelitian
yang menyoroti jika latihan gerak ini diterapkan juga dirumah secara teredukasi. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot
dan rentang gerak pasien pasca perawatan stroke di unit rehabilitasi medik rumah sakit
dr.H. Abdoel Moeloek propinsi Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif,
menggunakan desain penelitian eksperimen semu (quasy experiment) pre dan post test
design. Jumlah sampel penelitian 20 responden Teknik pengambilan sampel yaitu
consecutive sampling. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji distribusi frekuensi dan t-
test dependen. Hasil uji statistik kekuatan otot menunjukkan hasil uji p value = 0,001 dan
rentang gerak menunjukkan hasil uji p value = 0,000. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
terdapat pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot dan rentang gerak
pasien pasca perawatan stroke di unit rehabilitasi medik rumah sakit dr.H. Abdoel Moeloek
propinsi Lampung. Saran peneliti yaitu pasien perlu mendapat pendidikan kesehatan untuk
dapat menerapkan latihan ROM di rumah secara rutin dan berkelanjutan.

Kata kunci : Range Of Motion (ROM), Kekuatan otot, rentang gerak


Pustaka : 23 (2004 - 2012)
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

NURSING PROGRAME OF

MUHAMMADYAH JAKARTA UNIVERSITY

Thesis, Sept 2014

Fajar Yudha

Effect of Range Of Motion (ROM) to muscle strength and range of motion in post-stroke
care patients in medical rehabilitation unit dr.H. Abdel Moeloek hospitals Lampung
province in 2014

xiii + 47 + 10 table + 3 schema + 2 pictures

Abstract

When entering a period of rehabilitation of stroke patients, patients requiring rehabilitative


measures to reduce the state's inability to achieve optimal function and patients need to be
done. ROM exercises are performed as early as possible and be done correctly and
continuously will have an impact on muscle strength and joint range of motion. Many
studies related to stroke, but researchers have yet to find a study that highlights if this
applied motion exercises also are educated at home. The purpose of this study was to
determine the effect of Range Of Motion (ROM) to muscle strength and range of motion in
post-stroke care patients in medical rehabilitation unit dr.H. Abdel Moeloek hospitals
Lampung province. This research was a quantitative study, using a quasi-experimental
research design pre and post test design. Total sample 20 respondents. Sampling technique
was consecutive sampling. Statistical analysis used the frequency distribution test and t-test
dependent. Statistical test results showed muscle strength test result value p = 0.001 and
motion range shows the test results values p = 0.000. The conclusion from this study is that
there is the effect of exercise Range Of Motion (ROM) to muscle strength and range of
motion in post-stroke care patients in medical rehabilitation unit dr.H. Abdel Moeloek
hospitals Lampung province. Researcher suggest that patients need to receive health
education to be able to apply the ROM exercises at home regularly and continuously.

Keywords : Range Of Motion (ROM), muscle strength, range of motion


References : 23 (2004 - 2012)
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Gambaran klinis untuk menentukan jenis stroke ............................ 12

Tabel 2.2 Tabel perbedaan stroke hemoragik dan iskemik ............................. 12

Tabel 2.3 Manuver untuk mengkaji kekuatan otot .......................................... 19

Tabel 2.4 Tabel Kekuatan otot ........................................................................ 20

Tabel 2.5 Teminologi untuk posisi ROM Normal ........................................... 20

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian .................................. 24

Tabel 4.1 Analisis bivariat hubungan latihan ROM terhadap kekuatan


otot dan rentang gerak ..................................................................... 34

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, lama menderita,


dan frekuensi stroke di unit rehabilitasi RSUDAM
Provinsi Lampung............................................................................ 35

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi kekuatan otot dan rentang gerak pasien
stroke di unit rehabilitasi RSUDAM Provinsi Lampung................. 36

Tabel 5.3 Pengaruh kekuatan otot dan rentang gerak sendi pada pasien
stroke di unit rehabilitasi RSUDAM Provinsi Lampung................. 37
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Goniometer .................................................................................. 30

Gambar 4.2 Cara Pengukuran rentang gerak dengan goniometer ................... 30


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Kerangka teori ............................................................................... 21

Skema 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 23

Skema 4.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 26


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabulasi data

Lampiran 2 Instrumen Penelitian

Lampiran 3 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 4 Lembar kontrol ROM


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan

meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang

lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030. Di Amerika Serikat

tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi

kematian akibat stroke. Pada tahun 2010, Amerika telah menghabiskan $ 73,7 juta

untuk menbiayai tanggungan medis dan rehabilitasi akibat stroke (medicastore,

2012)

Stroke adalah kerusakan otak akibat sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di

otak. Menurut (Riskesdas, 2008), jumlah penderita stroke mencapai 8,3 per 1.000

populasi di Indonesia. Dengan populasi sekitar 211 juta jiwa, berarti terdapat

sekitar 1,7 juta penderita stroke di Indonesia. Data yang berhasil dihimpun

Kementerian Kesehatan dari seluruh rumah sakit di Indonesia menemukan bahwa

sebanyak 12 juta penduduk Indonesia yang berumur di atas 35 tahun berpotensi

terserang stroke. Padahal dulu penyakit ini lebih banyak menyerang mereka yang

usianya sudah 55 tahun ke atas (detikHealth, 4/7/2012).

1
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

Stroke paling banyak dialami orang yang berusia 55 - 65 tahun. Semakin tua

usianya, makin banyak pembuluh darah yang tersumbat atau mengalami

arteroskletrosis. Namun kecenderungannya sekarang stroke juga sudah bisa

menyerang saat usia 25 - 35 tahun, (detikHealth, 2012). Penanggulangan masalah

stroke makin penting dan mendesak karena kini Indonesia menduduki urutan

pertama didunia dalam hal jumlah penderita stroke terbanyak, Angka kejadian

stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan saat ini Indonesia

merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, karena

berbagai sebab selain penyakit degeneratif, dan terbanyak karena stres. Ini sangat

memprihatinkan mengingat Insan Pasca Stroke (IPS) biasanya merasa rendah diri

dan emosinya tidak terkontrol dan selalu ingin diperhatikan. Apabila tidak ada

upaya penanggulangan stroke yang lebih baik maka jumlah penderita stroke pada

tahun 2020 diprediksikan akan meningkat 2 kali lipat (Samsudin, 2012).

Jumlah penderita stroke di tahun 2007 usia 45-54 sekitar 8 persen, sedangkan

pada tahun 2013 mencapai 10 %. Selanjutnya jumlah penderita stroke usia 55-64

tahun pada Riskesdas 2007 sebanyak 15 persen, sedangkan pada Riskesdas 2013

mencapai 24%. Pada Riskesdas 2013 jumlah penderita stroke pada usia 15-24

tahun sudah ada yakni 0,2 persen dan ini termasuk tinggi (Republika,2013).

Pasien stroke mendapatkan perawatan tidak hanya saat serangan namun juga

perawatan setelah stroke yang disebut sebagai masa rahabilitasi dalam proses

pengobatanya. Dalam masa rehabilitasi, penderita stroke akan belajar bergerak,

berpikir, dan merawat diri sendiri. Rehabilitasi tidak dapat menyembuhkan efek-

efek yang ditimbulkan stroke, namun dapat membantu penderita stroke untuk

mengoptimalkan fungsi tubuhnya. Rehabilitasi akan memberikan hasil yang


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

optimal bila dilakukan dalam 3 bulan pertama paska stroke. Meskipun

perkembangan pemulihan yang optimal didapatkan dalam jangka waktu tersebut,

proses pemulihan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, sangatlah penting

untuk memulai rehabilitasi sedini mungkin dan secara berkesinambungan.

Rehabilitasi dimulai sejak penderita dirawat di rumah sakit dan dapat dilanjutkan

secara rawat jalan, atau di rumah dengan perawatan tim rehabilitasi home care.

Pemilihan jenis terapi yang diperlukan akan disesuaikan dengan kondisi penderita

stroke dan apa yang dibutuhkan supaya penderita stroke dapat mandiri. Tim

rehabilitasi medis, yang terdiri dari dokter spesialis rehabilitasi medis, perawat,

fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi, dokter spesialis gizi, dan psikiater,

akan melakukan pengkajian dan menentukan perencanaan terapi yang sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan penderita stroke, antara lain:

1. Ketrampilan perawatan diri, seperti makan, mandi, berpakaian, dan lain-lain

2. Ketrampilan pergerakan, seperti berjalan, menggunakan kursi roda, dan lain-

lain

3. Ketrampilan berbicara dan berbahasa untuk meningkatan komunikasi

4. Ketrampilan sosial untuk berinteraksi dengan orang lain (Eka Hospital, 2013)

Penelitian yang dilakukan oleh (Ruud W. Selles et.all 2004) tentang “Feedback-

Controlled and Programmed Stretching of the Ankle Plantarflexors and

Dorsiflexors in Stroke: Effects of a 4-Week Intervention Program” yang

mendapatkan hasil bahwa pergerakan sendi palntar dan dorsofleksi memberikan

pengaruh yang positif bagi penderita stroke.

Penelitian yang dilakukan (Flansbjer, et.all 2008) tentang Progressive Resistance

Training After Stroke: Effects on Muscle Strength, Muscle Tone, Gait


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

Performance and Perceived Participation, mendapatkan hasil bahwa kekuatan

otot meningkat secara signifikan setelah latihan ketahanan progresif.

Penelitian yang dilakukan ( Oulette. Et. all, 2004 ) tentang High-Intensity

Resistance Training Improves Muscle Strength, Self-Reported Function, and

Disability in Long-Term Stroke Survivor, didapatkan hasil bahwa Progresive

Intensive Training memberikan dampak positif bagi perkembangan pergerakan

pasien stroke.

Latihan Range of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan dalam

proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya

kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan ini adalah salah satu bentuk

intervensi fundamental perawat yang dapat dilakukan untuk keberhasilan regimen

terapeutik bagi pasien dan dalam upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat

permanen pada pasien paska perawatan di rumah sakit sehingga dapat

menurunkan tingkat ketergantungan pasien pada keluarga. Pengamatan yang

dilakukan penulis di RS Abdoel Moeloek didapatkan bahwa rehabilitasi pada

pasien stroke yang mengalami hemiparesis atau hemiplegia dilakukan oleh

fisioterapis selama kurang lebih 15 menit setiap terapi namun evaluasi penilaian

terhadap tindakan belum dilakukan secara optimal. Oleh karena itu, untuk menilai

sejauhmana latihan ROM aktif dan pasif dapat meningkatkan mobilitas sendi

sehingga mencegah terjadinya berbagai komplikasi seperti yang telah dipaparkan

sebelumnya dan menilai sejauhmana latihan ini memberikan dampak yang terkait

erat dengan tingkat ketergantungan pasien, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

tentang pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot dan rentang gerak pada

pasien pasca perawatan stroke.


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

Berdasarkan fenomena tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang

bagaimana pengaruh latihan ROM terhadap dan kekuatan otot dan rentang gerak.

B. Rumusan Masalah

Saat pasien stroke memasuki masa rehabilitatif, pasien memerlukan tindakan

rehabilitatif untuk untuk mengurangi kondisi ketidakmampuan dan mencapai

fungsi optimal pasien perlu dilakukan. Latihan ROM yang dilakukan sedini

mungkin dan dilakukan dengan benar dan secara terus menerus akan memberikan

dampak pada kekuatan otot dan rentang gerak. Banyak penelitian terkait stroke

namun peneliti belum menemukan penelitian yang menyoroti jika latihan gerak

ini diterapkan juga dirumah secara teredukasi. Berdasarkan fenomena, paparan

dalam latar belakang masalah, dan rumusan masalah tersebut maka pertanyaan

penelitiannya adalah apakah ROM berpengaruh terhadap kekuatan otot, dan

rentang gerak pasien pasca perawatan stroke.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh Range of Motion (ROM)

terhadap kekuatan otot dan rentang gerak pasien di unit rehabilitasi Rumah

Sakit dr,H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung.

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan karakteristik pasien stroke di unit rehabilitasi Rumah Sakit

dr.H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung

b. Menjelaskan perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan

latihan Range of Motion (ROM)


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

c. Menjelaskan perbedaan rentang gerak sebelum dan sesudah dilakukan

latihan Range of Motion (ROM)

d. Menjelaskan pengaruh Range of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot,

dan rentang gerak sendi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk pasien dan keluarga

Diharapkan dapat memberikan masukan positif dan informasi bagi keluarga

untuk dapat meningkatkan dan menggalakkan latihan Range of Motion

(ROM) , karena diharapkan pasien tidak mengalami atrofi otot dan kontraktur

yang akan mengakibatkan kecacatan permanen. Manfaat lain yaitu dapat

memberikan pandangan kepada pasien bahwa penyakit stoke memang sulit

diobati namun dapat dikurangi tingkat keparahanya.

2. Manfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan tentang pengaruh

latihan Range of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot dan rentang gerak

pasien stroke. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai data

dasar atau studi banding untuk melakukan penelitian selanjutnya di lingkup

keperawatan medikal bedah.


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi stroke

Stroke merupakan penyakit gangguan neurologis yang sering didapati dan harus

ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi neurologis yang

timbul secara mendadak yang disebabkan oleh karena terjadinya gangguan peredaran

darah otak (Muttaqin, 2008).

Stroke adalah penyakit fungsional otak berupa kerusakan sel saraf (deficit

Neurologis) akibat terhambatnya aliran darah ke otak(Junaidi, 2011). Secara

sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah

ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan (stroke hemoragik).

B. Penyebab

1. Trambosis cerebral

Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan

iskemi jaringan otak yang menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya.

Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.

Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan

darah yang dapat menyebabkan iskemik cerebral. Tanda dan gelaja neurologis

seringkali memburuk pada 48 jam setelah trombosis terjadi. Keadaan - keadaan

dapat menyebabkan trombosis otak antara lain yaitu:

7
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

a. Aterosklerosis

b. Arteritis

c. Hiperkoagulasi pada policitemia

d. Emboli

2. Haemoragi

Perdarahan intrakranial atau intracerebral termasuk perdarahan ke ruang

subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi

karena aterosklerosis dan hipertensi (Muttaqin, 2008). Akibat pecahnya pembuluh

darah otak menyebabkan perembasan darah ke dalam parenchim otak yang dapat

mengakibatkan penekanan, pergesekan dan pemisahan, jaringan otak yang

berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga

menyebabkan terjadi infark otak, edema, dan mungkina herniasi otak.

3. Hipoksia Umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:

a. Hipertensi

b. Henti jantung

c. Penurunan curah jantung

4. Hipoksia setempat

a. Spasme arteri cerebral yang diserta perdarahan subaraknoid

b. Vasokonstiksi artri otak disertai sakit kepala migren

C. Gejala dan tanda Klinis

Apabila stroke terjadi, maka keluarga atau dokter akan menolong Anda untuk segera

pergi ke dokter atau rumah sakit. Saat dokter memeriksa anda setelah terserang stroke

dan tidak ditemukan gejala dan tanda yang jelas, kemungkinan anda terserang TIA
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

(stroke ringan) (Junaidi, 2011). Gejala ini akan menghilang paling lambat 24 jam

setelah serangan Gejala awal stroke umumnya berupa gangguan kesadaran, tidak

sadar, bingung, sakit kepala, sulit konsentrasi, disorientasi, atau dalam bentuk lain

berupa perasaan ingin tidur, sulit mengingat, penglihatan kabur, dan sebagainya. Pada

beberapa jam berikutnya gangguan kesadaran akan berlanjut pada penurunan kekuatan

otot dan koordinasi dalam bentuk sulit berkonsentrasi dalam membaca atau

mendengar percakapan orang lain. Sulit menyusun kata-kata atau melakukan

pekerjaan sehari-hari seperti berdiri, berjalan atau mengambil benda-benda

Menurut (Junaidi, 2011) secara rinci gejala stroke akut adalah sebagai berikut:

1. Adanya serangan defisit neurologis fokal, yang ditandai dengan kelemahan atau

kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.

2. Hilangnya rasa atau adanya abnormalitas sesnsasi pada lengan atau tungkai atau

salah satu sisi tubuh. Mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan, terasa seperti

terkena cabai, rasa terbakar

3. Mulut tidak simetris, lidah sulit lurus

4. Gangguan menelan: sulit menelan, mudah tersedak

5. Bicara tidak jelas, kata yang diucapkan tidak jelas

6. Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat

7. Tidak memahami pembicaraan dan kata-kata orang lain

8. Tidak mampu membaca dan menulis serta tidak memahami tulisan

9. Tidak dapat berhitung dan kepandaian menurun

10. Tidak mampu mengenali atau merasakan bagian tubuhnya

11. Hilang kendali terhadap keinginan berkemih atau berkemih yang tidak disadari

12. Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil dan sempoyongan

13. Pelupa, pikun (dimensia)


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

10

14. Vertigo

15. Awal terjadi penyakit (onset) cepat, mendadak, dan biasanya terjadi saat istirahat

atau bangun tidur

16. Hilangnya penglihatan, berupa penglihatan terganggu, sebagian lapang pandang

tidak terlihat. Gangguan pandangan tanpa rasa nyeri, penglihatan gelap atau ganda

sesaat.

17. Kelopak mata sulit dibuka

18. Pendengaran hilang, atau menurun

19. Menjadi lebih sensitif, mudah emosional

20. Kebanyakan tidur atau selalu ingin tidur.

21. Kehilangan keseimbangan, sempoyongan atau terjatuh

22. Gangguan kesadaran, pingsan sampai tidak sadarkan diri

D. Faktor Resiko Stroke

Menurut (Junaidi, 2011) Faktor resiko stroke umumnya dibagi menjadi dua kelompok

besar yaitu sebagai berikut:

a. Faktor resiko internal, yang dapat dikontrol / diubah / adimodifikasi

1) Umur, makin tua kejadian stroke makin tinggi

2) Ras/ Suku bangsa. Bangsa afrika, jepang, dan cina lebih sering terkena stroke.

Orang yang berwatak keras terbiasa cepat atau buru-buru, seperti orang

sumatra, sulawesi, dan madura rentan terkena stroke

3) Jenis kelamin; Laki-laki lebih beresiko dibanding wanita

4) Riwayat Keluarga (orang tua, saudara) yang pernah mengalami stroke pada

usia muda maka yang bersangkutan beresiko tinggi terkena stroke

b. Faktor risiko eksternal, yang dapat dikontrol/ diubah/ dimodifikasi


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

11

1) Hipertensi

2) Diabetes melitus

3) TIA

4) Fibrilasi atrial Jantung

5) Fibrinogen tinggi dan perubahan hemoreologikal lain

6) Pasca Stroke (mereka yang pernah terserang stroke)

7) Peminum Alkohol

8) Abnormalitas lemak:lipoprotein

9) Infeksi : Virus dan Bakteri

10) Perokok (utamanya rokok sigaret)

11) Hiperhomocysteinemia

12) Kurang aktivitas fisik

13) Obat-obatan, misalnya obat kontrasepsi oral/pil KB

14) Stres fisik dan mental

15) Obesitas / kegemukan

16) Hiperkolesterolemia

E. Klasifikasi

Menurut Stroke dibagi menjadi dua yaitu :

1. Stroke Hemoragik (perdarahan)

Stroke hemoragik dibagi sebagai berikut

a. Perdarahan subarakhnoid (PSA) darah yang masuk ke selaput dasar otak

b. Perdarahan intracerebral (PIS), intraparenkim atau intraventrikel. Darah yang

masuk ke dalam struktur atau jaringan-jaringan otak

2. Stroke iskemik (non perdarahan)

Penggolongan berdasarkan perjalanan klinisnya dikelompokkan sebagai berikut:


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

12

a. Transient Ischemic Attack (TIA); serangan stroke sementara yang onsetnya

kurang dari 24 jam

b. Reversible Ischemic NeurologicDevicit (RIND) Gejala neurologis yang akan

menghilang dalam waktu > 24 jam sampai dengan 21 hari

c. Progresive Stroke atau Stroke Involution. Kelainan atau defisit neurologis

berlangsung secara bertahap dari ringan hingga berat

d. Stroke Komplit atau Complete Stroke kelainan neurologik menetap dan tidak

berkembang lagi.

F. Penentuan Jenis stroke

Secara sederhana, jenis stroke dapat dikenali dari kecepatan terjadinya serangan.

Berikut ini gambaran klinis yang dapat digunakan untuk menentukan jenis stroke.

Tabel 2.1 Gambaran klinis untuk menentukan jenis stroke

Jenis stroke Nyeri kepala Gangguan Kelumpuhan


kesadaran
Stroke iskemik Tidak ada Tidak ada Berat
Stroke perdarahan (PIS) Berat Berat Berat
Stroke perdarahan (PSA) Sedang berat sedang Tidak ada
(PIS = Perdarahan intra serebral. PSA = perdarahan subarakhnoid)
Tabel 2.2 Tabel perbedaan stroke hemoragik dan iskemik

Gejala dan tanda Hemoragik Iskemik


Saat kejadian/ onset Sedang aktif Saat istirahat
Peringatan TIA Tidak ada Ada
Nyeri kepala Ada Tidak ada
Mual/Muntah Ada Tidak ada
Penurunan kesadaran Sangat nyata Ringan
Nadi bradikardi ++ +/-
Edema papil mata + -
Kaku kuduk + -
Kernig, brudinsky ++ -
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

13

G. Tahap Proses pemulihan Stroke

1. Fase akut, adalah tahapan kritis yang berlangsung antara 3-7 hari.

2. Fase pemulihan, setelah fase akut, berlangsung fase pemulihan antara 2-4

minggu. Objektifnya: pasen belajar lagi keterampilan motorik yang terganggu

dan belajar penyesuaian baru untuk mengatasi keterbatasan yang terjadi.

3. Rehabilitasi

Adalah proses kelanjutan pemulihan untuk mencapai perbaikan maksimal

dalam kemampuan fisik, mental, sosial, kemampuan bicara, dan sebagainya.

4. Fase ke kehidupan sehari-hari

Setelah fase akut, maka terapi pencegahan untuk menghindari terulangnya

stroke tetap dilakukan. Pasien biasanya dianjurkan untuk hal-hal berikut :

a. Melakukan tensi secara rutin

b. Mengendalikan kadar gula darah

c. Menghindari merokok

d. Melakukan diet rendah lemak

e. Menghindari resiko terjadinya stres

f. Fisioterapi

H. Rehabilitasi dini

Setelah keadaan pasien membaik dan kondisinya telah stabil maka rehabilitasi dini

dapat segera dilakukan di tempat tidur. Tujuan perawatan suportif dini adalah

untuk memulai kegiatan yang memperbaiki fungsi saraf melalui terapi fisik dan

teknik-teknik lain. Rehabilitasi dini merupakan program yang segera dilakukan

khususnya beberapa hari sampai minggu setelah terkena stroke. Tujuanya adalah

untuk mencegah kekakuan otot (kontraktur), mengoptimalkan pengobatan


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

14

sehubungan masalah medis dan menyediakan bantuan psikologis pasien dan

keluarganya. Bila usaha ini dilakukan segera maka perelaksasian kekakuan otot

dilakukan 24-48 jam pertama. Terapi fisik harus dimulai dalam 2 hari dari onset

bahkan pasien koma sekalipun dengan menggerakkan anggota tubuhnya (Junaidi,

2011). Salah satu teknik yang dapat diaplikasikan dalam rehabilitasi dini adalah

teknik Range Of Motion (ROM).

I. Range Of Motion

Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan

menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa

otot (Potter & Perry, 2005).

Latihan range of motion (ROM) merupakan sebutan untuk menyatakan batasan

gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan

ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal (Muttaqin, 2008).

1. Klasifikasi latihan ROM

Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan

bantuan perawat pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah

pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak

mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri,

pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (Suratun,

dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-

otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif

misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang

digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

15

ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara

mandiri.

Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing

klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan

rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot

serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif . Sendi yang

digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai

ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.

2. Prinsip Dasar Latihan ROM

a. ROM harus diulang sekitar 10 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari

b. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.

c. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,

diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.

d. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah semua

gerak sendi tubuh.

e. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-

bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.

f. Melakukan ROM harus sesuai waktunya misalnya setelah mandi atau

perawatan rutin telah di lakukan.

3. Tujuan ROM

a. Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot

b. Memelihara mobilitas persendian

c. Merangsang sirkulasi darah


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

16

d. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur

e. Mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan

4. Manfaat ROM

a. Memperbaiki tonus otot

b. Meningkatkan mobilisasi sendi

c. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

d. Meningkatkan massa otot

e. Mengurangi kehilangan tulang

5. Indikasi ROM

a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran

b. Kelemahan otot

c. Fase rehabilitasi fisik

d. Klien dengan tirah baring lama

6. Kontra Indikasi

a. Trombus/emboli dan keradangan pada pembuluh darah

b. Kelainan sendi atau tulang

c. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)

d. Trauma baru dengan kemunginan ada fraktur yang tersembunyi atau luka

dalam

e. Nyeri berat Sendi kaku atau tidak dapat bergerak


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

17

J. Rentang Gerak Sendi

Pemeriksaan ini meliputi perbandingan rentang gerak sendi (range of joint

motion/ROM) aktif dan pasif. Minta klien melakukan ROM aktif dan pasif penuh.

Pelajari terminologi untuk gerakan yng ditimbulkan. Instuksikan klienn dengan cara

yang dituju (Potter perry, 2010). Demonstrasikan ROM kepada klien. Untuk mengkaji

ROM pasif, minta klien rileks dan gerakkan ekstermitas sejauh ROM nya secara pasif.

Bandingkan dengan bagian tubuh yang sama. Jangan paksakan sendi ke posisi yang

nyeri. Ketahuilah jangkauan normal tiap sendi dan gerakan yang dapat anda berikan.

ROM bersifat sama diantara sendi kolateral. Secara ideal, lakukan pengkajian ROM

normal klien untuk memperoleh data dasar pengkajian berikutnya

Goniometer mengukur tingkat gerakan pada sendi tentu dan digunakan untuk klien

yang dicurigai menderita reduksi gerakan sendi. Instrumen ini memiliki dua lengan

fleksibel dengan protaktor 1800 pada pusat sendi yang diukur. Lengan berada

disepanjang anggota tubuh pada tiap sisi protraktor. Anda mengukur sudut sendi

sebelum mengukur sendi (Potter perry, 2010). Setelah menggerakkan sendi sejauh

ROM nya, ukur sudut untuk menentukan tingkat gerakan. Bandingkan pembacaan

dengan tingkat gerakan normal.

Sendi biasanya bebas dari rasa kaku, ketidakstabilan, pembengkakan, atau inflamasi.

Saat ditekan, klien tidak merasakan keluhan. Pada lansia, sendi sering membengkak

dan kaku dengan ROM yang berkurang karena adanya erosi kartilago dan fibrosis

membran sinovial. Jika sendi tampak meradang dan bengkak, palpasi untuk mengkaji

adanya suhu hangat (Potter perry, 2010).


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

18

K. Tonus dan Kekuatan Otot

Lakukan pengkajian tonus dan kekuatan otot saat pengukuran ROM. Integrasikan

temuan dengan pengkajian neurologis. Perhatikan tonus otot, yaitu tahanan otot yang

dirasakan saat Anda menggerakkan estremitas yang rileks secara pasif sepanjang

rentang geraknya. Minta klien untuk membiarkan estremitasnya rileks atau

menggantung (Potter perry, 2010).

Hal ini sulit dilakukan jika klien merasakan nyeri pada estermitas. Sokong dan pegang

tiap estermitas untuk menggerakkan sepanjang ROM normal. Tonus normal

menimbulkan resistensi ringan terhadap gerakan sepanjang jangkauan. Pada

hipertonisitas (peningkatn tonus otot) anda akan merasakan tahanan cukup kuat pada

pergerakan sendi pasif. Meneruskan pergerakan akan menyebabkan otot untuk

berelaksasi. Otot dengan hipotonisitas terasa lembut. Ekstermitas yang terkena akan

tergantung bebas sesuai tarikan gravitasi.

Untuk pengkajian kekuatan otot, klien berada dalam posisi stabil. Klien melakukan

manuver yang memperlihatkan kekuatan kelompok otot utama. Bandingkan

kesimetrisan pasangan otot berdasarkan skala 0 sampai 5. Lengan dominan biasanya

lebih kuat. Pada lansia berkurangnya masa otot menyebabkan kelemahan otot

bilateral, namun kekuatan otot tetap lebih besar pada ta ngan dominan (Potter perry,

2010). Perhatikan tiap kelompok otot. Minta klien memfleksikan otot yang diperiksa

dan mencoba me;lawan saat Anda memberikan dorongan berlawanan terhadap fleksi

tersebut. Jangan biarkan klien menggerakkan sendi.


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

19

Tingkatkan tekanan secara bertahap terhadap kelompok otot. Minta klien menahan

tekanan yang diberikan dengan mencoba bergerak melawan tahanan. Klien terus

melawan sampai diminta berhenti. Berikan variasi besaran tekanan, lalu perhatikan

gerakan sendi. Jika Anda mengidentifikasi kelemahan, bandingkan ukuran otot dengan

pasangan sebelahnya yang telah atrofi (Potter perry, 2010).

Tabel 2.3, Manuver untuk mengkaji kekuatan otot menurut (Potter perry, 2010)

No Kelompok Manuver
Otot
1 Leher Letakkan tangan pada rahang atas klien. Mita klien menolehkan
kepala kearah melawan tahanan

2 Bahu Letakkan tangan penolong di garis tengah bahu klien, berikan


tekanan kuat. Mintalah klien untuk menaikkan bahu melawan
tahanan

3 Siku Tarik lengan bawah kebawah saat klien mencoba memfleksikan


Bisep Trisep lengan dan saat penolong memfleksikan lengan klien, berikan
tekanan pada lengan bawah. Minta klien meluruskan lengan

4 Pinggang Saat klien duduk, berikan tekanan kebawah pada paha,


Kuadrisep kemudian minta klien menaikkan kaki dari meja

5 Gastroknemius Klien duduk, sementara pemeriksa memegang tulang kering


kaki yang fleksi, kemudian minta klien meluruskan kaki
melawan tahanan
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

20

Tabel 2.4. Kekuatan Otot (Potter perry, 2010)

No Tingkat Fungsi Otot Skala


Tingkat %Normal Skala Lovett
1 Tidak ada kontraktilitas 0 0 0 (nol)
2 Kontraktilitas ringan 1 10 T (Trace/ minimal)
3 Rentang gerak penuh, tanpa grafitasi
4 Rentang gerak penuh, dengan grafitasi 2 25 P (poor/buruk)
5 Rentang gerak penuh, melawan 3 50 F (Fair/cukup)
gravitasi, terhadap sedikit tahanan
6 Rentang gerak penuh, melawan 4 75 G (Good/baik)
gravitasi, tahanan penuh, melawan
gravitasi. 5 100 N (normal)

Tabel 2.5 Teminologi untuk posisi ROM Normal (Potter perry, 2010)

Fleksi Pergerakan yang mengurangi sudut diantara kedua tulang yang


bergabung, pembengkakan estremitas

Ekstensi Pergerakan yang menambah sudut diantala kedua tulang yang


bergabung

Hiperekstensi Pergerakan anggota tubuh diluar posisi ekstremitas pada posisi


normalnya

Pronasi Pergerakan anggota tubuh sehingga bagian depan (ventral)


menghadap kebawah

Supinasi Pergerakan anggota tubuh sehingga bagisn depan (ventral)


menghadap keatas

Abduksi Pergerakan estremitas menjauhi garis simetris tubuh


Adduksi Pergerakan estremitas mendekati garis simetris tubuh
Rotasi Internal Rotasi kedalam
Rotasi eksternal Rotasi keluar
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

21

Eversi Putaran anggota tubuh menjauhi garis simetris


Inversi Putaran anggota tubuh mendekati garis simetris
Dorsifleksi Fleksi kaki dan jarinya keatas
Plantar Fleksi Pembengkokan kaki dan jarinya kebawah

L. Kerangka Teori

Kerangka teori memberikan arahan teori yang mendukung konsep penelitian. Dari

teori yang dipaparkan, maka dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut.

Skema 2.1. Kerangka Teori

Pasien Stroke mengalami


plegi atau parese atau
keduanya.

Dilakukan interfensi
berupa:

1. Tindakan kuratif
(pengobatan dan
perawatan di rumah Kekuatan otot dan
sakit) Rentang Gerak

2. Tindakan Rehabilitatif
Berupa fisioterapi
(latihan Range of
Motion)

1. Usia
2. Frekuensi Stroke
3. Lama menderita

Sumber : Modifikasi Junaidi 2011


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan tentang kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian dan

definisi operasional penelitian. Kerangka konsep penelitian dibuat sebagai landasan

berpikir untuk melakukan suatu penelitian yang berasal dari pengembangan tinjauan

teori yang telah dibahas. Hipotesis penelitian untuk menetapkan hipotesis nol atau

alternatif. Sedangkan definisi operasional adalah untuk memperjelas maksud dan tujuan

suatu penelitian yang dilakukan.

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian dikembangkan berdasarkan konsep : 1). Teori

Dorothea Orem (1985), yaitu model self-care, dimana fokus utama teori ini

menitikberatkan pada kemandirian individu dalam melakukan self care (perawatan

diri) dimana tujuan yang ingin dicapai adalah kemandirian personal dalam

melakukan activities daily living (ADL); dan 2). Konsep Gelber & Callahan (1999,

dalam Black 2005) bahwa setelah serangan stroke, intervensi rehabilitasi dilakukan

untuk memaksimalkan penyembuhan fisik dan kognitif pasien.

Untuk mencegah terjadinya komplikasi dan mengurangi tingkat ketergantungan

pasien pada keluarga paska perawatan, maka sangat penting dilakukan program

rehabilitasi (program exercise /latihan, terapi wicara, terapi vokasional). Fungsi

motorik berperan pada peningkatan kemampuan fungsi neurologik sebagai upaya

22
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

23

untuk meningkatkan kemampuan personal/fungsional pasien. Latihan atau exercise

pada pasien stroke sebaiknya dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk mencegah

komplikasi (Lewis, 2007).

Skema 3.1.
Kerangka Konsep, Hipotesis Dan Definisi Operasional Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

 Kekuatan
Latihan Range Of Motion Otot
(ROM)  Rentang
Gerak

 Usia
 Frekuensi Stroke
 Lama menderita

Variabel Perancu

Berdasarkan gambaran kerangka konsep penelitian di atas, variabel penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Variabel Terikat (Dependent variable)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kekuatan otot dan rentang gerak pasien

stroke.

2. Variabel Bebas (Independent variable)

Variabel bebas pada penelitian ini adalah latihan range of motion (ROM)

3. Variabel perancu (Confounding variable)

Variabel perancu yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah usia, frekuensi stroke.
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

24

2. Hipotesis

Berdasarkan rumusan tujuan dan pertanyaan penelitian pada bagian sebelumnya,

maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H0 : Ada Pengaruh range of motion (ROM) terhadap kekuatan otot dan rentang

gerak pasien pasca perawatan stroke di unit rehabilitasi medik rumah sakit

dr.H. Abdoel Moeloek propinsi Lampung tahun 2014

Ha : Tidak ada Pengaruh range of motion (ROM) terhadap kekuatan otot dan

rentang gerak pasien pasca perawatan stroke di unit rehabilitasi medik rumah

sakit dr.H. Abdoel Moeloek propinsi Lampung tahun 2014

3. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut

Tabel 3.1.
Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Konsep Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Variabel
Independen
Latihan Range Of Latihan gerak sendi Lembar Ordinal
Motion (ROM) yang bertujuan untuk observasi
meningkatkan kekuatan sesuai
otot, mempertahankan dengan SOP
mobilitas sendi dan kegiatan
mencegah atrofi otot dan
kontraktur pada pasien
yang terdiri dari latihan
bahu, latihan siku,
latihan telapak,
pergelangan dan jari
tangan, latihan
pinggang, latihan lutut,
latihan kaki dan jari kaki
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

25

Variabel Definisi Alat dan Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Dependen
Rentang Besarnya rentang Goniometer Hari ke 1 = 110.150 Interval
Gerak gerakan maksimum Diukur rentang Hari ke 28 = 116.800
yang dapat dicapai gerak sendi
oleh sendi pasien yang mampu
diukur dalam satuan dilakukan
(derajat). pasien

Kekuatan Kemampuan pasien Pedoman nilai Hari ke 1 = 1.90 Interval


Otot dalam kekuatan otot. Hari ke 28 = 2.35
menggerakkan Diukur dengan
persendian cara
ekstermitas yang instruksikan
dinilai berdasarkan pasien untuk
pedoman nilai menggerakkan
kekuatan otot dari bagian
nilai 0 – 5 ekstremitas, dan
Dimana : pemeriksa
menilainya (uji
kekuatan otot)
Usia Usia responden Kuesioner Lansia awal Interval
berdasarkan ulang (46-55 tahun)
tahun yang terakhir Lansia akhir
(56-65 tahun)
(Depkes 2009)
Frekuensi Serangan stroke Studi 1. Serangan pertama Nominal
Stroke yang dialami pasien dokumentasi 2. Serangan kedua
sehingga harus dan anamnesa atau lebih
dirawat inap di
rumah sakit
Lama Lama waktu setelah Kuesioner 1. < 6 bulan Numerik
menderita dirawat di RS atau 2. > 6 bulan
stroke instansi kesehatan
lain
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

BAB IV
METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian

eksperimen semu (quasy experiment) pre dan post test design, bertujuan untuk

menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengadakan

intervensi atau memberikan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok

eksperimen, kemudian hasil (akibat) dari intervensi tersebut dibandingkan dan

diukur sebelum dan sesudah dilakukan intervensi (Notoatmodjo, 2002).

Penelitian ini telah menyelidiki pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot,

dan rentang gerak pasien stroke. Rancangan penelitian dapat dilihat pada gambar

berikut ini :

Skema 4.1. Rancangan Penelitian

Responden A1 A2 A3

X = A1 : A2

26
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

27

Keterangan :

A1 = Nilai kekuatan otot dan rentang gerak sendi pada awal pengukuran

A2 = Responden dilakukan fisioterapi dengan ROM dan edukasi

A3 = Nilai setelah dilakukan proses (A2)

X = Perbandingan nilai rata-rata kekuatan otot dan rentang gerak antara A1

dengan A2

2. Populasi dan Sampel

A. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2012). Populasi

dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke non hemoragik di unit

rehabilitasi medik di Rumah Sakit dr. H. Abdoelmoeloek propinsi Lampung.

B. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila Populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat mengambil sampel yang diambil

dari populasi itu (Sugiyono, 2012) sampel disebut juga bagian dari populasi

yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik

tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi. Tehnik

pengambilan sampel dalam penelitan ini adalah consecutive sampling,


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

28

dimana semua subjek penelitian yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan

dimasukkan ke penelitian yaitu sejumlah 20 responden.

Pada penelitian ini sampel yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria

inklusif dan kriteria ekslusif yang telah ditetapkan sebagai subjek penelitian.

Kriteria inklusif sampel adalah pasien terdiagnosa stroke non hemoragik di

unit rehabilitasi stroke di Rumah Sakit Abdoelmoeloek propinsi Lampung

dengan kesadaran kompos mentis, tanda-tanda vital pasien stabil dalam waktu

2x24 jam (2 hari), kekuatan otot > 1, bersedia menjadi responden.

Kriteria ekslusi sampel adalah pasien belum jelas terdiagnosa stroke, pasien

mengalami penurunan kesadaran, tidak kooperatif dan pasien masih berada

dalam fase akut/ pasien stroke dalam fase progresif/stroke in evolution,

kekuatan otot 0.

3. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di unit rehabilitasi stroke di Rumah Sakit Abdoelmoeloek

propinsi Lampung.

4. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mulai Juli s/d Agustus 2014.

5. Etika Penelitian

Sebagai pertimbangan etika peneliti meyakini bahwa responden dilindungi,

dengan memperhatikan aspek-aspek self determination, privacy, anonymity,


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

29

informed consent dan protection from discomfort. Pada penelitian ini, responden

diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti

kegiatan penelitian secara sukarela. Selain itu, kerahasiaan informasi responden

dijaga ketat hanya untuk kepentingan penelitian. Selama kegiatan penelitian,

nama responden tidak digunakan namun hanya menggunakan nomor responden

sebagai gantinya. Pasien dan keluarga telah diberikan informasi tentang tujuan

pelaksanaan penelitian, manfaat dan harapan peneliti terhadap responden dan

seluruh pasien yang menjadi responden menandatangani lembar persetujuan

menjadi subyek penelitian. Peneliti juga memastikan bahwa selama penelitian

berlangsung, responden bebas dari rasa tidak nyaman dan sebelum dilakukan

latihan ROM, responden terlebih dahulu diobservasi keadaan umum responden

dan pengukuran tanda-tanda vital.

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti telah mengajukan uji etik dari Komite

Etik penelitian keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadyah Jakarta, dalam upaya melindungi hak asasi dan kesejahteraan

responden yang dibuktikan dalam bentuk surat keterangan lolos uji etik.

6. Alat Pengumpul Data dan Prosedur Pengumpulan Data

A. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah format

pengkajian dengan beberapa pertanyaan tentang karakteristik responden,

yaitu: usia, frekuensi stroke dan lama menderita, format untuk menilai

kekuatan otot, format untuk menilai rentang gerak, goniometer digunakan


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

30

sebagai alat yang digunakan untuk menilai rentang gerak sendi dengan satuan

hasil pengukuran adalah derajat yang dituangkan dalam format isian, skala

kekuatan otot sebagai pedoman dalam menilai kekuatan otot pasien.

Gambar 4.1. Goniometer

(yogatherapycenters, 2014)

B. Prosedur Pengumpulan Data

Data mengenai stroke dikumpulkan oleh peneliti berdasarkan pada hasil CT

scan atau MRI atau berdasarkan pada diagnosis stroke dengan Siriraj Stroke

Skor. Kemudian pasien ditetapkan sebagai calon responden dan dilakukan

pengukuran rentang gerak dengan menggunakan goniometer, kekuatan otot

dengan menggunakan pedoman menilai kekuatan otot. Tindakan/intervensi

Range Of Motion (ROM) dilakukan sendiri oleh peneliti.

Gambar 4.2.
Cara Pengukuran rentang gerak dengan goniometer

(Sumber : siast.sk.ca, 2014)


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

31

Alat pengumpul data yang terkumpul, dijadikan data untuk menilai hasil akhir

atau evaluasi pada pasien stroke setelah dilakukan Range Of Motion (ROM),

dengan cara menghitung nilai selisih kekuatan otot dan rentang gerak pada hari ke

1 dengan hari ke 28 yang akan menjadi nilai dari peningkatan kekuatan otot dan

rentang gerak sesudah latihan ROM.

a. Prosedur Administrasi

1) Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian pada direktur

Rumah Sakit dr. Abdoelmoeloek propinsi Lampung.

2) Setelah mendapatkan ijin penelitian dari Rumah Sakit dr. Abdoelmoeloek

propinsi Lampung, peneliti datang dan menjelaskan tujuan penelitian

kepada kepala ruangan, dokter dan perawat yang bertugas di ruangan

tempat penelitian.

3) Memilih atau menetapkan responden sesuai kriteria inklusi dan ekslusi

yang telah ditetapkan.

4) Meminta persetujuan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian

setelah diberikan penjelasan dan kesempatan untuk bertanya.

5) Peneliti memastikan bahwa responden adalah pasien yang terdiagnosa

stroke dengan kesadaran composmentis dan tanda-tanda vital stabil.

6) Peneliti mengukur kekuatan otot dan rentang gerak pasien

7) Mencatat hasil pada formulir

b. Prosedur Intervensi

Peneliti mengukur kekuatan otot dan rentang gerak responden pada hari

pertama penelitian. Kemudian responden mengikuti fisioterapi. Selama


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

32

responden mendapatkan fisioterapi, peneliti memberikan pengetahuann

tentang aktivitas yang harus dilakukan oleh responden selama dirumah

menggunakan panduan dan lembar kontrol yang dibuat oleh peneliti, yang

mana akan dievaluasi oleh peneliti setiap minggunya dilakukan selama 4

minggu. Pada akhir penelitian, kembali dilakukan pengukuran kemudian

membangdingkan nilai kekuatan otot dan rentang gerak saat awal pengukuran

dengan akhir pengukuran. Bagian yang menjadi fokus pengukuran adalah

ekstermitas yang mengalami gangguan, dikarenakan tidak semua ektermitas

pada pasien stroke akan mengalami gangguan agar tidak terjadi kerancuan

dalam nilai hasil pengolahan data.

7. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

A. Goniometer

Goniometer adalah alat yang yang sudah baku digunakan untuk mengukur

dengan tepat derajat gerakan pada sendi tertentu atau dalam ergonomic,

goniometer digunakan untuk mengukur Range Of Motion (ROM) sendi aktif

atau pasif. Alat ini telah digunakan secara luas di bidang rehabilitasi dan telah

teruji validitas dan reliabilitasnya.

B. Pedoman pengukuran kekuatan otot

Pedoman pengukuran kekuatan otot yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pedoman pengukuran kekuatan otot yang baku yang tercantum dalam

Pedoman ini telah dikenal luas dan digunakan dalam praktek kedokteran dan

keperawatan sehari-hari.
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

33

8. Pengolahan Data

Data yang terkumpul dalam penelitian perlu diolah sedemikian rupa agar dapat

disajikan dalam bentuk tabel sehingga mudah dianalisa dan ditarik kesimpulan.

Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

A. Editing, peneliti melakukan langkah-langkah editing data yaitu memeriksa

kelengkapan data, memeriksa kesinambungan dan keseragaman data

B. Coding, peneliti memberikan simbol-simbol tertentu dalam bentuk angka

untuk setiap jawaban

C. Entry Data, peneliti memasukkan data ke dalam komputer untuk keperluan

analisis dengan menggunakan komputerisasi.

9. Analisis Data

A. Analisis Univariat

Tujuan analisis ini adalah untuk mendeskripsikan masing-masing variabel

yang diteliti, untuk data numerik dengan menghitung mean, median, standar

deviasi, nilai minimal dan maksimal. Sedangkan data katagorik dengan

menghitung frekuensi dan presentase. Penyajian data dari masing-masing

variabel menggunakan tabel dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang

diperoleh.

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara

kedua variabel (variabel dependen dan independen). Kedua variabel yang

ingin dibuktikan yaitu Range Of Motion (ROM) berpengaruh terhadap


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

34

kekuatan otot, dan rentang gerak pasien stroke. Sebelum menentukan jenis

analisis bivariat yang digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data

dengan nilai bagi skewness dengan standar error. Apabila hasilnya

menunjukkan distribusi normal maka uji yang digunakan adalah statistik

parametrik dan bila distribusi data tidak normal maka akan digunakan statistik

non parametrik. Uji statistik untuk seluruh analisis tersebut di atas dianalisis

dengan tingkat kemaknaan 95% ( alpha 0,05). Jenis analisis bivariat untuk

setiap data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1
Analisis bivariat hubungan Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan
otot dan rentang gerak

No. Variabel independen Variabel dependen Jenis uji statistik


1. Latihan ROM Kekuatan otot, rentang gerak, sample t test
sebelum intervensi
2. Latihan ROM Kekuatan otot, rentang gerak, sample t test
sesudah intervensi
3. Latihan ROM Kekuatan otot, rentang gerak, sample t test
sebelum dan sesudah
intervensi
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

BAB V
HASIL PENELITIAN

Bab ini memaparkan hasil penelitian mengenai pengaruh Range Of Motion (ROM)

terhadap kekuatan otot dan rentang gerak.

A. Hasil analisis univariat

1. Karakteristik responden berdasarkan usia, lama menderita, dan frekuensi


stroke

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, lama


menderita, dan frekuensi stroke di unit rehabilitasi RSUDAM
Provinsi Lampung

Variabel Kategori Frekuensi Persen Total Persen


Usia Lansia awal 3 15.0 20 100
Lansia akhir 17 85.0
Lama Menderita < 6 bulan 14 70.0 20 100
> 6 bulan 6 30.0
Frekuensi stroke Serangan pertama 17 85.0 20 100
Serangan kedua 3 15.0
atau lebih

Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa mayoritas responden adalah lansia akhir

yaitu berjumlah 17 responden (85%). Diketahui bahwa mayoritas responden

mengalami stroke < 6 bulan yaitu berjumlah 14 responden (70%). Diketahui

bahwa mayoritas responden mengalami stroke serangan pertama yaitu berjumlah

17 responden (85%).

35
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

36

2. Distribusi frekuensi kekuatan otot dan rentang gerak

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi kekuatan otot dan rentang gerak pasien
stroke di unit rehabilitasi RSUDAM Provinsi Lampung

Std. Min- Max


Variabel
Mean Deviation
Kekuatan Otot Hari ke 1 1.90 .718 1-3
Kekuatan otot Hari ke 28 2.35 .875 1-4

RGS Hari 1 110.15 15.356 90-150


RGS Hari ke 28 116.80 16.628 95-160

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa selisih kekuatan otot hari ke 1 dan hari ke 28

adalah 0,45. Selisih nilai rentang gerak hari ke 1 dan hari ke 28 adalah 6,65.

B. Hasil analisis bivariat

Normalitas data merupakan asumsi pertama yang harus dipenuhi Pengujian

asumsi ini dilakukan pada data kekuatan otot dan rentang gerak sebelum dan

sesudah dilakukan ROM. Salah satu cara untuk mengetahui terpenuhinya asumsi

ini adalah dengan nilai skewness Hasil pengujian asumsi normalitas data

memperlihatkan bahwa data sebelum dan sesudah berdistribusi normal, karena

nilai skewnes < -2 atau 2. Maka, analisis bivariat dilakukan dengan uji parametrik,

yaitu paired sample t test.


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

37

Tabel 5.3 Pengaruh kekuatan otot dan rentang gerak pada pada pasien
stroke di unit rehabilitasi RSUDAM Propinsi Lampung

Std. t P value
Variabel
Mean Deviation
Kekuatan Otot Hari ke 1 1.90 .718 -3.943 0.001
Kekuatan otot Hari ke 28 2.35 .875

RGS Hari 1 110.15 15.356 -7.502 0.000


RGS Hari ke 28 116.80 16.628

Hasil uji statistik kekuatan otot menunjukkan nilai t = -3.943 hasil uji p value =

0,001. Hal ini berarti bahwa Range Of Motion (ROM) memiliki pengaruh

terhadap kekuatan otot responden dimana terdapat perbedaan yang signifikan

antara nilai kekuatan otot hari pertama dengan hari ke 28. Hasil uji statistik

kekuatan otot menunjukkan nilai t = - 7.502 dan hasil uji p value = 0,000. Hal

ini berarti bahwa Range Of Motion (ROM) memiliki pengaruh terhadap rentang

gerak responden dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai

rentang gerak hari pertama dengan hari ke 28.


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

BAB VI
PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian seluruh variabel yang telah dipaparkan

pada Bab sebelumnya. Adapun pembahasan hasil penelitian sebagai berikut.

A. Interprestasi Penelitian

1. Karakteristik usia pasien stroke

A. Usia

Diketahui bahwa mayoritas responden adalah lansia akhir yaitu berjumlah 17

responden (85%). Data tersebut sesuai dengan teori bahwa salah satu faktor

resiko stroke adalah usia dimana semakin tua maka kejadian stroke akan

semakin tinggi (Junaidi 2011). Secara konsep, risiko terkena stroke

meningkat sejak usia 45 tahun. Setelah mencapai 50 tahun, setiap

penambahan usia tiga tahun meningkatkan risiko stroke sebesar 11-20%,

dengan peningkatan bertambah seiring usia. Orang berusia lebih dari 65

tahun memiliki risiko paling tinggi, tetapi hampir 25% dari semua stroke

terjadi pada orang berusia kurang dari ini (Feigin, 2006).

B. Lama menderita stroke

Diketahui bahwa mayoritas responden mengalami stroke < 6 bulan yaitu

berjumlah 14 responden (70%).

38
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

39

C. Frekuensi stroke

Diketahui bahwa mayoritas responden mengalami stroke serangan pertama

yaitu berjumlah 17 responden (85%). Data tersebut sesuai dengan teori

bahwa salah satu faktor resiko eksternal stroke adalah frekuensi stroke

dimana orang yang pernah menderita stroke maka kejadian stroke akan

semakin tinggi (Junaidi 2011). Sekitar 1 dari 100 orang dewasa akan

mengalami paling sedikit satu kali serangan iskemik sesaat (transient

ischemic attack atau TIA) seumur hidup mereka. Jika tidak diobati dengan

benar, sekitar sepersepuluh dari pasien ini akan mengalami stroke (umumnya

stroke iskemik) dalam tiga bulan setelah serangan pertama, dan sekitar

sepertiga akan terkena stroke dalam lima tahun setelah serangan pertama

(Feigin, 2006).

2. Pengaruh ROM terhadap kekuatan otot dan rentang gerak pasien stroke.

Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan nilai rata-rata kekuatan otot

hari pertama dan hari ke 28 sebesar 0,45. Terjadi peningkatan nilai rata-rata

rentang gerak sendi hari pertama dan hari ke 28 sebesar 6,65. Hasil uji statistik

kekuatan otot menunjukkan hasil uji p value = 0,001. Hal ini berarti bahwa

Range Of Motion (ROM) memiliki pengaruh terhadap kekuatan otot responden

dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai kekuatan otot hari

pertama dengan hari ke 28. Hasil uji statistik kekuatan otot menunjukkan hasil

uji p value = 0,000. Hal ini berarti bahwa Range Of Motion (ROM) memiliki
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

40

pengaruh terhadap rentang gerak responden dimana terdapat perbedaan yang

signifikan antara nilai rentang gerak hari pertama dengan hari ke 28.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori (Junaidi, 2011) setelah keadaan pasien

membaik dan kondisinya telah stabil maka rehabilitasi dini dapat segera

dilakukan di tempat tidur. Tujuan perawatan suportif dini adalah untuk memulai

kegiatan yang memperbaiki fungsi saraf melalui terapi fisik dan teknik-teknik

fisioterapi lain.

Rehabilitasi dini merupakan program yang segera dilakukan khususnya beberapa

hari sampai minggu setelah terkena stroke. Bila usaha ini dilakukan segera maka

perelaksasian kekakuan otot dilakukan 24-48 jam pertama. Terapi fisik harus

dimulai dalam 2 hari dari onset bahkan pasien koma sekalipun dengan

menggerakkan anggota tubuhnya. Salah satu teknik yang dapat diaplikasikan

dalam rehabilitasi dini adalah teknik Range Of Motion (ROM) yang dapat

dilakukan secara pasif dan aktif.

Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan

menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa

otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

Latihan Range Of Motion (ROM) pasif adalah latihan ROM yang di lakukan

pasien dengan bantuan perawat pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif

adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi

tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

41

mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total

(Suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan

otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif

misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang

digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada

ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara

mandiri.

Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing

klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan

rentang gerak sendi normal (Potter perry, 2010). Hal ini untuk melatih kelenturan

dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara

aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari

kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif. ROM bersifat sama

diantara sendi kolateral. Secara ideal, lakukan pengkajian ROM normal klien

untuk memperoleh data dasar pengkajian berikutnya

Hasil penelitian ini menunjukan tentang data nilai kekuatan otot dan rentang

gerak yang meningkat dapat menjawab beberapa tujuan latihan Range Of Motion

(ROM) yaitu mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot,

memelihara mobilitas persendian dan mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan

kontraktur. Nilai kekuatan otot dan rentang gerak yang meningkat tersebut juga

memberi jawaban pada manfaat Range Of Motion (ROM) yaitu memperbaiki


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

42

tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendi, dan memperbaiki toleransi otot untuk

latihan

Ekstremitas dapat mengalami kelemahan atau kelumpuhan dalam derajat yang

berbeda, tergantung pada bagian yang terkena dan seberapa luas sirkulasi

serebral yang terganggu. Pasien stroke yang mengalami kondisi imobilisasi

dalam jangka waktu lama akan memudahkan terjadinya berbagai komplikasi,

diantaranya pembentukan DVT, atrofi otot, kontraktur dan nyeri sendi, dan

dekubitus. Latihan Range of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan

dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah

terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh beberapa penelitian yaitu penelitian yang

dilakukan oleh (Ruud W. Selles. et all, 2004) tentang Feedback-Controlled and

Programmed Stretching of the Ankle Plantarflexors and Dorsiflexors in Stroke:

Effects of a 4-Week Intervention Program yang mendapatkan hasil bahwa

pergerakan sendi palntar dan dorsofleksi memberikan pengaruh yang positif bagi

penderita stroke.

Penelitian yang dilakukan (Flansbjer. et all, 2008) tentang Progressive

Resistance Training After Stroke: Effects on Muscle Strength, Muscle Tone, Gait

Performance and Perceived Participation, mendapatkan hasil bahwa kekuatan

otot meningkat secara signifikan setelah latihan ketahanan progresif.

Penelitian yang dilakukan ( Oulette. et all, 2004 ) tentang High-Intensity

Resistance Training Improves Muscle Strength, Self-Reported Function, and


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

43

Disability in Long-Term Stroke Survivor, didapatkan hasil bahwa Progresive

Intensive Training memberikan dampak positif bagi perkembangan pergerakan

pasien stroke.

Penelitian yang dilakukan oleh (Louis Ada. et all, 2005) tentang Thirty minutes

of positioning reduces the development of shoulder external rotation contracture

after stroke: A randomized controlled trial mendapatkan hasil bahwa

memposisikan bahu untuk rotasi selama minimal 30 menit memberikan dampak

positif pada perkembangan pergerakan minimal lengan.

Penelitian yang dilakukan oleh (Rimmer JH. et all, 2009) tentang A Preliminary

Study to Examine the Effects of Aerobic and Therapeutic (Nonaerobic) Exercise

on Cardiorespiratory Fitness and Coronary Risk Reduction in Stroke Survivors.

Mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan antara gerakan aerobic dan

nonaerobic pada penurunan resiko reduksi jantung pada apsien stroke.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Pengumpulan data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan penkes tentang

Range Of Motion (ROM) yang diterapkan oleh pasien berdasarkan pengawasan

keluarga di rumah sehingga peneliti tidak dapat selalu mengawasi kegiatan

pasien stroke dirumah.untuk menghindari data yang bias, maka digunakan

lembar kontrol kegiatan agar peneliti tetap dapat mengevaluasi penerapan

ROM dirumah.
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

44

2. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan catatan medis dari

nit rehabilitasi yang dilakukan oleh praktisi fisioterapis sehingga peneliti

meneliti dari asumsi fisioterapis. Namun hal ini justru lebih baik, sebab

pengukuran dilakukan langsung oleh ahlinya sehingga data yang didapatkan

lebih mendekati kebenaran.

3. Analisa data

Penelitian ini hanya sampai pada uji bivariad oleh karena hasil uji bivariad yang

dilakukan telah menjawab tujuan dan permasalahan dalam penelitian ini.

C. Implikasi Hasil Penelitian

1. Implikasi terhadap pelayanan keperawatan

Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan memiliki peran

dan tanggung jawab dalam membantu pasien supaya tetap sehat dengan

memberikan pelayanan keperawatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif.

Pasien stroke merupakan pasien dengan proses perawatan yang panjang. Pasien

harus mendapatkan pelayanan keperawatan yang dibutuhkan serta

mendapatkan informasi yang aktual dan menyeluruh mengenai proses

perawatan baik di tempat pelayanan kesehatan maupun dirumah, sehingga

pasien akan terhindar dari komplikasi akut maupun kronis.


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

45

Peran serta perawat sangat penting untuk menghindari atau setidaknya

mengurangi dampak lanjut dari stroke. Berikut ini merupakan tugas yang perlu

dilakukan perawat dalam rangka mengurangi dampak lanjut akibat stroke:

a) Perawat medikal bedah harus mampu memberikan penyuluhan kesehatan

mengenai perawatan mandiri pasien meliputi Range Of Motion (ROM) agar

dapat diterapkan dirumah.

b). Menyediakan waktu untuk memberikan kesempatan kepada pasien stroke

untuk berkonsultasi mengenai bagaimana pasien merawat kesehatan

dirinya.

2. Implikasi dalam ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dari pengembangan penelitian selanjutnya.

Hasil yang signifikan terkait ROM pada pasien stroke yang menunjukkan φ value

0,001 untuk kekuatan otot dan 0,000 untuk rentang gerak sendi membuktikan bahwa

ROM dan edukasi sangatlah bermanfaat bagi penderita stroke untuk mencegah

komplikasi lanjutan seperti kontraktur. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat

mengaplikasikan faktor lain agar pengetahuan tentang stroke dapat terus

berkembang dinamis mengikuti perkembangan pengetahuan yang begitu cepat.


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini merupakan bagian akhir dari laporan hasil penelitian mencakup

simpulan hasil pembahasan yang berkaitan dengan upaya menjawab tujuan dan

hipotesis penelitian. Serta beberapa saran peneliti berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan.

A. Simpulan

1. Diketahui bahwa mayoritas responden adalah lansia akhir yaitu berjumlah

17 responden (85%). Diketahui bahwa mayoritas responden mengalami

stroke < 6 bulan yaitu berjumlah 14 responden (70%). Diketahui bahwa

mayoritas responden mengalami stroke serangan pertama yaitu berjumlah

17 responden (85%).

2. Diketahui bahwa selisih kekuatan otot hari ke 1 dan hari ke 28 adalah

0,45. Selisih nilai rentang gerak hari ke 1 dan hari ke 28 adalah 6,65.

3. Hasil uji statistik kekuatan otot menunjukkan hasil uji p value = 0,001.

Hal ini berarti bahwa Range Of Motion (ROM) memiliki pengaruh

terhadap kekuatan otot responden dimana terdapat perbedaan yang

signifikan antara nilai kekuatan otot hari ke 1 dengan hari ke 28.

4. Hasil uji statistik rentang gerak menunjukkan hasil uji p value = 0,000.

Hal ini berarti bahwa Range Of Motion (ROM) memiliki pengaruh

46
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

47

terhadap rentang gerak responden dimana terdapat perbedaan yang

signifikan antara nilai rentang gerak hari ke 1 dengan hari ke 28.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, peneliti menyarankan beberpa hal

sebagai berikut:

1. Pelayanan keperawatan:

Membuat jadwal dan menyediakan tempat khusus untuk pasien stroke

terutama pada proses rehabilitasi atau keluarganya khususnya mengenai

aktivitas atau latihan ROM.

2. Pasien dan keluarga

a. Keluarga selalu mengawasi dan memotivasi pasien stroke agar

menjaga kontinuitas latihan ROM, keteraturan aktivitas, dan

kunjungan berobat.

b. Penderita stroke agar dapat mengaplikasikan gerakan ROM secara

semi mandiri untuk menggerakkan anggota gerak yang lemah dengan

bantuan anggota gerak yang lebih kuat.

3. Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dasar untuk penelitian

selanjutnya mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap tindakan

keperawatan yang dapat diaplikasikan pada pasien stroke, serta dapat

mengidentifikasi faktor mana yang paling dominan mempengaruhi

kekuatan otot dan rentang gerak pasien stroke.


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

DAFTAR PUSTAKA

Black,J.M, & Hawk, J.H. (2005). Medical Surgical Nursing : Clinical Management For
Positive Outcomes. 7th edition. St. Louis Missouri : Elsevier Saunders.

Depkes RI. (2009). Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia Mencapai
213 juta Orang Tahun (online). Available :http://www.depkes.go.id/index.
php/berita/press-release/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-diindonesia-
mencapai-213-juta-orang.html

Fan Gao, et.all 2011 Effects of Repeated Ankle Stretching On Calf Muscle–Tendon And
Ankle Biomechanical Properties In Stroke Survivorshttp://www.sciencedirect.com
/science/ article/pii/S0268003310003335 diunduh pada 6 April 2014

Flansbjer, et all 2008 Progressive Resistance Training After Stroke: Effects on Muscle
Strength, Muscle Tone, Gait Performance and Perceived Participation
http://www.ingentaconnect.com/content/mjl/sreh/2008/00000040/00000001/art0000
7 diunduh pada 10 April 2014

Feigin, V. (2006). Stroke : Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan Pemulihan


Stroke. Cetakan ketiga. Alih bahasa: Brahm Udumbara. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu
Populer.

Junaidi iskandar, 2011. Stroke Waspadai Ancamanya, Yogyakarta, Andi

Lewis (2007). Medical Surgical Nursing. 7th edition. St.Louis : Missouri. Mosby-Year
Book, Inc.

Louise Ada, et.all, 2005. Thirty Minutes Of Positioning Reduces The Development Of
Shoulder External Rotation Contracture After Stroke: A randomized controlled trial
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0003999 304004289 diunduh pada
6 April 2014

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Edisi Pertama.


Jakarta. Rineka Citra.

Nir, Zohar et.all Structured Nursing Intervention Versus Routine Rehabilitation After
Stroke http://journals.lww.com/ajpmr/Abstract/2004/07000/Structured_Nur sing_
Intervention_Versus_Routine.5.aspx diunduh pada 6 April 2014
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

Michelle M. Ouellette, et.all, 2004. High-Intensity Resistance Training Improves Muscle


Strength, Self-Reported Function, and Disability in Long-Term Stroke Survivors
http://stroke.ahajournals.org/content/35/6/1404.short diunduh pada 5 April 2014

Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan sistem persyarafan,


Jakarta, Salemba Medica

Mulyatsih Enny, 2003, Petunjuk Praktis Bagi Pengasuh dan Keluarga Pasien Pasca
Stroke di Rumah, Jakarta, FKUI

Mulyatsih Enny, dan Ahmad Airiza, 2008, Stroke Petunjuk Perawatan Pasien Pasca
Stroke di Rumah, Jakarta, FKUI

Potter Perry, 2005, Fundamental Of Nursing Fundamental Keperawatan, Jakarta Salemba


Medika

Potter Perry, 2010, Fundamental Of Nursing Fundamental Keperawatan, Jakarta Salemba


Medika

Ruud W. Selles, et.all 2005, Feedback-Controlled and Programmed Stretching of the


Ankle Plantarflexors and Dorsiflexors in Stroke: Effects of a 4-Week Intervention
Program, http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/ S00039993050093 54
diuduh pada 5 April 2014

Samsudin; http://www.yastroki.or.id/read.php?id=3412012).

Sugiyono, 2008 Metode Penelitian Bisnis. Cetakan keduabelas 2008. Penerbit Alfabeta.
Bandung
Sugiyono, 2012 Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
R&D, bandung, Alfabeta

Trisha M. Kesar, 2011Combined effects of fast treadmill walking and functional electrical
stimulation on post-stroke gait http://www.sciencedirect.com/science/article
/pii/S0966636210004078 diunduh pada 6 April 2014
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

INSTRUMEN RANGE OF MOTION (ROM)


UNTUK PASIEN PASCA STROKE

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah diberikan pendidikan kesehatan, klien diharapakan dapat melakukan latihan

gerak yang diaplikasikan pada kegiatan sehari-hari.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah dilakukan penyuluhan tentang latihan gerak tubuh dirumah, diharapkan klien

mampu untuk :

1. Memahami pentingnya melatih gerak pada penderita stroke

2. Mengaplikasikan gerak pada penderita stroke

3. Mengawasi gerakan yang dilakukan oleh penderita


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

MACAM LATIHAN GERAK YANG DAPAT DILAKUKAN


PENDERITA STROKE

Dibawah ini adalah gerakan minimal yang dapat dilakukan oleh penderita stroke yang
dilakukan dengan pengawasan keluarga.

Beri tanda (√) pada pilihan dilakukan atau tidak

No Gerakan Dilakukan Tidak

1 Bergeser posisi di tempat tidur

2 Duduk tegak atau berpindah di tempat tidur

3 Berpindah dari kursi ke tempat tidur

4 Berpindah dari tempat tidur ke kursi

5 Latihan jalan

6 Latihan gerak sendi. Gerakkan setiap sendi tubuh dengan


gerakan sesuai dengan arah gerak alaminya. Lakukan
pengulangan 3-5 kali
7 Latihan gerak jari dengan

a. Meremas busa atau bola stroke


b. Memegang sendok
c. Meremas tangan kosong

8 Menyuapi makanan sendiri

9 Mengambil gelas

10 Berbaring pada posisi yang lumpuh

11 Berbaring terlentang

12 Berbaring pada posisi yang sehat

13 Miring ke posisi yang lumpuh

14 Duduk di ranjang

15 Dari posisi berbaring ke duduk


PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

NILAI EVALUASI KEKUATAN OTOT PASIEN


No. Responden : ......................

0 = Tidak ada kontraktilitas


1 = Kontraktilitas ringan, tidak ada gerakan
2 = Rentang gerak penuh, tanpa grafitasi
3 = Rentang gerak penuh, dengan grafitasi
4 = Rentang gerak penuh, melawan gravitasi, terhadap sedikit tahanan
5 = Rentang gerak penuh, melawan gravitasi, tahanan penuh, melawan gravitasi,
tahanan penuh

Latihan ROM dan Edukasi


Intervensi
Sebelum Sesudah (Hari ke 28)
(Hari ke 1)
Ekstremitas atas kiri

Ekstremitas atas kanan

Ekstremitas bawah kiri

Ekstremitas bawah kanan

NILAI EVALUASI PENGUKURAN RENTANG GERAK SENDI (RGS)

Latihan ROM
Intervensi
Sebelum Sesudah (Hari ke 28)
(Hari ke 1)
Bahu :
 Fleksi 180o
 Ekstensi 180o
Siku :
 Ekstensi 90 o
 Ekstensi 90 o

Pangkal Paha :
 Fleksi 90 o -120 o
 Ekstensi 90 o -120 o
Lutut :
 Fleksi 120 o -130 o
 Ekstensi 120 o -130 o
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

PANDUAN MELAKUKAN LATIHAN ROM

1. Gambar 2.1 Latihan Pasif Anggota Gerak Atas


a. Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu :
1) Tangan satu penolong memegang siku pasien, tangan penolong lainnya
memengang lengan.
2) Luruskan siku naikan turunkan legan dengan siku tetap lurus (Mulyatsih,
2008)

b. Gerakan menekuk dan meluruskan siku :


Pegang lengan atas dengan satu tangan penolong sementara tangan
penolong lainnya menekuk dan meluruskan siku (Mulyatsih, 2008)

c. Gerakan memutar pergelangan tangan :


Pegang lengan bawah dengan satu tangan penolong sementara tangan
penolong yang lainnya menggenggam telapak tangan pasien. Kemudian
putar pergelangan tangan pasien ke arah luar (terlentang) dan ke arah dalam
(telungkup) (Mulyatsih, 2008)
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

d. Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan:


Pegang lengan bawah dengan satu tangan penolong sementara tangan penolong
lainnya memegang pergelangan tangan pasien. Tekuk pergelangan tangan ke
atas dan ke bawah (Mulyatsih, 2008)

e. Gerakan memutar ibu jari:


Pengang telapak tangan pasien dengan tangan satu, tangan lainnya memutar
ibu jari tangan pasien (Mulyatsih, 2008)

f Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan


Pegang pergelangan tangan dengan tangan satu, tangan yang lainnya menekuk
dan meluruskan jari-jari tangan (Mulyatsih, 2008)

2. Gambar 2.2 Latihan pasif anggota gerak bawah


a. Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha
Pegang lutut pasien menggunakan satu tangan dan tangan lainnya memegang
tungkai pasien, naik turunkan kaki dengan lutut yang lurus (Mulyatsih, 2003)
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

b. Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha dan lutut

Tekuk kaki pasien, satu tangan ponolong memegang paha dan tangan lainya
memegang pergelangan kaki pasien. Gerakkan lutut maju mundur (Mulyatsih,
2008)

c. Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan kaki(Mulyatsih, 2008)


- Satu tangan penolong memegang tungkai dan satu tangan lainya memegang
ujung telapak kaki paien. Gerakkan pergelangan kaki pasien, fleksi,
ekstensi, adduksi, abduksi, rotasi
- Satu tangan penolong memegang tungkai dan tangan lainya menggerakkan
jari-jari kaki pasien.

3. Gambar 2.3 Latihan aktif anggota gerak atas dan bawah


a. Latihan I
Gerakkan lengan pasien yang lemah menggunakan lengan pasien yang kuat.
Lakukan gerakan keatas, kebawah, dan memutar. Lakukan juga pada siku pasien
(Mulyatsih, 2008)
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ

b. Latihan V
Pegang pergelangan tangan pasien yang lemah mengunakan tangan pasien yang
sehat angkat keatas dada, tekuk kemudian putar pengelangan tangan ke arah
dalam dan ke arah luar. Lakukan secara berulang (Mulyatsih, 2008)

f. Latihan VI
Genggam jari-jari tangan pasien yang lemah kemudian gerakkan membuka
secara perlahan. Putar ibu jari pasien yang lemah mengunakan tangan pasien
yang sehat. Lakukan berulang (Mulyatsih, 2008).

g. Latihan VII
1) Letakan kaki pasien yang sehat dibawah yang lumpuh
2) angkat dan turunkan kaki yang lemah menggunakan kaki yang sehat secara
perlahan
3) Lakukan secara berulang (Mulyatsih, 2008)

(Mulyatsih, 2008; dimodifikasi oleh peneliti)

Anda mungkin juga menyukai