TESIS
Disusun Oleh
FAJAR YUDHA
NIM : 2012980010
TESIS
Disusun Oleh
FAJAR YUDHA
NIM : 2012980010
ii
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan judul : “Pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan
otot dan rentang gerak pasien pasca perawatan stroke di unit rehabilitasi medik rumah
sakit dr.H. Abdoel Moeloek propinsi Lampung tahun 2014”. Tesis ini diajukan sebagai
Keperawatan Medikal Bedah pada Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan
Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis mendapatkan bimbingan dan dukungan dari
8. Ns. Tubagus Erwin Nurdiansyah, S.Kep dan Ns. Budi Antoro, S.Kep
Trimakasih atas bimbingan dan arahan Bapak dan Ibu semuanya. Akhirnya penulis
berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat keperawatan. Saran dan kritik
Abstrak
Saat pasien stroke memasuki masa rehabilitatif, pasien memerlukan tindakan rehabilitatif
untuk untuk mengurangi kondisi ketidakmampuan dan mencapai fungsi optimal pasien
perlu dilakukan. Latihan ROM yang dilakukan sedini mungkin dan dilakukan dengan
benar dan secara terus menerus akan memberikan dampak pada kekuatan otot dan rentang
gerak sendi. Banyak penelitian terkait stroke namun peneliti belum menemukan penelitian
yang menyoroti jika latihan gerak ini diterapkan juga dirumah secara teredukasi. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot
dan rentang gerak pasien pasca perawatan stroke di unit rehabilitasi medik rumah sakit
dr.H. Abdoel Moeloek propinsi Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif,
menggunakan desain penelitian eksperimen semu (quasy experiment) pre dan post test
design. Jumlah sampel penelitian 20 responden Teknik pengambilan sampel yaitu
consecutive sampling. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji distribusi frekuensi dan t-
test dependen. Hasil uji statistik kekuatan otot menunjukkan hasil uji p value = 0,001 dan
rentang gerak menunjukkan hasil uji p value = 0,000. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
terdapat pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot dan rentang gerak
pasien pasca perawatan stroke di unit rehabilitasi medik rumah sakit dr.H. Abdoel Moeloek
propinsi Lampung. Saran peneliti yaitu pasien perlu mendapat pendidikan kesehatan untuk
dapat menerapkan latihan ROM di rumah secara rutin dan berkelanjutan.
NURSING PROGRAME OF
Fajar Yudha
Effect of Range Of Motion (ROM) to muscle strength and range of motion in post-stroke
care patients in medical rehabilitation unit dr.H. Abdel Moeloek hospitals Lampung
province in 2014
Abstract
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi kekuatan otot dan rentang gerak pasien
stroke di unit rehabilitasi RSUDAM Provinsi Lampung................. 36
Tabel 5.3 Pengaruh kekuatan otot dan rentang gerak sendi pada pasien
stroke di unit rehabilitasi RSUDAM Provinsi Lampung................. 37
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR SKEMA
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang
lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030. Di Amerika Serikat
tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi
kematian akibat stroke. Pada tahun 2010, Amerika telah menghabiskan $ 73,7 juta
2012)
Stroke adalah kerusakan otak akibat sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di
otak. Menurut (Riskesdas, 2008), jumlah penderita stroke mencapai 8,3 per 1.000
populasi di Indonesia. Dengan populasi sekitar 211 juta jiwa, berarti terdapat
sekitar 1,7 juta penderita stroke di Indonesia. Data yang berhasil dihimpun
terserang stroke. Padahal dulu penyakit ini lebih banyak menyerang mereka yang
1
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
Stroke paling banyak dialami orang yang berusia 55 - 65 tahun. Semakin tua
stroke makin penting dan mendesak karena kini Indonesia menduduki urutan
pertama didunia dalam hal jumlah penderita stroke terbanyak, Angka kejadian
berbagai sebab selain penyakit degeneratif, dan terbanyak karena stres. Ini sangat
memprihatinkan mengingat Insan Pasca Stroke (IPS) biasanya merasa rendah diri
dan emosinya tidak terkontrol dan selalu ingin diperhatikan. Apabila tidak ada
upaya penanggulangan stroke yang lebih baik maka jumlah penderita stroke pada
Jumlah penderita stroke di tahun 2007 usia 45-54 sekitar 8 persen, sedangkan
pada tahun 2013 mencapai 10 %. Selanjutnya jumlah penderita stroke usia 55-64
tahun pada Riskesdas 2007 sebanyak 15 persen, sedangkan pada Riskesdas 2013
mencapai 24%. Pada Riskesdas 2013 jumlah penderita stroke pada usia 15-24
tahun sudah ada yakni 0,2 persen dan ini termasuk tinggi (Republika,2013).
Pasien stroke mendapatkan perawatan tidak hanya saat serangan namun juga
perawatan setelah stroke yang disebut sebagai masa rahabilitasi dalam proses
berpikir, dan merawat diri sendiri. Rehabilitasi tidak dapat menyembuhkan efek-
efek yang ditimbulkan stroke, namun dapat membantu penderita stroke untuk
proses pemulihan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, sangatlah penting
Rehabilitasi dimulai sejak penderita dirawat di rumah sakit dan dapat dilanjutkan
secara rawat jalan, atau di rumah dengan perawatan tim rehabilitasi home care.
Pemilihan jenis terapi yang diperlukan akan disesuaikan dengan kondisi penderita
stroke dan apa yang dibutuhkan supaya penderita stroke dapat mandiri. Tim
rehabilitasi medis, yang terdiri dari dokter spesialis rehabilitasi medis, perawat,
fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi, dokter spesialis gizi, dan psikiater,
lain
4. Ketrampilan sosial untuk berinteraksi dengan orang lain (Eka Hospital, 2013)
Penelitian yang dilakukan oleh (Ruud W. Selles et.all 2004) tentang “Feedback-
pasien stroke.
Latihan Range of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan dalam
proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya
kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan ini adalah salah satu bentuk
terapeutik bagi pasien dan dalam upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat
fisioterapis selama kurang lebih 15 menit setiap terapi namun evaluasi penilaian
terhadap tindakan belum dilakukan secara optimal. Oleh karena itu, untuk menilai
sejauhmana latihan ROM aktif dan pasif dapat meningkatkan mobilitas sendi
sebelumnya dan menilai sejauhmana latihan ini memberikan dampak yang terkait
erat dengan tingkat ketergantungan pasien, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot dan rentang gerak pada
bagaimana pengaruh latihan ROM terhadap dan kekuatan otot dan rentang gerak.
B. Rumusan Masalah
fungsi optimal pasien perlu dilakukan. Latihan ROM yang dilakukan sedini
mungkin dan dilakukan dengan benar dan secara terus menerus akan memberikan
dampak pada kekuatan otot dan rentang gerak. Banyak penelitian terkait stroke
namun peneliti belum menemukan penelitian yang menyoroti jika latihan gerak
dalam latar belakang masalah, dan rumusan masalah tersebut maka pertanyaan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
terhadap kekuatan otot dan rentang gerak pasien di unit rehabilitasi Rumah
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
(ROM) , karena diharapkan pasien tidak mengalami atrofi otot dan kontraktur
latihan Range of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot dan rentang gerak
pasien stroke. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai data
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi stroke
Stroke merupakan penyakit gangguan neurologis yang sering didapati dan harus
ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi neurologis yang
timbul secara mendadak yang disebabkan oleh karena terjadinya gangguan peredaran
Stroke adalah penyakit fungsional otak berupa kerusakan sel saraf (deficit
sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah
B. Penyebab
1. Trambosis cerebral
Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemik cerebral. Tanda dan gelaja neurologis
7
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
a. Aterosklerosis
b. Arteritis
d. Emboli
2. Haemoragi
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
darah otak menyebabkan perembasan darah ke dalam parenchim otak yang dapat
3. Hipoksia Umum
a. Hipertensi
b. Henti jantung
4. Hipoksia setempat
Apabila stroke terjadi, maka keluarga atau dokter akan menolong Anda untuk segera
pergi ke dokter atau rumah sakit. Saat dokter memeriksa anda setelah terserang stroke
dan tidak ditemukan gejala dan tanda yang jelas, kemungkinan anda terserang TIA
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
(stroke ringan) (Junaidi, 2011). Gejala ini akan menghilang paling lambat 24 jam
setelah serangan Gejala awal stroke umumnya berupa gangguan kesadaran, tidak
sadar, bingung, sakit kepala, sulit konsentrasi, disorientasi, atau dalam bentuk lain
berupa perasaan ingin tidur, sulit mengingat, penglihatan kabur, dan sebagainya. Pada
beberapa jam berikutnya gangguan kesadaran akan berlanjut pada penurunan kekuatan
otot dan koordinasi dalam bentuk sulit berkonsentrasi dalam membaca atau
Menurut (Junaidi, 2011) secara rinci gejala stroke akut adalah sebagai berikut:
1. Adanya serangan defisit neurologis fokal, yang ditandai dengan kelemahan atau
2. Hilangnya rasa atau adanya abnormalitas sesnsasi pada lengan atau tungkai atau
salah satu sisi tubuh. Mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan, terasa seperti
11. Hilang kendali terhadap keinginan berkemih atau berkemih yang tidak disadari
10
14. Vertigo
15. Awal terjadi penyakit (onset) cepat, mendadak, dan biasanya terjadi saat istirahat
tidak terlihat. Gangguan pandangan tanpa rasa nyeri, penglihatan gelap atau ganda
sesaat.
Menurut (Junaidi, 2011) Faktor resiko stroke umumnya dibagi menjadi dua kelompok
2) Ras/ Suku bangsa. Bangsa afrika, jepang, dan cina lebih sering terkena stroke.
Orang yang berwatak keras terbiasa cepat atau buru-buru, seperti orang
4) Riwayat Keluarga (orang tua, saudara) yang pernah mengalami stroke pada
11
1) Hipertensi
2) Diabetes melitus
3) TIA
7) Peminum Alkohol
8) Abnormalitas lemak:lipoprotein
11) Hiperhomocysteinemia
16) Hiperkolesterolemia
E. Klasifikasi
12
d. Stroke Komplit atau Complete Stroke kelainan neurologik menetap dan tidak
berkembang lagi.
Secara sederhana, jenis stroke dapat dikenali dari kecepatan terjadinya serangan.
Berikut ini gambaran klinis yang dapat digunakan untuk menentukan jenis stroke.
13
1. Fase akut, adalah tahapan kritis yang berlangsung antara 3-7 hari.
2. Fase pemulihan, setelah fase akut, berlangsung fase pemulihan antara 2-4
3. Rehabilitasi
c. Menghindari merokok
f. Fisioterapi
H. Rehabilitasi dini
Setelah keadaan pasien membaik dan kondisinya telah stabil maka rehabilitasi dini
dapat segera dilakukan di tempat tidur. Tujuan perawatan suportif dini adalah
untuk memulai kegiatan yang memperbaiki fungsi saraf melalui terapi fisik dan
khususnya beberapa hari sampai minggu setelah terkena stroke. Tujuanya adalah
14
keluarganya. Bila usaha ini dilakukan segera maka perelaksasian kekakuan otot
dilakukan 24-48 jam pertama. Terapi fisik harus dimulai dalam 2 hari dari onset
2011). Salah satu teknik yang dapat diaplikasikan dalam rehabilitasi dini adalah
I. Range Of Motion
gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan
ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal (Muttaqin, 2008).
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan
pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri,
pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (Suratun,
dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-
otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
15
mandiri.
rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot
serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif . Sendi yang
digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai
a. ROM harus diulang sekitar 10 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
e. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-
3. Tujuan ROM
16
4. Manfaat ROM
5. Indikasi ROM
b. Kelemahan otot
6. Kontra Indikasi
d. Trauma baru dengan kemunginan ada fraktur yang tersembunyi atau luka
dalam
17
motion/ROM) aktif dan pasif. Minta klien melakukan ROM aktif dan pasif penuh.
Pelajari terminologi untuk gerakan yng ditimbulkan. Instuksikan klienn dengan cara
yang dituju (Potter perry, 2010). Demonstrasikan ROM kepada klien. Untuk mengkaji
ROM pasif, minta klien rileks dan gerakkan ekstermitas sejauh ROM nya secara pasif.
Bandingkan dengan bagian tubuh yang sama. Jangan paksakan sendi ke posisi yang
nyeri. Ketahuilah jangkauan normal tiap sendi dan gerakan yang dapat anda berikan.
ROM bersifat sama diantara sendi kolateral. Secara ideal, lakukan pengkajian ROM
Goniometer mengukur tingkat gerakan pada sendi tentu dan digunakan untuk klien
yang dicurigai menderita reduksi gerakan sendi. Instrumen ini memiliki dua lengan
fleksibel dengan protaktor 1800 pada pusat sendi yang diukur. Lengan berada
disepanjang anggota tubuh pada tiap sisi protraktor. Anda mengukur sudut sendi
sebelum mengukur sendi (Potter perry, 2010). Setelah menggerakkan sendi sejauh
ROM nya, ukur sudut untuk menentukan tingkat gerakan. Bandingkan pembacaan
Sendi biasanya bebas dari rasa kaku, ketidakstabilan, pembengkakan, atau inflamasi.
Saat ditekan, klien tidak merasakan keluhan. Pada lansia, sendi sering membengkak
dan kaku dengan ROM yang berkurang karena adanya erosi kartilago dan fibrosis
membran sinovial. Jika sendi tampak meradang dan bengkak, palpasi untuk mengkaji
18
Lakukan pengkajian tonus dan kekuatan otot saat pengukuran ROM. Integrasikan
temuan dengan pengkajian neurologis. Perhatikan tonus otot, yaitu tahanan otot yang
dirasakan saat Anda menggerakkan estremitas yang rileks secara pasif sepanjang
Hal ini sulit dilakukan jika klien merasakan nyeri pada estermitas. Sokong dan pegang
hipertonisitas (peningkatn tonus otot) anda akan merasakan tahanan cukup kuat pada
berelaksasi. Otot dengan hipotonisitas terasa lembut. Ekstermitas yang terkena akan
Untuk pengkajian kekuatan otot, klien berada dalam posisi stabil. Klien melakukan
lebih kuat. Pada lansia berkurangnya masa otot menyebabkan kelemahan otot
bilateral, namun kekuatan otot tetap lebih besar pada ta ngan dominan (Potter perry,
2010). Perhatikan tiap kelompok otot. Minta klien memfleksikan otot yang diperiksa
dan mencoba me;lawan saat Anda memberikan dorongan berlawanan terhadap fleksi
19
Tingkatkan tekanan secara bertahap terhadap kelompok otot. Minta klien menahan
tekanan yang diberikan dengan mencoba bergerak melawan tahanan. Klien terus
melawan sampai diminta berhenti. Berikan variasi besaran tekanan, lalu perhatikan
gerakan sendi. Jika Anda mengidentifikasi kelemahan, bandingkan ukuran otot dengan
Tabel 2.3, Manuver untuk mengkaji kekuatan otot menurut (Potter perry, 2010)
No Kelompok Manuver
Otot
1 Leher Letakkan tangan pada rahang atas klien. Mita klien menolehkan
kepala kearah melawan tahanan
20
Tabel 2.5 Teminologi untuk posisi ROM Normal (Potter perry, 2010)
21
L. Kerangka Teori
Kerangka teori memberikan arahan teori yang mendukung konsep penelitian. Dari
teori yang dipaparkan, maka dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut.
Dilakukan interfensi
berupa:
1. Tindakan kuratif
(pengobatan dan
perawatan di rumah Kekuatan otot dan
sakit) Rentang Gerak
2. Tindakan Rehabilitatif
Berupa fisioterapi
(latihan Range of
Motion)
1. Usia
2. Frekuensi Stroke
3. Lama menderita
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan tentang kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian dan
berpikir untuk melakukan suatu penelitian yang berasal dari pengembangan tinjauan
teori yang telah dibahas. Hipotesis penelitian untuk menetapkan hipotesis nol atau
alternatif. Sedangkan definisi operasional adalah untuk memperjelas maksud dan tujuan
1. Kerangka Konsep
Dorothea Orem (1985), yaitu model self-care, dimana fokus utama teori ini
diri) dimana tujuan yang ingin dicapai adalah kemandirian personal dalam
melakukan activities daily living (ADL); dan 2). Konsep Gelber & Callahan (1999,
dalam Black 2005) bahwa setelah serangan stroke, intervensi rehabilitasi dilakukan
pasien pada keluarga paska perawatan, maka sangat penting dilakukan program
22
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
23
pada pasien stroke sebaiknya dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk mencegah
Skema 3.1.
Kerangka Konsep, Hipotesis Dan Definisi Operasional Penelitian
Kekuatan
Latihan Range Of Motion Otot
(ROM) Rentang
Gerak
Usia
Frekuensi Stroke
Lama menderita
Variabel Perancu
sebagai berikut :
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kekuatan otot dan rentang gerak pasien
stroke.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah latihan range of motion (ROM)
Variabel perancu yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah usia, frekuensi stroke.
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
24
2. Hipotesis
H0 : Ada Pengaruh range of motion (ROM) terhadap kekuatan otot dan rentang
gerak pasien pasca perawatan stroke di unit rehabilitasi medik rumah sakit
Ha : Tidak ada Pengaruh range of motion (ROM) terhadap kekuatan otot dan
rentang gerak pasien pasca perawatan stroke di unit rehabilitasi medik rumah
3. Definisi Operasional
Tabel 3.1.
Definisi Operasional Penelitian
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
eksperimen semu (quasy experiment) pre dan post test design, bertujuan untuk
Penelitian ini telah menyelidiki pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot,
dan rentang gerak pasien stroke. Rancangan penelitian dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Responden A1 A2 A3
X = A1 : A2
26
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
27
Keterangan :
A1 = Nilai kekuatan otot dan rentang gerak sendi pada awal pengukuran
dengan A2
A. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke non hemoragik di unit
B. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat mengambil sampel yang diambil
dari populasi itu (Sugiyono, 2012) sampel disebut juga bagian dari populasi
tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi. Tehnik
28
dimana semua subjek penelitian yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan
Pada penelitian ini sampel yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria
inklusif dan kriteria ekslusif yang telah ditetapkan sebagai subjek penelitian.
dengan kesadaran kompos mentis, tanda-tanda vital pasien stabil dalam waktu
Kriteria ekslusi sampel adalah pasien belum jelas terdiagnosa stroke, pasien
kekuatan otot 0.
3. Tempat Penelitian
propinsi Lampung.
4. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mulai Juli s/d Agustus 2014.
5. Etika Penelitian
29
informed consent dan protection from discomfort. Pada penelitian ini, responden
diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti
sebagai gantinya. Pasien dan keluarga telah diberikan informasi tentang tujuan
berlangsung, responden bebas dari rasa tidak nyaman dan sebelum dilakukan
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti telah mengajukan uji etik dari Komite
responden yang dibuktikan dalam bentuk surat keterangan lolos uji etik.
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah format
yaitu: usia, frekuensi stroke dan lama menderita, format untuk menilai
30
sebagai alat yang digunakan untuk menilai rentang gerak sendi dengan satuan
hasil pengukuran adalah derajat yang dituangkan dalam format isian, skala
(yogatherapycenters, 2014)
scan atau MRI atau berdasarkan pada diagnosis stroke dengan Siriraj Stroke
Gambar 4.2.
Cara Pengukuran rentang gerak dengan goniometer
31
Alat pengumpul data yang terkumpul, dijadikan data untuk menilai hasil akhir
atau evaluasi pada pasien stroke setelah dilakukan Range Of Motion (ROM),
dengan cara menghitung nilai selisih kekuatan otot dan rentang gerak pada hari ke
1 dengan hari ke 28 yang akan menjadi nilai dari peningkatan kekuatan otot dan
a. Prosedur Administrasi
tempat penelitian.
b. Prosedur Intervensi
Peneliti mengukur kekuatan otot dan rentang gerak responden pada hari
32
menggunakan panduan dan lembar kontrol yang dibuat oleh peneliti, yang
membangdingkan nilai kekuatan otot dan rentang gerak saat awal pengukuran
pada pasien stroke akan mengalami gangguan agar tidak terjadi kerancuan
A. Goniometer
Goniometer adalah alat yang yang sudah baku digunakan untuk mengukur
dengan tepat derajat gerakan pada sendi tertentu atau dalam ergonomic,
atau pasif. Alat ini telah digunakan secara luas di bidang rehabilitasi dan telah
adalah pedoman pengukuran kekuatan otot yang baku yang tercantum dalam
Pedoman ini telah dikenal luas dan digunakan dalam praktek kedokteran dan
keperawatan sehari-hari.
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
33
8. Pengolahan Data
Data yang terkumpul dalam penelitian perlu diolah sedemikian rupa agar dapat
disajikan dalam bentuk tabel sehingga mudah dianalisa dan ditarik kesimpulan.
9. Analisis Data
A. Analisis Univariat
yang diteliti, untuk data numerik dengan menghitung mean, median, standar
diperoleh.
B. Analisis Bivariat
34
kekuatan otot, dan rentang gerak pasien stroke. Sebelum menentukan jenis
analisis bivariat yang digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data
parametrik dan bila distribusi data tidak normal maka akan digunakan statistik
non parametrik. Uji statistik untuk seluruh analisis tersebut di atas dianalisis
dengan tingkat kemaknaan 95% ( alpha 0,05). Jenis analisis bivariat untuk
setiap data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Analisis bivariat hubungan Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan
otot dan rentang gerak
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini memaparkan hasil penelitian mengenai pengaruh Range Of Motion (ROM)
Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa mayoritas responden adalah lansia akhir
17 responden (85%).
35
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
36
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi kekuatan otot dan rentang gerak pasien
stroke di unit rehabilitasi RSUDAM Provinsi Lampung
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa selisih kekuatan otot hari ke 1 dan hari ke 28
adalah 0,45. Selisih nilai rentang gerak hari ke 1 dan hari ke 28 adalah 6,65.
asumsi ini dilakukan pada data kekuatan otot dan rentang gerak sebelum dan
sesudah dilakukan ROM. Salah satu cara untuk mengetahui terpenuhinya asumsi
ini adalah dengan nilai skewness Hasil pengujian asumsi normalitas data
nilai skewnes < -2 atau 2. Maka, analisis bivariat dilakukan dengan uji parametrik,
37
Tabel 5.3 Pengaruh kekuatan otot dan rentang gerak pada pada pasien
stroke di unit rehabilitasi RSUDAM Propinsi Lampung
Std. t P value
Variabel
Mean Deviation
Kekuatan Otot Hari ke 1 1.90 .718 -3.943 0.001
Kekuatan otot Hari ke 28 2.35 .875
Hasil uji statistik kekuatan otot menunjukkan nilai t = -3.943 hasil uji p value =
0,001. Hal ini berarti bahwa Range Of Motion (ROM) memiliki pengaruh
antara nilai kekuatan otot hari pertama dengan hari ke 28. Hasil uji statistik
kekuatan otot menunjukkan nilai t = - 7.502 dan hasil uji p value = 0,000. Hal
ini berarti bahwa Range Of Motion (ROM) memiliki pengaruh terhadap rentang
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian seluruh variabel yang telah dipaparkan
A. Interprestasi Penelitian
A. Usia
responden (85%). Data tersebut sesuai dengan teori bahwa salah satu faktor
resiko stroke adalah usia dimana semakin tua maka kejadian stroke akan
tahun memiliki risiko paling tinggi, tetapi hampir 25% dari semua stroke
38
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
39
C. Frekuensi stroke
bahwa salah satu faktor resiko eksternal stroke adalah frekuensi stroke
dimana orang yang pernah menderita stroke maka kejadian stroke akan
semakin tinggi (Junaidi 2011). Sekitar 1 dari 100 orang dewasa akan
ischemic attack atau TIA) seumur hidup mereka. Jika tidak diobati dengan
benar, sekitar sepersepuluh dari pasien ini akan mengalami stroke (umumnya
stroke iskemik) dalam tiga bulan setelah serangan pertama, dan sekitar
sepertiga akan terkena stroke dalam lima tahun setelah serangan pertama
(Feigin, 2006).
2. Pengaruh ROM terhadap kekuatan otot dan rentang gerak pasien stroke.
hari pertama dan hari ke 28 sebesar 0,45. Terjadi peningkatan nilai rata-rata
rentang gerak sendi hari pertama dan hari ke 28 sebesar 6,65. Hasil uji statistik
kekuatan otot menunjukkan hasil uji p value = 0,001. Hal ini berarti bahwa
dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai kekuatan otot hari
pertama dengan hari ke 28. Hasil uji statistik kekuatan otot menunjukkan hasil
uji p value = 0,000. Hal ini berarti bahwa Range Of Motion (ROM) memiliki
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
40
signifikan antara nilai rentang gerak hari pertama dengan hari ke 28.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori (Junaidi, 2011) setelah keadaan pasien
membaik dan kondisinya telah stabil maka rehabilitasi dini dapat segera
dilakukan di tempat tidur. Tujuan perawatan suportif dini adalah untuk memulai
kegiatan yang memperbaiki fungsi saraf melalui terapi fisik dan teknik-teknik
fisioterapi lain.
hari sampai minggu setelah terkena stroke. Bila usaha ini dilakukan segera maka
perelaksasian kekakuan otot dilakukan 24-48 jam pertama. Terapi fisik harus
dimulai dalam 2 hari dari onset bahkan pasien koma sekalipun dengan
dalam rehabilitasi dini adalah teknik Range Of Motion (ROM) yang dapat
Latihan Range Of Motion (ROM) pasif adalah latihan ROM yang di lakukan
pasien dengan bantuan perawat pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif
adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi
tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
41
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total
(Suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan
otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada
mandiri.
rentang gerak sendi normal (Potter perry, 2010). Hal ini untuk melatih kelenturan
dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara
aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari
kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif. ROM bersifat sama
diantara sendi kolateral. Secara ideal, lakukan pengkajian ROM normal klien
Hasil penelitian ini menunjukan tentang data nilai kekuatan otot dan rentang
gerak yang meningkat dapat menjawab beberapa tujuan latihan Range Of Motion
kontraktur. Nilai kekuatan otot dan rentang gerak yang meningkat tersebut juga
42
tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendi, dan memperbaiki toleransi otot untuk
latihan
berbeda, tergantung pada bagian yang terkena dan seberapa luas sirkulasi
diantaranya pembentukan DVT, atrofi otot, kontraktur dan nyeri sendi, dan
dekubitus. Latihan Range of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan
dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah
Hasil penelitian ini juga didukung oleh beberapa penelitian yaitu penelitian yang
pergerakan sendi palntar dan dorsofleksi memberikan pengaruh yang positif bagi
penderita stroke.
Resistance Training After Stroke: Effects on Muscle Strength, Muscle Tone, Gait
43
pasien stroke.
Penelitian yang dilakukan oleh (Louis Ada. et all, 2005) tentang Thirty minutes
Penelitian yang dilakukan oleh (Rimmer JH. et all, 2009) tentang A Preliminary
B. Keterbatasan Penelitian
1. Pengumpulan data
ROM dirumah.
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
44
2. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan catatan medis dari
meneliti dari asumsi fisioterapis. Namun hal ini justru lebih baik, sebab
3. Analisa data
Penelitian ini hanya sampai pada uji bivariad oleh karena hasil uji bivariad yang
dan tanggung jawab dalam membantu pasien supaya tetap sehat dengan
dan rehabilitatif.
Pasien stroke merupakan pasien dengan proses perawatan yang panjang. Pasien
45
mengurangi dampak lanjut dari stroke. Berikut ini merupakan tugas yang perlu
dirinya.
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dari pengembangan penelitian selanjutnya.
Hasil yang signifikan terkait ROM pada pasien stroke yang menunjukkan φ value
0,001 untuk kekuatan otot dan 0,000 untuk rentang gerak sendi membuktikan bahwa
ROM dan edukasi sangatlah bermanfaat bagi penderita stroke untuk mencegah
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini merupakan bagian akhir dari laporan hasil penelitian mencakup
simpulan hasil pembahasan yang berkaitan dengan upaya menjawab tujuan dan
A. Simpulan
17 responden (85%).
0,45. Selisih nilai rentang gerak hari ke 1 dan hari ke 28 adalah 6,65.
3. Hasil uji statistik kekuatan otot menunjukkan hasil uji p value = 0,001.
4. Hasil uji statistik rentang gerak menunjukkan hasil uji p value = 0,000.
46
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
47
B. Saran
sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan:
kunjungan berobat.
3. Peneliti selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Black,J.M, & Hawk, J.H. (2005). Medical Surgical Nursing : Clinical Management For
Positive Outcomes. 7th edition. St. Louis Missouri : Elsevier Saunders.
Depkes RI. (2009). Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia Mencapai
213 juta Orang Tahun (online). Available :http://www.depkes.go.id/index.
php/berita/press-release/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-diindonesia-
mencapai-213-juta-orang.html
Fan Gao, et.all 2011 Effects of Repeated Ankle Stretching On Calf Muscle–Tendon And
Ankle Biomechanical Properties In Stroke Survivorshttp://www.sciencedirect.com
/science/ article/pii/S0268003310003335 diunduh pada 6 April 2014
Flansbjer, et all 2008 Progressive Resistance Training After Stroke: Effects on Muscle
Strength, Muscle Tone, Gait Performance and Perceived Participation
http://www.ingentaconnect.com/content/mjl/sreh/2008/00000040/00000001/art0000
7 diunduh pada 10 April 2014
Lewis (2007). Medical Surgical Nursing. 7th edition. St.Louis : Missouri. Mosby-Year
Book, Inc.
Louise Ada, et.all, 2005. Thirty Minutes Of Positioning Reduces The Development Of
Shoulder External Rotation Contracture After Stroke: A randomized controlled trial
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0003999 304004289 diunduh pada
6 April 2014
Nir, Zohar et.all Structured Nursing Intervention Versus Routine Rehabilitation After
Stroke http://journals.lww.com/ajpmr/Abstract/2004/07000/Structured_Nur sing_
Intervention_Versus_Routine.5.aspx diunduh pada 6 April 2014
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
Mulyatsih Enny, 2003, Petunjuk Praktis Bagi Pengasuh dan Keluarga Pasien Pasca
Stroke di Rumah, Jakarta, FKUI
Mulyatsih Enny, dan Ahmad Airiza, 2008, Stroke Petunjuk Perawatan Pasien Pasca
Stroke di Rumah, Jakarta, FKUI
Samsudin; http://www.yastroki.or.id/read.php?id=3412012).
Sugiyono, 2008 Metode Penelitian Bisnis. Cetakan keduabelas 2008. Penerbit Alfabeta.
Bandung
Sugiyono, 2012 Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
R&D, bandung, Alfabeta
Trisha M. Kesar, 2011Combined effects of fast treadmill walking and functional electrical
stimulation on post-stroke gait http://www.sciencedirect.com/science/article
/pii/S0966636210004078 diunduh pada 6 April 2014
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
Setelah dilakukan penyuluhan tentang latihan gerak tubuh dirumah, diharapkan klien
mampu untuk :
Dibawah ini adalah gerakan minimal yang dapat dilakukan oleh penderita stroke yang
dilakukan dengan pengawasan keluarga.
5 Latihan jalan
9 Mengambil gelas
11 Berbaring terlentang
14 Duduk di ranjang
Latihan ROM
Intervensi
Sebelum Sesudah (Hari ke 28)
(Hari ke 1)
Bahu :
Fleksi 180o
Ekstensi 180o
Siku :
Ekstensi 90 o
Ekstensi 90 o
Pangkal Paha :
Fleksi 90 o -120 o
Ekstensi 90 o -120 o
Lutut :
Fleksi 120 o -130 o
Ekstensi 120 o -130 o
PERPUSTAKAAN FIK-UMJ
Tekuk kaki pasien, satu tangan ponolong memegang paha dan tangan lainya
memegang pergelangan kaki pasien. Gerakkan lutut maju mundur (Mulyatsih,
2008)
b. Latihan V
Pegang pergelangan tangan pasien yang lemah mengunakan tangan pasien yang
sehat angkat keatas dada, tekuk kemudian putar pengelangan tangan ke arah
dalam dan ke arah luar. Lakukan secara berulang (Mulyatsih, 2008)
f. Latihan VI
Genggam jari-jari tangan pasien yang lemah kemudian gerakkan membuka
secara perlahan. Putar ibu jari pasien yang lemah mengunakan tangan pasien
yang sehat. Lakukan berulang (Mulyatsih, 2008).
g. Latihan VII
1) Letakan kaki pasien yang sehat dibawah yang lumpuh
2) angkat dan turunkan kaki yang lemah menggunakan kaki yang sehat secara
perlahan
3) Lakukan secara berulang (Mulyatsih, 2008)