Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KELOMPOK 6

BAYI TABUNG
Diajukan untuk memenuhi tugas Kelompok
Mata Kuliah Ushul Fiqh
Dosen Pengampu: Sarmedi M.Pd.I

Disusun oleh :

Astri Nur Annisa

Resti Noormalasari

Rian Almunawar

3A Ekonomi Syariah

Universitas Suryakancana
Jl. Pasirgede Raya, Bojongherang, Kec. Cianjur, Kab. Cianjur, Jawa Barat 43216
Telp. (0263) 270106
Email: unsur@unsur.ac.id website: https://www.unsur.ac.id/2021

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI …………………………………………............................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Proses Bayi Tabung........................................................3
2.2 Tujuan Bayi Tabung..........….................................................................3
2.3 Dampak Postif dan Negatif Bayi Tabung................................................4
2.4 Hukum Bayi Tabung Menurut Islam.......................................................5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan….....................................................................................................10
3.2 Saran...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Banyak pasangan suami istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum
dikaruniai anak. Mereka pun gelisah. Usia sudah semakin tua, tetapi belum mempunyai
anak. Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan
menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia Allah
SWT. Demikian halnya di antara panca maslahat yang diayomi oleh maqashid asy-
syari’ah (tujuan filosofis syariah Islam) adalah hifdz an-nasl (memelihara fungsi dan
kesucian reproduksi) bagi kelangsungan dan kesinambungan generasi umat manusia.
Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi. (QS.Al-Insyirah:5) termasuk
kesulitan reproduksi manusia dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran dan ilmu
biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat manusia agar mereka bersyukur
dengan menggunakannya sesuai kaedah ajaran-Nya.

Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang
alami pula (hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk
manusia. Akan tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena
rusaknya atau tertutupnya saluran indung telur (tuba Fallopii) yang membawa sel telur
ke rahim, serta tidak dapat diatasi dengan cara membukanya atau mengobatinya. Atau
karena sel sperma suami lemah atau tidak mampu menjangkau rahim isteri untuk
bertemu dengan sel telur, serta tidak dapat diatasi dengan cara memperkuat sel sperma
tersebut, atau mengupayakan sampainya sel sperma ke rahim isteri agar bertemu dengan
sel telur di sana. Semua ini akan meniadakan kelahiran dan menghambat suami isteri
untuk berbanyak anak. Padahal Islam telah menganjurkan dan mendorong hal tersebut
dan kaum muslimin pun telah disunnahkan melakukannya.

Dengan maju pesatnya dibidang teknologi, kini banyak teknologi-teknologi yang


mampu menciptakan/membuat bermacam-macam produk hasil teknologi dipandangnya
berkualitas. Diantara produk teknologi mutakhir adalah dibidang biologi, salah satunya
adanya bayi tabung untuk mengatasi permasalahan yang telah diuraikan diatas. Pada
dasarnya orang-orang memuji dengan kemajuan dibidang teknologi tersebut, namun
mereka belum tahu pasti apakah produk-produk hasil teknologi tersebut dibenarkan
menurut hukum agama.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun rumusan masalah dalam
pembahasan ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan bayi tabung dan bagaimana proses pembuatannya.
2. Apakah tujuan dari adanya bayi tabung.
3. Dampak positif dan negatif kehadiran bayi tabung.
4. Bagaimana hukum bayi tabung menurut Islam.

1.3 TUJUAN PENULISAN


Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan pembahasan. Adapun
tujuannya yakni sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dan proses bayi tabung.
2. Untuk mengetahui tujuan bayi tabung.
5. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif kehadiran bayi tabung.
3. Untuk mengetahui hukum bayi tabung menurut Islam

1.4 MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat penulisan sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian dan proses bayi tabung.


2. Mengetahui tujuan bayi tabung.
3. Mengetahui dampak positif dan negatif kehadiran bayi tabung.
4. Mengetahui hukum bayi tabung menurut Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN DAN PROSES BAYI TABUNG

Dalam bahasa Inggris bayi tabung dikenal dengan sebutan In Vitro Festilisation
yang dirintis oleh PC Steptoe dan RG Edwards pada th 1977. Jika dilihat dari kata ‘bayi’
& ‘tabung’, bayi tabung berarti bayi dari hasil pembuahan di tabung. 1 Dalam istilah,
bayi tabung adalah suatu proses pembuahan sel telur oleh sel sperma di luar tubuh sang
wanita: in vitro ("di dalam gelas kaca").2

Bayi tabung pada dasarnya merupakan bayi hasil konspsi (dari pertemuan antara
sel telur dan sperma) yang dilakukan dalam sebuah tabung yang dipersiapkan
sedemikian rupa di laboratorium. Didalam laboratorium tabung tersebut dibuat
sedemikian rupa sehingga menyerupai dengan tempat pembuahannya yang asli yaitu
rahim ibu atau wanita. Dibuat sedemikian rupa sehingga temperatur dan situasinya
persis sama dengan aslinya.

Prosesnya mula-mula dengan suatu alat khusus semacam alat untuk laparoskopi
dilakukan pengambilan sel telur dari wanita yang baru saja mengalami ovulasi.
Kemudian sel telur yang diambil tersebut dibuahi dengan sperma yang sudah
dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat persis seperti dalam rahim.

Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara beberapa saat dalam tabung
tersebut sampai pada suatu saat tertentu akan dicangkokan ke dalam rahim wanita
tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu akan tumbuh sebagaimana layaknya di
dalam rahim wanita. Sudah tentu wanita tersebut akan mengalami kehamilan,
perkembangan selama kehamilan seperti biasa.3

2.2 TUJUAN BAYI TABUNG

Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami
istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi
istrinya mengalami kerusakan yang permanen.

Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini


diterapkan pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang
menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan.

1
Habieb, “Contoh Makalah Bayi Tabung dalam Pandangan Hukum Islam”, https://www.academia.edu/
19363633/Contoh_makalah_bayi_tabung_dalam_ pandangan_hukum_islam (diakses pada 11 Mei 2019)
2
Kontributor Wikipedia, "Fertilisasi in vitro," Wikipedia, Ensiklopedia Bebas,
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fertilisasi_in_vitro&oldid=14758616 (diakses pada 11 Mei
2019)
3
Habieb, Op.cit

3
Selain itu, beberapa kondisi seperti di bawah ini yang kemungkinan menyebabkan sulit
hamil dan disarankan menggunakan prosedur bayi tabung.

1. Kelainan genetik
2. Kondisi kesehatan yang tengah menderita penyakit serius seperti kanker
3. Gangguan pada tuba falopi atau rahim berupa kerusakan atau sumbatan jalur sel
telur.
4. Gangguan ovulasi yang membuat produksi sel telur minimal.
5. Endometriosis.
6. Produksi sperma dengan kuantitas yang rendah.
7. Masalah sistem kekebalan tubuh yang mengganggu sel telur atau sperma.
8. Sperma yang tidak mampu melewati cairan leher rahim.
9. Alasan dari masalah ketidaksuburan yang tidak diketahui.
10. Memiliki risiko penyakit keturunan.

Kelainan kondisi seperti di atas yang membuat istri menjadi sulit hamil, melalui metode
IVF, sel telur yang sudah dibuahi dapat diskrining kode genetiknya untuk mencari
masalah genetik tertentu. Setelah embrio dinyatakan tidak memiliki risiko penyakit yang
dapat diturunkan, dapat ditanam pada rahim. Jadi, melalui metode bayi tabung, istri
memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan keberhasilan kehamilan dan memiliki
bayi yang sehat.4

2.3 DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF KEHADIRAN BAYI TABUNG

A. Dampak Positif

Anak adalah dambaan setiap pasangan suami istri (pasutri). Tapi faktanya, tak
semua pasutridapat dengan mudah memperoleh keturunan. Data menunjukkan, 11-15
persen pasutri usia subur mengalami kesulitan untuk memperoleh keturunan, baik
karena kurang subur (subfertil) atau tidak subur (inferti).

Kemajuan teknologi dan biologi kedokteran telah berhasil membantu pasangan


suami istri yang mengalami masalah kesuburan untuk memperoleh buah cinta mereka,
bahkan bisa memilih jenis kelamin serta diagnosis gangguan genetik bakal janin. Di
Tanah Air, teknologi yang bisa dinikmati baru sampai pada pembuatan bayi tabung. Di
Makmal Terpadu FKUI harga ditawarkan cukup terjangkau dengan satu siklus sekitar
30- 40 juta rupiah. Namun yang menjadi masalah keberhasilan bayi tabung di Indonesia
masih kecil, sekitar 10%.5

B. Dampak Negatif
4
Arrafina Muslimah, “Apa Itu Bayi Tabung dan Bagaimana Prosesnya?”, https://www.popmama.com
(diakses pada 11 Mei 2019)
5
Fiyan, “Bayi Tabung Dan Kloning Sebagai Alternatif Baru Kelangsungan Hidup Umat Manusia”,
http://fiyanthebadboy.blogspot.com/2011/03/ilmu-kesehatan.html (diakses pada 15 Mei 2019)

4
Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami, dilakukan
secara buatan. Metode pembuahan buatan ini tidak menutup kemungkinan menimbulkan
risiko.6

1) Adanya dugaan cacat bawaan sebagai dampak bayi tabung maupun pembuahan
buatan lain.
2) Merupakan Tindakan Pembunuhan
Secara etika dan moral sebagian masyarakat menolak karena proses pembuahan
pada bayi tabung dilakukan dengan menggunakan dengan cawan petri sehingga
embrio yang diperlukan yang dimasukkan kembali ke rahim, sedangkan sisanya
“dibuang”. Hak hidup embrio yang dibuang inilah yang dipermasalahkan, sebab
banyak yang memandang hal ini sebagai tindakan pembunuhan.
3) Masalah dalam Pendonoran Sperma
Hubungan fundamental antara manusia terutama antara laki-laki dan perempuan
sebagai pasangan suami istri yang sah, kemudian dipertanyakan eksitensinya bila
melakukan fertilisasi invitro. Hal ini menjadi lebih buruk lagi bila sel telur
dibuahi oleh sperma donor yang bukan dari suami yang sah, misalnya dari bank
sperma atau sel telur dari pendonor telur. Hal lainnya ialah bila menggunakan
rahim kontrak karena istri tidak dapat memelihara embrio di dalam rahimnya.
4) Hanya 20% saja kemungkinan program ini akan berhasil.
5) Adanya Kkemungkinan sang ibu terserang infeksi, rhumatoid arthritis atau
lupus, dan alergi.

2.4 HUKUM BAYI TABUNG MENURUT ISLAM

Masalah bayi tabung (Athfaalul Anaabib) ini menurut pandangan islam termasuk
masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian Fiqih klasik sekalipun. Oleh
karena itu, dalam menyelesaikan masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam
dengan menggunakan metode Ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli Ijtihad
(Mujtahid), agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-
Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum islam.

Namun, kajian masalah mengenai bayi tabung ini sebaiknya menggunakan


pendekatan multi-disipliner oleh para mujtahid dan cendikiwian muslim dari berbagai
ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar
proporsional dan mendasar. Misalnya menggunakan ahli kedoteran. Peternakan, biologi,
hukum, agama, dan etika. Dua tahun sejak ditemukannya teknologi ini, para ulama di
Tanah Air telah menetapkan fatwa tentang bayi tabung/inseminasi buatan.7

6
Roy Judika, “Bayi Tabung”, https://www.academia.edu/10171257/Bayi_Tabung (diakses pada 15 Mei
2019)
7
Muhammad Nur, “Hukum Bayi Tabung”,
https://www.eramuslim.com/konsultasi/fikih-kontemporer/hukum-bayi-tabung.htm (diakses pada 11
Mei 2019)

5
A. Dasar Hukum

1. Al-Qur’an

a. Surat At-Tin ayat 4

Artinya:

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Pada ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT
sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan atau keistimewaan sehingga melebihi
makhluk-makhluk Allah lainnya. Dan Allah sendiri berkenan memuliakan manusia,
maka sudah seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya sendiri dan juga
menghormati martabat sesama manusia. Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor itu
pada hakikatnya merendahkan harkat manusia (human dignity) sejajar dengan hewan
inseminasi.8

b. Surat Al-Isra ayat 70

Artinya:

“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari baik-baik, dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakkan makhluk yang telah Kami
ciptakan”.

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dengan sebaik-
baik bentuk dan dengan berbagai kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Sungguh Allah telah menciptakan manusia dengan sempurna dan memuliakan makhluk
ciptan-Nya.

Maka sudah sepantasnya manusia menghormati martabatnya sendiri dan manusia


lainnya. Sedangkan telat kita ketahui pada awalnya iseminasi buatan itu awalnya
dilakuka pada hewan atau tumbuhan. Tetapi, karena teknologi dan zaman semakin
berkembang inseminasi buatan ini diterapkan pada manusia. Dari segi etika dan moral,
jika tidak dalam keadaan yang terpaksa dan benar-benar darurat inseminasi buatan.9

8
Mareesa, “Hukum Bayi Tabung Menurut Islam dan Dalilnya”,
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-bayi-tabung-menurut-islam (diakses pada 11 Mei 2019)
9
Nur Maharani, “Bayi Tabung dalam Pandangan Islam”, https://keperawatanreligionnurmaharanii.
wordpress.com (diakses pada 7 Juni 2019)

6
c. Surat Ar-Rum ayat 21

Artinya:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri


dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

Jelas diterangkan dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21 tersebut bahwa Allah
telah menciptakan isteri-isteri untuk para suami agar merasa tentram dan saling
merasakan kasih sayang. Dengan demikian, prinsip bayi tabung yang menyimpan
sperma suami di rahim ibu titipan tidak sesuai dengan firman Allah tersebut. Kemudian
sperma punya tuan A diminta oleh keluarga B dengan sel telur dari ibu keluarga B dan
mengalami fertilisasi diluar setelah menjadi zigot dimasukan ke rahim nyonya C. Kasus
tersebut diharamkan dalam islam, karena anak yang dikandung nyonya C tadi tidak akan
jelas nasab dan juga ahli warisnya.10

2. Hadits Nabi

Artinya:

“Tidak Halal bagi seseorang yang beriman pada Allah SWT dan hari akhir airnya
(sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain)”

(Hadist riwayat Abu Daus, Al-Tirmidzi, dan Hadist ini dipandang sahih oleh Ibnu
Hibban).

Hadits di atas dapat dijadikan sebagai dalil untuk mengharamkan inseminasi buatan
dengan donor sperma ataupun ovum, karena kata ( ‫ )ء ما‬di dalam bahas arab juga dalam
al-Qur’an bisa dipakai untuk pengertian air hujan atau air pada umumnya, seperti
tersebut dalam surat Thaha ayat 53, dan juga bisa untuk pengertian benda cair atau
sperma seperti yang terdapat dalam surat An-Nur ayat 45 dan Al-Thariq ayat 6.11

10
Nur Maharani, Op.cit
11
Nurjannah, Skripsi: “Hukum Islam dan Bayi Tabung (Analisis Hukum Islam Kontemporer)” (Makassar:
UIN Alauddin, 2017) Hal. 39

7
3. Kaidah Hukum Fiqh Islam

Bayi tabung/inseminasi buatan bila dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami
istri sendiri, baik dengan cara pengambilan sperma suami, kemudian disuntikkan
kedalam vagina atau uterus istri maupun dengan cara pembuahan diluar rahim.
Kemudian ditanam didalam rahim istri, “maka hal ini dibolehkan” asalkan keadaan
suami istri tersebut benar-benar memerlukan inseminasi buatan untuk membantu
pasangan tersebut memperoleh keturunan.12
Hal ini sesuai dengan kaidah hukum fiqh islam yang artinya:

Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam keadaan
terpaksa, padahal darurat/terpaksa itu membolehkan melakukan hal-hal yang
terlarang.

Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan dalam memperoleh keturunan yang ditempuh
dengan jalan inseminasi buatan “dibolehkan” karena terdapat faktor darurat yang
ahirnya diberi dispensasi oleh agama, sebagaimana hadits yang mengatakan:

“Tidak boleh mempersulit diri dan menyulitkan orang lain"


(HR. Ibnu Majjah yang bersumber dari Abi Sa’id Al-Hudri)

B. Hasil Ijtihad Para Ulama

1) Majelis Ulama Indonesia (MUI)

MUI dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung dengan sperma dan ovum
dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah (boleh). Sebab, ini termasuk
ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama. Asal keadaan suami istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak,
karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal
ini sesuai dengan kaidah fiqih

“Hajat (kebutuhan yang sangat penting) diperlakukan seperti dalam keadaan


terpaksa. Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehklan melakukan hal-hal yang
terlarang”. Namun, para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari
pasangan suami-istri yang dititipkan di rahim perempuan lain. "Itu hukumnya haram,"
papar MUI dalam fatwanya. Apa pasal? Para ulama menegaskan, di kemudian hari hal
itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan.

Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari sperma
yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram. "Sebab, hal

12
Sudarto, Buku Masailul Fiqhiyah Al-Haditsah, Deepublish, 2018, Hal. 157

8
ini akan menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan
nasab maupun dalam hal kewarisan," tulis fatwa itu.

Lalu bagaimana untuk proses bayi tabung yang sperma dan ovumnya tidak
berasal dari pasangan suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya secara tegas
menyatakan hal tersebut hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan
kelamin antar lawan jenis di luar penikahan yang sah alias zina, dan berdasarkan kaidah
Sadd Az-Zariah, yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina yang
sesungguhnya.13

13
Heri Ruslan, “Apa Hukum Bayi Tabung Menurut Islam”, https://www.republika.co.id (diakses pada
tanggal 11 Mei 2019)

9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

1. Bayi tabung merupakan suatu proses pembuahan sel telur oleh sel sperma di luar
tubuh sang wanita: in vitro ("di dalam gelas kaca"). Bayi tabung pada dasarnya
merupakan bayi hasil konspsi (dari pertemuan antara sel telur dan sperma) yang
dilakukan dalam sebuah tabung yang dipersiapkan sedemikian rupa di
laboratorium.
Proses pembuatan bayi tabung mula-mula dengan suatu alat khusus semacam
alat untuk laparoskopi dilakukan pengambilan sel telur dari wanita yang baru
saja mengalami ovulasi. Kemudian sel telur yang diambil tersebut dibuahi
dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat
persis seperti dalam rahim. Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara
beberapa saat dalam tabung tersebut sampai pada suatu saat tertentu akan
dicangkokan ke dalam rahim wanita tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu
akan tumbuh sebagaimana layaknya di dalam rahim wanita.

2. Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami
istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba
falopi istrinya mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian mulai
ada perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri
yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak
dimungkinkan untuk memperoleh keturunan. Melalui metode bayi tabung, istri
memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan keberhasilan kehamilan dan
memiliki bayi yang sehat.

3. Dampak positif dari adanya bayi tabung dapat membantu pasangan suami istri
yang mengalami masalah kesuburan untuk memperoleh buah cinta mereka,
bahkan bisa memilih jenis kelamin serta diagnosis gangguan genetik bakal
janin. Sedangkan untuk dampak negatif dari adanya bayi tabung tidak menutup
kemungkinan menimbulkan risiko yaitu adanya dugaan cacat bawaan pada bayi,
adanya anggapan sebagai tindakan pembunuhan dari perspektif sebagian
masyarakat, masalah dalam pendonoran sperma, kecil kemungkinan adanya
keberhasilan dalam proses bayi tabung, dan adanya kemungkinan sang ibu
terserang penyakit, alergi maupun infeksi.

4. Hasil Ijtihad para ulama menetapkan bahwa bayi tabung diperbolehkan asalkan
tidak melanggar aturan yang sudah diatur didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan
dalam keadaan sangat diperlukan karena pasangan suami istri tersebut sulit

10
mendapatkan anak. Hal tersebut termasuk kedalam ikhtiar dan sesuai dengan
kaidah fiqih.
Dari hasil Ijtihad Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa bayi tabung dapat dilaksanakan dengan memenuhi syarat
seperti, sperma dan ovum berasal dari pasangan suami istri yang sah dan tidak
berasal dari sperma dan ovum pendonor, bayi tabung tidak dititipkan ke dalam
rahim wanita lain (walaupun rahim tersebut istri kedua sang suami), dan bayi
tabung tidak menggunakan sperma yang dibekukan dari suami yang telah
meninggal dunia.

B. SARAN

Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nuthfah/Sperma dan


Bank Ovum untuk pembuatan bayi tabung, karena selain bertentangan dengan
pancasila dan UUD 1945, juga bertentangan dengan norma agama dan moral,
serta merendahkan harkat manusia dimana sejajar dengan hewan yang
diinseminasi tanpa perlu adanya perkawinan.

Pemerintah hendaknya mengizinkan, melayani, dan membantu


keberhasilan dalam proses serta permintaan bayi tabung dengan sel sperma dan
ovum suami istri yang sah (tanpa ditransfer ke dalam rahim wanita lain atau ibu
titipan) dan sesuai dengan aturan agama, serta pemerintah hendaknya melarang
keras dan juga memberi hukuman terhadap dokter dan siapapun yang melakukan
inseminasi buatan pada manusia dengan sperma dan/atau ovum donor.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud. 1984. Kedudukan Islam dan Sistem Hukum Islam. Jakarta:
Yayasan Risalah

Hasan, M.Ali. 1998. Masaul Fiqiyah Al-Haditsah. Jakarta: PT. Grafindo Persada

Zuhdi, Masyfuk. 1989. Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT. Inti Idayu Press.

Noya, Taufan. Bayi Tabung. https://www.academia.edu/6781789/BAYI_TABUNG

Habieb. Contoh Makalah Bayi Tabung dalam Pandangan Hukum Islam.


https://www.academia.edu/19363633/Contoh_makalah_bayi_tabung_dalam_
pandangan_hukum_islam

Ruslan, Heri, 2010. Apa Hukum Bayi Tabung Menurut Islam. https://www.republika.
co.id/berita/ensiklopedia-islam/fatwa/10/05/08/114856-apa-hukum-bayi-tabung-
menurut-islam-

MUI. 1990. Keputusan Majelis Ulama Indonesia tentang inseminasi buatan/bayi tabung
(No. Kep. 952/MUI/ IX/1990). Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai