DOSEN PENGAJAR :
Fitri
DISUSUN OLEH :
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat ALLAH SWT, karena atas berkah rahmat
dan karuniaNyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya
adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Agama yang berjudul “JENIS PROGRAM TABUNG AIH (SPERMA SUAMI)DAN
AID (SPERMA DONOR”
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Menciptakan Embrio
Pada sel sperma dan sel telur yang terbukti sehat, akan sangat mudah bagi dokter
untuk menyatukan keduanya dalam sebuah piring lab. Namun bila sperma tidak sehat
sehingga tidak dapat berenang untuk membuahi sel telur, maka akan dilakukan ICSI.
Embrio Berumur 2 hari
Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan dihasilkan sel telur yang telah
dibuahi (disebut dengan nama embrio). Embrio ini kemudian akan membelah seiring
dengan waktu. Embrio ini memiliki 4 sel, yang diharapkan mencapai stage
perkembangan yang benar.
Pemindahan Embrio
Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer yang diinjeksikan ke
sistem reproduksi si pasien.
Implanted fetus
Setelah embrio memiliki 4 – 8 sel, embrio akan dipindahkan kedalam rahim wanita
dan kemudian menempel pada rahim. Selanjutnya embrio tumbuh dan berkembang
seperti layaknya kehamilan biasa sehingga kehadiran bakal janin dapat dideteksi
melalui pemeriksaan USG seperti tampak pada gambar diatas.
2.3. Hukum serta dalil tentang bayi tabung
Bayi tabung merupakan produk kemajuan teknologi kedokteran yang demikian
canggih yang ditemukan oleh pakar kedokteran Barat yg notabene mereka adalah
kaum kafir . Bayi tabung adalah proses pembuahan sperma dengan ovum
dipertemukan di luar kandungan pada satu tabung yang dirancang secara khusus.
Setelah terjadi pembuahan lalu menjadi zygot kemudian dimasukkan ke dalam rahim
sampai dilahirkan. Jadi proses tanpa melalui jima’ .
“Tidak boleh karena proses pengambilan mani tersebut berkonsekuensi minimal
sang dokter akan melihat aurat wanita lain. Dan melihat aurat wanita lain hukumnya
adalah haram menurut pandangan syariat sehingga tidak boleh dilakukan kecuali
dalam keadaan darurat.
Sementara tidak terbayangkan sama sekali keadaan darurat yang mengharuskan
seorang lelaki memindahkan mani ke istri dengan cara yang haram ini. Bahkan
terkadang berkonsekuensi sang dokter melihat aurat suami wanita tersebut dan ini pun
tidak boleh.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Masalah ini tetap menjadi titik perbedaan pendapat dari dua kalangan yang
berbeda pandangan. Wajar terjadi perbedaan ini, karena ketiadaan nash yang secara
langsung membolehkan atau mengharamkan tekhnik bayi tabung. Nash yang ada
hanya bicara tentang hukum bayi tabung, sedangkan syarat-syaratnya masih berbeda.
Dan karena berbeda dalam menetapkan syarat itulah makanya para ulama berbeda
dalam menetapkan hukumnya. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa:
1. Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri dan tidak
ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain(ibu titipan) diperbolehkan oleh
islam, jika keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar
memerlukan. Dan status anak hasil inseminasi macam ini sah menurut Islam.
2. Inseminasi buatan dengan sperma dan ovum donor diharamkan oleh
Islam. Hukumnya sama dengan Zina dan anak yang lahir dari hasil inseminasi macam
ini statusnya sama dengan anak yang lahir diluar perkawinan yang sah
3.2. Saran
Saya sadar, tidak ada manusia yang sempurna, kesempurnaan hanya milik
Allah S.W.T, dan saya sadar makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, maka
dari itu saya meminta kritik dan sarannya yang membangun, agar kedepannya saya
bisa lebih baik dalam membuat makalah. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi kita semua. Amiinn.