Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bayi Tabung Dalam
Pandangan Hukum Islam” guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Hukum Islam.

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memaparkan pengertian


bayi tabung serta pandangan para ulama mengenai bayi tabung beserta dampak
negatif dan dampak positifnya.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, untuk itu segala kritik dan saran sangat
dibutuhkan agar kami dapat menjadi lebih baik lagi dalam penyusunan makalah
selanjutnya. Terima kasih.

Indralaya, 16 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................2

1.4 1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

2.1 Pengertian dan Proses Bayi Tabung......................................................3

2.2 Tujuan Bayi Tabung...............................................................................4

2.3 Dampak Positif Dan Negatif Kehadiran Bayi Tabung........................5

2.4 Hukum Bayi Tabung Dalam Islam........................................................6

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP.............................................................................................................12

3.1 Kesimpulan.........................................................................................12

3.2 Saran...................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Banyak pasangan suami istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi
belum dikaruniai anak. Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak
boleh berputus asa dan menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha)
dalam menggapai karunia Allah SWT. Demikian halnya di antara panca
maslahat yang diayomi oleh maqashid asy-syari’ah (tujuan filosofis syariah
Islam) adalah hifdz an-nasl (memelihara fungsi dan kesucian reproduksi) bagi
kelangsungan dan kesinambungan generasi umat manusia. Allah telah
menjanjikan setiap kesulitan ada solusi. (QS.Al-Insyirah:5) termasuk kesulitan
reproduksi manusia dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran dan ilmu
biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat manusia agar mereka
bersyukur dengan menggunakannya sesuai kaedah ajaran-Nya.
Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang
alami pula (hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan
Allah untuk manusia. Akan tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit
terwujud, misalnya karena rusaknya atau tertutupnya saluran indung telur (tuba
Fallopii) yang membawa sel telur ke rahim, serta tidak dapat diatasi dengan
cara membukanya atau mengobatinya. Atau karena sel sperma suami lemah
atau tidak mampu menjangkau rahim isteri untuk bertemu dengan sel telur,
serta tidak dapat diatasi dengan cara memperkuat sel sperma tersebut, atau
mengupayakan sampainya sel sperma ke rahim isteri agar bertemu dengan sel
telur di sana. Semua ini akan meniadakan kelahiran dan menghambat suami
isteri untuk berbanyak anak. Padahal Islam telah menganjurkan dan mendorong
hal tersebut dan kaum muslimin pun telah disunnahkan melakukannya.
Dengan maju pesatnya dibidang teknologi, kini banyak teknologi-teknologi
yang mampu menciptakan/membuat bermacam-macam produk hasil teknologi
dipandangnya berkualitas. Diantara produk teknologi mutakhir adalah dibidang
biologi, salah satunya adanya bayi tabung untuk mengatasi permasalahan yang
telah diuraikan diatas. Pada dasarnya orang-orang memuji dengan kemajuan

1
dibidang teknologi tersebut, namun mereka belum tahu pasti apakah produk-
produk hasil teknologi tersebut dibenarkan menurut hukum agama.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun rumusan
masalah dalam pembahasan ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan bayi tabung dan bagaimana proses
pembuatannya.
2. Apakah tujuan dari adanya bayi tabung.
3. Dampak positif dan negatif kehadiran bayi tabung.
4. Bagaimana hukum bayi tabung menurut Islam.

1.3 Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan
pembahasan. Adapun tujuannya yakni sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dan proses bayi tabung.
2. Untuk mengetahui tujuan bayi tabung.
5. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif kehadiran bayi tabung.
3. Untuk mengetahui hukum bayi tabung menurut Islam 

1.4 1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dan proses bayi tabung.
2. Mengetahui tujuan bayi tabung.
3. Mengetahui dampak positif dan negatif kehadiran bayi tabung.
4. Mengetahui hukum bayi tabung menurut Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Proses Bayi Tabung


Dalam bahasa Inggris bayi tabung dikenal dengan sebutan In Vitro
Festilisation yang dirintis oleh PC Steptoe dan RG Edwards pada th 1977. Jika
dilihat dari kata ‘bayi’ & ‘tabung’, bayi tabung berarti bayi dari hasil
pembuahan di tabung.1 Dalam istilah, bayi tabung adalah suatu proses
pembuahan sel telur oleh sel sperma di luar tubuh sang wanita: in vitro ("di
dalam gelas kaca").2
Bayi tabung pada dasarnya merupakan bayi hasil konspsi (dari pertemuan
antara sel telur dan sperma) yang dilakukan dalam sebuah tabung yang
dipersiapkan sedemikian rupa di laboratorium. Didalam laboratorium tabung
tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai  dengan tempat
pembuahannya yang asli yaitu rahim ibu atau wanita. Dibuat sedemikian rupa
sehingga temperatur dan situasinya persis sama dengan aslinya.
Prosesnya mula-mula dengan suatu alat khusus semacam alat untuk
laparoskopi dilakukan pengambilan sel telur dari wanita yang baru saja
mengalami ovulasi. Kemudian sel telur yang diambil tersebut dibuahi dengan
sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat persis
seperti dalam rahim.
Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara beberapa saat dalam
tabung tersebut sampai pada suatu saat tertentu akan dicangkokan ke dalam
rahim wanita tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu akan tumbuh
sebagaimana layaknya di dalam rahim wanita. Sudah tentu wanita tersebut
akan mengalami kehamilan, perkembangan selama kehamilan seperti  biasa.3

1
Habieb, “Contoh Makalah Bayi Tabung dalam Pandangan Hukum Islam”,
https://www.academia.edu/ 19363633/Contoh_makalah_bayi_tabung_dalam_
pandangan_hukum_islam (diakses pada 11 Mei 2019)
2
Kontributor Wikipedia, "Fertilisasi in vitro," Wikipedia, Ensiklopedia Bebas,
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fertilisasi_in_vitro&oldid=14758616 (diakses
pada 11 Mei 2019)
3
Habieb, Op.cit
2.2 Tujuan Bayi Tabung
Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan
suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan
tuba falopi istrinya mengalami kerusakan yang permanen.
Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini
diterapkan pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya
yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan.
Selain itu, beberapa kondisi seperti di bawah ini yang kemungkinan
menyebabkan sulit hamil dan disarankan menggunakan prosedur bayi tabung.

1. Kelainan genetik
2. Kondisi kesehatan yang tengah menderita penyakit serius seperti kanker
3. Gangguan pada tuba falopi atau rahim berupa kerusakan atau sumbatan
jalur sel telur.
4. Gangguan ovulasi yang membuat produksi sel telur minimal.
5. Endometriosis.
6. Produksi sperma dengan kuantitas yang rendah.
7. Masalah sistem kekebalan tubuh yang mengganggu sel telur atau sperma.
8. Sperma yang tidak mampu melewati cairan leher rahim.
9. Alasan dari masalah ketidaksuburan yang tidak diketahui.
10. Memiliki risiko penyakit keturunan.

Kelainan kondisi seperti di atas yang membuat istri menjadi sulit hamil,
melalui metode IVF, sel telur yang sudah dibuahi dapat diskrining kode
genetiknya untuk mencari masalah genetik tertentu. Setelah embrio dinyatakan
tidak memiliki risiko penyakit yang dapat diturunkan, dapat ditanam pada
rahim. Jadi, melalui metode bayi tabung, istri memiliki peluang lebih besar
untuk mendapatkan keberhasilan kehamilan dan memiliki bayi yang sehat.4

4
Arrafina Muslimah, “Apa Itu Bayi Tabung dan Bagaimana Prosesnya?”,
https://www.popmama.com (diakses pada 11 Mei 2019)
4
2.3 Dampak Positif Dan Negatif Kehadiran Bayi Tabung

A. Dampak Positif 
Anak adalah dambaan setiap pasangan suami istri (pasutri). Tapi faktanya,
tak semua pasutridapat dengan mudah memperoleh keturunan. Data
menunjukkan, 11-15 persen pasutri usia subur mengalami kesulitan untuk
memperoleh keturunan, baik karena kurang subur (subfertil) atau tidak subur
(inferti).
Kemajuan teknologi dan biologi kedokteran telah berhasil membantu
pasangan suami istri yang mengalami masalah kesuburan untuk memperoleh
buah cinta mereka, bahkan bisa memilih jenis kelamin serta diagnosis
gangguan genetik bakal janin. Di Tanah Air, teknologi yang bisa dinikmati
baru sampai pada pembuatan bayi tabung. Di Makmal Terpadu FKUI harga
ditawarkan cukup terjangkau dengan satu siklus sekitar 30- 40 juta rupiah.
Namun yang menjadi masalah keberhasilan bayi tabung di Indonesia masih
kecil, sekitar 10%.5
 
B. Dampak Negatif 
Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami,
dilakukan secara buatan. Metode pembuahan buatan ini tidak menutup
kemungkinan menimbulkan risiko.6
1) Adanya dugaan cacat bawaan sebagai dampak bayi tabung maupun
pembuahan buatan lain.
2) Merupakan Tindakan Pembunuhan
  Secara etika dan moral sebagian masyarakat menolak karena proses
pembuahan pada bayi tabung dilakukan dengan menggunakan dengan cawan petri
sehingga embrio yang diperlukan yang dimasukkan kembali ke rahim, sedangkan
sisanya “dibuang”. Hak hidup embrio yang dibuang inilah yang dipermasalahkan,
sebab banyak yang memandang hal ini sebagai tindakan pembunuhan.

5
Fiyan, “Bayi Tabung Dan Kloning Sebagai Alternatif Baru Kelangsungan Hidup Umat
Manusia”, http://fiyanthebadboy.blogspot.com/2011/03/ilmu-kesehatan.html (diakses pada
15 Mei 2019)
6
Roy Judika, “Bayi Tabung”, https://www.academia.edu/10171257/Bayi_Tabung (diakses
pada 15 Mei 2019)
5
3) Masalah dalam Pendonoran Sperma
Hubungan fundamental antara manusia terutama antara laki-laki dan
perempuan sebagai pasangan suami istri yang sah, kemudian dipertanyakan
eksitensinya bila melakukan fertilisasi invitro. Hal ini menjadi lebih buruk lagi
bila sel telur dibuahi oleh sperma donor yang bukan dari suami yang sah,
misalnya dari bank sperma atau sel telur dari pendonor telur. Hal lainnya
ialah bila menggunakan rahim kontrak karena istri tidak dapat memelihara embrio
di dalam rahimnya.
4) Hanya 20% saja kemungkinan program ini akan berhasil. 
5) Adanya Kkemungkinan sang ibu terserang infeksi, rhumatoid arthritis atau
lupus, dan alergi.

2.4 Hukum Bayi Tabung Dalam Islam


Masalah bayi tabung (Athfaalul Anaabib) ini menurut pandangan islam
termasuk masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya
secara spesifik di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian Fiqih
klasik sekalipun. Oleh karena itu, dalam menyelesaikan masalah ini hendak
dikaji menurut Hukum Islam dengan menggunakan metode Ijtihad yang
lazimnya dipakai oleh para ahli Ijtihad (Mujtahid), agar dapat ditemukan
hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah
yang merupakan sumber pokok hukum islam.
Namun, kajian masalah mengenai bayi tabung ini sebaiknya menggunakan
pendekatan multi-disipliner oleh para mujtahid dan cendikiwian muslim dari
berbagai ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum yang
benar-benar proporsional dan mendasar. Misalnya menggunakan ahli
kedoteran. Peternakan, biologi, hukum, agama, dan etika. Dua tahun sejak
ditemukannya teknologi ini, para ulama di Tanah Air telah menetapkan fatwa
tentang bayi tabung/inseminasi buatan.7

A. Dasar Hukum

7
Muhammad Nur, “Hukum Bayi Tabung”, https://www.eramuslim.com/konsultasi/fikih-
kontemporer/hukum-bayi-tabung.htm (diakses pada 11 Mei 2019)
6
1. Al-Qur’an

a. Surat At-Tin ayat 4

Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”.

Pada ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah


SWT sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan atau keistimewaan sehingga
melebihi makhluk-makhluk Allah lainnya. Dan Allah sendiri berkenan
memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa menghormati
martabatnya sendiri dan juga menghormati martabat sesama manusia.
Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan
harkat manusia (human dignity) sejajar dengan hewan inseminasi.8

b. Surat Al-Isra ayat 70

Artinya:

“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat


mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari baik-baik, dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakkan
makhluk yang telah Kami ciptakan”.

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dengan


sebaik-baik bentuk dan dengan berbagai kelebihan dibandingkan dengan
makhluk lainnya. Sungguh Allah telah menciptakan manusia dengan sempurna
dan memuliakan makhluk ciptan-Nya.

8
Mareesa, “Hukum Bayi Tabung Menurut Islam dan Dalilnya”,
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-bayi-tabung-menurut-islam (diakses pada 11
Mei 2019)
7
Maka sudah sepantasnya manusia menghormati martabatnya sendiri dan
manusia lainnya. Sedangkan telat kita ketahui pada awalnya iseminasi buatan
itu awalnya dilakuka pada hewan atau tumbuhan. Tetapi, karena teknologi dan
zaman semakin berkembang inseminasi buatan ini diterapkan pada manusia.
Dari segi etika dan moral, jika tidak dalam keadaan yang terpaksa dan benar-
benar darurat inseminasi buatan.9

c. Surat Ar-Rum ayat 21

Artinya:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu


isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.”

Jelas diterangkan dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21 tersebut bahwa


Allah telah menciptakan isteri-isteri untuk para suami agar merasa tentram dan
saling merasakan kasih sayang. Dengan demikian, prinsip bayi tabung yang
menyimpan sperma suami di rahim ibu titipan tidak sesuai dengan firman
Allah tersebut. Kemudian sperma punya tuan A diminta oleh keluarga B
dengan sel telur dari ibu keluarga B dan mengalami fertilisasi diluar setelah
menjadi zigot dimasukan ke rahim nyonya C. Kasus tersebut diharamkan

9
Nur Maharani, “Bayi Tabung dalam Pandangan Islam”,
https://keperawatanreligionnurmaharanii. wordpress.com (diakses pada 7 Juni 2019)
8
dalam islam, karena anak yang dikandung nyonya C tadi tidak akan jelas nasab
dan juga ahli warisnya.10

2. Hadits Nabi

Artinya:

“Tidak Halal bagi seseorang yang beriman pada Allah SWT dan hari akhir
airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain)”
(Hadist riwayat Abu Daus, Al-Tirmidzi, dan Hadist ini dipandang sahih oleh Ibnu
Hibban).

Hadits di atas dapat dijadikan sebagai dalil untuk mengharamkan inseminasi


buatan dengan donor sperma ataupun ovum, karena kata ( ‫ )ء ما‬di dalam bahas
arab juga dalam al-Qur’an bisa dipakai untuk pengertian air hujan atau air pada
umumnya, seperti tersebut dalam surat Thaha ayat 53, dan juga bisa untuk
pengertian benda cair atau sperma seperti yang terdapat dalam surat An-Nur
ayat 45 dan Al-Thariq ayat 6.11

3. Kaidah Hukum Fiqh Islam

Bayi tabung/inseminasi buatan bila dilakukan dengan sel sperma dan ovum
suami istri sendiri, baik dengan cara pengambilan sperma suami, kemudian
disuntikkan kedalam vagina atau uterus istri maupun dengan cara pembuahan
diluar rahim. Kemudian ditanam didalam rahim istri, “maka hal ini
dibolehkan” asalkan keadaan suami istri tersebut benar-benar memerlukan

Nur Maharani, Op.cit


10

Nurjannah, Skripsi: “Hukum Islam dan Bayi Tabung (Analisis Hukum Islam
11

Kontemporer)” (Makassar: UIN Alauddin, 2017) Hal. 39


9
inseminasi buatan untuk membantu pasangan tersebut memperoleh
keturunan.12
Hal ini sesuai dengan kaidah hukum fiqh islam yang artinya:
Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam keadaan
terpaksa, padahal darurat/terpaksa itu membolehkan melakukan hal-hal yang
terlarang.
Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan dalam memperoleh keturunan
yang ditempuh dengan jalan inseminasi buatan “dibolehkan” karena terdapat
faktor darurat yang ahirnya diberi dispensasi oleh agama, sebagaimana hadits
yang mengatakan:
“Tidak boleh mempersulit diri dan menyulitkan orang lain"
(HR. Ibnu Majjah yang bersumber dari Abi Sa’id Al-Hudri)

B. Hasil Ijtihad Para Ulama


1) Majelis Ulama Indonesia (MUI)
MUI dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung dengan sperma
dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah (boleh).
Sebab, ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama. Asal
keadaan suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara
inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara
pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini
sesuai dengan kaidah fiqih
“Hajat (kebutuhan yang sangat penting) diperlakukan seperti dalam
keadaan terpaksa. Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehklan
melakukan hal-hal yang terlarang”.
Namun, para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari
pasangan suami-istri yang dititipkan di rahim perempuan lain. "Itu
hukumnya haram," papar MUI dalam fatwanya. Apa pasal? Para ulama
menegaskan, di kemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang
rumit dalam kaitannya dengan warisan.

12
Sudarto, Buku Masailul Fiqhiyah Al-Haditsah, Deepublish, 2018, Hal. 157
10
Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari
sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya
haram. "Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam
kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan," tulis
fatwa itu.
Lalu bagaimana untuk proses bayi tabung yang sperma dan ovumnya
tidak berasal dari pasangan suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya
secara tegas menyatakan hal tersebut hukumnya haram. Alasannya,
statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis di luar
penikahan yang sah alias zina, dan berdasarkan kaidah Sadd Az-Zariah,
yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina yang
sesungguhnya.13

13
Heri Ruslan, “Apa Hukum Bayi Tabung Menurut Islam”, https://www.republika.co.id
(diakses pada tanggal 11 Mei 2019)
11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Bayi tabung merupakan suatu proses pembuahan sel telur oleh sel sperma
di luar tubuh sang wanita: in vitro ("di dalam gelas kaca"). Bayi tabung
pada dasarnya merupakan bayi hasil konspsi (dari pertemuan antara sel
telur dan sperma) yang dilakukan dalam sebuah tabung yang
dipersiapkan sedemikian rupa di laboratorium.
Proses pembuatan bayi tabung mula-mula dengan suatu alat khusus
semacam alat untuk laparoskopi dilakukan pengambilan sel telur dari
wanita yang baru saja mengalami ovulasi. Kemudian sel telur yang
diambil tersebut dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam
tabung yang suasananya dibuat persis seperti dalam rahim. Setelah
pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara beberapa saat dalam tabung
tersebut sampai pada suatu saat tertentu akan dicangkokan ke dalam
rahim wanita tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu akan tumbuh
sebagaimana layaknya di dalam rahim wanita.

2. Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong


pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara
alamiah disebabkan tuba falopi istrinya mengalami kerusakan yang
permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian
program ini diterapkan pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau
kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk
memperoleh keturunan. Melalui metode bayi tabung, istri memiliki
peluang lebih besar untuk mendapatkan keberhasilan kehamilan dan
memiliki bayi yang sehat.
3. Dampak positif dari adanya bayi tabung dapat membantu pasangan suami
istri yang mengalami masalah kesuburan untuk memperoleh buah cinta
mereka, bahkan bisa memilih jenis kelamin serta diagnosis gangguan
genetik bakal janin. 
Sedangkan untuk dampak negatif dari adanya bayi tabung tidak
menutup kemungkinan menimbulkan risiko yaitu adanya dugaan cacat
bawaan pada bayi, adanya anggapan sebagai tindakan pembunuhan
dari perspektif sebagian masyarakat, masalah dalam pendonoran sperma,
kecil kemungkinan adanya keberhasilan dalam proses bayi tabung, dan
adanya kemungkinan sang ibu terserang penyakit, alergi maupun infeksi.
4. Hasil Ijtihad para ulama menetapkan bahwa bayi tabung diperbolehkan
asalkan tidak melanggar aturan yang sudah diatur didalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah dan dalam keadaan sangat diperlukan karena pasangan suami
istri tersebut sulit mendapatkan anak. Hal tersebut termasuk kedalam
ikhtiar dan sesuai dengan kaidah fiqih.
Dari hasil Ijtihad Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara garis besar
dapat disimpulkan bahwa bayi tabung dapat dilaksanakan dengan
memenuhi syarat seperti, sperma dan ovum berasal dari pasangan suami
istri yang sah dan tidak berasal dari sperma dan ovum pendonor, bayi
tabung tidak dititipkan ke dalam rahim wanita lain (walaupun rahim
tersebut istri kedua sang suami), dan bayi tabung tidak menggunakan
sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia.

3.2 Saran

Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nuthfah/Sperma


dan Bank Ovum untuk pembuatan bayi tabung, karena selain
bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945, juga bertentangan dengan
norma agama dan moral, serta merendahkan harkat manusia dimana
sejajar dengan hewan yang diinseminasi tanpa perlu adanya perkawinan.
Pemerintah hendaknya mengizinkan, melayani, dan membantu
keberhasilan dalam proses serta permintaan bayi tabung dengan sel
sperma dan ovum suami istri yang sah (tanpa ditransfer ke dalam rahim
wanita lain atau ibu titipan) dan sesuai dengan aturan agama, serta
pemerintah hendaknya melarang keras dan juga memberi hukuman

13
terhadap dokter dan siapapun yang melakukan inseminasi buatan pada
manusia dengan sperma dan/atau ovum donor.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud. 1984. Kedudukan Islam dan Sistem Hukum Islam. Jakarta:
Yayasan Risalah
Hasan, M.Ali. 1998. Masaul Fiqiyah Al-Haditsah. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Zuhdi, Masyfuk. 1989. Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT. Inti Idayu Press.
Noya, Taufan. Bayi Tabung.
https://www.academia.edu/6781789/BAYI_TABUNG
Habieb. Contoh Makalah Bayi Tabung dalam Pandangan Hukum Islam.
https://www.academia.edu/19363633/Contoh_makalah_bayi_tabung_dalam
_ pandangan_hukum_islam
Ruslan, Heri, 2010. Apa Hukum Bayi Tabung Menurut Islam.
https://www.republika. co.id/berita/ensiklopedia-
islam/fatwa/10/05/08/114856-apa-hukum-bayi-tabung-menurut-islam-
MUI. 1990. Keputusan Majelis Ulama Indonesia tentang inseminasi buatan/bayi
tabung (No. Kep. 952/MUI/ IX/1990). Jakarta.

14
LAMPIRAN

15
16

Anda mungkin juga menyukai