BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah.
sudah sangat canggih. Sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pada hal-hal yang tidak pernah terbayang sebelumnya. Salah satu hasil
fiqh yang penting sebagai acuan yang utama dalam penetapan hukum Islam.
memindahkan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke
2000 tahun sebelum diutusnya Nabi Isa as, telah ditemukan sebuah manuscrip
jaringan. Sedangkan di India ada sebelum lahirnya Nabi Isa as, seorang ahli
bedah bangsa Hindu telah berhasil memperbaiki hidung seorang tahanan yang
jaringan lemak yang diambil dari bawah lengannya. Pada tahun 1597, seorang.
ahli bedah bangsa Itali, Gaspare Tagliacosi mencoba memperbaiki cacat pada
Pada tahun 1897 John Murphy, seorang ahli bedah bangsa Amerika
lain.
Pada tahun 1902 E. Ullman, seorang ahli bedah bangsa Jerman dan
setahun kemudian Claude Beck, seorang ahli bedah bangsa Amerika keduanya
yang berasal dari satu telur. Percobaan ini berdasarkan kenyataan bahwa
individu yang kembar yang berasal dari satu telur biologis itu bisa dianggap
J.E. Murray, pada tahun 1954 untuk mengobati seorang anak yang menderita
penyakit ginjal yang fatal dengan mentransplantasikan ginjal yang berasal dari
dilakukan oleh James D. Hardy, transplantasi satu sisi paru-paru ini sayangnya
berakhir dengan kematian dini, pasien dengan anatomi intrakardiak yang tidak
transplantasi jantung ini dilakukan pada tahun 1967 oleh Christian Bernard.
pencangkokan organ tubuh ini sangat bermanfaat juga bagi pasien yang
3
individu. Artinya organ atau jaringan tubuh yang di ambil dari satu tubuh
seseorang yang ingin mendonorkan salah satu ginjalnya untuk diberikan kepada
lepas dengan yang namanya donor. Donor adalah pemberi, atau organisme
individual yang memberikan jaringan hidup untuk dapat digunakan pada tubuh
yang lain. Donor ini dapat berupa donor jaringan dan donor organ tubuh.
satu dan mempunyai fungsi tertentu, seperti sel darah dimana seseorang
seperti hati, ginjal, jantung, paru-paru, dan lain sebagainya untuk diberikan
1. Living Donor, yaitu donor yang terdiri dari orang-orang yang masih
4
2. Donor dalam keadaan hidup koma atau diduga kuat akan meninggal
segera. Untuk tipe ini, pengambilan organ tubuh donor memerlukan
tubuhnya.
3. Cadaver Donor, yaitu organ yang diambil dari donor pada waktu
menjelang kematian atau pada waktu tepat sesudahkematian.
C. Tujuan Masalah
Bab II
Pembahasan
Hukum transplantasi organ tubuh dapat ditempuh melalui pertimbangan sesuai aspek
syar'i. Terkait dengan hal ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan
fatwanya sejak tahun 2019 lalu.
Sebelum fatwa tentang transplantasi organ ini dikeluarkan, MUI juga telah
mengeluarkan beberapa fatwa lain, beberapa di antaranya adalah:
Artinya : Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.
Restu MUI untuk melakukan transplantasi organ tersebut diperbolehkan dengan
menimbang beberapa hal sebagai berikut:
1. Terdapat kebutuhan yang memang dibenarkan secara syar'i, baik pada tingkatan
al hajah maupun ad dharurah. Al hajah sendiri menurut MUI adalah segala
kebutuhan mendesak secara umum yang tidak sampai pada batasan dharurah
syar'iyah. Sedangkan ad dharurah adalah bahaya yang amat berat pada
seseorang, sehingga dikhawatirkan akan menyebabkan adanya kerusakan jiwa,
anggota tubuh, kehormatan, dan yang berhubungan dengannya.
2. Tidak membahayakan diri sendiri.
3. Transplantasi dilakukan oleh ahlinya
Transplantasi organ yang dilakukan ini juga tidak boleh dilakukan untuk
kepentingan yang sifatnya adalah tahsiniyat. Tahsiniyat adalah kepentingan yang
tidak sampai dalam batasan al hajah atau ad dharurah. Terakhir, MUI juga
menambahkan bahwa hukum transplantasi organ tubuh ini nantinya masih dapat
diubah atau diperbaiki sebagaimana mestinya.
PP 53 tahun 2021 tentang Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh memiliki kebijakan-
kebijakan antara lain tentang Transplantasi Organ; Transplantasi Jaringan, meliputi
Transplantasi Jaringan mata dan Transplantasi Jaringan tubuh lain; sistem informasi
Transplantasi; dan peran serta masyarakat.
Wasiat Medik dalam PP 53 tahun 2021 tentang Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh
Pasal 4 Ayat (4) dijelaskan bahwa Wasiat medik (advanced directive) merupakan
formulir isian khusus yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan khususnya
rumah sakit kepada pasien rawat inap yang berisi pernyataan tentang apa yang
akan/boleh dikerjakan terhadap dirinya apabila mengalami kegawatdaruratan, termasuk
kesediaan untuk mendonasikan Organ/Jaringan tubuhnya. Pembuatan wasiat medik
(advanced directive) difasilitasi oleh fasilitas pelayanan kesehatan bagi calon Pendonor
yang saat dilakukan pengerahan masih hidup namun yang bersangkutan bersedia
menjadi Pendonor saat mati batang otak/mati otak.
BAB III
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian secara yuridis normatif dan pembahasan mengenai
keabsahan hibah dan hibah wasiat organ tubuh menurut Kitab Undang- Undang Hukum
Perdata, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Adanya hak milik yang dimiliki tiap orang terhadap organ tubuhnya. Hak milik
tersebut bisa kita samakan dengan hak milik kebendaan dalam hukum perdata.
Akan tetapi hak kebendaan ini tidak sepenuhnya karena organ tubuh tidak lah
memiliki nilai ekonomis layaknya hak kebendaan lainnya. Hak kebendaan yang
dimaksud adalah hak memiliki dan perpindahan hak kepemilikan atasbenda.
2. Organ tubuh dapat menjadi objek dalam hibah dan hibah wasiat. Dalam hukum
perdata yang menjadi objek dalam hibah dan hibah wasiat adalah benda. Secara
analogis kita dapat menganalogikan bahwa organ tubuh juga merupakan benda.
Organ tubuh dapat dikatakan benda karena hak kepemilikannya dapat
dipindahkan dari satu orang ke orang lain. Perpindahan hak milik atas organ tubuh
bisa kita lihat dalam proses transplantasi dimana hak atas organ tubuh pendonor
akan berpindah kepada resipien sesaat setelah proses transplantasidilakukan.
3. Hibah wasiat dengan objek organ tubuh menurut penulis bisa menjadi alternatif
atau pengganti donor. Donor yang dimaksud di sini adalah donor mati batang otak
dimana organ tubuh pendonor akan diambil dan didonorkan kepada resipien
sesaat setelah si pendonor meninggal dunia. Meminggat proses untuk mendonor
sangat panjang dan cukup menyita waktu, maka hibah wasiat dapat menjadi
alternatif bagi seseorang untuk memberikan organ tubuhnya kepada orang lain.
Akan tetapi dalam pendonoran kita mengenal adanya pemeriksaan medis terhadap
organ yang akan didonorkan, hal ini mungkin dapat menjadi penolakan hibah wasiat
organ tubuh mengingat tidak adanya pemeriksaan medis terhadap organ tubuh yang akan
dihibah wasiatkan. Tapi hal ini tidak lah menjadi permasalahan, sebab mungkin saja
organ tubuh yang tidak cocok secara medis dieberikan kepada resipien untuk
menggantikan organ tubuhnya dapat dimanfaatkan oleh pihak rumah sakit untuk
penelitian dan pengembangan ilmukesehatan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis jabarkan dalam makalah ini, berikut
adalah beberapa saran yang dapat penulis berikan antara lain:
3. Penulis berharap agar hibah dan hibah wasiat terhadap organ tubuh dapat
diterapkan karena tidak membutuhkan waktu yang panjang layaknya donor.
Seperti misalnya kasus Ani Yudhoyono yang membutuhkan sumsum tulang
belakang. Apabila ia mengikuti proses donor, maka akan memerlukan waktu
yang cukup lama sedangkan keadaan beliau semakin kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Ghufron Mukti dan Adi Heru Sutomo, Abortus, Bayi Tabung, Euthanasia,
Transplantasi Ginjal, dan Operasi Kelamin dalam Tinjauan Medis, Hukum, dan Agama
Islam,Yogyakarta, Aditya Media, 1993
Djaja S. Meliala, Hukum Perdata Dalam Perspektif BW, Nuansa Aulia, Bandung, 2014
Johnny Ibrahim,Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,Bayu Media,
Malang,2012