Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembabakan Sejarah Peradaban Islam dibagi dalam tiga Jaman. Jaman
kelahiran Islam di masa Nabi Muhammad saw; Jaman perluasan ajaran Islam
hingga ke luar Jazirah Arab dimasa Khulafa ar-Rasyidin dan khalifah
sesudahnya; jaman Kejayaan pada masa Khilafah Abbasiyah dan Fatimiyah;
Jaman kemunduran hingga dihapuskannya institusi Khilafah Islamiyah di Turki
pada awal abad ke-20 M.
Berbicara tentang penghapusan institusi kekhilafahan Islam, maka kita
akan bertemu dengan sebuah nama yang tidak asing lagi yaitu Mustafa Kamal
Attaturk. Ketika kita belajar mata pelajaran Sejarah, duluh, Kamal Attaturk ini
dikenal sebagai orang yang sangat berjasa dalam merubah wajah Turki dari
Islam menjadi sekuler (modern).
Pembaharuan yang terjadi di Turki terdapat tiga aliran: aliran Barat, aliran
Islam dan aliran nasonalis. Menurut tokoh yang beraliran Barat, Turki mundur
karena bodoh yang disebabkan syariah yang menguasai seluruh kehidupan
bangsa Turki, solusinya Barat harus dijadikan guru, tokohnya Tewfik Fikret.
Kedua menurut Aliran Agama, Syariat Islam tidak menjadi penghalang
kemajuan. Turki mundur karena tidak menjalankan syariat Islam, sehingga
Syariat Islam harus dijalankan di Turki, tokohnya Mehmed Akif. Ketiga aliran
nasionalis berpendapat kemunduran Turki disebabkan karena Umat Islam  yang
enggan mengakomodir perubahan-perubahan, tokohnya Zia Gokalp.
Pada masa ini Dunia Barat  mengalami kemajuan yang sangat pesat jauh
meninggalkan peradaban umat Islam, yang kurang berkembang pada periode
sebelumnya. Akibatnya, umat Islam semakin terdesak dengan semakin
gencarnya invansi yang dilakukan oleh bangsa-bangsa barat dengan kemajuan
teknologi yang dimilikinya, sehingga banyak wilayah Turki Utsmani direbut
oleh bangsa-bangsa Eropa.
Dengan semakin terdesaknya keadaan umat Islam, mau tidak mau umat
Islam di Turki Utsmani pada masa itu harus memunculkan ide-ide pembaharuan

1
2

Turki Utsmani untuk mengejar ketertinggalannya dari Bangsa Eropa, dan


membawa umat Islam pada kemajuan baik dalam ilmu pengetahuan maupun
kebudayaan.
Pembaharuan di Turki sendiri sudah dimulai sejak Sultan Mahmud II
berkuasa. Sultan ini secara radikal (mendasar) memulai gerakannya merombak
struktur pengelolaan kenegaraan antara eksekutif dan yudikatif. Di bidang
hukum, ia memilah antara urusan hukum Islam dan hukum barat (sekuler).
Selain pembaharuan dalam bidang militer, ia juga melakukan pembaharuan di
bidang pendidikan. Dengan memunculkan kurikulum yang lebih inovatif,
dengan mengambil rujukan materi dari barat. Ide-ide pembaharuannya ini
kemudian dilanjutkan oleh gerakan Tanzimat dengan tokohnya Mustafa Rasyid
Pasya dan Mustafa Sami. Kemudian ide-ide pembaharuan tersebut diteruskan
oleh gerakan Utsmani Muda yang sangat kritis terhadap kekuasaan absolut para
Aristokrat Turki. Dan dilanjutkan pada masa Turki Muda, yaitu gerakan oposisi
yang menentang Sultan Abdul Hamid yang terkenal tegas. Dan yang terkahir
pembaharuan yang dimunculkan Mustafa Kemal.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian gerakan Pembaruan Islam
2. Sejarah perkembangan gerakan Islam Di Turki
3. Tokoh-tokoh gerakan Penbaruan Islam Di Turki
4. Faktor-Faktor Pendorong Pembaharuan Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembaruan Islam


Harun Nasution cendrung menganalogikan istilah “pembaharuan” dengan
“modernisme”, karena istilah terakhir ini dalam masyarakat Barat mengandung
arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha mengubah paham-paham, adat-istiadat,
institusi lama, dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang
ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Gagasan ini
muncul di Barat dengan tujuan menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam
agama Katolik dan Protestan dengan ilmu pengetahuna modern. Karena konotasi
dan perkembangan yang seperti itu, harun Nasution keberatan menggunakan
istilah modernisasi Islam dalam pengertian di atas ( Azra, Azyumardi : 1996 ).
Revivalisasi, menurut paham ini “pembaharuan” adalah “membangkitkan”
kembali Islam yang “murni” sebagaimana pernah dipraktekkan Nabi
Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan kaum Salaf ( Azra, Azyumardi :
1996 ).
Kebangkitan Kembali ( Resugence ), dalam kamus Oxford resurgence
didefinisikan sebagai “kegiatan yang muncul kembali” (the act of rising again ).
Pengertian ini mengandung 3 hal :
a. suatu pandangan dari dalam, suatu cara dalam mana kaum muslimim
melihat bertambahnya dampak agama diantara para penganutnya. Islam
menjadi penting kembali. Dalam artian, memperoleh kembali prestise
dan kehormatan dirinya.
b. “kebangkitan kembali” menunjukkan bahwa keadaaan tersebut telah terjadi
sebelumnya. Jejak hidup nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam dan
para
c. pengikutnya memberikan pengaruh besar terhadap pemikiran orang-orang
yang menaruh perhatian pada jalan hidup Islam saat ini.

3
4

d. Kebangkitan kembali sebagai suatu konsep, mengandung paham tentang


suatu tantangan, bahkan suatu ancaman terhadap pengikut pandangan-
pandangan lain ( Muzaffar, Chandra : 1988 )

B. Sejarah Pembaharuan Islam di Turki


1. Sekilas Tentang Sejarah Turki
Negara Turki lahir dari reruntuhan kesultanan Usmaniyah pasca perang
dunia I yang terletak di Asia kecil (Anatolia) yang didirikan oleh Mustofa
Kemal Attaturk. Turki merupakan negara sekuler pertama di dunia Islam.
Negara yang berdekatan dengan benua eropa ini memproklamirkan diri
sebagai negara republik pada tahun 1923.6
Menurut data tahun 1992 Negara Turki berpenduduk 58.436.000.7 98 %
diantaranya merupakan muslim yang mayoritas bermazhab sunni. Penduduk
Turki banyak yang secara sadar tidak menjalankan syariát Islam sebagai
akibat kebijakan sekularisasi yang diterapkan.
Gerakan Tanzimat yang dikumandangkan oleh Turki Muda meupakan
awal pembaruan Turki di bidang militer, ekonomi, sosial, keagamaan.
Gerakan tanzimat didasari oleh pemikiran barat dan meninggalkan pola dasar
syariát Islam. Penyingkiran Islam oleh pemerintah Turki salah satunya
tercermin dari penghapusan kalimat “Agama Negara Turki adalah Islam”
yang semula terdapat pada pasal 2 konstitusi negara. Pemerintah Turki juga
membentuk komite untuk mengkaji pembaruan Islam.
Tujuan komite  tersebut lebih bersifat politis yaitu memisahkan seluruh
lembaga sosial, pendidikan dari yurisdiksi para pemimpin agama beserta
sekutu-sekutu politik mereka, serta meletakkannya ke dalam yurisdiksi
direktorat urusan agama.
Rezim yang berkuasa menjadi lebih sekuler ketika Islam
“dinasionalisasi” pada bulan Januari 1932; al-Qurán dibaca dalam bahasa
Turki, Setahun kemudian muncul kebijakan tentang azan yang berbahsa
Turki. Walaupun begitu Islam tetap digalang demi tujuan-tujuan
5

kewarganegaraan, seperti seruan agar masjid-masjid terus menyebarkan


propaganda untuk mendukung perekonomian nasional.
Penerjemahan al-Qurán dalam bahasa Turki yang dilakukan oleh
Pemerintahan Mustofa Kemal Attaturk dilakukan tanpa menyertakan teks
aslinya (bahasa Arabnya). Walaupun begitu teks Arabnya masih tetap dipakai
dalam shalat. Dalam perkembangannya ada kecenderungan orang-orang
Turki kembali pada teks Arab dalam membaca al-Qurán. Sedangkan
penerjemahan al-Qurán ke dalam bahasa setempat dilakukan untuk lebih
memahami teks al-Qurán.
2. Pembaharuan Islam Di Turki
Kekalahan militer Turki Usmani di Lepanto ( 1571M), dan kegagalan
dalam menaklukan Wina (1683M) merupakan tanda pergeseran kekuatan.
Militer Kristen Eropa lebih kuat dibandingkan dengan Militer Turki Usmani.
Solusi yang ditempuhnya adalah   harus mengadopsi kemajuan-kemajuan
yang telah dicapai Eropa. Adopsi kemajuan tersebut melahirkan gerakan
pembaharun di Turki.
Turki adalah bekas jantung tempat salah satu kekhalifahan terbesar
Islam, yakni Turki Usmani. Oleh karena itu keterikatan  bangsa Turki dengan
Islam berlangsung  sangat kuat sebab mereka bangsa terkemuka di dunia
Islam selama beratus-ratus tahun lamanya. Ini merupakan suatu indikasi
tentang betapa pentingnya Islam dalam kehidupan nasional rakyat Turki.
Secara politis setiap orang yang bertempat tingal di Turki, tetapi secara
kebudayaan orang Turki adalah hanya orang Islam.
Langkah-langkah pembaharuan yang dilakukan adalah, pertama 
mengirim para pelajar ke luar negeri, kedua pengiriman duta besar ke Eropa,
ketiga mendatangkan guru dari Eropa,mendirikan selokah teknik militer,
Pembentukkan badan penerjemah,menulis beberapa buku matematiaka,
geografi, kedokteran, sejarah dan agama, pendirian penerbitan dan
percetakan.
Bangsa Turki adalah orang-orang dan bermartabat dengan suatu
persepsi mengenai mereka sendiri sebagai masyarakat terhormat dan unggul.
6

Dengan demikian Turki sebuah identitas kebangsaan yang membanggakan


warganya. Contoh paling ekspresif mengenai hal ini ditinjukkan oleh Ziya
Gokalp ( 1876-1924) dalam salah satu pernyataannya “ I am Turk, my
religion and may race are noble” dan ungkapan yang lebih fanatik dan angkuh
dikatakan Mustafa Kemal menyatakan “ Saya adalah Turki, merongrong saya
sama dengan menghancurkan Turki”.
Pembaharuan yang terjadi di Turki terdapat tiga aliran: aliran Barat,
aliran Islam dan aliran nasonalis. Menurut tokoh yang beraliran Barat, Turki
mundur karena bodoh yang disebabkan syariah yang menguasai seluruh
kehidupan bangsa Turki, solusinya Barat harus dijadikan guru, tokohnya
Tewfik Fikret. Kedua menurut Aliran Agama, Syariat Islam tidak menjadi
penghalang kemajuan. Turki mundur karena tidak menjalankan syariat Islam,
sehingga Syariat Islam harus dijalankan di Turki, tokohnya Mehmed Akif.
Ketiga aliran nasionalis berpendapat kemunduran Turki disebabkan karena
Umat Islam  yang enggan mengakomodir perubahan-perubahan, tokhnya Zia
Gokalp.
Begitu juga dalam Pembaharuan Pendidikan Islam dengan
memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat
Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya, dan dengan
memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh
Bangsa Eropa, maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran
pembaharuan pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut adalah :
a. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pendidikan
modern di Barat.
Mereka berpandangan, pada dasarnya kekuatan dan kesejahteraan yang
dialami Barat adalah hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern yang mereka capai. Golongan ini berpendapat bahwa apa yang
dicapai oleh Barat sekarang ini merupakan pengembangan dari ilmu
pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam.
Maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber
kekuatan itu harus dikuasai kembali. Cara pengembalian itu tidak lain
7

adalah melalui pendidikan, karena pola pendidikan Barat dipandang sukses


dan efektif, maka harus meniru pola Barat yang sukses itu. Pembaharuan
pendidikan dengan pola Barat, mulai timbul di Turki Utsmani akhir abad
ke 11 H / 17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara
Eropa Timur pada masa itu.
Pada dasarnya, mereka (golongan ini) berpandangan bahwa pola
pendidikan Islam harus meniru pola Barat dan yang dikembangkan oleh
Barat, sehingga pendidikan Islam bisa setara dengan pendidikan mereka.
Mereka berpandangan bahwa usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah
dengan jalan mendirikan lembaga pendidikan / sekolah dengan pola
pendidikan Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya. Jadi intinya,
Islam harus meniru Barat agar bisa maju.
b. Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni.
Mereka berpendapat bahwa sesungguhnya Islam itu sendiri merupakan
sumber dari kemajuan dan perkembangan peradaban Ilmu Pengetahuan
modern. Dalam hal ini Islam telah membuktikannya. Sebab-sebab
kelemahan umat Islam meurut mereka adalah karena tidak lagi
melaksanakan ajaran Agama Islam sebagaimana mestinya. Ajaran Islam
yang sudah tidak murni lagi digunakan untuk sumber kemajuan dan
kekuatan. Pola ini dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab,
Jamaluddin Al-Afghani, dan Muhammad Abduh.
c. Usaha yang berorientasi kepada Nasionalisme.
Golongan ini melihat di Barat rasa Nasionalisme ini timbul bersamaan
dengan berkembangnya pola kehidupan modern sehingga mengalami
kemajuan yang menimbulkan kekuatan politik yang berdiri sendiri.
Keadaan ini pada umumnya mendorong Bangsa timur dan bangsa terjajah
lainnya untuk mengembangkan nasionalisme mereka masing-masing.
Yang mendorong berkembangnya nasionalisme adalah karena
kenyataannya mereka terdiri dari berbagai bangsa dengan latar belakang
dan sejarah perkembangan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
8

Golongan ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan


memperhatikan situasi dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan.
Dalam usaha mereka bukan semata mengambil unsur-unsur budaya Barat
yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur dari budaya warisan bangsa
yang bersangkutan. Ide kebangsaan inilah yang akhirnya menimbulkan
timbulnya usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan
sendiri dikalangan pemeluk Islam. Sebagai akibat dari pembaharuan dan
kebangkitan kembali pendidikan ini terdapat kecendrungan dualisme
sistem pendidikan kebanyakan negara tersebut, yaitu sistem pendidikan
modern dan sistem pendidikan tradisional.

C. Tokoh Pembaharuan Turki dan Pemikirannya


1. Sultan Salim III dan Sultan Mahmud II
Pembaharuan di Turki Usmani pertama kali dilakukan oleh Sultan Salim III
(1789M-1807 M) melalui program pembaharuan yang memiliki nama resmi
Nizam-i Cedid (New Order). Program ini bertujuan untuk meningkatkan
kekuatan negara untuk melawan musuh-musuh eksternal (terutama Rusia)
dan internal. Salim III mencoba untuk memperkuat aparatur negara
khususnya korps militer dan sistem perpajakan. Ia membuat sebuah korps
militer baru di luar struktur yang telah ada. Rencana pembaharuan ini tidak
mendapatkan dukungan para ulama dan kelompok militer Janissary.
Mayoritas ulama tidak menyukai pengaruh orangorang Perancis dalam elit
militer baru tersebut. Pada Mei 1807 pasukan Janissary melakukan
pemberontakan menuntut dihapuskannya korps Nizam-i Cedid dan di hari
yang sama Salim III dilengserkan.1 Permasalahan dihapuskannya Nizam-i
Cedid ini selain disebabkan adanya pemberontakan dan tidak adanya
dukungan dari beberapa pihak, juga karena biayanya yang tinggi sehingga
menimbulkan krisis financial pada tahun 1807.2
Ketika Mahmud II (1808-1839) naik tahta menjadi Sultan Kerajaan di
1
Erik. J. Zurcher, Turkey: A Modern History (London: Tauris, 2004 ), 21-24.
2
Suraiya N. Faroqhi, Cambridge History of Turkey Volume 3: The Later Ottoman Empire
1603- 1639 (Cambridge: Cambridge University Press, 2006), 60.
9

Turki, ia memusatkan perhatiannya pada perubahan internal. Perbaikan


internal tersebut dipusatkan pada rekonstruksi kekuataan angkatan
bersenjata kerajaan. Kebijaksanaan ini menjadikan dirinya sebagai musuh
bagi kelompok militer lama yang dikenal dengan Janis0-0qw82sary. Pada
tahun 1826 ia dapat memusnahkan Janissary, dengan begitu ia dapat
menghilangkan pemikiran konservatif dalam militer Usmani dan mengganti
institusi lama tersebut dengan kekuatan militer baru model Barat.3 Ulama,
kelompok yang secara efektif dari awal melakukan oposisi terhadap
reformasi Sultan melalui koalisinya dengan para Janissary, sekarang telah
kehilangan kekuatannya. Mahmud II menggunakan dua cara untuk
mengekang kekuatan ulama yaitu dengan mendirikan evkaf, sebuah yayasan
keagamaan di bawah kontrol pemerintah dan menempatkan ulama ke dalam
sebuah hirarki yang dipimpin oleh Şeychül Islam, pimpinan pejabat
keagamaan tertinggi di kerajaan ini. Sehingga dengan ini ia dapat
melakukan sentralisasi control dalam institusi keagamaan sebagaimana ia
telah melakukan hal yang sama terhadap angkatan bersenjata.4 Salah satu
fungsi dari lembaga evkaf yaitu menghimpun dan mengurus harta kerajaan.
Sebelumnya harta kerajaan berada di bawah tanggung jawab para penguasa
lokal yang saat itu berada di tangan para ulama.
Selain itu sistem administrasi pusat juga dibenahi. Sistem kementrian model
Eropa diperkenalkan dan seluruh menteri bertanggung jawab kepada
seorang perdana menteri. Beberapa kementerian telah dibentuk, antara lain
Kementerian Agama (1826), Kementerian Dalam Negeri (1836),
Kementerian Luar Negeri (1836), Kementerian Ekonomi (1838),
Kementerian Perdagangan (1839), Kementerian Layanan Pos (1840),
Kementerian Pendidikan (1857) dan Kementerian peradilan (1868). Pada
tahun 1838, untuk membantu dalam meletakan dasar strategi jangka panjang
ia mendirikan sebuah lembaga legislatif yang dikenal dengan Meclis-i

3
Stanford. J. Shaw and Ezel Kural Shaw, History of The Ottoman Empire and Modern
Turkey Volume II: Reform, Revolution and Republic: The Rise of Modern Turkey 1808-1975
(New York: Cambridge University Press, 2002), 1.
4
Erik. J. Zurcher, Turkey: A Modern History, 40.
10

Ahkam-i Adliye (The Supreme Council for Judicial Ordinances). Meskipun


anggotanya dipilih tidak melalui pemilu, dewan ini tetap dengan kekuasaan
semi-legislatif dan memainkan peran yang krusial dalam memperbaharui
sistem legal dan birokrasi pusat di Usmani. 5 Untuk menyebarluaskan
berbagai kebijakan pemerintah diterbitkan sebuah koran pertama dalam
bahasa Turki Takvim-i Vekayi (Calendar of Events) pada tahun 1831. Versi
Bahasa Perancis dari Takvim-i Vekayi, Moniteur Ottoman, juga diterbitkan
secara periodik untuk menyediakan berita untuk orang-orang Eropa yang
tinggal di Kerajaan Usmani. Walaupun tidak lebih dari 5000 copy (untuk
Takvim-i Vekayi) dan 300 copy (Moniteur Ottoman) yang dicetak dan
peredarannya hanya sebatas pada para pejabat tinggi kerajaan dan kedutaan
asing, koran inilah yang telah membuka jalan bagi perkembangan pers di
Usmani pada tahun-tahun berikutnya.6 Penerbitan Takvim-i Vekayi yang
dimaksudkan menjadi alat penyebarluasan kebijakan-kebijakan Sultan
dibantu dengan diresmikannya sistem pos pada tahun 1834 dengan rute
Uskudar-Izmir, Istanbul-Edirne dan kemudian berkembang rute-rute yang
menghubungkan beberapa pusat pemerintahan. Selain pos, untuk membantu
komunikasi kebijakan pemerintahan, dibangun beberapa sarana infrastruktur
di bidang transportasi. Jalan baru kemudian dibangun untuk memperlancar
hubungan antara Turki dan Eropa.7

2. Tanzimat
Tanzimat atau dalam bahasa Turki dikenal dengan Tanzimat-i
Khairiye adalah gerakan pembaharuan di Turki yang diperkenalkan ke
dalam sistem birokrasi dan pemerintahan Turki Usmani sejak pemerintahan
Sultan Abd al-Majid (1839-1861), putra Mahmud II dan Sultan Abd al-Aziz
(1861-1876). Pembahruan tersebut dimulai dengan diumumkannya deklarasi

5
Gabor Agoston and Bruce Masters .ed, Encyclopedia of Ottoman Empire (New York:
Fact On File, 2009),13.
6
Stanford. J. Shaw and Ezel Kural Shaw, History of The Ottoman Empire and Modern
Turkey Volume II, 35.
7
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki (Jakarta: Logos, 1997),
125.
11

Gulkhane, Khatt-i Syerif Gulkhane pada 3 nopember 1839. Tanzimat


berakhir pada awal pemerintahan Abd al-Hamid II pada tahun 1880. 8
Dengan dideklarasikannya Tanzimat, para negarawan Usmani bermaksud
untuk menata kembali sistem administrasi di Turki Usmani dan juga untuk
menegakkan hukum.
Tanzimat memberi jaminan terhadap keselamatan jiwa, kehormatan
dan harta benda seluruh warga negara Turki Usmani serta persamaan hak
antara muslim dan non-muslim di bawah hukum.9 Tokoh utama pada
periode Tanzimat adalah Mustafa Pasya. Ia adalah anak seorang Janissary
yang menetap di kota Ruschuk sebagai ayan. Pada tahun 1805 ia ikut dalam
pemberontakan Janissary melawan Nizam-i Cedid dan sejak itu ia menjadi
pembesar militer di Rumelia. Reformasi yang ia lakukan selama ia menjadi
perdana menteri adalah melakukan pembaharuan pada lembaga militer. Ia
membentuk tentara nizam dan membentuk suatu lembaga kerajaan yang
besar. Lembaga tersebut terdiri dari para pejabat tinggi, gubernur, pasya dan
ayan yang berasal dari seluruh penjuru negeri. Selain itu ia juga merombak
organisasi Janissary dengan memberi hak-hak yang lebih memuaskan
kepada para derebey dan ayan, kelompok elit yang ada di propinsi.10
Tokoh lain dalam periode ini adalah Mustafa Rasyid Pasya yang
sering disebut sebagai arsitek pembaharuan pada abad 19 di Turki.
Perkenalannya pada dunia Barat dimulai sejak ia diangkat sebagai duta
besar di Paris pada tahun 1834 dan kemudian menjadi duta besar di Italia.
Hal ini memungkinkannya untuk melihat kemajuan peradaban yang ada di
Eropa. Sekembalinya ia dari London untuk sebuah misi khusus ia
mengambil inisiatif untuk mengumumkan suatu perubahan yang dikenal
dalam sejarah Turki dengan nama Tanzimat.
Tokoh Tanzimat lain yang pemikirannya cukup banyak diketahui
adalah Mehmed Sadik Rifat Pasya. Untuk menjadikan Turki menjadi sebuah
kerajaan yang maju, Sadik Rifat Pasya mengajukan beberapa gagasan.
8
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki ....... 125.
9
Ṻmit Cizre, Secular and Islamic Politics in Turkey (New York: Routledge, 2008), 102.
10
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, 126.
12

Pertama, Turki hanya dapat mencapai peradaban modern barat apabila dapat
menciptakan suasana damai dan menjalin hubungan baik dengan negara-
negara Barat. Kedua, untuk menjadikan Turki sebagai negara yang makmur
maka tidak ada pilihan lain kecuali menjadikan rakyat Turki sebagai rakyat
yang makmur, sedangkan kemakmuran rakyat hanya dapat diperoleh dengan
menghilangkan pemerintahan yang absolut. Kesewenangan pemerintah atas
rakyat harus dihapuskan dan negara harus berdasar pada hukum dan yang
dapat menjamin kesamaan derajat seluruh rakyat di hadapan negara.
Sebelum periode Tanzimat, aktivitas pendidikan di kerajaan Turki
bukanlah merupakan tanggung jawab kerajaan, tetapi tanggung jawab
masing-masing kelompok keagamaan, yaitu millet. Pendidikan bagi umat
Islam berada dibawah kontrol ulama dan diarahkan kepada pendidikan
agama. Upaya untuk menarik tanggung jawab pendidikan ke wilayah
kekuasaan telah dimulai sejak kebijakan Tanzimat diumumkan. Pada tahun
1773 didirikan sekolah pendidikan angkatan laut, pada tahun 1793 sekolah
militer, serta pada tahun 1827 sekolah teknik dan kedokteran, dan pada
tahun 1834 akademi ilmu kemiliteran. Keseluruhan sekolah yang telah
didirikan tersebut dipergunakan untuk pendidikan para anggota militer
kerajaan. Lembaga serupa bagi pendidikan para diplomat dan bikorat juga
didirikan, termasuk di dalamnya Badan Penerjemah (1833) dan Sekolah
Ketatanegaraan, yang kemudian menjadi Fakultas Ilmu Politik Universitas
Ankara tahun 1950.
Rencana ambisius di bidang pendidikan dimulai tahun 1846. Rencana
tersebut memberikan sebuah sistem pendidikan secara menyeluruh sejak
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi dibawah Kementerian
Pendidikan (Wezaret-i ma’arf-i ‘umumiye). Pada tahun 1869, kerajaan
bahkan mengeluarkan rencana pemberian bantuan penuh bagi pendidikan
tingkat dasar. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah negeri sangat
dibantu oleh contoh perkembangan sekolah non-muslim. Tercatat pada
tahun 1914 Turki Usmani memiliki 36.000 sekolah, meskipun sebagian
besar merupakan sekolah-sekolah kecil.
13

Pembaharuan Tanzimat di bidang hukum memiliki dua tujuan utama.


Pertama, untuk menjadikan hukum Usmani diterima oleh masyarakat Eropa.
Selain itu dan ini merupakan tujuan kedua, untuk memodernisasi sistem
hukum Islam tradisional. Upaya mereka diwujudkan dengan mengeluarkan
perundang-undangan di bidang aturan komersial (28 Juli 1850), prosedur
komersial (14 Nopember 1861/), sanksi hukum (9 Agustus 1858) dan
kelautan (20 Agustus 1863). Pelaksanaan hukum yang diundangkan berada
dibawah pengawasan lembaga peradilan di luar kontrol ulama. Mereka
memang tidak sepenuhnya berhasil dalam persoalan ini, akan tetapi paling
tidak pada periode ini telah diletakkan dasar-dasar kemajuan bagi bangsa
Turki di masa mendatang.
Untuk menyatukan penduduk Turki, Sultan mengambil sebuah
langkah yang radikal. Sultan mendirikan lembaga perwakilan antar tokoh-
tokoh lokal, The Assembly of Provincial Notables, pada tahun 1845.
Masing-masing provinsi diseluruh wilayah kerajaan Usmani diharuskan
mengirim dua orang wakilnya ke Istanbul. Wakil tersebut dipilih dari
mereka yang berpendidikan, jujur, dihormati, cerdas dan mengetahui persis
kondisi masyarakatnya. Mereka dikirim di pemerintah pusat dari pemerintah
lokal untuk berkonsultasi dengan lembaga tertinggi, High Council.
Setibanya mereka di Istanbul mereka disodori beberapa dokumen tentang
pembaharuan dan diminta pandangan mereka tentang pembaharuan dan
diminta pandangan mereka tentang pembaharuan yang diajukan Sultan.
Meskipun Usmani telah berjuang untuk mereformasi negara dan
masyarakat, namun perlahan-lahan imperium Usmani kehilangan wilayah
kekuasaannya. Beberapa kekuatan Eropa yang terlebih dahulu
mengkonsolidasi militer, ekonomi dan kemajuan teknologi mereka sehingga
pada abad ke-19 bangsa Eropa jauh lebih kuat daripada rezim Usmani.
Antara tahun 1878-1914 sebagian besar wilayah Balkan memerdekakan diri,
Rusia, Inggris dan Austria-Hungary merebut sejumlah wilayah Usmani.
Proses lepasnya wilayah-wilayah Usmani hingga menjadi imperium yang
tidak beranggota memuncak pada akhir perang Dunia I lantaran
14

terbentuknya sejumlah negara baru di sekitar Turki dan Timur Tengah.11

3. Usmani Muda
Tanzimat melahirkan tiga kelompok masyarakat yang memandang
program tersebut secara kritis. Pertama, kelompok oposisi dari kalangan
tradisionalis. Kedua, kelompok intelektual yang didominasi oleh mereka
yang mengenyam berbagai pelatihan birokrasi dan menguasai ide-ide Barat.
Sedangkan kelompok ketiga adalah mereka yang berkeinginan untuk
menghapuskan Sultan sebagai sebuah kekuatan politik.12
Kelompok intelektual yang merupakan kelompok kedua dikenal
dengan Usmani Muda (Young Ottomans). Kelompok yang terkenal pada
akhir-akhir periode Tanzimat (1867-1878) telah dipertimbangkan sebagai
prototipe dari intelektual modern Turki. Mereka adalah orang-orang pertama
yang membuat ideide pencerahan dan berpikir untuk mencoba
mengembangkan sistesis antara ide ini dengan Islam. Usmani Muda tidak
menentang monarki, mereka hanya ingin melakukan reformasi dan
modernisasi untuk menyelamatkan kerajaan.13 Kelompok ini merupakan
sebuah komunitas yang telah mengadakan pertemuan di Paris dan London
antara tahun 1867-1871. Pandangan politik mereka banyak dipengaruhi oleh
paham sekuler dan revolusioner terhadap ajaran Islam tradisional. Di antara
tokoh Usmani muda adalah Namik Kemal dan Midhat Pasya.
Menurut Usmani Muda Tanzimat lebih merupakan sebuah manufer
politik daripada reformasi sosial dan hukum yang tujuannya hanya untuk
menyelamatkan kepentingan pemerintah saja. Meskipun demikian mereka
tidak mengingkari bahwa Tanzimat membawa banyak perubahan seperti
pembatasan kelompok Janissary. Mereka juga berpendapat hal yang
pemerintah lakukan dengan memperkenalkan pemerintahan Barat yang
semu tidak ubahnya mempermalukan pemerintahan Islam di mata

11
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Bagian 3 (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), 66.
12
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, 132.
13
Sena Karasipahi, Muslims in Modern Turkey (London: IB Tauris, 2009), 47.
15

masyarakat barat dan mempermalukan model pemerintahan Barat di mata


kaum muslimin.14
Harun Nasution menganggap bahwa di antara faktor penyebab
kegagalan proses pembaharuan yang disponsori oleh kelompok usmani
muda adalah belum mapannya golongan menengah yang terdiri dari kaum
terpelajar ala Barat dan berekonomi kuat yang mendukung mereka. Selain
itu, ide konstitusi yang mereka bawa masih terlalu tinggi dan belum dapat
terjangkau dan dipahami oleh masyarakat Turki. Maka ide konstitusi
bukanlah merupakan desakan masyarakat Turki melainkan hanya desakan
kaum intelegensia semata. Karena itu ketika tokoh-tokoh Usmani Muda
ditangkap oleh pemerintah, rakyat bersikap pasif dan tidak bereaksi atas
penangkapan mereka.

4. Turki Muda
Kelompok Turki muda adalah kelompok pembaharu pertama yang
merencanakan indrutrialisasi untuk pertama kalinya dengan disahkannya
undangundang tentang industri, Law for Encouragement of Industry, pada
tahun 1909 yang kemudian diperbaharui pada tahun 1915. Kaum wanita
pada masa Turki Muda juga mendapatkan perhatian yang besar. Di bidang
pendidikan, kesempatan bagi kaum wanita untuk memperoleh pendidikan
juga dibuka lebar-lebar. Kalau pada periode Tanzimat kaum wanita telah
memperoleh kesempatan belajar di tingkat dasar maka pada periode Turki
Muda kesempatan bagi wanita untuk belajar di tingkat menengah dan tinggi
juga terbuka lebar. Pada tahun 1917 undang-undang keluarga (family law)
disahkan oleh pemerintah dan dengan sendirinya merupakan selangkah
lebih maju bagi kaum wanita untuk memperoleh haknya. Kelompok Turki
Muda barangkali dapat dikatakan gagal dalam memberikan sebuah
pemerintahan konstitusional akan tetapi mereka berhasil dalam melemahkan
pemerintahan pusat di Istanbul.

14
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, 136.
16

D.Faktor-Faktor Pendorong Pembaharuan Islam


1. Kepercayaan terhadap Barat secara keseluruhan yang dialami oleh generasi
baru muslim.
2. Gagalnya system social yang bertumpu pada kapitalisme dan sosialisme
3. Gaya hidup elit sekuler di negara-negara Islam
4. Hasrat untuk memperoleh kekuasaan diantara segmen kelas menengah yang
semakin berkembang yang tidak dapat diakomodasi secara politik.
5. pencarian keamanan psikologis diantara kaum pendatang baru di daerah
perkotaan.
6. Lingkungan kota
7. Ketahanan ekonomi negara-negara Islam tertentu akibat melonjaknya harga
minyak.
8. Rasa percaya diri akan masa depan akibat kemenangan Mesir atas Israel
tahun 1973, Revolusi Iran 1979, dan fajar kemunculan kembali peradaban
Islam abad ke 15 Hijriah  (Mazaffar, Chandra ;1988 )
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembaharuan dalam Islam merupakan suatu keharusan yang terjadi dalam
siklus kehidupan dengan tujuan memperbaiki segala persoalan sosial keagamaan
yang sangat dibutuhkan masyarakat pada saat itu sebagai akumulasi dari sebab
akibat yang terjadi di masyarakat, sehingga melahirkan tokoh-tokoh
pembaharuan yang mengadakan perubahan terhadap keadaan yang sedang
berlangsung walaupun harus berlawanan dengan faham dan pemikiran yang ada.
Karakteristik pembaharuan Islam yang terjadi di Mesir dan Turki ada 
keragaman yang menjadi  acuan serta latar belakang tokohnya. Pembaharuan di
Mesir lebih banyak berangkat dan digerakan pembaharuan pemikiran akademis
baik itu dari lulusan Al-Azhar sebagai tempat khazanah ilmu atau perguruan
tinggi lainnya. Begitu pula latar belakang kehidupan dan pengalaman seorang
tokoh pembaharu akan mewarnai gerakan pembaharuan yang dilakukannya,
seperti adanya perbedaan gerakan pembaharuan  Jamaludin al-Afghani dengan
Muhammad Abduh.  Sedangkan pembaharuan di Turki lebih terpokus kepada
tokoh kepemimpinan atau kelompok yang  menyokong kekuasaan pada saat itu
dengan melihat Barat sebagai acuannya.
Di Mesir tokoh pembaharuan berhadapan dengan keadaan pola
pendidikan, politik dan sosial keagamaan masyarakat yang sedang mengalami
penjajahan dari bangsa Barat, sementara di Turki melihat Barat sebagai negara
yang telah mengalahkan mereka di kancah perpolitikan dunia dengan cara
mengimbangi atau lebih banyak belajar kepada Barat dalam segala halnya.
Sehingga segala sesuatu yang akan menghalangi tujuan tersebut akan dilawan 
dengan cara revolusioner seperti yang dilakukan Mustafa  Kemal yang
menghapuskan kekhilafahan Turki Usmani menjadi Republik Turki.

B. Saran
Mohon maaf, apabila sekiranya ada kesalahan dalam kata – kata maupun
uraiannya yang kurang berkenan di dalam makalah ini. Maka dari itu kami

17
18

para penyusun  meminta dan menerima kritik dan sarannya dari teman –
teman semua.
DAFTAR PUSTAKA

Cizre, Ṻmit . (2008). Secular and Islamic Politics in Turkey. New York:
Routledge.

Karasipahi, Sena. (2009). Muslims in Modern Turkey. London: IB Tauris.

Mughni, Syafiq A. (1997). Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki.


Jakarta: Logos.

Lapidus, Ira M. (2000). Sejarah Sosial Umat Islam Bagian 3. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Zurcher, Erik. J. (2004 ). Turkey: A Modern History. London: Tauris.

19

Anda mungkin juga menyukai