Arief Subhan
1
pada umumnya mereka sepakat dalam satu hal: dunia Islam membutuhkan
tajdid atau pembaruan dengan membuka selebar mungkin pintu ijtihad.
Kelompok pertama, mereka yang ingin mengikuti gagasan, langkah-
langkah, dan strategi Barat dalam mencapai kemajuan (progress). Tidak aspek
budaya dan pendidikan, mereka juga ingin mengadopsi sistem politik Barat.
Mereka dapat disebut dengan kelompok “modernis Islam”. Yang paling
ekstrem, lagi-lagi, adalah Turki. Modernisasi bagi Turki ditafsirkan sebagai
sekularisme—menjadikan agama sebagai urusan privat saja. Untuk hal-hal yang
sifatnya sosial, politik, dan ekonomi akan diatur sesuai dengan logika dan teori-
teori Barat. Meskipun demikian, tidak semua kelompok modernis Muslim,
mengikuti jalan Turki. Banyak di antara mereka yang memposisikan diri
mengambil Barat sebagai pelajaran untuk mencapai kemajuan masyarakat
Muslim.
Kelompok kedua, mereka yang ingin menggali kembali nilai dan spirit
Islam yang menurut mereka sudah ditinggalkan oleh kaum Muslim. Slogan yang
berkembang di kalangan kelompok ini adalah “al-ruju’ ila al-Qur’an wa al-
Sunnah” (Back to the Qur’an and Sunnah). Mereka bersedia menerima ilmu dan
teknologi Barat, juga bersedia belajar dari Barat, tetapi dengan syarat ada
rujukannya dalam al-Qur’an dan Sunnah. Inilah kelompok yang dikenal dengan
“revivalist islam”—kelompok yang bercita-cita membangkitkan kembali Islam.
Ketiga, adalah kelompok yang memiliki pandangan bahwa kaum Muslim
telah terpengaruh oleh pandangan-pandangan atau budaya yang sifatnya
sinkretis sehingga kemurnian Islam terkontamisasi. Inilah yang menyebabkan
kaum Muslim tertinggal dari Barat. Meraka memiliki padangan bahwa untuk
mencapai kemajuan kembali, kaum Muslim perlu memurnikan kembali
keyakinan Islam, terutama pada aspek tawhid. Mereka dikenal dengan
kelompok “purification of Islam” (memurnikan kembali ajaran Islam). Jika
metode yang ditempuh adalah dengan kembali meniru kehidupan umat
terdahulu pada zaman sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in, maka mereka juga
disebut dengan kaum salafi.
Ketiga kelompok tersebut mendominasi pemikiran modern dalam Islam
sejak awal abad ke-18 sampai dengan periode kontemporer sekarang ini.
Masing-masing kelompok telah berkembang sedemikian rupa dengan
kompleksitasnya masing-masing. Ketiga kelompok itu juga berkembang di
Indonesia melalui gerakan-gerakan pembaruan Islam yang berlangsung—yang
nanti akan kita bahas. Penting dicatat bahwa ketiga kelompok tersebut
meskipun memiliki pandangan dasar yang berbeda, harus diakui bahwa masing-
masing telah memberikan sumbangan pada kehidupan intelektual dan
peradaban Islam pasca abad ke-18.