KELAS 7A/PAI
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas kudrot
dan irodat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam yang membahas tentang Pembaharuan Islam
di Mesir I.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………... ii
PENDAHULUAN, BAB I
A. Latar Belakang…………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………. 3
C. Tujuan Masalah…………………………………………. 3
PEMBAHASAN, BAB II
A. Pembaharuan di Mesir…………………………………. 4
B. Ide Pemikiran Muhammad Bin Abdul Wahhab Tentang
Pembaharuan Islam……………………………………. 6
C. Ide Pemikiran Muhammad Ali Pasya Tentang Pembaha-
ruan di Mesir…………………………………………….12
D. Ide Pemikiran Al-Tahtawi Tentang Pembaharuan di
Mesir………………………………………………………19
PENUTUP, BAB III
A. Kesimpulan……………………………………………... 26
B. Saran……………………………………………………. 27
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………... 28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Islam telah mencatat permulaan periode pembaharuan
(modernitas) dimulai pada penghujung ke-18. Timbul kultur
modernitas diberbagai dunia Islam dari berbagai tokoh pembaharuan
di berbagai negara seperi Mesir, Turki, India, Pakistan, dan
Indonesia. Ide dan gerakan pembaharuan ini umumnya berawal dari
asumsi bahwa Islam sebagai realitas sosial pada lingkungan tertentu
tersebut sudah tidak lagi relevan atau bahkan menyimpang dari apa
yang dipandang sebagai Islam yang sesungguhnya. Tentu saja
bagaimana tafsiran Islam ideal tersebut sangat dipengaruhi oleh cara
pandang, pendekatan, latar belakang sosiokultural dan keagamaan
masing-masing pembaharu. Karena corak epistimologi gerakan yang
gerakan yang beragam inilah maka melahirkan model pembaharuan
yang bermacam-macam yang sering ditipologikan dengan
reformisme, modernisme, puritanisme, fundamentalisme, sekulerisme
dan neomodernisme. Pergeseran pergumulan gerakan tersebut
kemudian memberikan warna baru dalam proses kehidupan yang
lebih modern.1
Pembaharuan dalam Islam memiliki tujuan untuk menyesuaikan
paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang
ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
dengan berpedoman pada ide-ide dasar dalam Al-Qur’an dan Sunnah
1
Quddus Abdul. ISLAM MODERNIS Sejarah, Ide & Gerakan Pembaharuan di
Dunia Islam, (Mataram: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram, 2019), Cet. Ke-
1, h. 2
1
2
2
Ibid, h. 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembaharuan di Mesir
3
Hamid Abdul, Pemikiran Modern Dalam Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2010), h. 23
4
5
4
Harun Nasution menggambarkan ketika Napoleon datang ke Mesir tidak hanya
membawa tentara, akan tetapi terdapat 500 orang sipil 500 orang wanita. Diantara
jumlah tersebut terdapat 167 orang ahli alam berbagai cabang ilmu pengetahuan dan
membawa 2unit percetakan dengan huruf Latin, Arab dan Yunani, tujuannya untuk
kepentingan ilmiah yang pada akhirnya dibentuk sebuah lembaga ilmiah dinamai Institut
dhEgypte terdiri dari ilmu pasti, ilmu alam, ekonomi politik, dan sastera seni. Lihat
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2003)
6
5
Quddus Abdul, op.cit., h. 18
6
Nasution Harun, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan
(Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Cet. Ke-9, h. 23
7
Arkoun Muhammad, Arab Though diterjemahkan oleh Yudian W. Asmin
dengan judul Pemikiran Arab (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), Cet. Ke-1, h. 118-119
7
a. Pemurnian Tauhid
Dalam hal ini, Muhammad Ibn Abdul Wahhab dan para
pengikutnya membedakan tauhid menjadi tiga macam; tauhìd
rubûbiyah, tauhìd ulûhiyah dan tauhìd al-asmâ’ wa al-sifât,8
Menurut Abdul Wahhab, Allah adalah Tuhan alam semesta yang
maha kuasa, dan melarang penyifatan kekuasaan Tuhan pada
siapapun kecuali Dia. Dia Lah yang menciptakan manusia dan
alam dari tiada. Eksistensi Allah dapat dirasakan melalui tanda-
tanda dan ciptaan-Nya yang tersebar di seluruh alam, seperti siang
8
Wahyudi Yudian K, Gerakan Wahabi di Indonesia, (Yogyakarta: Pesantren
Nawesea Press, 2009), h. 5
8
9
Wahab Abdul Ibnu Muhammad, Kitab Tauhid Alladzi Huwa Haqqullah ‘Alal
‘Iabad”, terj (Jakarta. Yayasan al-Sofwa, 2007)
10
Al-Yassini Ayman, Religion and State in the Kingdom of Saudi Arabia
(Boulder, Colorado: Westview Press, 1985), h. 307
10
11
Mustofa Muhammad Asy-Syak’ah, Islam Tidak Bermazhab, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1994), h. 395
11
12
Hanafi A, Pengantar Teologi Islam, (Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna baru,
2003), h. 189
13
Espossito L Jhon, Islam dan Pembangunan, (Jakarta: Rineka cipta, 1990), h.
97
13
14
Hitti K. Philip, History of the Arab, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008), h.
926
14
15
Hidayat Samsyul, Pembaharuan Muhammad Ali Pasha di Mesir (1805-1849),
(Surabaya: Skripsi, IAIN Sunan Ampel Fakultas Adab, 2004), h. 40
16
17
Syalabi Ahmad, Mausu’ah al-Tarikh wa al-Hadarat al-Islamiyat, (t.k.:
Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, 1973), Jilid-5, h. 356
18
Nasution Harun, op.cit., h. 38
19
19
Mukti Abd, Pembaharuan Lembaga Pendidikan di Mesir (Bandung:
Ciptapustaka Media, 2008), h. 88
20
Quddus Abdul, op.cit., h. 45
20
21
Jack a Crabbs, The Writing of History in Nineteeth-Century Egypt: A Study in
National Transformation (Cairo: The American University in Cairo Press, 1984), h. 70
21
dalam pendidikan. Wanita yang terdidik akan menjadi isteri dan ibu
rumah tangga yang berhasil. Mereka yang diharapkan melahirkan
putera-puteri yang cerdas.
Al Tahtawy mengatakan, pendidikan itu sebaiknya dibagi dalam
tiga tahapan:
1. Pendidikan Dasar
diberikan secara umum kepada anak-anak dengan materi
pelajaran dasar tulis baca, berhitung, al-Qur’an, agama, dan
matematika.
2. Pendidikan Menengah
materinya berkisar pada ilmu sastra, ilmu alam, biologi,
bahasa asing, dan ilmu-ilmu keterampilan.
3. Pendidikan Tinggi
tugas utamanya adalah menyiapkan tenaga ahli dalam
berbagai disiplin ilmu. Pada proses belajar mengajar, Al Tahtawy
menganjurkan terjalinnya cinta dan kasih sayang antara guru dan
murid, laksana ayah dan anaknya. Pendidik hendaknya memiliki
kesabaran dan kasih sayang dalam proses belajar mengajar. Ia
tidak menyetujui penggunaan kekerasan, pemukulan, dan
semacamnya, sebab merusak perkembangan anak didik.
22
E. Boswort, The The Encyclopedia Islam, (Leiden E.J. Brill 1993), Vol. 8., h.
524
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun tokoh-tokoh pembaharuan dalam Islam antara lain:
Muhammad bin Abdul Wahab, Muhammad Ali Pasya, Al-Tahtawi,
Jamaludin al-Afgani, Muhammad Abduh, Rasyid Rida dan murid serta
pengikut Muhammad Abduh seperti Muhammad Farid Wajdi, Tantawi
Jauhari, Qasim Amin, Sa’ad Zaghlul, Ahmad Lutfi al-Sayid, Ali Abdul
Raziq dan Taha Husain. Ide Pemikiran Muhammad Bin Abdul Wahhab
tetang Pembaharuan Islam Pemikiran yang dicetuskan Muhammad Abdul
Wahab adalah untuk memperbaiki kedudukan umat Islam, dan kerajaan
ini bukan timbul sebagai reaksi terhadap suasana politik seperti yang
terdapat di kerajaan Utsmani dan Mughal, tetapi sebagai reaksi terhadap
paham tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam di waktu itu. Keadaan
seperti yang disebutkan di atas dalam keyakinan Muhammad Abdul
Wahab adalah salah bentuk syirik yang harus dibasmi dengan cara
mendakwahkan konsep tauhidnya dengan prinsip bahwa hanya Allah
yang berhak disembah, dan karena itu, dilarang keras bagi umat Islam
ketika itu berkunjung ke kuburan para syekh, waliyullah.
B. Saran
Tulisan ini diharapkam mampu menjelaskan pembaharuan islam di
mesir I (mengkaji pemikiran: Muhammad Ibn Abd. Wahhab,
Muhammad Ali Pasya, dan Al-Tahtawi). Penulis mengakui dalam
penulisan makalah ini banyak kekurangan dan bahkan ada kesalahan,
karena itu kami sarankan untuk belajar dan menelaah lebih dalam
terkait pembahasan ini.
28
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid, Pemikiran Modern Dalam Islam, Bandung: Pustaka Setia,
2010.
A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam, Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna baru,
2003.
Abd Mukti, Pembaharuan Lembaga Pendidikan di Mesir Bandung:
Ciptapustaka Media, 2008.
Abdul Quddus. ISLAM MODERNIS Sejarah, Ide & Gerakan
Pembaharuan di Dunia Islam, Cet. Ke-1. Mataram: Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram, 2019.
E. Boswort, The The Encyclopedia Islam, Vol. 8, Leiden E.J. Brill 1993.
Philip K. Hitti, History of the Arab, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008