SEMESTER
TAHUN AKADEMIK
2022 - 2023
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
JAWAB
g. Muhammad Iqbal. Secara ringkas ide-ide pembaharuan Muhammad Iqbal adalah sebagai
berikut:
1. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan Islam, dan pintu ijtihad tidak
tertutup. 2. Kemunduran umat Islam disebabkan oleh kebekuan dalam berpikir. 3. Perhatian
yang berlebihan terhadap zuhud membuat masyarakat kurang memperhatikan masalah-
masalah dunia dan kemasyarakatan. 4. Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi yang
dimiliki barat. Untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi Umat Islam, maka
Muhammad Iqbal menawarkan konsep dinamisme Islam. Sehingga, umat Islam harus
membangkitkan kembali tradisi keilmuan dengan membuka pintu ijtihad. Hukum Islam
tidaklah bersifat statis, tetapi dinamis dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Oleh karena itu, pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Di dalam ijtihad, terdapat aspek
perubahan. Dan, dengan adanya perubahan itulah, dinamika umat manusia berasal. Paham
dinamisme Islam inilah yang membuat Iqbal mempunyai kedudukan penting dalam
pembaruan Islam.
2. Kemunduran umat Islam disebabkan oleh kebekuan dalam berpikir. 3. Perhatian yang
berlebihan terhadap zuhud membuat masyarakat kurang memperhatikan masalah-masalah
dunia dan kemasyarakatan. 4. Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi yang dimiliki
barat. Untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi Umat Islam, maka Muhammad
Iqbal menawarkan konsep dinamisme Islam. Sehingga, umat Islam harus membangkitkan
kembali tradisi keilmuan dengan membuka pintu ijtihad. Hukum Islam tidaklah bersifat
statis, tetapi dinamis dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu,
pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Di dalam ijtihad, terdapat aspek perubahan. Dan, dengan
adanya perubahan itulah, dinamika umat manusia berasal. Paham dinamisme Islam inilah
yang membuat Iqbal mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam.
Pembahasan
1. Politik
namun, hal itu dianggap belum cukup bagi tokoh pendiri Muhammadiyah. Sehingga kondisi
ini dianggap tidak adil dan diperlukan perubahan melalui pembentukan organisasi
Muhammadiyah.
2. Sosial-budaya
masyarakat Jogjakarta pada masa sebelum berdirinya organisasi Muhammadiyah sangat jawa
sentris dan mengikuti kebudayaan nenek moyang pendahulu mereka.
Perilaku sosial yang penuh nilai-nilai kesopanan dan kelembutan tetap mereka lestarikan.
Begitu juga dengan kebudayaan masyarakat yang sangat kental akan kegiatan mistis dan
ritual-ritual yang di ajarkan secara turun-temurun.
3. Keagamaan
Kondisi keagamaan cenderung mengarah pada kegiatan bid'ah, khurafat, dan takhayul.
Kegiatan-kegiatan ini cenderung melenceng dari ajaran Islam yang seharusnya bersih dari
hal-hal semacam itu. Sehingga diperlukan adanya pemurnian ajaran Islam yang terbebas dari
bid'ah, khurafat, dan takhayul.
namun, hal itu dianggap belum cukup bagi tokoh pendiri Muhammadiyah. Sehingga kondisi
ini dianggap tidak adil dan diperlukan perubahan melalui pembentukan organisasi
Muhammadiyah.
Pembahasan
1. Politik
2. Sosial-budaya
masyarakat Jogjakarta pada masa sebelum berdirinya organisasi Muhammadiyah sangat jawa
sentris dan mengikuti kebudayaan nenek moyang pendahulu mereka.
Perilaku sosial yang penuh nilai-nilai kesopanan dan kelembutan tetap mereka lestarikan.
Begitu juga dengan kebudayaan masyarakat yang sangat kental akan kegiatan mistis dan
ritual-ritual yang di ajarkan secara turun-temurun.
3. Keagamaan
Kondisi keagamaan cenderung mengarah pada kegiatan bid'ah, khurafat, dan takhayul.
Kegiatan-kegiatan ini cenderung melenceng dari ajaran Islam yang seharusnya bersih dari
hal-hal semacam itu. Sehingga diperlukan adanya pemurnian ajaran Islam yang terbebas dari
bid'ah, khurafat, dan takhayul.
9) 1. Faktor subyektif
Faktor Subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan sbagai faktor utama dan faktor penentu
yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman KHA. Dahlan terhadap
Al Qur'an dalam menelaah, membahas dan meneliti dan mengkaji kandungan isinya. Sikap
KHA. Dahlan seperti ini sesungguhnya dalam rangka melaksanakan firman Allah
sebagaimana yang tersimpul dalam dalam surat An-Nisa ayat 82 dan surat MUhammad ayat
24 yaitu melakukan taddabur atau memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian
terhadap apa yang tersirat dalam ayat. Sikap seperti ini pulalah yang dilakukan KHA. Dahlan
ketika menatap surat Ali Imran ayat 104 :
"Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-
orang yang beruntung ".
Memahami seruan diatas, KHA. Dahlan tergerak hatinya untuk membangan sebuah
perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang teratur dan rapi yang tugasnya berkhidmad
pada melaksanakan misi dakwah Islam amar Makruf Nahi Munkar di tengah masyarakat kita.
2. Faktor Obyektif
Ada beberapa sebab yang bersifat objektif yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah,
yang sebagian dapat dikelompokkan dalam faktor internal, yaitu faktor-faktor penyebab yang
muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat Islam Indonesia, dan sebagiannya dapat
dimasukkan ke dalam faktor eksternal, yaitu faktor-faktor penyebab yang ada di luar tubuh
masyarakat Islam Indonesia.
Faktor obyektif yang bersifat internal
a. Ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya Al-Quran dan as-Sunnah sebagai
satu-satunya rujukan oleh sebagian besar umat Islam Indonesia
b. Lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyiapkan generasi yang
siap mengemban misi selaku ”Khalifah Allah di atas bumi”
10)
13) "Lapang Dada, Luas Pandangdan Dengan Memectanct Teguh Ajaran Islam"
Lapang dada atau toleransi adalah satu keharusan bagi siapapun yang hidup dalam masyarakat,
apalagi hidup dalam masyarakat yang majemuk seperti masyarakat Indonesia. Tanpa adanya lapang
dada, kehidupan akan goncang. Dan prinsip "Memperbanyak Kawan" tentu berubah menjadi
"Memperbanyak Musuh". Namun bagaimana, pun dalam berlapang dada, kita tidak boleh kehilangan
identitas sebagai warga Muhammadiyah yang harus tetap memegang teguh ajaran Islam. Dengan
demikian, bebas tetapi tetap terkendali.
14) Manusia diberi akal oleh Allah agar dapat memilih dan membedakan mana yang benar
dan salah, mana yang baik dan buruk. Jika pilihannya sesuai dengan kehendak Allah,
mendapat pahala. Sebaliknya, jika tidak pada jalan Allah, mendapat dosa.