Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMURNIAN DAN PEMBAHARUAN DI DUNIA ISLAM

DOSEN PENGAMPU
Drs. Al Hilal Sirait, MA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1


Nurjannah 2101020154
Syatila Zahra 2101020125
Rani lestari 2101020096

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022/2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
NYA sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul pemurnian dan
pembaharuan di dunia islam ini sampai selesai.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini untuk memenuhi tugas dari dosen bidang studi
kemuhammadiyahan.
Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca mengenai sejarah islam.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan serta wawasan. Untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca
untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

Medan, 13 oktober 2022

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembaharuan dalam islam dikenal juga dengan modernisasi islam, yang mempunyai
tujuan untuk menyesuaikan ajaran yang terdapat dalam agama dengan ilmu pengetahuan dan
filsafat modern, tetapi perlu diingat bahwa dalam islam ada ajaran yang tidak bersifat mutlak,
yaitu penafsiran dari ajaran-ajaran yang bersifat abadi dari masa ke masa. Dengan kata lain
pembaharuan mengenai ajaran-ajaran yang bersifat mutlak tak dapat diadakan karena sudah tak
bisa lagi diganggu gugat seperti pada hukum-hukum yang tercantum dalam al-Qur’an.

Pembaharuan dapat dilakukan dengan meninjau kembali beberapa aspek yang memang
memerlukan untuk diperbaharui seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern
yang mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti sekarang ini.

A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pemurnian dan Pembaharuan dalam Islam ?
2. Apa faktor yang melatarbelakangi pembaharuan dalam Islam ?
3. Siapa saja tokoh pembaharuan dalam Islam ?
4. Bagaiamana dampak pembaharuan dalam Islam ?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pembaharuan dalam Islam
2. Untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi pembaharuan dalam Islam
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh pembaharuan dalam Islam
4. Untuk mengetahui dampak dari pembaharun dalam Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemurnian dan Pembaharuan di Dunia Islam

Beberapa tokoh menjelaskan makna dari pemurnian dan pembaharuan :

1. Ahmad (1979: 306) menjelaskanbahwa pembaruan atau pemurnian dalam bahasa


Arab “jadduu” yang secara etimologi berakar pada kata jadiid yang menunjukkan
tiga arti yaitu: keagungan, bahagian, dan pegangan. Kata ini kemudian berubah
menjadi (jadid) yang berarti “memperbarui” sebagai lawan dari usang. Kata
“baru” dalam konteks bahasa ini, menghimpun tiga pengertian yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain, antara lain: 1). Barang yang diperbarui
pada mulanya pernah ada dan pernah dialami orang lain; 2). Barang itu dilanda
zaman sehingga menjadi usang dan ketinggalan zaman; dan 3). Barang itu
kembali diaktualkan dalam bentuk kreasi baru (Ka’bah. 1987: 50).
2. Salimi, dkk (1998: 1) berpendapat bahwa pembaharuan itu identik dengan istilah
“modernisasi” atau “tajdid”. Dalam etimologi (harfiah) berarti pembaruan,
sedangkan dalam pengertian istilah (terminologis) tajdid berarti pembaharuan
dalam hidup keagamaan, baik berbentuk pemkiran maupun gerakan sebagai reaksi
atau tanggapan terhadap tantangan-tantangan internal maupun eksternal yang
menyangkut keyakinan dan urusan sosial umat.
Tajdid juga memiliki dua pengertian, yaitu: pertama, tajdid dalam bidang akidah
dan ibadah mahdhah. Dalam bidang ini tajdid diartikan “pemurnian” dengan jalan
Kembali kepada pedoman mutlak yakni :al-qur’an dan sunnah rasul (bersih dari
bid’ah, syirik, khurafat dan takhayul). Kedua tajdid dalam mu’amalah
dunyawiyah yakni tajdid diartikan memperbaharui serta merumuskan kembali
ajaran islam sehingga islam tidak terkesan ketinggalan zaman (Pasha dan Durban,
2005: 165)
Majelis Tarjih Muhammadiyah dalam Muktamar Tarjih XXII 1989 di Malang
merumuskan makna tajdīd sebagai berikut: Dari sisi bahasa, tajdīd berarti
pembaharuan dan dari sisi istilah , tajdīd memiliki dua arti. Pertama, Pemurnian
yaitu pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada
Al-Qur’an dan Sunnah Shaḥīḥah (maqbūlah). Kecenderungan ke arah salafi yang
mengutamakan pemurnian ibadah dan aqidah dari bid’ah, khurāfat, takhayyul, dan
syirik. Tokohnya adalah Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab.
Kedua, peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yanng semakna dengannya
yaitu penafsiran, pengamalan, dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap
berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah Shaḥīḥah. Kecenderungan ke arah
modernisme/reformisme pada bidang pendidikan, politik, sosial-budaya, dan
mengangkat martabat wanita. Tokohnya adalah Jamaluddin Al-Afghani dan
Muhammad Abduh.

B. FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PEMBAHARUAN DALAM ISLAM

Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dunia Islam timbul terutama karena adanya
kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya kontak itu, umat Islam abad
XIX mulai menyadari bahwa mereka telah mengalami kemunduran dibandingankan dunia Barat
yang pada saat itu mulai menemukan titik kemajuan peradaban.

Sebelum periode modern, hubungan atau kontak antara Islam dan Barat sebenarnya sudah
terjadi, terlebih antara Kerajaan Utsmani (yang mempunyai daerah kekuasaan di daratan Eropa)
dengan beberapa negara Barat. Namun kontak dengan kebudayaan Barat ini semakin intens saat
jatuhnya kekuatan Mesir oleh Napoleon Bonaparte dari Perancis, disusul dengan imperialisasi
Barat terhadap negara-negara muslim lainnya. Kondisi itu akhirnya membuka pemikiran
pemuka-pemuka intelektual dan pemerintahan Islam di Mesir untuk segera mengadakan upaya-
upaya pembaharuan.

Di antara hal-hal yang mendorong lahirnyanya gerakan pembaharuan dan modernisasi


Islam adalah:
1. Adanya sifat jumud (stagnan) yang telah membuat umat Islam berhenti berpikir dan
berusaha.
Selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berpikir (berijtihad) maka
mereka tidak mungkin mengalami kemajuan. Kemajuan masyarakat hanya akan bisa tercapai
melalui pengkajian ilmu pengetahuan yang terus menerus untuk kemudian diaplikasikan dalam
teknologi terapan dan kehidupan sosial yang nyata demi kemajuan masyarakat. Untuk itulah
maka perlu diadakan upaya pembaharuan dengan memberantas sikap jumud dan menggerakkan
kembali tradisi ijtihad di kalangan umat Islam.

2. Persatuan di kalangan umat Islam mulai terpecah belah. Umat Islam tidak akan mengalami
kemajuan apabila tidak ada persatuan dan kesatuan yang diikat oleh tali ukhuwah Islamiyah.
Karena itu maka lahirlah suatu gerakan pembaharuan yang berupaya memberikan inspirasi
kepada seluruh umat Islam untuk bersatu dan melawan imperialisme Barat.

3. Hasil adanya kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya kontak ini
mereka sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan Barat.

4. Meski demikian, pembahuran dalam Islam berbeda dengan renaissance dalam dunia Barat.
Jika renaissance Barat muncul dengan cara “menyingkirkan” peran agama dari kehidupan
masyarakat, maka pembaharuan Islam sebaliknya, yakni untuk tujuan memperkuat prinsip dan
ajaran Islam itu sendiri demi kemashlahatan dunia secara lebih luas. Pada saat dunia Islam
mengalami kemunduran, bangsa Barat justru mengalami kemajuan dan berhasil melakukan
ekspansi wilayah perdagangan baru.

C. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Di Mesir


1. Pembaharuan Muhammad Ibnu Abdul Wahab
Muhammad bin Abdul Wahab ibn Sulaiman ibn Ali bin Muhammad
ibn Rasyid ibn Bari ibn Musyarif ibn Umar ibn Muanad Rais ibn
Zhahir ibn Ali Ulwi ibn Wahib, lahir pada tahun 1703 dan meninggal
pada tahun 1787 M. di Uyainah, daerah Nejeb Saudi Arabia . Ia
seorang pembaharu di Arabia , pengikut paham Ibnu Taimiyah dan
bermazhab Hambali.
Dalam hal tauhid ini Muhammad ibnu Abdul Wahab memusatkan
perhatiannya terhadap pokok-pokok pikirannya, yang berpendapat
bahwa:[10]
1. Yang boleh dan harus disembah itu hanyalah Tuhan, dan orang
yang menyembah selain dari Tuhan telah menjadi musyrikn dan boleh
dibunuh.
2. Kebanyakan orang Islam bukan menganut faham tauhid yang
sebenarnya karena mereka meminta pertolongan bukan lagi pada
Tuhan, tetapi dari syekh atau wali dan dari kekuatan gaib.
3. Menyebut nama Nabi, syekh atau malaikat sebagai pengantara
dalam do’a juga merupakan syirik.
4. Meminta syafaat selain dari kepada Tuhan dan bernazar kepada
selain Tuhan juga syirik.
5. Memperoleh pengetahuan selain dari Al-Qur’an, Hadits dan Qias
(analogi) merupakan kekufuran.
6. Tidak percaya pada qada dan qadar Tuhan juga merupakan
kekufuran.
7. Demikian pula menafsirkan Al-Qu’ran dengan ta’wil adalah
kufur.
Semua yang diatas dianggap bid’ah dan bid’ah adalah kesesatan.
Kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek lain yang timbul
sesudah zaman itu bukanlah ajaran Islam yang asli dan harus
ditinggalkan.
Pemikiran-pemikiran Muhammad ibnu Abdul Wahab yang
mempunyai pengaruh pada perkembangan pemikiran pembaharuan di
abad kesembilan belas adalah sebagai berikut:[12]
1. Hanya Al-Qur’an dan Haditslah yang merupakan sumber asli
ajaran-ajaran Islam. Pendapat ulama tidak merupakan sumber.
2. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
3. Pintu ijtihad terbuka dan tidak tertutup.
2. Pembaharuan Muhammad Ali Pasya
Muhammad Ali, adalah seorang keturunan Turki yang lahir di Kawalla,
Yunani, pada tahun 1765, dan meninggal di Mesir pada tahun 1849.
Pembaharuan yang dilaksanakan oleh Muhammad Ali :
1. Politik luar negeri
Muhammad Ali menyadari bahwa bangsa mesir sangat jauh ketinggalan
dengan dunia Barat, karenanya hubungan dengan dunia Barat perlu
diperbaiki seperti Perancis, Itali, Inggris dan Austria .
2. Politik dalam negeri
a. Membangun kekuatan militer.
b. Bidang pemerintahan.
c. Ekonomi.
d. Pendidikan.
Sepintas pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali hanya
bersifat keduniaan saja, namun dengan terangkatnya kehidupan dunia
ummat Islam sekaligus terangkat pula derajat keagamaannya.
Pembaharuan Muhammad Ali dilanjutkan oleh tahtawi, Jalaludin Al-
Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan murid-murid
Muhammad Abduh lainnya.

3. Pembaharuan Al-Tahtawi
Al-Tahtawi adalah Rifa’ah Badawi Rafi’I, Al-tahtawi lahir pada tahun
1801 M. di Tanta (Mesir Selatan), dan meninggal di Kairo pada tahun
1873. Dia adalah seorang pembawa pemikiran pembaharuan yang besar
pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad ke-19 di Mesir.
Salah satu jalan kesejahteraan menurut Al-Tahtawi adalah berpegang
teguh pada agama dan akhlak (budi pekerti) untuk itu pendidikan
merupakan sarana yang penting.
Dalam hal agama dan peranan ulama, al-Tahtawi menghendaki agar para
ulama selalu mengikuti perkembangan dunia modern dan mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan modern.

4. Pembaharuan Jamaluddin Al-Afghani


Jamaludin al-Afghani lahir di Afghanistan pada tahun 1839 M. dan
meninggal dunia pada tahun 1897 M. Dalam silsilah keturunannya al-
afghani adalah keturunan Nabi melalui Sayyidina Ali ra.
Jamaludin al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan yang
tempat tinggal dan aktifitasnya berpindah-pindah dari satu negara ke
negara Islam lainya pengaruh terbesar yang ditinggalkannya adalah di
Mesir, oleh karena itu uraian mengenai pemikiran dan aktivitasnya
dimasukkan kedalam bagian tentang pembaharuan di dunia Arab.
Selama di Mesir al-Afghani mengajukan konsep-konsep
pembaharuannya, antara lain:
a) Musuh utama adalah penjajahan (Barat), hal ini tidak lain dari
lanjutan perang Salib.
b) Ummat Islam harus menantang penjajahan dimana dan kapan saja.
c) Untuk mencapai tujuan itu ummat Islam harus bersatu (Pan
Islamisme).
Pan Islamisme bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan Islam menjadi
satu, tetapi mereka harus mempunyai satu pandangan bersatu dalam
kerja sama. Persatuan dan kerja sama merupakan sendi yang amat
penting dalam Islam.
Untuk mencapai usaha-usaha pembaharuan tersebut di atas:
a) Rakyat harus dibersihkan dari kepercayaan ketakhayulan.
b) Orang harus yakin bahwa ia dapat mencapai tingkat atau derajat
budi luhur.
c) Rukun Iman harus betul-betul menjadi pandangan hidup, dan
kehidupan manusia bukan sekedar ikutan belaka.
d) Setiap generasi ummat harus ada lapisan istimewa untuk
memberikan pengajaran dan pendidikan pada manusia-manusia bodoh
dan juga memerangi hawa nafsu jahat dan menegakkan disiplin.

5. Pembaharuan Syekh Muhammad Abduh


Muhammad Abduh lahir di desa Mahillah di Mesir Hilir, ibu bapaknya
adalah orang biasa yang tidak mementingkan tanggal dan tempat lahir
anak-anaknya. Ia lahir pada tahun 1849, tetapi ada yang mengatakan
bahwa ia lahir sebelum tahun itu, tetapi sekitar tahun 1845 dan beliau
wafat pada tahun 1905. Ayahnya bernama Abduh ibn Hasan Khairillah,
silsilah keturunan dengan bangsa Turki, dan ibunya mempunyai
keturunan dengan Umar bin Khatab, khalifah kedua (khulafaurrasyidin).
Pokok-pokok pikiran Muhammad Abduh dapat disimpulkan dalam
empat aspek, yaitu:
Pertama, aspek kebebasan, antara lain; dalam usaha memperjuangkan
cita-cita pembaharuannya, yaitu Nasionalisme Arab saja dan
menitikberatkan pada pendidikan.
Kedua, aspek kemasyarakatan, antara lain usaha-usaha pendidikan perlu
diarahkan untuk mencintai dirinya, masyarakat dan negaranya. Dasar-
dasar pendidikan seperti itu akan membawa kepada seseorang untuk
mengetahui siapa dia dan siapa yang menyertainya.
Ketiga, aspek keagamaan, dalam masalah in Muhammad Abduh tidak
menghendaki adanya taqlid, guna memenuhi tuntutan ini pintu ijtihad
selalu terbuka.
Keempat, aspek pendidikan antara lain, al-Azhar mendapatkan perhatian
perbaikan, demikian juga bahasa Arab dan pendidikan pada umumnya
cukup mendapat perhatiannya.

6. Pembaharuan Rasyid Ridha


Rasyid Ridha adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir
pada tahun 1865 di Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang letaknya
tidak jauh dari kota Tripoli (Suria). Ia berasal dari keturunan al-Husain,
cucu Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu ia memakai gelar Al-
sayyid depan namanya.
Pada tahun 1898 M. Rasyid Ridha hijrah ke Mesir untuk
menyebarluaskan pembaharuan di Mesir. Dan dua tahun kemudian ia
menerbitkan majalah yang diberi nama “al- Manar” untuk
menyebarluaskan ide-idenya dalam pembaharuan.
Dalam hubungannya dengan akal pikiran, Rasyid ridha berpendapat
bahwa derajat akal itu lebih tinggi, akan tetapi hanya dapat dipergunakan
dalam masalah kemasyarakatan saja, tidak dapat dipergunakan dalam
masalah ibadah. Diantara aktivis beliau dalam bidang pendidikan antara
lain membentuk lembaga yang dinamakan dengan “al-dakwah wal
irsyad” pada tahun 1912 di kairo.
Rasyid Ridha sebagai ulama yang selalu menambah ilmu pengetahuan
dan selalu berjuang selama hayatnya, ia meninggal pada tanggal 23
jumadil ula 1354/ 22 agustus 1935, ia meninggal dunia dengan aman
sambil memegang Al-Qur’an ditangannya.

7. Pembaharuan Qasyim Amin


Qasyim Amin lahir dipinggiran kota Kairo pada tahun 1863, ayahnya
keturunan Qurdi, tetapi menetap di Mesir, ia belajar hukum di Mesir
kemudian melanjutkan ke Perancis sebagai mahasiswa tugas belajar dari
pemerintah untuk memperdalam ilmu hukum, setelah selesai dan pulang
ke Mesir ia bekerja pada pengadilan Mesir. Dalam hal pembaharuan di
masyarakat ia lebih mengutamakan dalam hal memperbaiki nasib
wanita.
Ide Qasyim Amin yang banyak menimbulkan reaksi di zamannya ialah
pendapat bahwa penutupan wajah wanita bukanlah ajaran Islam.
Tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist adalah ajaran yang
mengatakan bahwa wajah wanita murupakan aurat dan oleh karena itu
harus ditutup. Penutupan wajah adalah kebiasaan yang kemudian
dianggap sebagai ajaran Islam. Dan karena kritik dan protes terhadap ide
inilah Qasyim Amin melihat bahwa ia perlu memberi jawaban yang
keluar dalam bentuk buku bernama al-mar’ah al-jadilah (“wanita
modern”). Ide-ide ini, tentu ada yang setuju dan ada pula yang tidak
setuju,

D. Dampak pembaharuan dalam islam

Dampak negatif:
Adanya percampuran pemahaman yang keliru yang kemudian diikuti
oleh masyarakat muslim. Lebih maraknya orang-orang yang berkedok
agama untuk memenuhi ambisi pribadinya.

Dampak positif:
Semakin semaraknya syiar Islam dalam berbagai bidang di berbagai
negara. Masyarakat muslim semakin sadar akan berbagai peninggalan
kebudayaan Islam yang menjadi sumbangan besar bagi kebudayaan
dunia secara umum.

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama
yang secara langsung berpengaruh terhadap perilaku dan
perkembangan anak didik. Keluarga adalah wadah yang pertama
dan utama dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam.
2. Sekolah adalah lanjutan dari pendidikan keluarga yang mendidik
lebih fokus,teratur dan terarah.
3. Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan anak yang ketiga
setelah sekolah. Peran yang dapat dilakukan oleh masyarakat
adalah bagaimana masyarakat bisa memberikan dan menciptakan
suasana yang kondusif bagi anak, remaja dan pemuda untuk
tumbuh secara baik.

B. SARAN
Kami bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari
pembaca. Kami akan menerima kritik dan saran tersebut sebagai
bahan pertimbangan yang memperbaiki makalah ini di kemudian
hari. Semoga makalah berikutnya dapat kami selesaikan dengan
hasil yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, “Pembaharuan Islam (Memahami Makna, Landasan, dan Substansi

Metode)“ dalam jurnal Studi dan Budaya, (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2004)

subair3.wordpress.com/2020/09/30/pemurnian-dan-pembaruan-di-dunia-muslim

Anda mungkin juga menyukai