Dan ucapan terima kasih kepada dosen AIK kami yang telah memberikan
banyak arahan dan bimbingan kepada kami menjadi mahasiswa yang berahlak
berlandaskan aturan Islam.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Kelompok 7
BAB 1
Pendahuluan
1.1 LATAR BELAKANG
Persyarikatan Muhammadiyah yang melintasi perjalanan usia satu abad
senantiasa bersinggungan dan memiliki kaitan dengan berbagai permasalahan yang
sedang dihadapi oleh umat manusia saat ini, baik dalam lingkup nasional maupun
global, termasuk di dalamnya dinamika kehidupan umat Islam. Posisi Muhammadiyah
dalam dinamika dan permasalahan kehidupan nasional, global, dan dunia Islam
sebagaimana digambarkan di atas dibingkai dan ditandai dengan lima peran yang
secara umum menggambarkan misi Persyarikatan. Kelima peran tersebut adalah
sebagai berikut:
Pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid terus mendorong tumbuhnya gerakan
pemurnian ajaran Islam dalam masalah yang baku (al-tsawabit) dan pengembangan
pemikiran dalam masalah-masalah ijtihadiyah yang menitikberatkan aktivitasnya pada
dakwah amar makruf nahi munkar.
Kedua, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dengan semangat tajdid yang
dimilikinya terus mendorong tumbuhnya pemikiran Islam secara sehat dalam berbagai
bidang kehidupan. Pengembangan pemikiran Islam yang berwatak tajdid
tersebut sebagai realisasi dari ikhtiar mewujudkan risalah Islam sebagai rahmatan lil-
alamin yang berguna dan fungsional bagi pemecahan permasalahan umat, bangsa,
negara, dan kemanusiaan dalam tataran peradaban global.
Ketiga, sebagai salah satu komponen bangsa, Muhammadiyah bertanggung jawab atas
berbagai upaya untuk tercapainya cita-cita bangsa dan Negara Indonesia, sebagaimana
dituangkan dalam Pembukaan Konstitusi Negara.
Keempat, sebagai warga Dunia Islam, Muhammadiyah bertanggung jawab atas
terwujudnya kemajuan umat Islam di segala bidang kehidupan, bebas dari
ketertinggalan, keterasingan, dan keteraniayaan dalam percaturan dan peradaban
global.
Kelima, sebagai warga dunia, Muhammadiyah senantiasa bertanggungjawab atas
terciptanya tatanan dunia yang adil, sejahtera, dan berperadaban tinggi sesuai dengan
misi membawa pesan Islam sebagai rahmatan lil-alamin.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Seperti ditulis oleh Drs. H Ibnu Djarir, wakil ketua Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Jawa Tengah. Persyarikatan Muhammadiyah bertekad makin
memperkukuh diri sebagai gerakan tajdid atau pembaruan. Baik pemikiran
maupun gerakan, sepertinya merupakan karakteristik utama organisasi Islam
modern ini. Alasannya, masyarakat selalu berubah, ilmu pengetahuan dan
teknologi selalu berkembang maju dan alam sekitar pun mengalami perubahan.
Menurut paham Muhammadiyah, tajdid mempunyai dua pengertian, ibarat dua
sisi dari satu mata uang. Pertama, mengandung pengertian purifikasi dan
reformasi. Yaitu pembaruan dalam pemahaman dan pengamalan ajaran Islam
ke arah keaslian dan kemurniannya sesuai dengan Alquran dan As-Sunnah Al-
Maqbulah. Dalam pengertian pertama ini diterapkan pada bidang akidah dan
ibadah mahdhah. Kedua, mengandung pengertian modernisasi atau dinamisasi (
pengembangan ) dalam pemahaman dan pengamalan ajaran Islam sejalan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan masyarakat.
Pengertian yang kedua diterapkan pada masalah muamalah duniawi. Tajdid
dalam pengertian ini sangat diperlukan, terutama setelah memasuki era
globalisasi, karena pada era ini bangsa-bangsa di dunia rnengalami interaksi
antar budaya yang sangat kompleks. Dari segi bahasa, tajdid berarti
pembaharuan, dan dari segi istilah, tajdîd memiliki dua arti, yakni:
1. Pemurnian;
Dalam arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam
yang berdasarkan dan bersumber kepada al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shohihah.
Dalam arti “peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya”,
tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran, pengamalan, dan perwujudan ajaran Islam
dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shahihah. Untuk
melaksanakan tajdid dalam kedua pengertian istilah tersebut, diperlukan aktualisasi
akal pikiran yang cerdas dan fitri, serta akal budi yang bersih, yang dijiwai oleh ajaran
Islam. Menurut Persyarikatan Muhammadiyah, tajdid merupakan salah satu watak
dari ajaran Islam.
Istilah Tajrid berasal dari bahasa Arab berarti pengosongan, pengungsian,
pengupasan, Pelepasan atau pengambil alihan (Atabik Ali, 1999:410). Sedangkan
tajrid dalam bahasa Indonesia berarti pemurnian. Istilah ini, tidak se populer ketika
menyebut istilah tajdid, sekalipun yang dimaksudkan adalah memurnikan hal-hal yang
bersifat khusus. Dalam ibadah kita tajrid, hanya mengikuti Nabi Muhammad saw dan
tidak ada pembaharuan. Sedang dalam muamalah kita tajdid, yakni melakukan
modernisasi dan pembaruan.
Tajdid dan Tajrid adalah dua konsep penting dalam sejarah intelektual
Islam yang muncul sebagai respons terhadap perubahan sosial, politik, dan
intelektual pada masanya. Berikut latar belakang munculnya keduanya:
1. Tajdid (Pembaruan)
Muncul sekitar abad ke-2 Hijriah (abad ke-8 Masehi) saat dunia Muslim
menghadapi berbagai perubahan. Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah
menghadapi tantangan internal dan eksternal, dan masyarakat Islam
mengalami keraguan dalam pemahaman agama dan budaya.
Para ulama dan pemikir mulai merasa perlunya pembaruan dalam
pemahaman agama dan praktik keagamaan untuk menghadapi tantangan
zaman. Munculnya pemikiran-pemikiran pembaru seperti Imam al-Shafi'i
dalam bidang fiqh (hukum Islam) dan para filsuf seperti Al-Kindi dan Al-
Farabi dalam bidang filsafat Islam yang berusaha untuk menyempurnakan
dan memperbarui pemahaman Islam.
Munculnya gerakan pembaruan ini sebagai solusi bagi umat Islam di
Indonesia yang dianggap telah tercampur dengan syirik dan bidah. Selain itu,
pembaruan di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menandai proses
Islamisasi yang terus berlangsung. Salah satu tokoh pembaruan di Indonesia
adalah KH Ahmad Dahlan, yang melakukan pembaruan ajaran Islam
terutama di Jawa dengan mendirikan Muhammadiyah pada 12 November
1912.
Melalui Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan melakukan dakwah
kepada umat Islam di Yogyakarta dan sekitar keraton. Saat itu, KH Ahmad
Dahlan melihat bahwa umat Islam di Yogyakarta dan sekitar keraton telah
tercemar dengan ajaran syirik dan bidah. Selain Muhammadiyah, gerakan
pembaharuan ajaran Islam juga melahirkan organisasi agama, seperti
Persatuan Islam (Persis).
Persis didirikan di Bandung pada 1923 oleh sekelompok Islam yang berminat
dalam pendidikan dan aktivitas keagamaan yang dipimpin oleh Haji Zamzam
dan Haji Muhammad Yunus. Muhammadiyah dan Persis merupakan salah
satu organisasi agama yang menjadi pelopor pembaruan Islam di Indonesia.
2. Tajrid
1. model-model tadjid
Pertama, kongkrit dan produktif, yaitu melalui amal usaha yang
didirikan, hasilnya kongkrit dapat dirasakan dan dimanfaatkan oleh umat
Islam, bangsa Indonesia dan umat manusia di seluruh dunia. Suburnya amal
saleh di lingkungan aktivis Muhammadiyah ditujukan kepada komunitas
Muhammadiyah, bangsa dan kepada seluruh umat manusia di dunia dalam
rangka rahmatan lil alamin.
Kedua, tajdid Muhammadiyah bersifat terbuka. Maksud dari
keterbukaan tersebut, Muhammadiyah mampu mengantisipasi perubahan dan
kemajuan di sekitar kita. Dari sekian amal usahanya, rumah sakitnya
misalnya, dapat dimasuki dan dimanfaatkan oleh siapapun. Sekolah sampai
kampusnya boleh dimasuki dan dimanfaatkan oleh siapa saja. Kalau
Muhammadiyah mendirikan lembaga ekonomi dan usaha atau jasa, maka
yang menjadi nasabah, partner dan komsumennya pun bisa siapa saja yang
membutuhkan.
Ketiga, tajdid Muhammadiyah sangat fungsional dan selaras dengan
cita-cita Muhammadiyah untuk menjadikan Islam itu, sebagai agama yang
berkemajuan, juga Islam yang berkebajikan yang senantiasa hadir sebagai
pemecah masalah-masalah (problem solv), temasuk masalah
kesehatan,pendidikan, dan masalah sosial ekonomi.
Dengan Demikian model Tajdid dibagi dalam tiga bidang, yaitu :
1. Bidang keagamaan
2. Bidang Pendidikan
1. Segi cita-cita
Dari segi ini ingin membentuk manusia muslim yang baik budi, alim
dalam agama, luas dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan,
dan bersidia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
2. Segi teknik pengajaran
Dari segi ini lebih banyak berhubungan dengan cara penyelenggaraan
pengajaran. Dengan mengambil unsur-unsur yang baik dari sistem
pendidikan barat dan sistem pendidikan tradisonal, muhammadiyah berhasil
membangun sistem pendidikan sendiri. Seperti sekolah model barat yang
dimasukkan pelajaran agama didalamnya, sekolah agama dengan
menyertakan perlajaran umum.
Selain pembaharuan dalam pendidikan formal, Muhammadiyah juga
telah mempebaharui pendidika tradisional non formal yaitu pengajian.
Dimana yang semula pengajarnya hanya mengajar ngaji dan ibadah oleh
muhammadiyah diperluas dan pengajian di sistematiskan dan diarahkan pada
masalah kehidupan sehari-hari. Begitupula muhammadiyah telah
mewujudkan bidang bimbingaan dan penyuluhan agama dalam masalah-
masalah yang diperlukan dan mungkin bersifat pribadi.
Tajdid dan Tajrid adalah dua konsep penting dalam sejarah intelektual
Islam yang muncul sebagai respons terhadap perubahan sosial, politik,
dan intelektual pada masanya. Berikut latar belakang munculnya
keduanya:
Tajdid (Pembaruan)
Muncul sekitar abad ke-2 Hijriah (abad ke-8 Masehi) saat dunia
Muslim menghadapi berbagai perubahan. Kekhalifahan Umayyah dan
Abbasiyah menghadapi tantangan internal dan eksternal, dan masyarakat
Islam mengalami keraguan dalam pemahaman agama dan budaya.
Para ulama dan pemikir mulai merasa perlunya pembaruan dalam
pemahaman agama dan praktik keagamaan untuk menghadapi tantangan
zaman. Munculnya pemikiran-pemikiran pembaru seperti Imam al-Shafi'i
dalam bidang fiqh (hukum Islam) dan para filsuf seperti Al-Kindi …
[14:31, 01/11/2023] wandaaa: Gerakan Muhammadiyah, yang didirikan
oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912, telah mengalami berbagai
perubahan dan perkembangan selama 100 tahun pertamanya. Di bawah
ini adalah beberapa poin utama tentang perkembangan gerakan
Muhammadiyah dalam 100 tahun pertamanya:
D. Pascakemerdekaan (1945-1970)
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945,
Muhammadiyah terlibat dalam pembentukan negara dan perbaikan sosial.
Peran Muhammadiyah dalam bidang pendidikan dan sosial semakin
diperkuat dengan pendirian berbagai sekolah dan rumah sakit.
Umat Islam lain dan pihak luar juga dapat memiliki rujukan yang jelas
apa dan bagaimana sebenarnya pandangan Muhammadiyah tentang Islam
yang bersifat komprehensif.
Kedua, mengembangkan konsep secara tuntas dan luas tentang Manhaj
Tarjih mengenai tiga pendekatan dalam memahami Islam yaitu bayani,
burhani, dan irfani. Pengembangan yang bersifat elaborasi terhadap
manhaj tarjih tersebut sangat diperlukan untuk memperluas cakrawala
metodologis dalam pengembangan pemikiran Islam di lingkungan
Muhammadiyah.