Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Pembaharuan Islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham
keagamaan Islam dengan dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi madern. Gerakan pembaharuan Islam merupakan
gerakan yang bertujuan untuk memperbaharui pemikiran atau pemahaman umat Islam
yang sudah menyimpang dari ajaran Islam untuk kembali pada pemahaman agama
yang sesuai dengan pemahaman dan pengamalan Rasulullah saw. dan bersumber pada
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses
pembaharuan Islam. Pertama faktor internal yaitu, faktor kebutuhan pragmatis umat
Islam yang sangat memerlukan satu sistem yang betul-betul bisa dijadikan rujukan
dalam rangka menjadikan muslim yang berkualitas, bertaqwa, dan beriman kepada
Allah. Kedua faktor eksternal adanya kontak Islam dengan barat juga merupakan
faktor terpenting yang bisa kita lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah menggugah
dan membawa perubahan pragmatik umat Islam untuk belajar secara terus menerus
kepada barat, sehingga ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan bisa
terminimalisir.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Tajdid?
2. Apa pengertian Pembaharuan Modernisme?
3. Apa pengertian Neo Modernisme?
4. Apa pengertian Revivalisme?
5. Apa pengertian Fundamentalisme?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari tajdid beserta tokoh-tokohnya
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari pembaharuan modernisme
beserta tokoh-tokohnya

1|Pemikiran Pembaharuan dalam Islam


3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari neo modernisme beserta tokoh-
tokohnya
4. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari revivalisme beserta tokoh-
tokohnya
5. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari fundamentalisme beserta
tokoh-tokohnya

2|Pemikiran Pembaharuan dalam Islam


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembaharuan dalam Islam


1. Tajdid
Pembaharuan Islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham
keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Dalam bahasa Arab, gerakan pembaharuan Islam
disebut tajdid, secara harfiah tajdid berarti pembaharuan dan pelakunya disebut
mujaddid. Ide kebangkitan (tajdid) ini pada dasarnya merupakan konsekuensi logis
dari ciri dasar ajaran Islam.1
Tajdid adalah Kata yang diambil dari bahasa Arab yang berkata dasar
"Jaddada-Yujaddidu-Tajdiidan" yang artinya memperbarui.2 Adapun kata tajdid,
yang berasal dari bahasa Arab ini, mengandung tiga makna yang saling berhubungan,
yaitu: (1) sesuatu yang diperbaharui itu sebelumnya sudah ada; (2) sesuatu itu telah
dimakan zaman sehingga mengalami kerusakan; (3) sesuatu itu kemudian
dikembalikan seperti keadaan semula, yaitu sebelum sesuatu itu rusak.3
Para teolog kristen menyebutnya “reformasi” (reformation) sementara para
teolog muslim menyebutnya “pembaruan” (tajdid). Reformasi dan pembaruan adalah
kata lain dari adaptasi, konsep kunci yang bisa menjelaskan bagaimana makhluk
hidup bisa bertahan menghadapi perubahan zaman.4 Tajdid intinya adalah pembaruan,
yakni pembaruan atas doktrin dan pemahaman agama yang dinilai tidak lagi sesuai
dengan semangat zaman.5
Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa tajdid adalah
pembaharuan dan penghidupan kembali dalam bidang keilmuan Islam dan aplikasi
sebagaimana pada zaman Rasullullah dan para sahabat. Yang selama ini sempat
hilang, terlupakan, bahkan terhapus dari tubuh umat Islam.

1
Achmad Jainuri. Orientasi Ideologi Gerakan Islam; Konservatisme, Fundamentalisme, Sekularisme, dan
Modernisme. (Surabaya: LPAM, 2004), h. 5
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Tajdid (di unduh pada 14 September 2015, pukul 21:27 WIB)
3
Moh. Asror Yusuf. Persinggungan Islam dan Barat, studi pandangan Badiuzzaman Said Nursi. (Kediri:STAIN
Kediri Press,2009), h. 3-4
4
Dawam Rahardjo, dkk. Pembaruan Pemikiran Islam Indonesia. (Jakarta: KEMI, 2011), h. 284
5
Dawam Rahardjo, dkk. Pembaruan Pemikiran Islam Indonesia. h. 286

3|Pemikiran Pembaharuan dalam Islam


2. Pembaharuan Modernisme
Istilah pembaharuan identik dengan modernisasi, yang berarti suatu proses
pergeseran sikap dan mental suatu warga masyarakat agar bisa hidup sesuai dengan
tuntutan hidup masa kini.6 Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung arti
fikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk merobah faham-faham, adat-istiadat,
institusi-institusi lama dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang
ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.7
Modernisasi identik dengan artian rasionalisasi. Maksudnya adalah proses
perombakan pola berpikir dan tatakerja lama yang akliah (rasional), dan
menggantikannya dengan pola berpikir dan tatakerja baru yang akliah. Yang
fungsinya untuk memperoleh daya guna dan efisiensi yang maksimal.8
Ciri penting dari paham modernisme adalah usaha pemurnian agama islam
dengan memberantas segala yang berbau khurofat dan bid’ah. Paham modern juga
ingin melepaskan diri dari ikatan madzhab dan membuka kembali pintu ijtihad.9
Umat islam sebenarnya telah maju selangkah meninggalkan budaya Abad
Pertengahan sejak menerima dan menyerap nilai-nilai modern dari Barat yang
pertama kali dibawa oleh Napoleon Bonaparte ketika datang ke Mesir. Modernisasi
dimulai secara militer dan kenegaraan oleh Mohammad Ali dan diteruskan oleh
Jamaluddin al-Afghani secara politik, serta dilanjutkan dengan modernisasi sosial-
budaya oleh Mohammad Abduh, sebenarnya telah membawa perubahan dan
kemajuan diseluruh Dunia Islam, termasuk di Indonesia. Namun, modernisasi Abduh
itu telah didahului dengan pembaharuan yang diprakarsai oleh Muhammad bin Abdul
Wahab di kawasan Masyriki, dan oleh Sanusi dikawasan Maghribi.10
Beberapa kategori dibuat untuk mengidentifikasi tipe-tipe pembaharuan,
seperti oleh Emad Eldin yang membagi tipe pembaharuan kedalam tiga kelompok
besar. Pertama, Islam Ortodok (misalnya Wahabiyah, Mahdiyah, dan Sanusiyah) yang
menolak Barat dan mengambil kembali serta berpegang teguh pada tradisi, yang
menganggap bahwa kehadiran Barat sebagai sebuah ancaman bagi identitas Islam.

6
Moh. Asror Yusuf. Persinggungan Islam dan Barat, studi pandangan Badiuzzaman Said Nursi. h. 2
7
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan), (Djakarta: Bulan Bintang,
1975), h.9
8
Nurcholish Madjid, Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 1987), Cet. I, h. 172.
9
Ahmad Amir Aziz, Neo Modernisme Islam di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 4
10
Dawam Rahardjo. Kritik Nalar Islamisme dan Kebangkitan Islam. (Jakarta: Freedom Institute, 2012), h.8

4|Pemikiran Pembaharuan dalam Islam


Kelompok ini menganggap modernisasi Barat sebagai anti-tesa dari nilai-nilai Islam.
Kedua, Sekuler-Liberal, yang menolak warisan sosial tradisional, dan menekankan
perlunya mengikuti modernisasi Barat. Ketiga, Muslim Revivalis-Reformis, yang
berusaha menggabungkan dua kebudayaan, Islam dan Barat. Kelompok ini misalnya
diwakili oleh Muhammad Abduh, Jamal al-Din al-Afghani, dan Rashid Ridha.11

3. Neo-Modernisme
Secara sederhana Neo Modernisme dapat diartikan dengan dengan “paham
modernisme baru”. Neo-modernisme digunakan untuk memberi identitas baru pada
kecendrungan pemikiran islam yang muncul sejak beberapa dekade terakhir sebagai
sintesis antara pola pemikiran tradisionalime dan modernisme.12 Neo-modernisme
merupakan tipologi pemikiran islam yang memiliki asumsi dasar bahwa islam harus
dilibatkan dalam pergulatan modernisme.13 Tetapi, dengan catatan, tanpa harus
meninggalkan tradisi lama yang sudah mapan. Dengan cara, memelihara tradisi lama
yang baik dan mengambil hal-hal yang baru yang lebih baik.14
Menurut Nor Cholish Madjid, slogan paham modernisme, yaitu kembali pada
Al Quran dan penentangan terhadap tradisi memiliki efek penolakan atas warisan
khazanah islam klasik. Sehingga, lanjut madjid, hal ini lah yang mengakibatkan
modernisme kekeringan intelektual.15
Atas dasar inilah Neo-modernisme muncul untuk menjembatani kedua paham
tersebut. Paham modernisme berpandangan bahwa paham tradisional dan modern
sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Karena itu. Neo-modernisme
berusaha menggabungan keduanya. Apa yang baik pada tradisional harus tetap
dipegang. Sebaliknya, apa yang baik pada paham modernis dapat dijadikan pijakan.
Istilah Neo-modernisme diperkenalkan oleh oleh Fazlurrahman, seorang tokoh
gerakan pembaharuan islam asal Pakistan. Konsep neo-modernisme Fazlurrahman
berusaha memahami pemikiran pemikiran islam dan barat secara padu. Karena, bagi
Rahman, islam menyimpan nilai-nilai modernitas jika dipahami secara utuh dan

11
Moh. Asror Yusuf. Persinggungan Islam dan Barat, studi pandangan Badiuzzaman Said Nursi. h. 4
12
Ahmad Amir Aziz, Neo Modernisme Islam di Indonesia, h. 15
13
Zuli Qodir, Pembaharuan Pemikiran Islam, Wacana Dan Aksi Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006), h. 66
14
Zuli Qodir, Pembaharuan Pemikiran Islam, Wacana Dan Aksi Islam di Indonesia, h. 66
15
Ahmad Amir Aziz, Neo Modernisme Islam di Indonesia, h. 7

5|Pemikiran Pembaharuan dalam Islam


menyeluruh. Bukan secara parsial yang justru akan melahirkan sikap eksklusif,
jumud, dan intoleran terhadap agama lain.
Adapun tokoh neo-modernisme ialah Fazlur Rahman, Sayyed Hossein Nashr,
Abul Ala Al-Maududi, Sayyid Qutb dan Gerakan Ikhwanul Mukminin Hassan al-
Banna, Harun Nasution, Mukti Ali, Norcholis Madjid, Munawir Syadzali, Dawa
Raharjo, Djohan Efendi, Kuntowijoyo dan Abdurrahman Wahid.

4. Revivalisme
Revivalisme Islam diartikan kebangkitan kembali Islam.16 Revivalisme Islam
atau kebangkitan Islam merupakan suatu fenomena yang menjadi perbincangan
menarik di kalangan umat Islam. Dalam perjalanan sejarah, umat Islam mengalami
masa kejayaan dan juga masa kemunduran. Di sisi lain, bangkitnya Negara-negara
yang berbasis Islam merupakan gerakan awal dari kebangkitan Islam secara
intrernasional.17
Kelompok revivalis, pemikiran ini muncul diakibatkan adanya rasa keprihatinan
yang dalam mengenai keterpurukan kaum muslimin. Sehingga hadirlah suatu gerakan
pembaharuan yang mencoba mengangkat kembali derajat kaum muslimin. Gerakan
mereka terutama berusaha menghindarkan umat Islam dari praktek tahayul dan
khurofat dengan cara kembali kepada ajaran sumber utama Islam; Al-Qur’an dan
Sunnah. Sebagai pembeda pemikiran kaum revivalis dengan pemikiran selanjutnya
(modernis), mereka tidak mendasarkan pembaharuannya kepada konsep-konsep
Barat. Tokoh sentral gerakan ini menurut Rahman adalah Ibn Abdul Wahab yang
pada tahap selanjutnya menjelma menjadi kekuatan pemikiran besar yang disebut
Wahabi.

5. Fundamentalisme

Fundamentalisme adalah sebuah gerakan dalam sebuah aliran, paham atau


agama yang berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar
atau asas-asas (fondasi).18 Istilah fundamentalisme berasal dari kata fundamen, dalam

16
M.Imdadun Rahmat. Ideologi Politik PKS; dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen. (Yogyakarta: LKIS,
2008), h. 77-79.
17
Suhermanto Ja’far,. Pemikiran Modern dalam Islam. (Surabaya: IAIN SA Press. 2013), h.23
18
https://id.wikipedia.org/wiki/Fundamentalisme (di unduh pada 16 september 2015 pukul 20:33 WIB)

6|Pemikiran Pembaharuan dalam Islam


kamus besar bahasa Indonesia yang berarti pondasi, dasar, pokok dan asas.
Fundamental secara hakkikat bersifat dasar, bersifat pokok. Sedangkan fundamentalis
adalah penganut gerakan keagamaan yang bersifat kolot, dan fundamentalisme adalah
paham yang cenderung untuk memperjuangkan sesuatu secara radikal.

Berbicara mengenai istilah fundamentalisme, banyak yang mengakui bahwa


penggunaan istilah fundamentalisme itu problematik dan tidak tepat. Istilah ini seperti
dikatakan William Montgomery Watt, pada dasarnya merupakan suatu istilah Inggris
kuno kalangan Protestan yang secara khusus diterapkan kepada orang-orang yang
berpandangan bahwa al-Kitab harus diterima dan ditafsirkan secara harfiah. Watt
mendefinisikan bahwa kelompok fundamentalis Islam adalah kelompok muslimin
yang secara sepenuhnya menerima pandangan dunia tradisional serta berkehendak
mempertahankannya secara utuh.19 Kaum fundamentalis adalah mereka yang
mengacu kepada otentisitas. Otentisitas tersebut didapati pada kemurnian atau
keaslian ajaran, sedangkan keaslian dipercaya berada pada keyakinan dan cara berfikir
generasi awal hingga dua generasi sesudah masa Nabi dan Khulafa’ al-Rasyidun.20

Mengutip Bassam Tibbi, fundamentalisme Islam merupakan gejala ideologi


yang muncul sebagai respon atas masalah-masalah globalisasi, fragmentasi dan
benturan peradaban. Inilah gambaran betapa telah terjadi ketegangan dalam
pergumulan umat islam dengan modernitas, yakni berputar-putar pada masalah
keauntetikan dan kemodernan. Ketegangan ini terlimpah antara desa lawan kota, buta
huruf versus pendidikan, kepasrahan versus ambisi, kesalehan versus kemungkaran,
21
dan sebagainya.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa disamping sebagai kebangkitan dari


proses radikalisasi agama, kehadiran kaum fundamentalisme juga sebagai gerakan
protes terhadap hegemoni modernitas dan modernisme. Karena itu, kaum
fundamentalisme berambisi menawarkan pandangan dunia baru yang menciptakan
dunia bersandarkan pada nilai dan pengalaman relegius keagamaan.22

19
William Montgomery Watt, Fundamnetalime Islam dan Modernitas, (Jakarta: PT RajaGrafido Persada,
1997), h. 3-4
20
Dawam Rahardjo. Kritik Nalar Islamisme dan Kebangkitan Islam. h.12
21
Dawam Rahardjo, dkk. Pembaruan Pemikiran Islam Indonesia. h. 118
22
Dawam Rahardjo, dkk. Pembaruan Pemikiran Islam Indonesia. h. 120

7|Pemikiran Pembaharuan dalam Islam


Kalau ditilik kembali sejarah Islam ke belakang, maka gerakan Khawarij dapat
dikatagorikan sebagai gerakan fundamentalisme, karena ia memilki gagasan dasar
seperti di atas. Gerakan Khawarij yang muncul dari pertikaian Khalifah Ali bin Abi
Thalib dengan Muawiyah Ibn Abi Sufyan terkenal dengan prinsip-prinsip dan ekstrim,
seperti pernyataannya bahwa bagi mereka tidak ada hukum kecuali hukum Allah.
Azyumardi menamakan gerakan Khawarij sebagai gerakan fundamentalisme Islam
klasik.23 Gerakan ini ternyata mengilhami gerakan-gerakan fundamentalisme Islam
sepanjang sejarahnya.
Pada masa pra-modern muncul gerakan Wahhabi di semenanjung Arabia di
bawah pimpinan Muhammad Ibn Abd al-wahhab (1703-1792). Dengan banyak
dipengaruhi oleh gagasan-gagasan Ibn Taimiyah, ia monggoyang pendulum
reformisme ke titik ekstrim, fundamentalisme Islam radikal. Bekerja sama dengan
kepala kabilah lokal di Nejd, Ibnu Sa’ud (w.1765), ia melancarkan jihad kepada kaum
Muslim yang dipandang telah menyimpang dari ajaran Islam yang murni, yang
menurutnya mempraktekkan bid’ah, khurafat, takhayyul dan semacamnya.
Fundamentalisme Wahhabi tidak hanya berupa purifikasi tauhid, tetapi juga
pertumpahan darah dan penjarahan Mekkah dan Madinah yang diikuti pemusnahan
monumen-monumen historis yang mereka pandang sebagai praktek-praktek
menyimpang. Gerakan ini ternyata menjadi prototype gerakan-gerakan
fundamentalisme Islam di kawasan Muslim lainnya ketika itu. Azyumardi
menipologikan gerakan ini sebagai fundamentalisme Islam Pra-Modern.24

23
Azyumardi Azra, Pergolakan politik Islam, Dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post Modernisme,
(Jakarta: Paramadina, 1996), h. 111
24
Azyumardi Azra, Pergolakan politik Islam, Dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post Modernisme, h.
112-114

8|Pemikiran Pembaharuan dalam Islam


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebelum memasuki era modernisasi Islam, umat Islam berada pada masa statis
dan kemunduran, dimana salah satu penyebabnya adalah masuknya Islam pada ke
Jumud-an yang berakibat pada bekunya alam pemikiran dan pengetahuan. Kemudian
adanya interaksi dengan Barat membuka mata umat Islam akan ketertinggalan mereka
dan mendorong untuk melakukan modernisasi Islam.
Istilah pembaharuan identik dengan modernisasi, yang berarti suatu proses
pergeseran sikap dan mental suatu warga masyarakat agar bisa hidup sesuai dengan
tuntutan hidup masa kini. Dalam Bahasa Arab, modernisasi sering diartikan dengan
tajdid, artinya memperbaharui.
Kemudian muncul lah tipologi pembaharuan dalam Islam, seperti: Neo
Modernisme, Revivalisme dan Fundamentalisme.
Neo-modernisme merupakan tipologi pemikiran islam yang memiliki asumsi
dasar bahwa islam harus dilibatkan dalam pergulatan modernisme. Tetapi, dengan
catatan, tanpa harus meninggalkan tradisi lama yang sudah mapan. Dengan cara,
memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil hal-hal yang baru yang lebih baik.
Adapun tokoh noe-modernisme ialah Fazlur Rahman, Sayyed Hossein Nashr, Abul
Ala Al-Maududi, Sayyid Qutb dan Gerakan Ikhwanul Mukminin Hassan al-Banna,
Harun Nasution, Mukti Ali, Norcholis Madjid, Munawir Syadzali, Dawa Raharjo,
Djohan Efendi, Kuntowijoyo dan Abdurrahman Wahid.
Revivalisme, pemikiran ini muncul diakibatkan adanya rasa keprihatinan yang
dalam mengenai keterpurukan kaum muslimin. Sehingga hadirlah suatu gerakan
pembaharuan yang mencoba mengangkat kembali derajat kaum muslimin. Tokoh
pemikiran ini adalah Ibn Abdul Wahab yang pada tahap selanjutnya menjelma menjadi
kekuatan pemikiran besar yang disebut Wahabi.
Fundamentalisme, adalah kelompok muslimin yang secara sepenuhnya
menerima pandangan dunia tradisional serta berkehendak mempertahankannya secara
utuh.

9|Pemikiran Pembaharuan dalam Islam


DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Ahmad Amir. 1999. Neo Modernisme Islam di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta
Azra, Azyumardi. 1996. Pergolakan politik Islam, Dari Fundamentalisme, Modernisme
Hingga Post Modernisme, Jakarta: Paramadina
Ja’far, Suhermanto. 2013. Pemikiran Modern dalam Islam. Surabaya: IAIN SA Press
Jainuri, Achmad. 2004. Orientasi Ideologi Gerakan Islam; Konservatisme,Fundamentalisme,
Sekularisme, dan Modernisme. Surabaya: LPAM
Madjid, Nurcholish. 1987. Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan
Nasution, Harun. 1975. Pembaharuan Dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan),
Djakarta: Bulan Bintang
Qodir, Zuli. 2006. Pembaharuan Pemikiran Islam, Wacana Dan Aksi Islam di Indonesia,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rahardjo. Dawam. 2012. Kritik Nalar Islamisme dan Kebangkitan Islam. Jakarta: Freedom
Institute
Rahardjo, Dawam., dkk. 2011. Pembaruan Pemikiran Islam Indonesia. Jakarta: KEMI
Rahmat, M. Imdadun. 2008. Ideologi Politik PKS; dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen.
Yogyakarta: LKIS
Watt, William Montgomery. 1997. Fundamnetalime Islam dan Modernitas, Jakarta: PT
RajaGrafido Persada
Yusuf, Moh. Asror. 2009. Persinggungan Islam dan Barat, studi pandangan Badiuzzaman
Said Nursi. Kediri: STAIN Kediri Press
https://id.wikipedia.org/wiki/Tajdid
https://id.wikipedia.org/wiki/Fundamentalisme

10 | P e m i k i r a n Pembaharuan dalam Islam

Anda mungkin juga menyukai