Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki kewajiban, salah satunya terhadap sesama manusia

yang merupakan kehendak keadilan itu sendiri. Memenuhi kewajiban kepada

sesama manusia, sebab asal usul kita satu dari satu turunan, satu tabiat yaitu

kemuliaan.1Di dalam Islam manusia diperintahkan oleh Allah untuk melakukan

perbuatan mulia, untuk menentukan perkembangannya dilakukan dengan cara

merealisasikan dalam bentuk pergerakan-pergerakan, salah satunya dengan

gerakan Pembaharuan. Gerakan Pembaharuan pemikiran Islam biasa juga disebut

sebagai gerakan pemikiran Islam modern, reformasi Islam dan sebagainya.2

Istilah pembaharuan identik dengan modernisasi, reformasi, tajdid, dan

ishlah. Modernisasi berasal dari kata modern. Secara etimologi modern diartikan

terbaru, mutakhir, sedangkan secara terminologi berarti sikap, cara berpikir, serta

bertindak sesuai dengan tuntutan zaman.3

Pembaharuan dalam Islam mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan

usaha untuk merubah faham-faham, adat Istiadat, institusi-institusi lama dan

sebagainya, agar semuanya itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan

keadaan baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan modern yang sesuai

1
Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: Republika, 2016), h. 157
2
Burhanuddin Daya, Gerakan Pembaharu Pemikiran Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogyakarta, 1990), Cet. 1, h. 45
3
Abdul Qodir, Jejak Langkah Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia, (Bandung:CV
Pustaka Setia, 2005), h. 17

1
2

dengan al-Qur’an dan Sunnah.4 di dalam Islam terdapatnya ajaran yang bersifat

mutlak yang tidak dapat diubah-ubah, yang dapat diubah hanyalah ajaran yang

bersifat tidak mutlak, yaitu penafsiran atau interpretasi dari ajaran-ajaran yang

bersifat mutlak itu. Pembaharuan dapat dilakukan melalui interpretasi atau

penafsiran dalam aspek-aspek teologi, hukum, politik, dan lainnya.5

Dalam Ensiklopedia Islam Indonesia, pembaharuan dalam Islam berarti

upaya atau aktivitas untuk mengubah kehidupan umat Islam menjadi kehidupan

baru yang lebih baik.6 Reformasi Islam adalah usaha mengungkapkan nilai-nilai

yang esensial dan menjelaskan hal-hal yang berkaitan erat dengan Islam yang

salah ditafsirkan oleh orang-orang, atau suatu pemikiran atau metode atau sistem

yang berdasarkan atas kritik yang konstruktif yang hanya mengakui satu nilai

yaitu nilai Islam untuk menuntun umat Islam.7

Islam sebagaimana dijumpai dalam sejarah, ternyata tidak sesempit yang

dipahami pada umumnya. Dalam sejarah terlihat bahwa Islam yang bersumber

pada al-Qur’an dan as-sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan

masyarakat luas.8

4
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992) Cet. Ke. 9,
h. 14
5
Ibid.
6
Harun Nasution Dkk. (ed), Ensiklopedia Islam Indonesi, (Jakarta:Jembatan, 1992), h.
760
7
Harun Nasution , Pembaharuan dalam Islam, op. cit., h. 46
8
Abuddin Nata, Ilmu Kalam, filsafat, dan Tasawuf, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,
1995), h. XI
3

Adapun arti lain dari kata pembaharuan ialah sebagai gerakan pembaharu

yang disponsori oleh Muhammad Abduh yang bertujuan menyadarkan kaum

muslimin dan membangkitkan Islam keluar dari kebekuan serta membersihkannya

dari unsur unsur yang tidak murni Islam.9

Kata Modern, modernisasi, dan modernism, sering digunakan dalam

bahasa Indonesia seperti yang terdapat pada kalimat “aliran-aliran modern dalam

Islam”. Modernisme dalam masyarakat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan,

dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama,

dan sebagainya, yang kemudian disesuaikan dengan suasana baru yang

ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.10

Dapat dipahami bahwa pembaharuan dalam Islam timbul pada periode

sejarah Islam yang disebut modern dan mempunyai tujuan untuk membawa umat

Islam kepada kemajuan, sehingga dalam hal ini segala hal yang melenceng dari

agama dan perbuatan yang menjadi kebiasaan dapat kembali diperbaharui sesuai

dengan ajaran Islam yang bersumber dari Allah SWT.11

Perpecahan yang terjadi di kalangan umat Islam, menjadi salah satu sebab

lain bagi lemahnya umat Islam, sebab lainya ialah masuknya adat istiadat dan

ajaran-ajaran bukan Islam ke dalam keyakinan umat Islam. Dalam hal ini

keyakinan umat Islam haruslah dibersihkan dari hal-hal yang asing ini agar

kembali kepada ajaran Islam yang sesungguhnya yang bersumber dari al-Qur’an

dan hadist.12

9
Burhanuddin Daya , op.cit., h. 46
10
Harun nasution,op. cit., h. 3
11
Ibid., h. 4
12
Ibid., h. 13
4

Atas dasar pengertian di atas dapatlah dinyatakan, bahwa yang dimaksud

dengan gerakan pembaharuan pemikiran Islam di sini adalah “usaha yang timbul

dan berkembang di berbagai negeri Islam untuk memberlakukan otoritas al-

Qur’an dan sunnah secara konsekuen agar umat islam dapat mengamalkan dan

menghayati kembali ajaran ajaran Islam yang murni dan suci dari segala noda

yang mencemarinya dengan jalan menghidupkan lagi semangat ijtihad dan

meninggalkan sama sekali kebiasaan taklid dalam segala bidang untuk

memperkuat daya juang Islam melawan pengaruh dari luar dan memberantas

penyelewengan moral dan sosial serta kebobrokan umum yang telah

menjerumuskan umat Islam.

Pembaharuan dalam Islam dimungkinkan oleh kehendak dari dalam, dan

arus perubahan dari luar. Yang dimaksud kehendak dari dalam, adalah sebab

ajaran Islam itu sendiri yang menghendaki pembaharuan, al-Qur’an dan hadis

mendorong umatnya untuk berjihad sebagai dasar pembaharuan.13

Sesuai dengan itu A. Mukti Ali lebih lanjut mengemukakan lima proyek

dan aktivitas gerakan islam modern itu, yaitu :

1) Membersihkan Islam di Indonesia dari segala pengaruh dan kebiasaan yang

bukan Islam.

2) Revolmulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern.

3) Revormasi ajaran ajaran pendidikan Islam.

4) Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan serangan dari luar.

13
Tamrin Kamal, Purifikasi Ajaran Islam Pada Masyarakat Minangkabau, (
Padang:Angkasa raya, 2006), h. 28
5

5) Melepaskan Indonesia dari belenggu penjajahan.14

Pada awal abad ke-19 M di Minangkabau lahir suatu gerakan Pembaruan

agama Islam yang populer dengan gerakan Paderi. Pembaharuan terhadap

kehidupan masyarakat Minangkabau yang telah bergelimang ke dalam lumpur

kemaksiatan, mula-mula timbul dari ulama-ulama Islam yang sudah tahu akan

tugas dan kewajibannya terhadap sesama manusia dan masyarakat. 15

Ada beberapa orang ulama yang demikian terdapat di Minangkabau pada

akhir abad ke-18. Diantara tokoh pembaharuan yang terkenal itu adalah Tuanku

Nan Tuo, Tuanku Nan Renceh, dan tiga orang haji (Haji Sumanik, Haji Piobang,

Hajo Miskin). Ketiga orang haji yang baru pulang dari mekah itu terpengaruh oleh

faham Wahabi yang muncul di Arabia pada pertengahan abad ke-18. Sewaktu

mereka melihat sendiri praktek-praktek pemeluk agama Islam di Minangkabau,

mereka sangat sedih dan segera berusaha memperbaikinya menurut cara kaum

Wahabbi di tanah Arab.16

Lambat laun gerakan tersebut dapat meluas ke beberapa daerah

Minangkabau dan di setiap daerah dipimpin oleh Tuanku. Daerah yang paling

intensif menyebarkan ajaran tersebut adalah Rao dan Alahan Panjang (Bonjol)

kabupaten Pasaman. Di daerah Bonjol inilah didirikan sebuah Benteng pertahanan

Paderi yang berfungsi untuk menghindari serangan kolonial Belanda. dipimpin

oleh Tuanku Imam Bonjol, yang merupakan generasi kedua gerakan Paderi yang

14
Burhanuddin Daya, op. cit., h. 47-49
15
Mardjani Martamin, Tuanku Imam Bonjol, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1985), h. 22
16
Ibid., h. 23-25
6

menerapkan pola Pembaharuan dan setelah membangun benteng tersebut, Tuanku

Imam Bonjol mampu membangun negeri Bonjol.17

Tuanku Imam Bonjol merupakan seorang ulama keluaran surau dan

pejuang Indonesia yang pertama menulis “Otobiografi”, sebagai memoir, atau

memori, seperti tulisan Stuers yang berjudul “Memorie van Toeankoe Imam

Bonjol”. Oleh sebab itu masuk akal bahwa kajian tentang otobiografi ini dapat

memberi kunci jawaban yang mengungkapkan apa artinya suatu “generasi” yang

telah sadar sebagai bahan cara berfikir yang di dalam masa lampau, masa kini, dan

masa yang akan datang.18

Situasi kehidupan masyarakat Minangkabau sebelum tuanku Imam Bonjol

dilahirkan atau dimasa beliau menuju dewasa sangat memburuk, adat yang buruk

ini sangat kuat hidupnya dalam masyarakat Minangkabau meskipun pada masa

sebelumnya pada kebudayaan Minangkabau telah terjadi percampuran yang serasi

antara ajaran Islam dengan adat Minangkabau. Sesuai dengan falsafah

Minangkabau “Adat basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”, akan tetapi

perkawinan antara adat dengan ajaran Islam ini lambat laun beralih dan ajaran

Islam menjadi banyak ditinggalkan oleh masyarakat, hal ini disebabkan oleh

memudarnya ajaran Islam yang tergantikan oleh kebiasaan orang Minangkabau

yang semakin hari semakin melenceng dari agama, maka pada masa berikutnya

17
Bonjol berasal dari kata Indonesia yang berarti “benjolan atau tonjolan”. Nama itu
adalah sebuah simbolisme khusus yang bermakna bahwa daerah itu dibangun untuk
memperertahankan pranata Islam yang benar, untuk melawan tindakan jahat atau tindakan diluar
hukum dan untuk menganjurkan kepada semuaorang yang tidak melakukan tindakan yang tidak
adil, tidak benar, dan baik.
18
Sjafnir Aboe Nain, Tuanku Imam Bonjol, (Padang: Esa Padang, 2008), h. Viii
7

kehidupan budaya yang nampak adalah kehidupan yang berbau maksiat,

kemerosotan moral dan semacamnya.

Demikian Tuanku Imam Bonjol dibesarkan mulai lahir sampai meningkat

dewasa dalam budaya adat Minangkabau yang lepas dari ajaran Islam. Akan tetapi

karena Tuanku Imam Bonjol merupakan seorang yang berpendidikan dan

berpendirian teguh dan tidak mudah terpengaruh oleh masyarakat sekitarnya,

maka justru melihat situasi yang demikian itu ia menjadi prihatin dan bercita-cita

untuk memperbaiki kelak jika sudah memiliki kemampuan untuk itu.19

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut beliau bergabung dengan ulama-

ulama yang masuk dalam gabungan persatuan Tuanku Nan Salapan. Berdirinya

persatuan tersebut menggetarkan hati kaum adat. Gerakan kaum Paderi ialah

gerakan yang mana pemimpin-pemimpinya menggunakan pakaian serba putih.

Daerah paderi makin luas dan hampir seluruh Minangkabau dikuasiai oleh kaum

Paderi. Tuanku Imam Bonjol disebut sebagai seorang tokoh gerakan Pembaharu

Islam, dan seorang pemimpin Paderi yang berhasil mengembangkan perdagangan

di pantai barat, pantai timur sampai ke Tapanuli Selatan. Ia juga seorang ahli

Benteng yang terkenal dengan nama Bonjol di Minangkabau. 20

Tuanku Imam Bonjol diakui sebagai pahlawan dalam perjuangan

pembaharuan masyarakat berdasarkan syariat Islam dan menentang kolonialisme

Belanda. Namanya terkenal sebagai ahli pembangunan Benteng dan strategi

perang rakyat semesta. Ia diangkat sebagai pahlawan nasional dengan surat

keputusan Presiden No. 087/TK, 6 November 1973.

19
Ibid., h. 22
20
Mas’oed Abidin, Pergerakan Pemikiran Islam di Minangkabau, h. 78
8

Imam Bonjol telah melakukan perubahan besar melalui benturan nilai

Islam terhadap tradisi masyarakat Minangkabau. Ia juga dikenal sebagai tokoh

gerakan pembaru Islam, lain hal Imam Bonjol juga di sebut sebagai pencetus

lahirnya falsafah hidup orang Minang. Nilai falsafah itu adalah “adat basandi

syarak” (adat berdasarkan agama), dan “syarak basabdi Kitabullah” (agama

berdasarkan Kitabullah).21

Berkaitan dengan perjuangan tokoh Tuanku Imam Bonjol yang memiliki

peran penting di masa silam, bahwa lebih dalam Tuanku Imam Bonjol bukan

hanya seorang tokoh kemerdekaan saja, namun lebih dari pada itu. dari beberapa

sumber yang penulis temukan bahwa dapat dikatakan beliau termasuk ke dalam

salah satu tokoh pembaharu Islam di Minangkabau.

Dengan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka penulis

tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai relasi Islam dan Adat dalam

pemikiran pembaharuan Tuanku Imam Bonjol dan perjuangannya pada gerakan

paderi di minangkabau. Menurut penulis dari permasalahan di atas tanpak bahwa

pembaharuan yang muncul berusaha untuk merubah dan mempengaruhi

pemahaman dan pola fikir masyarakat Minangkabau pada abad ke-19 yang tidak

sesuai dengan ajaran Islam.

Hasil penelilitan ini lebih lanjut diharapkan dapat memberikan kontribusi

terhadap pengetahuan masyarakat Minangkabau, dan penulis berharap dapat

meningkatkan wawasan, serta mengingatkan kembali pemikiran peneliti dan

pembaca bahwa terdapatnya tokoh yang memberikan pengaruh dan sumbangsih

21
Ibid., h. 85-86.
9

besar dalam memperjuangkan agama, kultur budaya, dan kedudukan masyarakat

minangkabau.

Dengan penelitian ini diharapkan bukan hanya sekedar akan

menggambarkan tindakan-tindakan luhur Tuanku Imam Bonjol itu saja, namun

juga dari seluruh tindakan itu kita dapat mengambil manfaatnya agar dapat

dituangkan kembali dalam mengatasi segala kesulitan kehidupan masyarakat yang

sedang kita hadapi dewasa ini. Dengan peneliti ini pun diharapkan mencoba

mengungkap gambaran yang lebih utuh tentang tokoh Tuanku Imam Bonjol

sendiri dan bagaimana perannya dalam Pembaharuan Islam di Minangkabau.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, adapun rumusan masalah


dalam skripsi ini adalah “ Relasi Islam dan Adat dalam Pemikiran
Pembaharuan Tuanku Imam Bonjol dan Perjuangannya Pada Gerakan Paderi
Di Minangkabau”

2. Batasan Masalah

Agar penelitian yang penulis lakukan ini menjadi terarah dan sesuai

dengan apa yang telah dirumuskan, untuk itu batasan-batasan masalahnya

sebagai berikut:

a. Bagaimana pembaharuan Tuanku Imam Bonjol dalam bidang

Keagamaan?

b. Bagaimana pembaharuan Tuanku Imam Bonjol di bidang Politik dan

Ekonomi?
10

c. Bagaimana Implikasi Perjuangan Tuanku Imam Bonjol di

Minangkabau Pasca dilakukannya Pembaharuan ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Apapun kegiatan yang kita lakukan, tentunya memiliki tujuan dan kegunaan

tersendiri. Adapun tujuan dan kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan Penelitian:

a. Untuk mengetahui bagaimana pembaharuan Tuanku Imam Bonjol dalam

bidang keagamaan.

b. Untuk mengetahui bagaimana pembaharuan Tuanku Imam Bonjol di

bidang Politik dan Ekonomi.

c. Untuk mengetahui bagaimana Implikasi Perjuangan Tuanku Imam Bonjol

di Minangkabau Pasca dilakukannya Pembaharuan.

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat akademis guna

mencapai gelar sarjana pada jurusan Aqidah dan Filsafaat Islam fakultas

Ushuluddin.

b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis serta pembaca

tentang Bagaimana perjuangan dan pemikiran pembaharuan Tuanku

Imam Bonjol dalam gerakan paderi di Minangkabau

c. Sebagai sumber untuk memahami perjuangan dan pemikiran

pembaharuan Tuanku Imam Bonjol dalam gerakan paderi di


11

Minangkabau dan pembanding untuk jenis penelitian yang sama dengan

objek yang berbeda.

D. Penjelasan Judul

Untuk memudahkan dalam memahami permasalahan yang akan dibahas,

maka penulis akan menjelaskan judul yang terkandung dalam skripsi ini.

“Relasi Islam dan Adat dalam Pemikiran Pembaharuan Tuanku Imam

Bonjol dan Perjuangannya Pada Gerakan Paderi di Minangkabau” diartikan

sebagai hubungan, ikatan, atau pertalian agar antara Islam dan Adat dapat

menyatu dan sejalan. sehingga segala yang dilakukan oleh umat manusia di dalam

adat-tradisi sejalan dengan ajaran syariat Islam dengan suatu usaha untuk

mencapai tujuan, yang dilakukan dengan menempuh berbagai kesulitan serta

dilakukan dengan kekuatan fisik maupun kekuatan mental.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia dari departemen pendidikan dan

kebudayaan mengartikan bahwa perjuangan adalah :

1) Perkelahian (merebut sesuatu)

2) Usaha yang penuh kesukaran dan bahaya

3) Salah satu wujud interaksi sosial, termasuk persaingan,

pelanggaran dan konflik. 22

Dalam Esiklopedia Islam Indonesia, pembaharuan dalam Islam berarti

upaya atau aktivitas untuk mengubah kehidupan umat Islam menjadi kehidupan

22
Burhanuddin Daya, op. cit., h. 80
12

baru yang lebih baik. 23 Usaha yang timbul dan berkembang di berbagai negeri

Islam untuk memberlakukan otoritas Al-Qur’an dan Sunnah secara konsekuen

agar umat Islam dapat mengamalkan dan menghayati kembali ajaran ajaran Islam

yang murni dan suci dari segala noda yang mencemarinya dengan jalan

menghidupkan lagi semangat ijtihad dan meninggalkan sama sekali kebiasaan

taklid dalam segala bidang untuk memperkuat daya juang Islam melawan

pengaruh dari luar dan memberantas penyelewengan moral dan sosial serta

kebobrokan umum yang telah menjerumuskan umat islam.24 Serta gerakan Paderi

merupakan suatu gerakan yang dibentuk untuk memperbaharui pemikiran

masyarakat Minangkabau yang telah melenceng dari ajaran agama Islam yang

dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol.25

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini memang sudah banyak yang membahas dan meneliti hanya

saja dengan konsep yang berbeda. Diantaranya, penelitian Yenita Oktavia dengan

judul “Perjuangan Tuanku Imam Bonjol Dalam Gerakan Paderi di Tapanuli

Selatan”26. Penelitian Sumaidah dengan judul “Perjuangan Tuanku Imam Bonjol

di Minangkabau”27.

23
Harun Nasution Dkk. (ed), Ensiklopedia Islam Indonesi, (Jakarta:Jembatan, 1992), h.
760
24
Burhanuddin Daya, loc.cit
25
Sjafnier Aboe Nain, op. cit., h. 25
26
Yenita Oktavia, Tesis: “Perjuangan Tuanku Imam Bonjol dalam Gerakan Paderi di
Tapanuli Selatan”, (Yogyakarta: UIN Sunankalijaga, 2016)
27
Sumaidah, Tesis, “Perjuangan Tuanku Imam Bonjol”, (Surabaya: UIN Sunan Ampel,
1993)
13

Penelitian Haedar Nashir dengan judul “Purifikasi Islam dalam gerakan

Paderi di Minangkabau” Dan masih ada karya lain yang berhubungan dengan

tokoh Tuanku Imam Bonjol, namun setelah penulis telusuri belum ada penelitian

yang sama persis membahas Pembaharuan yang dilakukan oleh Tuanku Imam

Bonjol, baik dari metode maupun dari kajiannya sesuai dengan penelitian yang

penulis lakukan ini.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan melalui penelitian

kepustakaan (Library research) yaitu mengumpulkan data yang dilakukan

dengan cara mencari informasi, yang terdapat di perpustakaan dan studi

penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan

laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.

Dapat pula berupa pemikiran atau gagasan dari seorang tokoh yang terdapat

dalam karyanya maupun karya orang lain yang membahasnya serta melihat

implementasinya di lapangan.28

2. Sumber Data

Untuk mendapatkan data dan informasi dalam penelitian ini maka

penulis mencoba memperoleh data dari buku atau kepustakaan UIN Imam

Bonjol Padang, dan dari beberapa pustaka lainnya, serta memperoleh data

dari museum Tuanku Imam Bonjol yang terdapat di Bonjol (Pasaman

28
M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), Cet. ke-5, h. 27
14

Timur) yang merupakan tempat yang menyimpan berbagai arsip dan

peninggalan yang berhubungan dengan perjuangan Tuanku Imam Bonjol.

a. Sumber Primer

Data ini merupakan data pokok dalam penulisan skripsi. Sumber primer

menurut Louis Gottchalk adalah kesaksian dari seseorang saksi, atau

saksi dengan panca indera lain, atau alat mekanis dalam peristiwa
29
tersebut Pertama, dalam penelitian ini penulis memperoleh sumber

dari peninggalan peninggalan Tuanku Imam Bonjol baik berupa simbol,

catatan, ataupun naskah yang terdapat pada museum Tuanku Imam

Bonjol . Kedua, melalui buku Tuanku Imam Bonjol karangan Sjafni

Aboe Nain yang merupakan transliterasi naskah Tuanku Imam Bonjol

yang berisikan perjuangan Tuanku Imam Bonjol.

b. Sumber Sekunder

Pertama, kajian lain yang menyoroti perjuangan Tuanku Imam Bonjol

adalah Tuanku Imam Bonjol karangan Mardjani Martamin yang

diterbitkan oleh dapartemen pendidikan dan kebudayaan Nasional

Jakarta pada tahun 1984. Buku ini mengkaji latar belakang keluarga dan

pendidikan Tuanku Imam Bonjol. Untuk pembahasan perjuangannya

lebih banyak membahas di minangkabau yaitu Bonjol. Kemudian pada

bagian akhir buku ini mengungkap masa akhir perjuangan Tuanku Imam

Bonjol dalam masa tahanan Belanda di daerah Lutak, manado.30

29
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press, 1986), h. 35
30
Mardjani Martamin, op.cit., h. 108
15

Kemudian data lain akan diambil dari buku-buku yang membahas

tentang perjuangan Tuanku Imam bonjol ataupun yang berbicara

persoalan pembaharu di ranah minang.

3. Teknik pengumpulan Data

Langkah awal yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah

mengklasikan data-data yang berhubungan dengan masalah penelitian, yaitu

buku-buku yang membahas tentang perjuangan Tunku Imam Bonjol.

4. Metode Analisis Data

Dalam pengolahan data yang telah berhasil penulis kumpulkan maka

penulis menggunakan metode :

a. Metode Deskripsi

Digunakan dalam rangka menggambarkan objek materi bahasan tanpa

maksud mengambil keputusan atau kesimpulan yang berlaku umum,

penyajian data ditampilkan apa adanya.

b. Metode Analisis

Metode analisis adalah jalan yang digunakan untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan ilmiah dengan mengadakan perincian terhadap obyek yang

diteliti atau cara penanganan terhadap obyek penelitian tertentu dengan

jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan yang lainya

untuk sekedar memperoleh kejelasan mengenai halnya. Jadi dalam hal


16

ini orang akan memperoleh suatu pengetahuan yang sifatnya baru sama

sekali.31

G. Sistematika Penulisan

Agar lebih terarahnya sistem penulisan dan mempermudah dalam

penulisan penelitian ini, maka penulis membaginya ke dalam beberapa bab

dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan dan

batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan

pustaka, penjelasan judul, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II : Pembahasan pada bab ini diawali dari biografi Tuanku Imam

Bonjol, riwayat hidup dan perjalanan intelektual, kemudian

sosio kultiral dan kehidupan masyarakat Minangkabau masa

Tuanku Imam Bonjol, dan Kondisi keagamaan dan Adat

masyarakat di Minangkabau sebelum perjuangan Tuanku Imam

Bonjol.

BAB III :Bab ini berisikan latar belakang berdirinya gerakan paderi,

kepemimpinan Tuanku Imam Bonjol dalam gerakan Paderi,

kemudian Islam dan Adat Minangkabau dalam gerakan Paderi,

dan Pandangan tokoh masyarakat terhadap gerakan Paderi.

31
Sudarto, metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2002), Cet,
Ke-3, h . 59
17

BAB IV :Bab ini berisikan hasil penelitian tentang Tuanku Imam Bonjol

sebagai tokoh pembaharu : dalam bidang Keagamaan, dalam

bidang politik dan bidang Ekonomi, kemudian Implikasi

Perjuangan Tuanku Imam Bonjol Pasca dilakukannya

Pembaharuan.

BAB V : Merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran

Anda mungkin juga menyukai