PENDAHULUAN
sesama manusia, sebab asal usul kita satu dari satu turunan, satu tabiat yaitu
ishlah. Modernisasi berasal dari kata modern. Secara etimologi modern diartikan
terbaru, mutakhir, sedangkan secara terminologi berarti sikap, cara berpikir, serta
keadaan baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan modern yang sesuai
1
Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: Republika, 2016), h. 157
2
Burhanuddin Daya, Gerakan Pembaharu Pemikiran Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogyakarta, 1990), Cet. 1, h. 45
3
Abdul Qodir, Jejak Langkah Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia, (Bandung:CV
Pustaka Setia, 2005), h. 17
1
2
dengan al-Qur’an dan Sunnah.4 di dalam Islam terdapatnya ajaran yang bersifat
mutlak yang tidak dapat diubah-ubah, yang dapat diubah hanyalah ajaran yang
bersifat tidak mutlak, yaitu penafsiran atau interpretasi dari ajaran-ajaran yang
upaya atau aktivitas untuk mengubah kehidupan umat Islam menjadi kehidupan
baru yang lebih baik.6 Reformasi Islam adalah usaha mengungkapkan nilai-nilai
yang esensial dan menjelaskan hal-hal yang berkaitan erat dengan Islam yang
salah ditafsirkan oleh orang-orang, atau suatu pemikiran atau metode atau sistem
yang berdasarkan atas kritik yang konstruktif yang hanya mengakui satu nilai
dipahami pada umumnya. Dalam sejarah terlihat bahwa Islam yang bersumber
masyarakat luas.8
4
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992) Cet. Ke. 9,
h. 14
5
Ibid.
6
Harun Nasution Dkk. (ed), Ensiklopedia Islam Indonesi, (Jakarta:Jembatan, 1992), h.
760
7
Harun Nasution , Pembaharuan dalam Islam, op. cit., h. 46
8
Abuddin Nata, Ilmu Kalam, filsafat, dan Tasawuf, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,
1995), h. XI
3
Adapun arti lain dari kata pembaharuan ialah sebagai gerakan pembaharu
bahasa Indonesia seperti yang terdapat pada kalimat “aliran-aliran modern dalam
sejarah Islam yang disebut modern dan mempunyai tujuan untuk membawa umat
Islam kepada kemajuan, sehingga dalam hal ini segala hal yang melenceng dari
agama dan perbuatan yang menjadi kebiasaan dapat kembali diperbaharui sesuai
Perpecahan yang terjadi di kalangan umat Islam, menjadi salah satu sebab
lain bagi lemahnya umat Islam, sebab lainya ialah masuknya adat istiadat dan
ajaran-ajaran bukan Islam ke dalam keyakinan umat Islam. Dalam hal ini
keyakinan umat Islam haruslah dibersihkan dari hal-hal yang asing ini agar
kembali kepada ajaran Islam yang sesungguhnya yang bersumber dari al-Qur’an
dan hadist.12
9
Burhanuddin Daya , op.cit., h. 46
10
Harun nasution,op. cit., h. 3
11
Ibid., h. 4
12
Ibid., h. 13
4
dengan gerakan pembaharuan pemikiran Islam di sini adalah “usaha yang timbul
Qur’an dan sunnah secara konsekuen agar umat islam dapat mengamalkan dan
menghayati kembali ajaran ajaran Islam yang murni dan suci dari segala noda
memperkuat daya juang Islam melawan pengaruh dari luar dan memberantas
arus perubahan dari luar. Yang dimaksud kehendak dari dalam, adalah sebab
ajaran Islam itu sendiri yang menghendaki pembaharuan, al-Qur’an dan hadis
Sesuai dengan itu A. Mukti Ali lebih lanjut mengemukakan lima proyek
bukan Islam.
13
Tamrin Kamal, Purifikasi Ajaran Islam Pada Masyarakat Minangkabau, (
Padang:Angkasa raya, 2006), h. 28
5
kemaksiatan, mula-mula timbul dari ulama-ulama Islam yang sudah tahu akan
akhir abad ke-18. Diantara tokoh pembaharuan yang terkenal itu adalah Tuanku
Nan Tuo, Tuanku Nan Renceh, dan tiga orang haji (Haji Sumanik, Haji Piobang,
Hajo Miskin). Ketiga orang haji yang baru pulang dari mekah itu terpengaruh oleh
faham Wahabi yang muncul di Arabia pada pertengahan abad ke-18. Sewaktu
mereka sangat sedih dan segera berusaha memperbaikinya menurut cara kaum
Minangkabau dan di setiap daerah dipimpin oleh Tuanku. Daerah yang paling
intensif menyebarkan ajaran tersebut adalah Rao dan Alahan Panjang (Bonjol)
oleh Tuanku Imam Bonjol, yang merupakan generasi kedua gerakan Paderi yang
14
Burhanuddin Daya, op. cit., h. 47-49
15
Mardjani Martamin, Tuanku Imam Bonjol, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1985), h. 22
16
Ibid., h. 23-25
6
memori, seperti tulisan Stuers yang berjudul “Memorie van Toeankoe Imam
Bonjol”. Oleh sebab itu masuk akal bahwa kajian tentang otobiografi ini dapat
memberi kunci jawaban yang mengungkapkan apa artinya suatu “generasi” yang
telah sadar sebagai bahan cara berfikir yang di dalam masa lampau, masa kini, dan
dilahirkan atau dimasa beliau menuju dewasa sangat memburuk, adat yang buruk
ini sangat kuat hidupnya dalam masyarakat Minangkabau meskipun pada masa
perkawinan antara adat dengan ajaran Islam ini lambat laun beralih dan ajaran
Islam menjadi banyak ditinggalkan oleh masyarakat, hal ini disebabkan oleh
yang semakin hari semakin melenceng dari agama, maka pada masa berikutnya
17
Bonjol berasal dari kata Indonesia yang berarti “benjolan atau tonjolan”. Nama itu
adalah sebuah simbolisme khusus yang bermakna bahwa daerah itu dibangun untuk
memperertahankan pranata Islam yang benar, untuk melawan tindakan jahat atau tindakan diluar
hukum dan untuk menganjurkan kepada semuaorang yang tidak melakukan tindakan yang tidak
adil, tidak benar, dan baik.
18
Sjafnir Aboe Nain, Tuanku Imam Bonjol, (Padang: Esa Padang, 2008), h. Viii
7
dewasa dalam budaya adat Minangkabau yang lepas dari ajaran Islam. Akan tetapi
maka justru melihat situasi yang demikian itu ia menjadi prihatin dan bercita-cita
ulama yang masuk dalam gabungan persatuan Tuanku Nan Salapan. Berdirinya
persatuan tersebut menggetarkan hati kaum adat. Gerakan kaum Paderi ialah
Daerah paderi makin luas dan hampir seluruh Minangkabau dikuasiai oleh kaum
Paderi. Tuanku Imam Bonjol disebut sebagai seorang tokoh gerakan Pembaharu
di pantai barat, pantai timur sampai ke Tapanuli Selatan. Ia juga seorang ahli
19
Ibid., h. 22
20
Mas’oed Abidin, Pergerakan Pemikiran Islam di Minangkabau, h. 78
8
gerakan pembaru Islam, lain hal Imam Bonjol juga di sebut sebagai pencetus
lahirnya falsafah hidup orang Minang. Nilai falsafah itu adalah “adat basandi
berdasarkan Kitabullah).21
peran penting di masa silam, bahwa lebih dalam Tuanku Imam Bonjol bukan
hanya seorang tokoh kemerdekaan saja, namun lebih dari pada itu. dari beberapa
sumber yang penulis temukan bahwa dapat dikatakan beliau termasuk ke dalam
tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai relasi Islam dan Adat dalam
pemahaman dan pola fikir masyarakat Minangkabau pada abad ke-19 yang tidak
21
Ibid., h. 85-86.
9
minangkabau.
juga dari seluruh tindakan itu kita dapat mengambil manfaatnya agar dapat
sedang kita hadapi dewasa ini. Dengan peneliti ini pun diharapkan mencoba
mengungkap gambaran yang lebih utuh tentang tokoh Tuanku Imam Bonjol
1. Rumusan Masalah
2. Batasan Masalah
Agar penelitian yang penulis lakukan ini menjadi terarah dan sesuai
sebagai berikut:
Keagamaan?
Ekonomi?
10
Apapun kegiatan yang kita lakukan, tentunya memiliki tujuan dan kegunaan
1. Tujuan Penelitian:
bidang keagamaan.
2. Kegunaan Penelitian
mencapai gelar sarjana pada jurusan Aqidah dan Filsafaat Islam fakultas
Ushuluddin.
D. Penjelasan Judul
maka penulis akan menjelaskan judul yang terkandung dalam skripsi ini.
sebagai hubungan, ikatan, atau pertalian agar antara Islam dan Adat dapat
menyatu dan sejalan. sehingga segala yang dilakukan oleh umat manusia di dalam
adat-tradisi sejalan dengan ajaran syariat Islam dengan suatu usaha untuk
upaya atau aktivitas untuk mengubah kehidupan umat Islam menjadi kehidupan
22
Burhanuddin Daya, op. cit., h. 80
12
baru yang lebih baik. 23 Usaha yang timbul dan berkembang di berbagai negeri
agar umat Islam dapat mengamalkan dan menghayati kembali ajaran ajaran Islam
yang murni dan suci dari segala noda yang mencemarinya dengan jalan
taklid dalam segala bidang untuk memperkuat daya juang Islam melawan
pengaruh dari luar dan memberantas penyelewengan moral dan sosial serta
kebobrokan umum yang telah menjerumuskan umat islam.24 Serta gerakan Paderi
masyarakat Minangkabau yang telah melenceng dari ajaran agama Islam yang
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini memang sudah banyak yang membahas dan meneliti hanya
saja dengan konsep yang berbeda. Diantaranya, penelitian Yenita Oktavia dengan
di Minangkabau”27.
23
Harun Nasution Dkk. (ed), Ensiklopedia Islam Indonesi, (Jakarta:Jembatan, 1992), h.
760
24
Burhanuddin Daya, loc.cit
25
Sjafnier Aboe Nain, op. cit., h. 25
26
Yenita Oktavia, Tesis: “Perjuangan Tuanku Imam Bonjol dalam Gerakan Paderi di
Tapanuli Selatan”, (Yogyakarta: UIN Sunankalijaga, 2016)
27
Sumaidah, Tesis, “Perjuangan Tuanku Imam Bonjol”, (Surabaya: UIN Sunan Ampel,
1993)
13
Paderi di Minangkabau” Dan masih ada karya lain yang berhubungan dengan
tokoh Tuanku Imam Bonjol, namun setelah penulis telusuri belum ada penelitian
yang sama persis membahas Pembaharuan yang dilakukan oleh Tuanku Imam
Bonjol, baik dari metode maupun dari kajiannya sesuai dengan penelitian yang
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dapat pula berupa pemikiran atau gagasan dari seorang tokoh yang terdapat
dalam karyanya maupun karya orang lain yang membahasnya serta melihat
implementasinya di lapangan.28
2. Sumber Data
penulis mencoba memperoleh data dari buku atau kepustakaan UIN Imam
Bonjol Padang, dan dari beberapa pustaka lainnya, serta memperoleh data
28
M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), Cet. ke-5, h. 27
14
a. Sumber Primer
Data ini merupakan data pokok dalam penulisan skripsi. Sumber primer
saksi dengan panca indera lain, atau alat mekanis dalam peristiwa
29
tersebut Pertama, dalam penelitian ini penulis memperoleh sumber
b. Sumber Sekunder
Jakarta pada tahun 1984. Buku ini mengkaji latar belakang keluarga dan
bagian akhir buku ini mengungkap masa akhir perjuangan Tuanku Imam
29
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press, 1986), h. 35
30
Mardjani Martamin, op.cit., h. 108
15
a. Metode Deskripsi
b. Metode Analisis
ini orang akan memperoleh suatu pengetahuan yang sifatnya baru sama
sekali.31
G. Sistematika Penulisan
penulisan.
BAB II : Pembahasan pada bab ini diawali dari biografi Tuanku Imam
Bonjol.
BAB III :Bab ini berisikan latar belakang berdirinya gerakan paderi,
31
Sudarto, metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2002), Cet,
Ke-3, h . 59
17
BAB IV :Bab ini berisikan hasil penelitian tentang Tuanku Imam Bonjol
Pembaharuan.