Anda di halaman 1dari 24

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SUMATERA UTARA MEDAN

Jawaban Soal Ujian Semester

Nama : Zainal Abidin


NPM : 4002213031
Mata Kuliah/Dosen : Modernisasi Pendidikan Islam/Prof. Dr. Hasan Asari, MA
Prodi/Sem./Waktu : Doktor Pendidikan Islam/III/take-home

1. Pada tataran filosofis wacana modernisasi pendidikan Islam melibatkan sejumlah


konsep yang tidak jarang menimbulkan kerancuan pemahaman dan kemudian
kemunculkan perbedaan-perbedaan tertentu dalam aplikasi modernisasi tersebut.
a. Perbedaan istilah-istilah modernisasi di bawah, yaitu:
1) Transformasi Islam era kontemporer Indonesia adalah deskripsi
perkembangan pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia pada zaman
modern. Istilah modernisasi berarti sebuah bentuk perubahan tatanan
(transformasi) dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang
ke arah yang lebih baik, dengan harapan akan tercapai kehidupan
masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur. Dengan
demikian, pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah,
mengurangi, atau menambahi teks al-Qur’an maupun al-hadits,
melainkan hanya menyesuaikan pemahaman atas keduanya dalam
menjawab tantangan zaman yang senantiasa berubah (kontekstualisasi
ajaran Islam). Hal ini, menurut para tokoh pembaharuan Islam,
dikarenakan terjadinya kesenjangan antara yang dikehendaki al-Qur’an
dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Oleh karenanya
diperlukan upaya pembaharuan dalam pemikiran dan keagamaan
masyarakat sehingga dapat sejalan dengan spirit alQur’an dan as-
Sunnah.Maka dengan demikian, pembaharuan Islam mengandung
maksud mengembalikan sikap dan pandangan hidup umat Islam agar
sejalan dengan semangat al-Qur’an dan as-Sunnah sebagaimana
dicontohkan ulama salafus shalih terdahuluhu.
2) Westernisasi adalah salah satu program yang dirancang oleh
bangsa Barat. Dengan tujuan mengakomodir semua pola
kehidupan masyarakat agar digiring untuk mengikuti budaya
dan kebiasaan bangsa Barat. Gerakan ini juga berupaya
menjadikan seluruh umat Muslim mengikuti paradigma dan
gaya barat. Baik itu dalam aspek politik, sains dan religiusitas.
3) Revivalisasi atau revivalisme Islam sendiri sampai saat ini belum
memiliki kesepakatan yang dibuat oleh para pengkaji Islam (Islamic
Studies) tentang suatu istilah tertentu yang dianggap tepat untuk
menggambarkan fenomena kebangkitan Islam kontemporer ini. Akan
tetapi revivalisme Islam diartikan sebagai kebangkitan kembali Islam.
Revivalisme Islam hendak menjawab kemerosotan Islam dengan
kembali kepada ajaran Islam yang murni. Contoh dari gerakan Islam
revivalis adalah Wahhabiyyah yang memperoleh inspirasi dari
Muhammad ibn „Abd al-Wahhab (1703-1792) di Arabia, Shah Wali
Allah (1703-1762) di India, Uthman Dan Fodio (1754-1817) di Nigeria,
Gerakan Padri (1803- 1837) di Sumatra, dan Sanusiyyah di Libya yang
dinisbatkan kepada Muhammad Ali al-Sanusi (1787-1859). Chouieri
melihat adanya kemiripan agenda yang menjadi karakteristik gerakan-
gerakan revivalis Islam tersebut, yaitu: (a) kembali kepada Islam yang
asli, memurnikan Islam dari tradisi lokal dan pengaruh budaya asing; (b)
mendorong penalaran bebas, ijtihad, dan menolak taqlid; (c) perlunya
hijrah dari wilayah yang didominasi oleh orang kafir (dar al-kufr); (d)
keyakinan kepada adanya pemimpin yang adil dan seorang pembaru.
Sementara itu, Dekmejian menyatakan bahwa munculnya pelbagi
orientasi ideologi revivalis Islam dipengaruhi oleh adanya perbedaan
yang timbul dari penafsiran yang berbeda terhadap al-Qur’an, al-Sunnah
dan sejarah Islam awal. Selain itu ada faktor lain seperti watak dari
situasi krisis, keunikan dalam kondisi sosial dan gaya kepemimpinan
dari masing-masing gerakan. Atas dasar itu, Dekmejian
mengidentifikasi empat kategori ideologi revivalis: (a) adaptasionis-
gradualis (al-Ikhwan al-Muslimun di Mesir, Iraq, Sudan, Jordan, Afrika
Utara; dan Jama’at-i Islami di Pakisan); (b) Shi‟ah revolusioner
(Republik Islam Iran, Hizb alDa’wah Iraq, Hizbullah Libanon, Jihad
Islam Libanon; (c) Sunni revolusioner (al-Jihad Mesir, Organisasi
Pembebasan Islam Mesir, Jama’ah Abu Dharr Syria, Hizb al-Tahrir di
Jordania dan Syria; (d) primitivis-Mesianis (al-Ikhwan Saudi Arabia, al-
Takfir wa al-Hijrah Mesir, Mahdiyyah Sudan, Jama’at al-Muslimin lil-
Takfir Mesir.2 Revivalisme Islam juga berhubungan dengan
fundamentalisme. Gerakan dan pemikiran ini muncul sebagai reaksi
terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan oleh modernisme dan
sekularisme dalam kehidupan politik dan keagamaan. Peradaban
modern-sekular menjadi sasaran kritik 2 Ibid. 21 fundamentalisme
Islam, dan di sini fundamentalsime memiliki fungsi kritik. Seperti
ditipologikan oleh Fazlur Rahman, fundamentalisme Islam (atau
revivalisme Islam) merupakan reaksi terhadap kegagalan modernisme
Islam (klasik), karena ternyata yang disebut terakhir ini tidak mampu
membawa masyarakat dan dunia Islam kepada kehidupan yang lebih
baik, sesuai dengan ajaran Islam. Sebagai gantinya, fundamentalisme
Islam mengajukan tawaran solusi dengan kembali kepada sumber-
sumber Islam yang murni dan otentik, dan menolak segala sesuatu yang
berasal dari warisan modernisme Barat.
b. Konsekuensi istilah modernisasi di atas terhadap implementasinya
serta contohnya:

1) Transformasi sosial secara besar-besaran pada masyarakat


Makkah yang jahiliyah (bodoh) menjadi masyarakat yang
beradab (berperadaban) sehingga masyarakat menjadi cerdas.
Contoh tradisi yang harus di ubah: perbudakan, pelacuran,
tidak bisa membaca (buta huruf).

2) Westernisasi antara masyarakat dengan budaya ketimuran menjadi


kebarat-baratan. Contoh westernisasi yang harus dihindari: Gaya
berpakaian berkiblat ke barat, gaya bicara meniru barat, pemikiran
mengikuti budaya barat seperti wajarnya wanita dan lelaki bergaul
meskipun bukan mahram, berpacaran dll.

3) Revivalisasi yaitu memurnikan kembali Islam yang telah tercampur


budaya luar yang melemahkan islam. Implementasinya dapat berupa
pembentukan pengajian-pengajian dan pengkaderan berbagai organisasi
keislaman. Contoh kegiatan yang harus dimurnikan kembali: Tradisi
membakar kemenyan pada waktu akan berdo’a, acara menujuh hari
dalam acara kematian, mengadakan saji-sajian dan sebagainya yang
terdapat dalam masyarakat.
2. Secara historis, modernisasi pendidikan Islam dilatar belakangi oleh berbagai
perkembangan internal di negeri-negeri Islam dan juga oleh perkembangan di
Dunia Barat.

a. Dua perkembangan sejarah di kalangan umat Islam yang menjadi pendorong


modernisasi pendidikan Islam

1) Sejarah Perkembangan Modernisasi Pendidikan Islam di Timur Tengah

Istilah modernisasi berasal dari kata modern yang berasal dari bahasa
Inggris. Dalam tinjauan kamus Oxford Learners Pocket Dictionary kata
modern adalah kata sifat. Modern / adj. Of the present or recent time.
Berarti modern merupakan sifat sesuatu yang baru dan berlaku pada
masa kini. Modern berpadanan dengan kata new, dan up to date. Jadi
kata modern dapat diartikan baru dan terkini. Kata-kata bentukan dari
modern adalah modernize (modernitas) dan kata modernization
(modernisasi). Modernization atau modernisasi adalah kata kerja.
Dengan demikian modernisasi dapat diartikan upaya menciptakan
sesuatu yang baru yang digunakan dan dibutuhkan pada masa sekarang.
Kata modern bisa diartikan tajdid dalam bahasa Arab, dan pembaharuan
dalam bahasa Indonesia. Menurut Harun Nasution, modernisasi dalam
perspektif barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha
untuk mengubah paham, adat, dan institusi lama untuk disesuaikan
dengan suasana baru hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Qodri Azizy berpendapat bahwa modern berkaitan dengan karakteristik.
Modern bisa diterapkan untuk manusia, konsep bangsa, sistem politik,
sekolah, dan rumah sakit. Modernisasi menekankan pada
progressiveatau kemajuan, dan berafiliasi dengan istilah scientific
(ilmiah). Masih menurut Azizy, istilah modernisasi identik dengan
westernisasi, sekularisasi, demokratisasi, dan pada akhirnya menjadi
liberalisasi. Pengertian ini akan melahirkan anggapan bahwa
religiousitas akan bertentangan dengan modernisasi. Namun menurut
Azizy, istilah modernisasi tidak mesti dikaitkan dengan term
westernisasi. Seperti yang terjadi di Indonesia, modernisasi tidak harus
menanggalkan sisi keagamaan. Bahkan modernisasi bisa disandingkan
dan sejalan dengan agama. Menurut Louis Leahy, agama seringkali
dikonfrontasikan dengan sains dan teknologi yang bersifat kontemporer.
Namun pada prinsipnya, agama semestinya menjalin harmoni dengan
kemajuan zaman. Agama tidak harus mengalami pertentangan dengan
sains dan teknologi. Semua itu tergantung kepada pola berpikir individu.
Sebenarnya sains dan teknologi itu terbuka terhadap
kebenarankebenaran religius, begitupun sebaliknya agama adalah
sumber kemajuan tersebut. Ketiga makna tersebut berpotensi
melahirkan multitafsir terhadap pemaknaan istilah pendidikan. Padahal
perbedan itu hanya disebabkan dari perbedaan sudut pandang dan bukan
perbedaan prinsip . Modernisasi dalam terminologi pendidikan Islam
tidak hanya sebagai usaha untuk memnuhi kebutuhan fisik dan materi
semata. Modernisasi pendidikan Islam harus menciptakan sikap
modernitas yang berorientasi bukan hanya kepada kegunaan praktis
yang langsung, tapi pada hakikatnya mengandung kebenaran mutlak
yang berasal dari Tuhan. Modernisasi Islam merupakan sebuah gerakan
berkelanjutan. Gerakan ini berlangsung melalui proses panjang yang di
dalamnya terjadi proses negosiasi antara Islam dan nilai-nilai
modernitas. Berkaitan dengan pendidikan, generasi intelektual muslim
mengedepankan ide-ide tentang modernisasi pen-didikan Islam,
termasuk substansi, materi, dan sistem pengelolaan lembaga-lembaga
pendidikan Islam. Muhammad Abduh, (1849-1905), dan Rasyid Ridha
(1865-1935), merupakan tokoh-tokoh yang terlibat dalam proses
modernisasi Universi-tas al-Azhar, perguruan tinggi tertua di dunia
Islam yang berada di Timur Tengah. Menurut Amin Abdullah,
tantangan di era globalisasi menuntut respons tepat dan cepat dalam
sistem pendidikan Islam secara komperhensif. Jika kaum muslimin tidak
hanya ingin sekedar bertahan dalam persaingan global yang semakin
tajam, maka harus ada perubahan orientasi pemikiran mengenai
pendidikan Islam dan rekonstruksi sistem pendidikan merupakan suatu
keharusan. Umat Islam tidak boleh berpangku tangan dari luar seluruh
perkembangan yang tengah bergulir . Dengan demikian gejala
pembaharuan pendidikan di kalangan umat Islam merupakan reaksi atau
respons yang diberikan terhadap perkembangan sosiobudaya baru,
bukan meneruskan sesuatu perkembangan yang telah ada
sebelumnya.Tentu saja perkembangan ini sangat erat hubungannya
dengan semakin meluasnya peradaban atau kebudayaan Barat di dunia
Islam.Masuknya kebudayaan barat yang akrab disebut modernisasi yang
disertai perubahan sosial tersebut, punya pengaruh yang cukup
mendalam bagi sebagian besar masyarakat Islam Timur Tengah.
Modernisasi pendidikan Islam di wilayah-wilayah muslim berlangsung
dengan latar belakang in-tensitas interaksi antara muslim dan Barat.
Tokoh-tokoh pemikir pada era liberal menempuh pendidikan di Barat,
atau paling tidak pernah melakukan kunjungan ke Barat. Interaksi antara
muslim dan Barat merupakan salah satu faktor yang patut
diperhitungkan dalam menjelaskan modernisasi pendidikan Islam.
Faktor lain yang juga memberi sumbangsih penting dalam proses
modernisasi pendidikan di dunia Islam adalah semakin merosotnya
pengaruh politik dunia Islam terhadap Barat dan semakin kuatnya
pengaruh Barat di negara-negara muslim melalui kolonialisme dan
imperialisme. Dua wilayah muslim akan dijadikan sebagai kasus untuk
melihat bagaimana modernisasi pendidikan Islam berlangsung. Mesir
dan Turki dianggap representatif dijadikan sebagai pijakan untuk
melihat modernisasi pendidikan di Timur Tengah. Mesir memberikan
pengaruh besar terhadap proses pembaruan dan modernisasi Islam di
Timur Tengah. Turki pengaruhnya relatif kecil, tetapi proyek
sekularisasi yang berlangsung sejak 1924 bersamaan dengan pembekuan
sistem khilafat islamiyahmemberikan sebuah wawasan lain tentang
modernisasi dan respons muslim terhadap Barat. Lebih dari itu, tidak
dapat dimungkiri bahwa modernisasi pendidikan Islam di negara-negara
muslim merupakan gerakan yang saling terkait antara satu dan yang
lain. Kesadaran umat Islam di berbagi negara, seperti Mesir dan Turki
atas ketertinggalan mereka dari bangsa Eropa dalam bidang ilmu
pengetahuan mendorong umat Islam untuk melihat ke dalam dirinya
sendiri yang akhirnya ditemukanlah faktor penyebab utama
ketertinggalan tersebut karena umat Islam Debi Fajrin Habibi
Modernisasi. Pendidikan Islam di Timur Tengah telah terjebak pada
pemikiran jumud dan statis, karena itu yang paling utama harus diper-
baiki adalah pola pikir. Untuk memperbaiki pola pikir itu perlu
perbaikan dalam bidang pendidikan.

2) Sejarah Perkembangan Modernisasi Pendidikan Islam di Mesir

Modernisasi Pendidikan Islam di Mesir Modernisasi pendidikan Islam


di Mesir diprakarsai pemerintah. Dengan kata lain, negara merupakan
faktor penting modernisasi pen-didikan Mesir. Dengan demikian,
modernisasi pendidikan berasal dari atas dengan latar belakang
kepentingan politik dan sosial seba-gai sesuatu yang dominan. Fondasi
pendidikan modern di Mesir di-letakkan pada awal abad ke-19 oleh
Muhammad Ali Pasha yang me-nguasai Mesir secara independen antara
1805-1848. Setelah berhasil mengonsolidasi kekuasaan atas namanya
sendiri, dan menjalankan pemerintahan secara independen, Muhammad
Ali berniat melakukan modernisasi dengan membangun kekuatan militer
sederajat dengan Eropa dan menerapkan administrasi pemerintahan dan
ekonomi yang efisien.Inisiatif modernisasi Muhammad Ali tersebut
merupakan faktor terpenting yang melatarbelakangi munculnya sekolah-
sekolah militer dan teknik. Harus ditegaskan bahwa lembaga-lembaga
pendidikan tradisional, kuttab, dan madrasah termasuk al-Azharyang
sepenuhnya masih diabdikan kepada ilmuilmu keislaman, tetap
dibiarkan beroperasi, bahkan dijadikan sebagai basis rekrutmen murid
untuk sekolah modern.Karena hanya mereka yang mengenyam
pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan tersebut yang memiliki
dasar-dasar untuk pendidikan lebih lanjut, khususnya bidang
administrasi dan militer. Sebelum penjajahan Eropa, kalangan terpelajar
Mesir sendiri, terutama mereka yang mengenyam pendidikan di luar
negeri, sudah mencita-citakan pendidikan sebagai media untuk
mencetak model masyarakat dan penduduk ideal. Dengan kata lain,
mereka ingin membangun lembaga pendidikan modern yang sanggup
memenuhi kebutuhan kehidupan sosial, politik, dan ekonomi modern.
Cita-cita itu semakin diperkuat oleh pandangan Eropa tentang
pendidikan yang tidak semata-mata dikaitkan dengan konsep mencari
ilmu, tetapi juga dengan konsep sosial dan politik. Tokoh yang populer
sebagai pembaharu pendidikan Mesir adalah al-Tahtawi, Jamaluddin al-
Afghani, Muhammad Abduh, dan Mu-hammad Rasyid Ridha.
AlTahtawi memulai karirya setelah tamat di al-Azhar dengan mengajar
di al-Azhar selama dua tahun, kemudian ia menjadi imam mahasiswa
yang dikirim Muhammad Ali Pasha ke Perancis. Di samping tugasnya
sebagai imam, ia juga menggunakan waktunya untuk belajar, dia
menetap di sana selama lima tahun, selama di Perancis ia
menterjemahkan 12 buah buku dan risalah ke bahasa Arab. Kemudian
al-Tahtawi diangkat menjadi guru bahasa Perancis dan penerjemah di
sekolah kedokteran setelah kembali dari Perancis. Selain itu al-Tahtawi
mendapat kepercayaan untuk mengasuh lembaga pengembangan Debi
Fajrin Habibi Modernisasi Pendidikan Islam di Timur Tengah bahasa
Perancis dan aktif menulis buku.Dalam buku-buku itulah diuraikan
pendapatnya tentang berbagai hal yang berkenaan dengan pembaruan,
misalnya tentang peradaban (kemajuan) Eropa, tentang demokrasi dan
pemerintahan. Salah satu pemikiran yang menarik dari al-Tahtawi
adalah mengenai pendidikan bagi wanita. Menurut beliau wanita harus
mendapat pendidikan sama dengan laki-laki, menurut beliau kaum ibu
harus mendapat pendidikan agar menjadi istri yang baik. Tujuan
pendidikan menurut at-Tahtawi bukan hanya mengajarkan ilmu
pengetahuan, tetapi untuk membentuk rasakepribadian dan untuk
membentuk patriotisme . Tokoh pembaharu berikutnya yaitu
Jamaluddin al-Afghani, al-Afghani banyak bergerak di bidang politik.
Hidupnya berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain berkaitan
erat dengan aktivitas politiknya. Namun Harun Nasution berkomentar
bahwa kegiatan politiknya itu timbul adalah sebagai akibat yang
semestinya dari pemikiran-pemikirannya tentang pembaruan dalam
Islam. Selanjutnya Muhammad Abduh, Abduh banyak bergerak di
bidang pemikiran. Pendapat Abduh tentang pembukaan pintu ijtihad dan
menentang taklid, serta memfungsikan akal banyak mendorong orang
untuk berpikir. Menurut Abduh menggalakkan ilmu pengetahuan
modern tidaklah bertentangan dengan akal. Tentang fatalisme, Abduh
berpendapat bahwa paham qada dan qadar telah diselewengkan.
Seharusnya paham qada dan qadar ini membuat dinamis, itulah yang
dilaksanakan oleh umat Islam di zaman klasik sehingga mereka
mencapai kemajuan. Pembaruan Abduh dalam Bidang Ilmu
Pengetahuan Islam (Pendidikan) Seperti dikutip Fazlur Rahman, Abduh
menyatakan bahwa ilmu pengetahuan modern banyak berdasar pada
hukum alam (sunnatullah, yang tidak bertentangan dengan Islam yang
sebenarnya). Sunnatullah adalah ciptaan Allah SWT. Wahyu juga
berasal dari Allah. Jadi, karena keduanya datang dari Allah, tidak dapat
bertentangan satu dengan yang lainnya. Islam mesti sesuai dengan ilmu
pengetahuan modern dan yang modern mesti sesuai dengan Islam,
sebagaimana zaman keemasan Islam yang melindungi ilmu
pengetahuan. Dengan penuh semangat, Abduh menyuarakan penggalian
sains dan penanaman semangat ilmiah Barat. Muhammad Abduh
berpendapat sekolah-sekolah modern perlu dibuka dan pengetahuan
modern perlu diajarkan di samping pengetahuan agama. Di al-Azhar
perlu dimasukkan ilmu-ilmu modern serta diperbaharui sistem pelajaran.
Tetapi ide modernisasinya di al-Azhar masih terbentur karena ulama
ulama konservatif belum melihat manfaat dari perubahan perubahan
yang dianjurkan. Beliau juga mengusulkan agardi sekolah pemerintah
yang telah didirikan dilaksanakan pendidikan bagi tenaga-tenaga yang
diperlukan Mesir, seperti administrasi, militer, kesehatan, perindustrian,
dan pendidikan. Muhammad Abduh, juga mengajukan pemikiran agar di
madrasah- madarsah diajarkan ilmu pengetahuan modern, dan Debi
Fajrin Habibi Modernisasi Pendidikan Islam di Timur Tengah di
sekolah-sekolah pemerintah diperkuat pendidikan agamanya. Seterusnya
setelah Muhammad Abduh wafat ide-de pembaruannya dilanjutkan oleh
murid-muridnya di antarnya yang terkenal adalah Muhammad Rasyid
Ridha. Reformasi juga terjadi di Universitas al-Azhar, sebuah
universitas (berdiri pada 970 M) yang paling berpengaruh di dunia
Islam. Al-Azhar merupakan pusat kehidupan intelektual Mesir yang
menjadi referensi tentang pengembangan lembaga pendidikan Islam di
Mesir dan dunia Islam.Al- Azhar mencapai puncak kejayaannya pada
abad ke-19 ketika lembaga-lembaga pendidikan Islam di Mesir harus
menjalin relasi dan berkompetisi sekaligus. Di luar Mesir, terutama di
Indonesia, pengaruh al-Azhar dalam modernisasi pendidikan Islam juga
sangat signifikan. Dalam beberapa hal, pendidikan tinggi Islam di
Indonesia, khususnya dili-hat dari komposisi fakultas-fakultas di
dalamnya, jelas menjadikan al-Azhar sebagai model rujukan. Meskipun
demikian, dalam konteks modernisasi pendidikan Is-lam di Mesir al-
Azhar termasuk terlambat. Pada tingkat tertentu al-Azhar bahkan dapat
disebut sebagai pusat pertahanan sekaligus perkembangan Islam yang
bercorak konservatif. Dorongan reformasi al-Azhar datang dari Khadive
Ismail dengan menempatkan Syekh Mustafa al-Arus (1864-1870)
sebagai rektor. Karena resistensi kalangan ulama, reformasi itu baru
berjalan pada masa rektor berikutnya, Muhammad al-Abbasi al-Mahdi
(1871-1886). Bentuk reformasi yang penting dicatat adalah adanya
ijazah pada akhir studi pada Februari 1872. Namun aspek kelembagaan
tidak mengalami reformasi. Reformasi kelembagaan dimulai pada 1896
dengan dibentuknya Majelis Idarat al-Azhar (dewan administrasi).
Dewan yang terdiri dari Syekh al-Azhar, mufti empat madzahib, dan
dua wakil pemerintah ini, berhasil merumuskan regulasi tentang masa
belajar dan kurikulum di al-Azhar. Dewan membagi masa belajar di al-
Azhar menjadi dua periode, yaitu pendidikan dasar delapan tahun dan
pendidikan menengah-tinggi 12 tahun. Adapun kurikulum al-Azhar
diklasifikasikan dalam dua kelas: al-ÔéóèÉé-Manqulah (bidang studi
agama) dan al 'Ulum al- ÉÔìóéÉä (bidang studi umum). Efektivitas
dewan tersebut kemudian diikuti kemunculan dua lembaga penting lain.
Pertama, majlis al-A'la, dibentuk pada 1908, yang bertanggung jawab
terhadap masalah anggaran universitas. Kedua, Hayat Kibar al-ulama
(organisasi ulama terkemuka), dibentuk pada 1911, yang bertanggung
jawab untuk menyelesaikan masalah-masalah teologis dan politis.
Lembaga- lembaga tersebut dipimpin oleh Syekh al-Azhar. Dari segi
kurikulum, periode 1872-1936 masih memperlihatkan dominasi ilmu -
ilmu keislaman.Materi-materi pokok pada pendidikan dasar (ibtidaiy)
dan menengah (tsanawy) adalah ilmu akidah akhlak, hadis, tajwid,
sejarah islam, tingkat perguruan tinggi hanya ada fakultas-fakultas
agama seperti Ushuluddin, Syariah dan Bahasa Arab. Periode 1936-
1959, tidak banyak perubahan. Baru pada masa Mahmud Syaltut Debi
Fajrin Habibi Modernisasi Pendidikan Islam di Timur Tengah menjadi
Grand Syeikh (1958-1964), terjadi modernisasi besar-besaran.
Keinginannya agar lulusan al-Azhar tidak hanya menguasai ilmu-ilmu
agama, tetapi juga ilmu-ilmu umum, terwujud dengan lahirnya Undang-
Undang Nomor 103 Tahun 1961 tentang Pembentukan fakultas Umum
(kedokteran, teknik, industri, pertanian, dan lain-lain). Sejak awal tahun
1960, al-Azhar memiliki kampus perempuan yang terpisah dengan
kampus laki-laki.Hingga saat ini, al-Azhar masih menganut sistem
satuan terpisah antara laki-laki dan perempuan dalam perkuliahan.
Kampus perempuan ini biasa disebut dengan Kulliyatul banat (Fakultas
Khusus Perempuan). Pada tahun itu juga, al-Azhar membuka fakultas
ilmu-ilmu umum lengkap dengan perangkat dan fasilitas praktikumnya,
seperti Fakultas Tarbiyah, Kedokteran, Perdagangan, Ekonomi, Sains,
Pertanian, Teknik, Farmasi, Sastra Asing (Inggris, Rusia, Perancis,
Jepang, Italia, dan Spanyol di samping Sastra Arab). Secara
keseluruhan, Universitas al-Azhar saat ini mempunyai 50 fakultas
(agama dan umum), yaitu di Kairo dan cabang-cabangnya di seluruh
provinsi di Mesir. Selain itu, dengan sistem kerja sama, al- Azhar juga
membuka cabangnya di luar Mesir. Perubahan yang besar itu pada
dasarnya didesak olehkenyataan bahwa jumlah mahasiswa Al-Azhar
yang bertambah besardengan cepat tidak bisa bersaing dengan produk-
produk sistem pendidikan umum, jadi fakultas-fakultas baru tersebut
terutama ditujukan untuk menyesuaikan. Tetapi manfaat yang nyata
yang lain terlihat dari kenyataan bahwa suatu kelas profesional yang
berbobot akan diciptakan, yang memiliki pengetahuan yang mantap
tentang Islam dibanding dengan produk-produk sistem pendidikan
umum, yang hanya memiliki pengetahuan agama yang dangkal. Tak
syak lagi ini merupakan perkembangan yang sangat penting dan, dari
sudut pandangan agama akan mempunyai efek-efek berjangkauan jauh
dalam jaringan kehidupan sosial Mesir. Mesir jelas merupakan wilayah
yang penting dalam konteks mo-dernisasi pendidikan Islam di Timur
Tengah.Mesir menjadi kiblat utama bagi dunia terutama negara-negara
di Timur Tengah dalam pemikiran maupun dalam penyelenggaraan
lembaga pendidikan Islam.

b. Perkembangan sejarah di Dunia Barat yang menjadi latar belakang


modernisasi pendidikan Islam

1) Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dunia Islam timbul terutama


karena adanya kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan
adanya kontak itu, umat Islam abad XIX mulai menyadari bahwa
mereka telah mengalami kemunduran dibandingankan dunia Barat yang
pada saat itu mulai menemukan titik kemajuan peradaban. Sebelum
periode modern, hubungan atau kontak antara Islam dan Barat
sebenarnya sudah terjadi, terlebih antara Kerajaan Utsmani (yang
mempunyai daerah kekuasaan di daratan Eropa) dengan beberapa
negara Barat. Namun kontak dengan kebudayaan Barat ini semakin
intens saat jatuhnya kekuatan Mesir oleh Napoleon Bonaparte dari
Perancis, disusul dengan imperialisasi Barat terhadap negara-negara
muslim lainnya. Kondisi itu akhirnya membuka pemikiran pemuka-
pemuka intelektual dan pemerintahan Islam di Mesir untuk segera
mengadakan upaya-upaya pembaharuan. Di antara hal-hal yang
mendorong lahirnya gerakan pembaharuan dan modernisasi Islam
adalah:

a) Adanya sifat jumud (stagnan) yang telah membuat umat Islam


berhenti berpikir dan berusaha. Selama umat Islam masih bersifat
jumud dan tidak mau berpikir (berijtihad) maka mereka tidak
mungkin mengalami kemajuan. Kemajuan masyarakat hanya akan
bisa tercapai melalui pengkajian ilmu pengetahuan yang terus
menerus untuk kemudian diaplikasikan dalam teknologi terapan dan
kehidupan sosial yang nyata demi kemajuan masyarakat. Untuk
itulah maka perlu diadakan upaya pembaharuan dengan
memberantas sikap jumud dan menggerakkan kembali tradisi ijtihad
di kalangan umat Islam.

b) Persatuan di kalangan umat Islam mulai terpecah belah. Umat Islam


tidak akan mengalami kemajuan apabila tidak ada persatuan dan
kesatuan yang diikat oleh tali ukhuwah Islamiyah. Karena itu maka
lahirlah suatu gerakan pembaharuan yang berupaya memberikan
inspirasi kepada seluruh umat Islam untuk bersatu dan melawan
imperialisme Barat.

c) Hasil adanya kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat.
Dengan adanya kontak ini mereka sadar bahwa mereka mengalami
kemunduran dibandingkan Barat. Terutama pasca terjadinya
peperangan antara kerajaan Utsmani dengan kerajaan Eropa, di
mana pada masa-masa sebelumnya kerajaan Utsmani selalu menang
dalam peperangan namun saat itu mengalami kekalahan. Hal ini
membuat tokoh-tokoh kerajaan Utsmani berupaya menyelidiki
rahasia kekuatan militer Eropa. Ternyata rahasianya adalah “sistem
militer modern” yang dimiliki Eropa, sehingga pembaharuan dalam
dunia Islam pun salah satunya dipusatkan pada bidang militer.

Meski demikian, pembahuran dalam Islam berbeda dengan renaissance


dalam dunia Barat. Jika renaissance Barat muncul dengan cara
“menyingkirkan” peran agama dari kehidupan masyarakat, maka
pembaharuan Islam sebaliknya, yakni untuk tujuan memperkuat prinsip
dan ajaran Islam itu sendiri demi kemashlahatan dunia secara lebih luas.
Pada saat dunia Islam mengalami kemunduran, bangsa Barat justru
mengalami kemajuan dan berhasil melakukan ekspansi wilayah
perdagangan baru. Meski jalur strategis perdagangan yang selama itu
menjadi jalur internasional telah dikuasai oleh umat Islam sehingga
bangsa Barat sulit melakukan transaksi-transaksi perdagangan melalui
jalur tersebut, namun dengan didukung oleh kesuksesan Christoper
Columbus (1492M) yang berhasil menemukan benua Amerika, juga
Vasco da Gama yang berhasil menemukan jalur ke Timur melalui
Tanjung Harapan pada tahun 1498M, telah menjadikan Benua Amerika
dan kepulauan Hindia jatuh ke tangan bangsa Eropa (Barat).

3. Modernisasi pendidikan Islam telah mendukung vertical mobility dan mendorong


partisipasi sosial yang lebih luas bagi umat Islam dalam tiga dekade terakhir.
Bentuk-bentuk peningkatan partisipasi umat Islam sebagai hasil modernisasi
pendidikan, pada bidang:

a. Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial dengan salah satu cirinya senantiasa


berubah atau mengalami perubahan dalam berbudaya.pola perilaku yang ada
dalam budaya itu cenderung untuk senantiasa berubah. Perubahan dari
berbagai pola perilaku manusia itu terjadi kerena keinginan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia dan kelangsungannya.Dimana kebutuhan yang
mencakup baik aspek spiritual maupun aspek material senantiasa
berkembang.Terjadinya hal seperti ini karena keharusan manusia untuk
menyesuaikan dengan tantangan-tantangan yang di hadapinya baik yang
berasal dari lingkungan sosial maupun tantangan dari alam. Perubahan
peradaban dan kebudayaan terhadap masyarakat dewasa ini berjalan sangat
cepat. Peubahan-perubahan ini tentu akan mempengaruhi bagi masyakarat
dalam memilih dunia pendidikan yang mengarahnya ke agent of change.
Artinya pendidikan yang menjadi daya tarik oleh masyarakat sudah tentu
yang dapat mengembangkan sikap dan kualitas dirinya sesuai dengan
perkembangan perubahan tersebut. Bahkan sebaliknya, kalau pendidikan
yang kurang menjanjikan masa depan mereka tidak akanminat atau antusias
bagi masyarakat untuk memilinya. Nah, sehingga pendidikan yang menjadi
pilihan bagi masyarakat adalah pendidikan yang memberikan kamampuan
secara baik dalam mengahadapi era modernisasi ini.Namun disamping itu
yang lebih penting lagi, kemampuan secara etika dan moral yang dapat
dikembangkan melalui pendidikan agama.Maka disinilah pada akhirnya
banyak orang mempertanyakan posisi dan peran dari efek pendidikan
Islamyang ada di Indonesia.Oleh karena itu dalam konteks inilah akankita
dijumpai betapa pentingnya pendidikan Islam dalam menghadapi
perkembangan zaman yang segala cepat saji. Dinamika persoalan ini bisa
terjadi mulaitaman kanak-kanak hingga sampai perguruan tinggi
menghadapi berbagai persoalan. Persoalan ini buka saja pada tataran norma,
akan tetapi juga menyangkut orientasi cultural di masa depan. Serangkaian
persoalan ini tentu tidak dapat dipisahkan antara kehidupan peribadi
seseoranga dengan norma serta budaya yang berkembang. Oleh karena itu,
langkah penyelesaiannya harus bersifat menyeluruh dan tidak bisa dengan
cara parsial. Persoalan-persoalan yang mendorong dan mempengaruhi
terjadinya perubahan sosial itu banyak sekali faktorya, hal ini baik untuk
memenuhi kebutuhan bidang spiritual maupun bidang material, hal ini
karena adanya ketidakpuasan terhadap aspek-aspek kehidupan tertentu yang
dirasakan oleh masyakarat sangat fundamental. Oleh karena itu kehidupan
keagamaan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat, seperti halnya
perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat yang tak jarang
akanmenimbulkan konflik sosial tentu bersumber dari ketidakpuasan
tersebut, disamping itu juga dampak yang ditembulkan akan berdampak
secara terus menerus selama ikatan emosional belum terjalin. Maka oleh
karena itu sebagaimana penjelasan di atas, tentu dengan kehadiran
modernisasi ini akan berefek kepada proses sosial yang berakibat
pembatasan geografis dan keadaan sosial bagi masyarakat dan akan terjadi
hilangnya budaya Islami dalam budaya masyarakat. Dengan datangnya arus
globalisasi ini satu sisi akan menyatukan masyarakat yang sebelumnya
terpencarpencar dan terisolasi ke dalam saling ketergantungan dan persatuan
dunia seperti sekarang ini, namun di lain sisi tingkat persaudaran dan saling
silaturahmi akan hilang ditelan masa, kerena menganggap sekarang ini
sebagai masyarakat digital yang tidak mesti hadir dalam suatu pertemuan.

b. Politik

Berbicara modernisasi tentunya menuju pada gagasan dan pembaharuan,


dalam berbagai bidang, baik itu bidang politik, bidang pendidikan, bidang
budaya dan sebagainya, dalam hal ini tentu tidak terlepas Negara Indonesia
yang manyoritas penduduk Muslim, maka Pendidikan Islam tidak terlepas
dalam reformasi tersebut. Tentu untuk merubah generasi penerus bangsa
Indonesia yang lebih maju tentu juga tidak terlepas dari berbagai pemikiran
dan gagasan dan tokoh-tokoh yang terkenal di Indonesia. Jika kita melihat
kebelakang tentunya pada tahun 1998 terdapat kesan tersendiri, hal ini
sebagai titik awal munculnya reformasi diberbagai bidang, juga tidak
terlepas segi pendidikan di Indonesia bersamaan juga muncul krisis moneter
yang mengacu pada krisis ekonomi, sosial dan politik serta perubahan
budaya dan sebagainya yang terjadi pada masyarakat Indonesia secara
keseluruhan. Krisis yang muncul saat itu menuntut perubahan di berbagai
bidang menjadi lebih baik di Indonesia. Hal ini seperti dijelaskan Emi Salim
bahwa menekankan arti reformasi untuk perubahan dengan melihat
keperluan masa depan. Selain itu, Din Syamsudin seperti dikutip Tilaar
menegaskan kembali ke bentuk semula.4 Sejak reformasi dimunculkan pada
tahun 1998, sudah banyak dari pemerhati pendidikan yang mengkritisi
UUSPN nomor 2 tahun 1989. Para tokoh menganggap undang-undang ini
tidak relevan, sehingga perlu dilakukan perubahan undang-undang yang
mengatur pendidikan di Indonesia, termasuk pendidikan. Islam. Dalam masa
reformasi ini, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 diubah menjadi
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Disamping itu juga timbulnya modernisasi/reformasi pendidikan
Islam di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kemajuan pendidikan dan
tehnologi yang sedang berkembang di dunia Timur dan Barat akhir-akhir ini
serta berbagai dampak yang terjadi oleh berbagai faktor kekacauan kondisi
Indonesia waktu itu setelah lensernya penguasa orde baru. Tentu
pembaharuan pendidikan Islam itu sendir sangat berpengaruh sekali terhadap
politik, sosial, budaya serta juga tidak terlepas dari
pembaharuanpembaharuan pendidikan Islam itu sendiri seperti pemakalah
jelaskan di atas. Terlepas semuanya itu mencermati kondisi pendidikan
Islam sekarang ini membawa kepada kesadaran bahwa telah banyak terjadi
perubahan-perubahan dalam berbagai bidang untuk mengikuti
perkembangan zaman, namun dalam kondisi sekarang ini pendidikan Islam
berbagai delima terjadi sebagai akibat dari pengaruh politik yang
mengarahkan kepada kebijakan-kebijakan terhadap dunia pendidikan. Perlu
dipahami bahwa ada susahnya juga menjelaskan bagaimana perkembangan
pendidikan Islam di Indonesia yang berkembang pada abad 21 sekarang ini,
karena abad 21 ini memang baru saja dimulai. Namun demikian kita hanya
bisa memprediksi bagaimana dinamika pendidikan Islam kedepan nantinya
setelah melihat kondisi yang berjalan sekarang ini. Tentu dalam Parsipasi
politik terhadap dunia pendidikan Islam pada masa orde baru dan era
reformasi jelas ada perbedaan dan kemajuan, dalam hal ini pendidikan Islam
pada masa orde baru lebih diarahkan pada upaya memperbaharui dan
memperbanyak lembaga pendidikan Islam yang lebih bermutu dan sejalan
dengan tuntutan zaman. Namun demikian dalam bentuk implimetasinya ini
belum terlaksana sepenuhnya, mengingat Indonesia baru berkembang setelah
merdeka dalam artikata lain masih berada dalam keadaan labil serta masih
mencari bentuk yang sesungguhnya. Selain dari itu adanya kekuatan
ideologis yang dapat mempengaruhi situasi politik dan kebijakan pemerintah
juga ikut mempengaruhi politik pendidikan Islam pada masa itu.Pemerintah
berada dalam tiga tekanan ideologi yaitu ideologi nasionalis, komunis, dan
Islamis. Namun setelah tergulingnya pemerintahan orde baru dengan
mengalihkan isu ke Reformasi maka disinilah awal berkembangnya wacana
demokrasi. Dalam hal ini sebagai contoh bahwa mahasiswa sudah memiliki
kebebasan yang luar biasa, tidak dalam tekanan.Bagi mahasiswa sudah dapat
merangcang berbagai program sesuai dengan aspirasi yang berkembang.Hal
ini dengan adanya kebijakan dan perubahan terhadap undang-undang sistem
pendidikan Nasional dengan nomor 20 tahun 2003.Maka dunia pendidikan
semakin berkembang dan maju di era reformasi ini artinya penekanannya
terletak pada desentralisasi dan demokratisasi. Dalam hal dunia pendidikan
dulu kewenangan yang semula diatur oleh pemerintah pusat dan berjalan
secara top-down sekarang diubah kewenangannya ada di pemerinta daerah
yang lebih mudah dalam berbagai hal sehingga polapun yang berjalan adalah
bottom-up. Namun lagi-lagi walaupun regulasi yang relatif longgar di era
reformasi ini ternyata belum memberi angin segar bagi dunia pendidikan,
apalagi pendidikan Islam bahkan banyak potensi untuk diselewengkan
dengan mengambil dalih demokratisasi dan desentralisasi. Demokrasi telah
menjadi kebebasan dan desentralisasi daerah telah menjadi keangkuhan
daerah.6 Sebenarnya kita bisa melihat perjalanan perkembangan pendidikan
Islam saat ini yang diawali dengan 'political will' para pejabatnya. Memang
tidak sulit mencari politisi muslim, namun terkadang orientasi politiknya
tidak sesuai dengan agenda kepentingannya karena harus mengikuti arus
partai yang diusungnya. Untuk itu perlu umat Islam tidak anti politik, karena
dengan politik agama dapat bertahan, jika menghindari politik tentu politik
akan dapat berubah arah dan dapat merugikan. Sudah saatnya agenda politik
disinkronkan dengan perkembangan pendidikan Islam ke arah yang lebih
baik. Jangan sampai mayoritas umat Islam Indonesia memiliki minoritas
dalam pendidikannya.

c. Ekonomi

Pengembangan ekonomi umat merupakan persoalan besar yang dihadapi


umat dewasa ini, sesungguhnya pemecahan hanya dapat dilakukan oleh umat
Islamitu sendiri dengan cara kembali kepada aturan-aturan Allah,
diantaranya dengan menanamkan sifat wirausaha bagi setiap umat,
membantu kemitraan atau jaringan yang kuat dengan berbagai pihak
terutama dengan sesame muslim, membuat kebijakan-kebijakan yang lebih
memihak kepada pertumbuhan ekonomi umat, dengan cara mensupport
secara moril maupun materil yang bersumber dari dana zakat, menjalankan
transaksi dan perilaku ekonomi sesuia dengan aturan-aturan dalam ajaran
Islam. Partisipasi modernisasi pendidikan Islam dalam bidang ekonomi
sekarang sudah cukup mengembirankan, berbagai hal yang telah
dilaksanakan oleh para tokoh-tokoh Islam dalam ekonomi kapitalis untuk
menuju ekonomi syara’ah, hal ini sekarang telah banyak membawa
perubahan tentang tersebut, seperti 1. Lahirnya bank-bank yang bersyariah,
dengan kahadiran modernisasi ini sedikit demi sedikit semua lembaga akan
mengarahkan ke syariah. 2. Simpan pinjam masyarakat lemah tanpa bunga
dan imblan, kalau di Aceh seperti lembaga Afdhal dan al Firdaus,
merupakan lembaga keuangan bersifat syariah dalam membantu
perkonomian masyarakat muslim khususnya. Disamping itu perkembagan
ekonomi Islam di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak prakemerdekaan
dan berkembang samapi saat ini yang memiliki cirikhas yang
beragam.Namun perkembangannya mengarah misi-misi nasionalisme, dalam
hal ini solidaritas keagamaan dan Islamisasi salah satu hal yang penting
terhadap gerakan ekonomi di di Indonesia.Pada masa pra dan menjelang
kemerdekaan, konfrontasi ini yang menjadi dinamika perubahan dengan
pemerintahan kolonial Belanda memunculkan sentimen nasionalisme dikala
itu dan keagamaan.Nasionalisme diarahkan sebagai respons terhadap
kolonialisme Belanda yang bertindak diskriminatif terhadap pribumi.
Sentimen agama digunakan sebagai gerakan solidaritas komunitas Muslim
terutama di Jawa dan Sumatera untuk membangkitkan kesatuan keagamaan
dan kemerdekaan.Pasca kemerdekaan hingga reformasi, gerakan ekonomi
Islam lebih kental dengan dinamika kapitalisasi organisasi keagamaan untuk
kesejahteraan umat dan dakwah, seperti Muhammadiyah, Persis dan
Nahdlatul Ulama. Secara sederhana ekonomi salah satu tulang punggung
dalam kehidupan suatu bangsa yang dapat menentukan lambat-cepatnya
serta lemah-kuatnya suatu proses perkembangan terutama bidang pendidikan
dalam masyarakat suatu bangsa. Oleh karena itu, kehidupan ekonomi suatu
bangsa banyak mempengaruhi pertumbuhan lembaga pendidikan.

d. Intelektual
Semenjak modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia telah banyak para
intelektual muslim yang menuntut ilmu ke barat atau ke timur kembali ke
Indonesia untuk mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia, para
intelektual tersebut membuka wawasan dan ide-ide untuk melakukan
pembaharuan tentang pendidikan Islam, maka sejak tahun 1960 melalui
gagasan para cindikiawan muslim tersebut mengadakan pertemuan dengan
pemerintah Indonesia dalam rangka membangun peradaban manusia dalam
bentuk: 1. Mendirikan lembaga pendidikan Islam mulai dari Raudahtul
Atfhal yang dulunya tidak ada. 2. Mendirikan perguruan Tinggi Islam, telah
menyediakan sejumlah perguruan Tinggi Islam, lahirnya perguruan tinggi
agama di Indonesia tidak terlepas dari tokoh-tokoh pendiri PTKI itu sendiri,
seperti Muhammad Nasir, satiman wirjosandjojo, dan Muhammad Hatta,
lewat merekalah sebuah gagasan dalam medirikan lembaga pendidikan
Tinggi Islam, mereka melihat kondisi pendidikan Islam di Indonesia yang
harus dikembangkan, pertama, masyarakat Islam banyak tertinggal dalam
bidang pendidikan, kedua masyarakat nonmuslim maju karena mengadopsi
pendidikan barat, ketiga perlunya menghubungkan pendidikan Islam dengan
dunia internasional, keempat, pendidikan local penting untuk diperhatikan
dalam pendidikan Islam. 3. Tranformasi pendidikan tinggi yang lebih maju
dengan program mengubah bentuk, sekarang ini sudah 21 IAIN menjadi
UIN sebagai wujud untuk memungkinkan memperluas berbagai kajian
bidang yang mencakup berbagai rumpun ilmu. 4. Perubahan kurikulum
pendidikan Islam di Indonesia, tentu modernisasi pendidikan Islam di
Indoensia berkembang pesat awal mulanya pada abad 17 dan 18 berasal dari
Timur dan Barat, sebagai salah satu pengembangan dalam modernisasi
dilembaga pendidikan Islam di Indonesia adalah kurikulum yang harus
disesuaikan. 5. Terakhir diakui lembaga pesantren di Indonesia yang dulunya
hanya sebagai pendidikan non formal, dengan lahirnya undang-undang
tersebut pada tanggal 24 Maret 2019 kamarin. Maka pesantren sudah mulai
berkiprah kembali dalam mencetak kader-kader ulama, cendikiawan muslim
yang berkualitas.

4. Sebuah Madrasah Aliyah Swasta, dengan profil sebagai berikut: 1) Masa operasi
20 tahun; Dikelola oleh Keluarga; Lokasi di Kota Kecamatan, dengan penduduk
mayoritas Muslim; 2) Jumlah guru 12 orang (9 S1, 3 SLTA); jlh murid 150
orang, rata-rata dari keluarga sederhana; 3) Bangunan: ruang kelas 7; ruang
administrasi 2; listrik tersedia; tidak ada akses internet.

a. Rencana Tindakan (Action Plan) berjangka waktu lima tahun untuk


memodernisasi MA di atas sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai