Anda di halaman 1dari 12

ISLAM DAN TANTANGAN MODERNITAS

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:

“STUDY ISLAM”

Dosen Pengampu:

Dr. Fathur Rozi, M.H.I.

Disusun Oleh:

Muzakki Ridwan

JURUSAN USHULUDDIN
PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL FITHRAH
SURABAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Umat Islam pada zaman sekarang cenderung takut jika menemukan paham baru yang
masuk ke dalam Islam. Salah satu istilah yang kencang didiskusikan pada level ilmiah
adalah paham pluralis, dan segala hal yang berbau kemodernan meskipun hal tersebut baik
untuk mengembangkan wawasan dan khazanah ilmu pengetahuan Islam demi menghadapi
persoalan-persoalan yang terus berkembang dan semakin kompleks dewasa ini.
Keberadaan paham-paham keagamaan selalu mengiringi sebuah peradaban, dan
paham keagamaan tidak untuk mematikan agama ataupun ajaran yang telah tumbuh
berabad-abad lamanya, justeru sebaliknya yaitu mewarnai jalan untuk mencapai peradaban
itu sendiri1
Namun yang terjadi saat ini justru pemeluk agama itu sendiri yang memiliki sifat
ekslusif terhadap pembaharuan-pembabaruan yang ada. Peran dari para pemuka-pemuka
agama juga turut mengambil andil dalam memahami perkembangan ilmu pengetahuan.
para pemuka agama ini justeru sangat kaku dan cenderung menolak apabila terdapat
istilah-istilah baru yang lahir pada era sekarang.
Islam sebagai agama dan peradaban dalam perkembangannya tentu saja akan
berhadapan dengan tantangan modernitas2. Dalam perkembangannya tentu saja terdapat
perbedaan pendapat dan sikap dalam menyikapi persoalan Islam dan modernitas ini. Ada
dua pandangan yang berseberangan terkait dengan isu modernitas dalam Islam, yang
pertama dari kaum tradisionalisme dan yang kedua dari kaum modernisme. Sejatinya
Islam dikenal sebagai agama universal dan salah satu ajaran yang dengan sempurna
menampilkan universalisme Islam adalah lima buah jaminan dasar yang diberikan oleh
agama ini kepada seluruh masyarakat baik secara perorangan maupun sebagai kelompok.
Kelima jaminan dasar ini tersebar dalam literatur hukum agama yaitu pertama,
keselamatan fisik warga masyarakat dari tindakan badani di luar ketentuan hukum. Kedua,
keselamatan keyakinan agama masing-masing tanpa ada paksaan untuk berpindah agama,
ketiga keselamatan keluarga dan keturunan, keempat, keselamatan harta benda dan milik
pribadi di luar prosedur hukum dan yang kelima, ialah keselamatan profesi.3

1
Syekh Moh Abduh. 1992. Ilmu Dan Peradaban Menurut Islam Dan Kristen.( Bandung: CV. Diponegoro.)
2
Madjid, Nurcholish. 1992. Islam Doktrin Dan Peradaban. (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina)
3
Nurcholish Maadjid, Dkk. 2007. Islam Universal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dalam merespon isu-isu kemodernan ini tokoh-tokoh yang ikut serta memberikan
kontribusi berupa pemikiran terkait pembaruan dan penerapan sikap modern dalam
kehidupan masyarakat Islam terdiri dari beberapa orang. Mereka terdiri dari Jamaluddin
Al- Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Muhammad Iqbal dan beberapa
pembaharuan lainnya yang hidup pada era klasik.4
Dalam pandangan Nurcholish Madjid agama itu harus selalu menjadi sumber dari
sistem nilai, kemudian sistem nilai ini memberi dimensi moral sebagai landasan
membangun peradaban. Jika suatu agama tidak dapat membangun peradaban, dan tidak
dapat bertahan dikarenakan bertabrakan dengan ilmu, maka sistem nilai nya juga akan ikut
ambruk dan tahap selanjutnya adalah peradabannya yang akan ambruk.
Tantangan modern umat Islam pada masa kini pun didasarkan pada apakah Islam
dapat bertahan sehingga tak lapuk karena hujan dan tak lekang dikarenakan panas. Betapa
pun perubahan manusia jika agama tersebut kuat maka ia akan akan selalu menjadi sumber
dinamis manusia dalam mencari jawaban atas segala permasalahannya.
Untuk itu tantangan umat Islam masa kini adalah berupaya mengembalikan nilai- nilai
keuniversalitas Islam itu sendiri agar terwujudnya peradaban Islam yang lebih baik dari
sebelumnya dan memperoleh kejayaan seperti masa sebelumnya.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu modernitas?
2. islam dan modernisasi?

4
Zarkasyi, Amal Fadhullaah. n.d. “Tajdid Dan Modernisasi Pemikiran Islam.” Jurnal Tsaqafah Vol. 9 (No. 2).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian modernisasi
Istilah modern secara bahasa berarti baru, kekinian, akhir, up-todate atau
semacamnya. Bisa dikatakan kebalikan dari lama, atau semacamnya.5 Esensi
modernisasi., menurut sebagian ahli, adalah sejenis tatanan sosial modern atau yang
sedang berada dalam proses menjadi modern.
Bagi ahli lain, esensi modernisasi ditemukan dalam kepribadian individual. Istilah
modern juga bisa berkaitan dengan karakteristik. Oleh karena itu, istilah modern ini bisa
diterapkan untuk manusia dan juga untuk yang lainnya.
Modernisasi memang sangat luas artinya, mencakup proses memperoleh citra
(images) baru seperti citra tentang arah atau perubahan atau citra tentang kemungkinan
perkembangan.6 Batasan-batasan modernisasi sering kali hanya ditekankan pada aspek-
aspek perubahan dibidang teknologi dan ekonomi.
Akan tetapi, sebagaimana dikemukakan oleh Manfred Halpern, revolusi modernisasi
sebenarnya melibatkan transformasi semua sistem yang berlaku sebelumnya dalam
masyarakat, baik sistem politik, sosial, ekonomi, intelektual keagamaaan maupun
psikologi.7 Modernisasi juga sering diindentikan dengan globalisasi, industrialialisasi,
urbaninasi dan sekularisasi.
Sejarah modern oleh aziz al-azmeh dikarakteristikkan dengan globalisasi kekuasaan
barat.8 Globalisasi menunjukkan perkembangan yang cepat dibidang komunikasi,
teknologi, transportasi dan informasi, yang menjadikan dunia semakin sempit karena
segala sesuatu semakin mudah dicapai. Proses globalisasi juga terbentuk oleh pertukaran
informasi dan budaya.9
Kaitannya dengan dunia barat, ada beberapa teori mengenai modernisasi. Daniel
lerner misalnya, beranggapan bahwa modernisasi identik dengan westernisasi,
sekurarisasi, demokratisasi, dan pada akhirnya liberalisasi. Tetapi ada yang membuat
dikotomi lebih bersifat teknologis, sementara westernisasi lebih berorientasi pada nilai.
5
Azizy, 2000. melawan globalisasi, 5.
6
Lauer, robert H. 2003, prespektif tentang perubahan sosial (terj) Alimandan SU, jakarta: rineka cipta 414.
7
Halpen, manfred, 1996 toward of father modernization of the study of new natian. Word politik , vol’ 17 ,
oktober, 1996. 173
8
al-azmeh, azis. 1993 islam and modernities. London: veerso.39.
9
Ahmed. Akbar s. 1994. Islam , globalization and post modernisn and islam . london. : roudledge.1.
Akan tetapi dikotomi ini dalam beberapa hal tidak tepat. Sebagai contoh, pesawat dan
bioskop, adalah sama-sama ciptaan barat, akan tetapi kita bisa menerima pesawat dan
tidak menerima bioskop. Artinya, modernisasi berimplikasi pada munculya
industrialisasi. Akan tetapi dinegara lain terjadi sebaliknya. Dimana industrialisasi
berimplikasi pada modernisasi.10
Artinya, modernisasi berimplikasi pada munculnya industrialisasi. Akan tetapi di
negara lain terjadi sebaliknya, diamana industrialisasi berimplikasi pada modernisasi,
sehingga ada yang menyebutkan abad modern terjadi karenya adanya revolusi industri.
Seperti yang dikemukakan oleh apter, bahwa modernisasi dibarat didahului oleh
komersialisasi dan industrialisasi, sedangkan dinegara non barat, modernisasi didahului
oleh komersialisasi dan birokrasi, sehingga bendix mendefinisikan modernisasi sebagai
seluruh perubahan sosial dn politi yang menyertai industrialisasi di kebanyakan negara
yang menganut peradaban barat.
Peter berger menyatakan bahwa ada lima pilar modernisasi:
1) Abstraction, yaitu gaya hidup dalam bentuk birokrasi dan teknologi
2) Futurity, bahwa masa depan menjadi orientasi pokok dalam beraktivitas dan
berimajinasi, serta gaya hidup diatur oleh waktu
3) Individuation, pemisahan individu dari segala rasa entitas kolektif, dan
membentuk alinasi
4) Liberation, bahwa pandangan hidup didominasi oleh pilihan bukan kebutuhan
artinya, segala sesuatu yang diluar kebutuhan, mampu diwujudkan
5) Seculaization, terjadinya kemerosotan dibidangan keyakinan keagamaan

1. Dampak Modernisasi
Yang dimaksud dengan dampak modernisasi disini adalah perubahan yang biasa
terjadi bersamaan dengan usaha modernisasi. Perubahan itu bisa terjadi dalam enam
bidang besar yaitu: demografi, sistem stratifikasi, pemerintahan, pendidikan, sistem
keluarga, dan nilai, sikap serta kepribadian.
Perubahan demografis yang terjadi bersamaan dengan upaya modernisasi
mencakup pertumbuhan penduduk dan perpindahan dari kawasan pedesaan ke kawasan
perkotaan. Jadi ciri khas dari perubahan demografis dalam proses modernisasi adalah
pertambahan jumlah penduduk dikota.

10
Bendix, reinhart. 1964. Nation building and citizeenship. Garden city: anchor books,6
Dalam perubahan sistem strafitikasi, pembagian kerja menjadi semakin rumit,
bersamaan dengan meningkatnya jumlah spesialisasi, status cenderung berdasarkan atas
prestasi sebagai pengganti status berdasarkan atas asal-usul (ascription). Terjadinya
pergeseran dalam peluang hidup di berbagai strata sosial. Kecendrungan peningkatan
status sosial wanita, perubahan dibidang pendidikan: baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Di sini pendidikan menjadi sangat penting dalam membentuk manusia modern.
Perubahan dalam bidang kehidupan keluarhga juga tidak lepas dari pengaruh
faktor modernisasi. Dimana pergeseran dari kawasan pedesaan ke kawasan urban,
meningkatnya ketegangan hubungan antara anggorta keluarga besar. Keluarga kecil
sering menjadi ide utama modernisasi.
Lerner menyatakan bahwa manusia modern gemar mencari sesuatu sendiri.
Mempunyai kebutuhan untuk berepretasi dan gemar mencari sesuatu yang berbeda dari
orang lain11. Jadi manusia modern adalah manusia yang mampu berfungsi secara efektif
dalam sebuah bangsa Yang sedang mengalami pertumbuhan.
Sebagaimana juga yang diungkap oleh ibnu khaldun tentang teori siklus
peradaban, bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, selalu terjadi perpindahan gaya
hidup, dari nomadic ke arah sedentary.atau seperti yang dikatakan oleh toynbee bahwa
perpindahan (mutation) dari masyarakat primitif ke arah masyarakat beradab (civilized),
atau dari kondisi yang statis ke arah dinamis, adalah suatu hal yang natural dalam sejarah
peradaban kemanusiaan.12

B. Islam dan menghadapi modernisasi


Modern, diistilahkan oleh beberapa pemimpin muslim sebagai sikap untuk mengukuti
model barat di bidang pendidikan, teknologi, dan industi. Modernisme juga berarti ide-
ide impor tentang sekularisme, sosialisme, dan industrialisasi. Isu sentral dari
modernisasi dibidang pemikiran islam adalah mengharmonikan keyakinan agama dengan
pemikiran modern, lebih jauh lagi bisa dikatakan bahwa modernisasi menekankan pada
kemajuan (progresive). Ilmiah (sciensitif). Rasional.13
Arus modernisasi yang terjadi pada suatu masyarakat, pedesaan, lebih-lebih
perkotaan, telah banyak menggeser beberapa pola pikir, seperti kepemimpinan, dari
polimortif ke monomorfik. Para kyai yang tadinya mengurusi banyak peran, dalam
perkebambanganya menjuru ke satu peran.
11
Lerner, daniel. 1958, the passing of tradisional society, clencoe, free press.50
12
Toynbee, 1947, A study of history, new york, oxford university press, 50
13
Lauer, prespektitentangperubahan,253.
Diperkotaan peran keagamaan ini pun terpilah-pilah kembali. Yakni setelah
munculnya para cendekiawan muslim sehingga dalam soal keagamaan, masyarakat islam
kota malah lebih cenderng berpaling ke para cendekiawan muslim ini. Meski para
cendikiawan muslim barang kali, tingkat kedalaman keagamaanya lebih dangkal bila
dibandingkan para kyai. Mereka menjadi sumber acuan keagamaan karena pemikiran
yang lebih rasional dan empirik.
Modernisme dan tradionalisme merupakan dua fenomena global yang dapat dijumpai
dalam berbagai masyarakat yang menganut agama-agama dunia, seperti yahudi, hindu,
kristen, dan islam. Modernisme pada awalnya diartikan sebagai aliran keagamaan yang
melakukan penafsiran terhadapa doktrin agama kristen untuk menyesuaikannya dengan
perkembangan pemikiran modern.
Dengan demikian, antara pandangan dunia para penganut islam dengan fenomena
sosial selalu terdapat keterkaitan. Atau dialetika, yang saling memperngruhi satu sama
lain. Dengan kata lain, islam dalam realitas sosial dapat berperan sebagai subyek yang
mendinamisasi dan menentukan perkembangan sejarah. Tetapi pada saat yang sama, ia
juga dapat menjadi obyek, karena mengalami tekanan dari kekuatan dan faktor sosial
lainnya.
Bagaimana persisnya posisi islam dalam pergumulan itu tergantung banyak pada
kemampuan dan kekuatan yang dikembangkan islam sendiri melalui para pemikiranya,
apakah ia akan menjadi subyek yang tangguh dan dinamis untuk mengerakaan dan
mengarahkan perubahan sosial. Atau sebaliknya, justru islam menjadi obyek dan sasaran
perubahan sosial.
Seperti terlihat dalam perjalanan sejarah, islam tidak selalu dapat sepanjang waktu
memainkan peran ideal sebagai determinasi bagi para pemeluknya untuk memahami
realitas. Atau sebagai subyek perubahan sosial dn kultural.
Kenyataan ini terkait banyak dengan sifat ilahiah dan iransendasi islam itu sendiri
berupa ketentuan-ketentuan yang normatif dan dogmatis, yang dipercayai berlaku
universal, dan yang dipercayai pula bisa mengandung konsekuensi dan implikasi teologis
yang berat jika tidak dipegangi atau bahkan sekedar direninterpretasikn sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman.

1. Masyarakat islam dan modernisasi


Jika kita teliti lebih cermat secara global, dalam kaitannya dengan sikap yang
dimunculkan untuk mengahadapi modernisasi, dikalangan umat islam terdapat empat
orientasi pemikiran ideologis yang dianggap mewakili kelompok-kelompok yang ada:
 Kelompok tradisionalis-konservatif
 Kelompok radikat-puritan
 Reformis,modernis
 Sekurer-liberal
Kelompok tradisonal-konservatif adalah mereka yang menentang kecenderungan
pembaratan (westernizing) yang terjadi pada abad yang lalu dalam islam, seperti yang
dipahami dan dipraktekkan dikawasan-kawasan tertentu. Kelompok ini juga ingin
memepertahankan beberapa tradisi ritual yang dipraktekakan oleh beberapa ulama
salaf
Para pendukung orientasi ideologis semacam ini bisa ditemukan khususnya
dikalangan desa dan dalam kelas bawah.
Kaum radikal-puritan adalah kelompok yang juga menafsirkan islam
berdasarkan sumber-sumber asli yang otoritaf. Kelompok ini melakukan pendekatan
konsevatif dalam melakukan reformasi keagamaan. Bercorak literaris, dan
menekankan pada doktrin.
Kelompok ini juga bisa disebut sebagai kelompok fundamentalis, meskipun
ada yang menolak penyebutan tersebut, dengan alasan bahwa kelompok
fundamentalis lebih keras dalam menolak pembaratan dan lebih bersikap
konfrontasional dibandingkan kelompok diatas.
sebuah gerakan pemikiran bercorak radikal prutal ini pernah muncul pada
abad ke-18 dinajh (saudi arabia) bernama wahabiyyah dibawh pimpinan muhammad
bin abd. Al-wahabba (1703-1787)
gerakan wahabiyyah aadalah gerakan muncul pada saat terjadinya degradasi
moral masyarakat islam, gerakan lain yang bercorak semacam ini adalah jumaat slam
dipuskesmas dipaksitan dengan tokohnya abu a’la al matuiidu (1903-1979).
Menurut penelitian munculnya beberapa kelompok radikal adalah karena
kehidupannya yang jauh dari kehidupan modern, contohnys: penganut khowarij.
wahabiyah muncul pasa masa sebelum masuknya modernisasi didunia arab.
Kelompok reformasi-modernisasi adalah kelompok yang memandang islam sangat
relavan untuk semua lapangan kehidupan, politik dan pribadi. Bahkan mereka
mengatakan banhwa pandangan-pandangan dan praktek tradisioal harus direformasikan
berdasarkan sumber-sumber asli yang otoritatifyakni al-qur’an dan as-sunnah.
Pemikiran islam modern ini merupakan pemikiran yang miliki kecenderungn untuk
mengambil beberapa pemikiran barat yang modern, rasional bahkan liberal. Atau
menafsirkan islam melalui pendekatan rasional untuk menyesuaikan dengan
perkembangan zaman.
Menurut mereka hukum islam tidak baku, tapi harus dirubah sesuai dengan situasi
sosial yang sedang berkembang.kelompok ini menganjurkan penafsiran ulang atas islam
secara fleksibel dan berkelanjutan. Kecenderungan modernisasi pemikiran islam muncul
pada dekade akhir abad ke-19 sebagai tanggapan atas pembaratan rezim dn pemerintahan
eropa.
Kelompok ini berkembang pada abad ke-19 dengan beberapa tokohnya sseperti:
Jamaluddin al-afghani, m.abduh , rashid rida dll yang membedakan kelompok ini dengan
revivalisme adalah bahwa yang paling pertama lebih banyak terjun di dunia intelektual.
Kelompok sekuler-liberal adalah mereka yang memandang bahwa jalan untuk
mereformasikan adalah dengan menyerahkan atau membatasi segala urusan alam dan
ritual pada personal dan menegakkan kekuatan logika dalam kehidupan publik.
Sifat tradisional dari sebuah agama adalah bahwa ia dimanifestasikan dalam
kencendrungannya kepada YME, yang didasarkan kepada kesatuan yang maha suci. An
memandang yang maha kuasa kuasa sebagai sesuatu yang tidak bisa berubah dari masa
lampai hingga sekarang.
Sesungguhnya yang menjadi perdebatan diantara beberapa kelompok diatas tadi
bukanlah tentang pokok-pokok ajaran islam itu sendiri (great tradition) akan tetapi
bagaimana memanifestankan ajaran islam itu dalam sistem kehidupan sosial.
Dalam melakukan perubahan masyarakat bisa melakukan nya dengan tentang
berpegang pada tradisi sebagai pijakan. Dalam teori dikotomi antara masyarakat
tradisional dan modern, proses modernisasi terlintas tapi tidak demikian yang sebenarnya
bahwa modernisasi tidak menuntut ditingalnya tradisi disetiap langkah menuju
masyarakat modern, karena sesungguhnya tradisi itu tidak statis.
Tradisi akan berubah terlepas dari proses modernisasi. Karena perubahan itu adalah
normal. Segala sesuatu akan mengalami perubahan bila tradisi dapat berubah tanpa
moderninsasi. Berarti modernisasi juga dapat terjadi tanpa perubahan mendasar dalam
tradisi.
Dalam studi dimeksiko, terdapat kesimpulan bahwa industrialisasi disana dibangun
tanpa kehilangan nilai-nilai tradisi. Dimana hal itu terjadi dikota industri sludet yang
dibangun pada tahun 1950an. Dalam penelitianitu ditunjukkan kecilnya perbedaan sikap
dan nilai diantara buruh pabrik dan petani dikawasan pedesaan yang mengelilingi kota
industri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Istilah modern secara bahasa berarti baru, kekinian, akhir, up-todate atau
semacamnya. Bisa dikatakan kebalikan dari lama, atau semacamnya, menurut
sebagian ahli, adalah sejenis tatanan sosial modern atau yang sedang berada
dalam proses menjadi modern. Yang dimaksud dengan dampak modernisasi
disini adalah perubahan yang biasa terjadi bersamaan dengan usaha modernisasi.
Perubahan itu bisa terjadi dalam enam bidang besar yaitu: demografi, sistem
stratifikasi, pemerintahan, pendidikan, sistem keluarga, dan nilai, sikap serta
kepribadian.
 dalam kaitannya dengan sikap yang dimunculkan untuk mengahadapi
modernisasi, dikalangan umat islam terdapat empat orientasi pemikiran ideologis
yang dianggap mewakili kelompok-kelompok yang ada:
Kelompok tradisionalis-konservatif
Kelompok radikat-puritan
Reformis,modernis
Sekurer-liberal

DAFTAR PUSTAKA
Ahmed. Akbar s. 1994. Islam , globalization and post modernisn and islam . london. :
roudledge.1.
al-azmeh, azis. 1993 islam and modernities. London: veerso.39.
Azizy, 2000. melawan globalisasi, 5.
Bendix, reinhart. 1964. Nation building and citizeenship. Garden city: anchor books,6
Halpen, manfred, 1996 toward of father modernization of the study of new natian. Word
politik , vol’ 17 , oktober, 1996. 173
Lauer, prespektitentangperubahan,253.
Lauer, robert H. 2003, prespektif tentang perubahan sosial (terj) Alimandan SU, jakarta:
rineka cipta 414.
Lerner, daniel. 1958, the passing of tradisional society, clencoe, free press.50
Madjid, Nurcholish. 1992. Islam Doktrin Dan Peradaban. (Jakarta: Yayasan Wakaf
Paramadina)
Nurcholish Maadjid, Dkk. 2007. Islam Universal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syekh Moh Abduh. 1992. Ilmu Dan Peradaban Menurut Islam Dan Kristen.( Bandung: CV.
Diponegoro.)
Toynbee, 1947, A study of history, new york, oxford university press, 50
Zarkasyi, Amal Fadhullaah. n.d. “Tajdid Dan Modernisasi Pemikiran Islam.” Jurnal
Tsaqafah Vol. 9 (No. 2).

Anda mungkin juga menyukai