Anda di halaman 1dari 6

Islam Saat Ini

Fatwa Azmi Syahriza


Meilia Kumala Sari
Ahmad Fakk Dominika
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jl. Gajayana No. 50
fatwazmi@gmail.com
Meilia@gmail.com
Dominic@gmail.com

Abstrak.
Sejak awal abad ke-19, Islam dan modernitas merupakan salah satu bahasan paling
menarik pada literatur Islam hingga saat ini. Tema keislaman sering mengambil modernisasi
sebagai objek kajian yang cukup kontroversial. Tak berlebihan jika mengatakan bahwa
modernitas adalah faktor perubahan umat Islam sejak abad ke-19 hingga saat ini.
Zaman modern merupakan titik balik bangkitnya umat Islam, khususnya pada bidang
pendidikan. Pada masa sebelumnya, yakni pertengahan, umat Islam mengalami kemunduran di
berbagai bidang. Maka dari itu, masa modern disebut sebagai masa pembaharuan yang nantinya
akan melahirkan berbagai pemikiran terbarukan.1 Sebutan modernisasi menjadi kata penting
dalam abad ini. Modernisasi berasal dari kata modern yang mempunyai arti terbaru, mutakhir,
cara yang sesuai zaman. Adapaun modernisasi sendiri berarti proses perubahan perilaku
masyarakat yang disesuaikan dengan zamannya. Maksudnya, segala sesuatu mulai dari cara
berpikir hingga adat masyarakat berubah seiring berkembangnya IPTEK.2
Dalam prosesnya, pembaharuan Islam mempunyai tujuan untuk mengarahkan umat
kepada kemajuan. Hal itu disebabkan jauh tertinggalnya peradaban umat Islam dibanding
peradaban Barat.3 Berbagai latar belakang muncul sebagai alasan hadirnya pembaharuan Islam
atau Islam Abad Modern. Sebab itu, penting bagi kita semua sebagai generasi penerus Islam
untuk melanjutkan dakwah dan peradaban Islam tersebut sesuai dengan zamannya. Hal itu harus
dilakukan supaya Islam tidak lagi tertinggal dalam berbagai bidang serta menjadi pusat
peradaban yang diakui dunia.

1 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2009), 45.
2 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam ( Jakarta: Bulan Bintang, 1991), 11.
3 Mukti Ali,Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah (Jakarta: Djambatan, 1995), 1-4.

1
Kata Kunci. Sejarah Kebudayaan Islam, Peradaban Arab Pra Islam, Jahiliyah
Received : Approved :
Reviesed : Published :
Copyright ©
Correspondence Address:

A. PENDAHULUAN
Selain sebuah doktrin, Islam juga hadir sebagai bentuk peradaban dinamis. Artinya, Islam
berada sesuai dengan perkembangan umatnya. Islam lahir sebagai sesuatu yang sudah matang dari
segin konsep dan lainnya. Namun tetap dibutuhkan interpretasi serta kerangka berpikir yang
banyak dipengaruhi aspek sosiologis dan geografis. Oleh karena itu, perbedaan pola pikir
keduanya akan menciptakan kebudayaan yang bermacam-macam.
Respon terhadap kolonialisme muncul ketika umat Islam tersadar bahwa fenomena Islam
yang dinamis membutuhkan kesatuan pemahaman guna cengkeraman Barat terhadap Islam dapat
terlepas secara perlahan4. Memang, kesadaran itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Tapi
setidaknya, berbagai kerugian dan kemunduran sewaktu masa pertengahan bisa menjadi alas an
yang cukup kuat dalam memperbaharui peradaban Islam yang bukan hanya bersifat emosional
semata, namun juga tetap bersifat entusiastik.
B. PEMBAHASAN
Gerakan pemabaharuan Islam pada sejarah Islam menempatkan posisi Islam sebagai suatu
fenomena sosiologis yang dinamis sesuai dengan peradaban manusia. Sebelumnya, pada masa
pertengahan, Islam hanya dipandang sebagai doktrin dengan pendekatan interpretasi yang
liberal.5 Hal ini melahirkan perbedaan pandangan dari berbagai sudut. Fazlur Rahman
mengidentifikasikan penyebab perbedaan respon tersebut. Di antaranya:
1. Kekuasaan kolonial secara luas.
2. Pembaruan pendidikan dan kebudayaan Islam
3. Kecenderungan ulama terhadap pemerintah
4. Status negara dengan kolonial.
Jamaah Islamiyah dengan pendirinya, Sayyid Quthb, merupakan sebuah contoh konkret di
atas. Organisasi ini berupaya untuk mencari jawaban atas kegagalan konsep kesatuan negara.
Meskipun jawaban atas permasalahan tersebut belum ditemukan, setidaknya ia dan

4 As‟ad Abu Khalil, “Revival and Renewal, The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, vol. 3, 431.
5 Fazlur Rahman,Islam and Modernity (Bandung: Pustaka, 1985), 50-53.

2
organisasinya telah membangunkan umat untuk berpikir lebih jauh terhadap persamaan derajat
manusia dan transendentalitas yang merupakan 2 buah ide fundamentalnya. Jawaban
perubahan tersebut belum ditemukan sebab kondisi sosio-politiknya belum mampu menerima
adanya perubahan. Hingga pada akhirnya, Sayyid Quthb sendiri harus mundur bahkan
tertindas di negerinya sendiri.
Terdapat konskuensi logis dari hadirnya modernitas yang dirasakan oleh Fazlur Rahman.
Satu sisi, system pendidikan akan mendapatkan dampak sekulerisasi karena adanya gap antara
ilmu umum (barat) dengan muatan Islam yang masih tradisional. 6 Perbedaan keduanya akan
menjadi turunan system pendidikan tradisional dan modern. Jika salahsatunya akan
mengeluarkan agama dari sistemnya, maka yang lainnya akan tetap mempertahanakan
religionalitasnya secara keras juga. Perbedaan ini tentunya juga menghasilakan ouput yang
berbeda satu sama lain. Keduanya, tradisional dan modern akan saling melempar kritik
terhadap system masing-masing.
Modernisasi merupakan penghasil pemikiran anti-imperialisme yang mendapati consensus
dari gerakannya dalam urgensi perubahan pada dunia Islam. Konsensus tersebut ialah sebuah
perjalanan panjang umat Islam dalam kesadarannya atas ketertinggalan dari dunia Barat.
Hingga pada akhirnya membawa mereka memilih satu pilihan antara revolusi besar-besaran
atau sekadar reformasi biasa saja.
Sejak Jamaluddin al-Afghani memajukan rasionalitas dalam segala interpretasi dan re-
interpretasinya, serta tetap menyelipkan sufisme dalam pendekatan tematiknya, upaya-upaya
pembaharuan Islam dimulai. Namun hal tersebut belum bisa memberikan jawaban yang cukup.
Mesti lebih banyak dorongan kepada cendekiawan setelahnya untuk memikirkan konfrontasi
Islam irrasional versi mistisme.
Para penggerak Islam modern beranggapan bahwa pintu untuk berijtihad belum tertutup
seutuhnya, masih ada celah yang membutuhkan pemikiran lebih mengingat progresivitas
perkembangan dunia sosial serta bermacamnya masalah yang harus dihadapi. Makna spiritual
yang erat dengan sufisme tidak mesti dihilangkan, tetapi butuh peninjauan ulang supaya
orientasinya lebih berarti dibanding hanya melakukan ritual dan mengunjungi makam semata.
Muhammad Abduh memaparkan bahwa pendidikan Islam harus membuka diri terhadap
berbagai ilmu umum. Upaya tersebut dilakukan guna mencegah masuknya misionaris Kristen
yang sangat lekat kecerdasannya pada ilmu-ilmu umum tersebut. Anggapan bahwa wanita
termarjinalkan harus segera dilepas dengan meninjau interpretasi dan pandangan Islam
terhadap wanita.. Kelompok ulama juga harus senantiasa independen dan tidak tunduk kepada

6 Fazlur Rahman, Islam (Chicago: The University of Chicago Press, 1979), 193-195

3
penguasa. Segala macam penindasan juga harus dihapus supaya kemerdekaan bangsa dan
nasionalisme dapat tercapai dengan baik.7

2 proyek besar dari usaha pembaharuan Islam yaitu tertutupnya pintu ijtihad, dan ritual
sufisme yang dianggap keluar dari jalurnya. Untuk yang pertama, akan semakin banyak taqlid
buta yang menyebar. Sedangkan yang kedua, akan menjadikan umat Islam semakin setia
terhadap fatalism. Keduanya menjadikan usaha menafsirkan perubahan interaksi sosial
menjadi mati. Tentu saja akhir dari muaranya akan menyebabkan umat Islam tetap tenggalam
dalam kolam keterpurukannya. Harus ada perubahan yang dilakukan supaya rasionalisasi
dalam beragama tetap ada sesuai dengan ajaran Islam.
Namun sekali lagi, ada factor perbedaan sosio-politik yang mewarnai corak pembaharuan
Islam. Perbedaan pandangan juga akan menghasilkan perbedaan interpretasi terhadap apa yang
harus dilakukan. Harus ada jalan tengah yang menjadi jalan utama dari arus yang berbeda.
Jangan sampai tekad pembaharuan malah hanya menghadapi perbedaan pandangan internal
semata. Dibutuhkan keseragaman dalam menimbulkan dan menggugah semangat
pembaharuan Islam.
Permasalahan yang dihadapi umat Islam pada saat ini cukup kompleks, mulai dari
peradaban politik, ekonomi, hingga ilmu pengetahuan dan teknologi. Peradaban tersebut
mendesak adanya penemuan solusi yang merupakan pengalaman baru bagi umat Islam. Pada
masa-masa sebelumnya, umat Islam memegang penuh kendali atas peradaban berbagai bidang.
Perubahan peran itu menjadi permasalahan yang cukup pelik. Berbagai pertanyaan lama
menuntut refleksi dan jawaban yang sesuai dengan jalan cerita sejarah pada masanya.
Setidaknya, ada tiga upaya yang menekan adanya kebangkitan umat Islam:
a. Rencana yang matang.
Dibutuhkan pemetaan yang baik terkat masalah yang dihadapi umat Islam pada sekarang
ini. Juga mencakup rincian masalah dan rating kegentingan dari berbagai masalah tersebut.
Langkah yang sesuai dari rencana yang matang akan menciptakan tujuan yang final pula.
b. Padunya pemikiran dan langkah permasalahan.
Antara pemikiran dan tindakan dari permasalahan tersebut harus padu. Keduanya harus
seimbang supaya tidak ada jatah lebih pada satu pekerjaan. Harus ada tindakan nyata dari
perubahan, bukan hanya mengandalkan pidato dan wacana pemikiran semata.
c. Kebangkitan secara sistematis dan terstruktur.
Peradaban politik, pendidikan, dan ekonomi ialah 3 bidang yang berada pada skala

7Khalil, “Revival and Renewal,” 432-434.

4
prioritas. Artinya, jika ketiganya terprogram dengan baik, tentunya bidang-bidang lain akan
bangkit dengan seiringan.
C. PENUTUP
Hadirnya Islam di dunia bukan hanya sekadar sesuatu yang tanpa interpretasi terhadapnya.
Melainkan harus dipahami bahwa selain adanya doktrin, Islam juga mempunyai peradaban yang
harus dikembangakan potensinya. Gerakan pembaharuan merupakan langkah akibat dari alasan-
alasan rasional yang melatarbelakanginya. Para pencetus pembaharuan tidak ingin Islam hanya
berjalan di tempat dan terus tertinggal dari peradaban Barat. Padahal, jika ditelaah lebih lanjut,
potensi Islam untuk mampu menjadi peradaban terbaik di dunia sangatlah besar. Hanya saja
potensi tersebut dicegah oleh pemikiran klasik Islam sendiri yang masih bersifat tradisional.
Memang, sedikit banyak, pembaharuan akan memunculkan istilah-istilah baru yang
dikhawatirkan akan merusak ajaran Islam itu sendiri bahkan dianggap kebarat-baratan. Akan
tetapi, jika pembaharuan terus berjalan sesuai dengan tujuannya, rasanya hal tersebut tidak perlu
dikhawatirkan. Pembaharuan Islam bukan hadir untuk merubah paham menjadi sekuler, melainkan
menjadi jembatan penghubung antara nilai-nilai Islam yang tradisional menuju Islam Abad
Modern.

5
Referensi

Anda mungkin juga menyukai