Abstrak. Sebagai orang yang beriman atau disebut sebagai mukmin, kita dituntut untuk
mengimani 6 perkara yang telah ditetapkan. Di antara rukun iman tersebut adalah iman
kepada rasul-rasul Allah. Adapun Iman kepada para rasul merupakan materi yang
dipelajari dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada berbagai jenjang lembaga
pendidikan Islam. Terdapat banyak sekali hikmah dari mengimani rasul-rasul Allah.
Dengan mempelajari hal tersebut, diharapkan peserta didik dapat mendapatkan banyak
nilai dan pelajaran dalam kehidupannya.
Kata Kunci. Pendidikan Agama Islam, Rukun Iman, Rasul-Rasul Allah
Received : Approved :
Reviesed : Published :
Copyright ©
Correspondence Address:
A. PENDAHULUAN
Kewajiban mengimani rukun iman merupakan hal mutlak bagi setiap muslim.
Termasuk iman terhadap rasul-rasul Allah. Iman terhadap rasul mempunyai arti yakin
terhadap para rasul Allah yang menyampaikan ajaran Allah kepada para umatnya. Para
rasul merupakan manusia yang diberi berbagai keistimewaan dan bertugas untuk
mengajak umatnya untuk berada di jalan Allah.
Mengimani rasul-rasul Allah adalah hal yang berkesinambungan satu sama lain.
Keimanan tersebut merupakan turunan dari keimanan terhadap malaikat yang menjadi
perantara wahyu dan juga kitab-kitab sebagai pegangan hidup yang diberikan kepada para
rasul guna dibagikan kepada umatnya.
Terdapat banyak dalil dari al-Quran maupun al-Sunnah tentang iman kepada rasul-
rasul Allah ini. Dengan mempelajari dalil-dalil tersebut secara matang diharapkan kita
mampu mengambil manfaat yang nantinya akan kita terapkan dalam kehidupan kita
sehari-hari serta semakin meningkatnya keimanan kita dengan sebab mengikuti jejak
kebaikan rasul-rasul Allah.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Rasul-Rasul Allah
Pada Q.S. al-Muminun ayat 44, Allah menjelaskan bahwa rasul merupakan
utusan yang diutus untuk sebuah keperluan dengan arahan dari Allah. Juga terdapat
dalam perkataan orang Arab yaitu Jaat al-Ibilu Rasala yang berarti unta yang datang
berturut-turut.
Kata rasul dan nabi memang kadang kala dianggap serupa. Padahal,
terdapat beberapa perbedaan antara keduanya. Juga ada pengucapan kata nabi
setelah rasul pada Q.S. al-Hajj ayat 52.
Jumlah keduanya pun berbeda. Dalam suatu HR. Ahmad dikatakan bahwa
jumlah nabi 124 ribu dan rasul berjumlah 311. Hal itu karena tugas rasul lebih
1
khusus dibanding dengan nabi meskipun dengan tujuan yang sama. Sederhananya
nabi bertugas untuk menerima wahyu dan ajaran-Nya untuk dirinya sendiri
sedangkan rasul menerima wahyu dan ajaran-Nya untuk dirinya sendiri dan untuk
umatnya yang telah ditentukan. Seorang rasul sudah pasti termasuk nabi. Namun
seorang nabi belum tentu masuk kategori rasul.
Dalil tentang rasul-rasul Allah tercantum dalam Q.S al-Hajj ayat 52, yaitu:
ُول َواَل نَبِ ٍّي إِاَّل إِ َذا تَ َمنَّ ٰى أَ ْلقَى ال َّش ْيطَانُ فِي أُ ْمنِيَّتِ ِه فَيَ ْن َس ُخ هَّللا ُ َما ي ُْلقِي
ٍ َو َما أَرْ َس ْلنَا ِم ْن قَ ْبلِكَ ِم ْن َرس
ال َّش ْيطَانُ ثُ َّم يُحْ ِك ُم هَّللا ُ آيَاتِ ِه ۗ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم
3. Ulul Azmi
Di antara 25 nama nabi dan rasul yang wajib dihafal, terdapat sebutan Ulul
Azmi. Ulul Azmi adalah rasul-rasul pilihan yang sangat teguh dan tidak pernah
2
sama sekali goyah bahkan sangat sabar dalam menghadapi berbagai ujian dan
tantangan. Ulul Azmi berjumlah 5, yaitu:
1. Nabi Nuh AS;
2. Nabi Ibrahim AS;
3. Nabi Musa AS;
4. Nabi Isa AS;
5. Nabi Muhammad SAW.
Kelimanya merupakan rasul-rasul pilihan yang sesuai dengan definisi Ulul
Azmi tersebut. Dalil tentang Ulul Azmi tercantum dalam Q.S al-Ahzab ayat 7.
Ayat tersebut ditafsirkan oleh Imam al-Qurthubi yang menyatakan bahwa
mereka adalah rasul yang diberi Syariat dan kitab serta menjadi Ulul Azmi dari
para rasul juga pemimpin umat.1
C. PENUTUP
Setelah pemaparan di atas dapat disimpulkan terkait iman terhadap para rasul Allah
merupakan hal penting dan termasuk satu kesatuan dari rukun iman yang menjadi
pegangan umat muslim. Keimanan ini saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.
Semisal para rasul bertugas menyampaikan wahyu kepada umatnya yang nantinya akan
menjadi pedoman hidup yang tertulis dalam kitab-kitab Allah khususnya al-Quran sebagai
penyempurna kitab-kitab Allah sebelumnya.
Pendidik harus mampu menjelaskan tentang keimanan ini dengan baik guna dapat
dicerna oleh peserta didik. Pengajaran juga bisa diselingi dengan kisah-kisah yang terkait
dengan para rasul atau kisah-kisah terkait mukjizat yang dimiliki oleh para rasul tersebut
guna menarik perhatian dari peserta didik.
Banyak sekali manfaat yang kita peroleh dalam mempelajari keimanan terhadap
rasul Allah. Hendaknya manfaat dari keimanan tersebut dapat dikonversi sebagai
1
Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Al Qurthubi, Al Jâmi„ li Aĥkâm Al Quŕán, (Beirut:
Muá ssasah Risalah, 2006), jilid: 17, hal: 68.
3
perlakuan sehari-hari sebagai cerminan orang yang beriman. Hal itu guna keimanan kita
tidak hanya sekadar kepercayaan tapi menjadi amal perbuatan yang akan mendapatkan
ganjarannya pula.
REFERENSI
Azis, S. (2013). Kisah –kisah 25 Nabi & Rasul. Jakarta: Kunci Komunikasi.
Al-Asyqar, Umar Sulaiman. (2008). Rasul dan Risalah. Riyadh: Samo Press Group.
Daudy, Ahmad. (1997). Kuliah Akidah Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Husein Alhamid, Zain. (1995). Kisah 25 Nabi dan Rasul. Jakarta: Pustaka Amani.
Martiani, (2010). 101 Info Tentang Kisah Nabi dan Rasul. Bandung: Dar! Mizan Pustaka.
Muhammad bin Ahmad, Abdillah. (2006). Al Jâmi„ li Aĥkâm Al Quŕán. Beirut: Muassasah
Risalah.
Pramuko, Yudho. (2009). Kisah 25 Nabi dan Rasul for Kid. Bandung: Dar! Mizan.
Sayyid., Salafuddin, A. (2009). Mendidik Anak Bersama Nabi. Solo : Pustaka Arapah.