PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah adalah suatu aktifitas yang memanggil, mengundang, mendorong, mengajak serta
menyeru manusia agar beriman kepada Allah, meyakini dan membenarkan apa-apa yang
disampaikan oleh para Rasul serta menta’ati segala perintah Allah dan menjauhi larangan-
Nya. 1 Berdakwah itu sendiri tentu memiliki syarat bahwa aktifitas ini harus dilaksanakan
secara sungguh-sungguh dan sistematis. 2 Karena apa yang disampaikan didalam dakwah ini
tidak hanya sekedar Meng-Islamisasi kan para manusia di penjuru bumi, melainkan demi
menegakkan pemahaman yang benar terhadap Islam sacara murni.
Islam mengalami kemunduran beberapa dekade ini disebabkan lemahnya pemahaman
Tauhid yang merupakan dasar bagi seorang muslim. Serta hal ini dibarengi dengan berpecah-
belahnya Islam kedalam sekian banyak sekte yang membuat orang-orang salah memahami
Islam secara Haq. Bermula dari penyebarannya agama ini yang dipandang sebagai sesuatu
yang aneh, radikal, dan tampak terbelakang sekali.
Kondisi dewasa ini membuat kita semua tidak mampu lagi menggunakan Al-Quran
sebagai sumber kehidupan, dan akal sebagai sarana menjawab tantangan zaman.
Sehingga pada akhirnya TBC (Takhayul, Bid’ah, dan Churafat ) menjangkit setiap
jiwa Muslim. Akhlak masyarakat menjadi rusak dan pondasi akidah pun akhirnya
rapuh.
Kebenaran dan kebathilan saat itu bercampur aduk antara amalan agama Islam,
kebudayaan yang salah dan agama lain. Ini disebabkan umat Islam hidup dalam
fanatisme yang sempit. Umat Islam saat itu masih diwarnai oleh formalisme, ta’asub
(fanatik buta), dan sektarianisme. Inilah beberapa sebab yang mendorong banyak
kalangan pada generasi-generasi berikutnya melakukan perubahan dalam wacana ajaran
Islam.
Maka dari itu upaya dalam memberikan pemahaman ini terhadap orang lain diperlukan
dua buah proses yang sangat penting yaitu:
1. Memberikan informasi tentang pokok-pokok ajaran Islam yang univer-sal sehingga
tidak ada anggapan atas bentuk persoalan keIslaman yang hanya dikuasai oleh
segelintir manusia saja (mono Islam)
1
Nurjamilah, Ilmu Dakwah, hlm.4
2
Ibid, hlm. 2
2. Menunjukkan universalitas gerakan-gerakan Muslim dan berbagai kebijakan yang
lahir didalamnya seperti perbedaan pemikiran tentang wacana sosial, ekonomi,
politik, dan penetapan hukum yang berbeda yang bertentangan antara aliran yang satu
dengan aliran yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pemurnian dan pembaruan?
2. Bagaimana kemajuan dan kemunduran peradaban Islam dalam berbagai bidang?
3. Siapa tokoh-tokoh pembaru dalam dunia Islam?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui pengertian dari pemurnian dan pembaruan.
2. Agar dapat mengetahui bagaimana kemajuan dan kemunduran Islam dalam berbagai
bidang.
3. Agar dapat mengetahui tokoh-tokoh pembaru dalam dunia Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemurnian dan Pembaruan
Tajdid adalah kata yang diambil dari bahasa Arab yang berkata dasar "jaddada-yujaddidu-
tajdiidan" yang artinya memperbarui. At-Tajdid secara bahasa, maknanya berkisar pada
menghidupkan, membangkitkan dan mengembalikan. Makna-makna ini memberikan
gambaran tentang tiga unsur yaitu keberadaan sesuatu kemudian hancur atau hilang kemudian
dihidupkan dan dikembalikan. Kata ini kemudian dijadikan jargon dalam gerakan pembaruan
Islam agar terlepas dari Bid'ah, Takhayyul dan Khurafat.
Pembaharuan bisa dalam bentuk pemurnian dalam arti mengembalikan faham dan
praktek agama kepada dua sumber aslinya yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dengan
meninggalkan pertengkaran mazhab dan bid’ah yang disisipkan orang ke dalamnya (Abu
Bakar Aceh, 1970:5).3
Secara operasional, kebangkitan Islam tidak lain adalah bahwa Islam-lah yang
akan memimpin manusia sehingga tercapai kondisi rahmah bagi seluruh alam atau
kondisi sejahtera bagi manusia dan lingkungannya. Bagaimana Islam mampu memimpin
manusia? Jawabannya adalah tentu melalui prilaku manusia yang memiliki kemampuan
menggerakan arah kehidupan bermasyarakat itu. Manusia tersebut dalam proses
kepemimpinannya dengan tegas menerapkan nilai-nilai Ilahiyah yang memang bersumber
dari Allah SWT sehingga dinamika kehidupan sosial menjadi kehidupan yang alami. Oleh
sebab itu, kebangkitan Islam secara lebih operasioanal diartikan sebagai era/masa dimana
pemimpin suatu sistem sosial mengarahkan kehidupan masyarakatnya menuju suasana yang
sesuai dengan tuntutan Allah SWT.
Kesadaran berideologi
Pembenahan yang dilakukan oleh para pembaharu Islam adalah seruan untuk kembali
pada ajaran Islam yang sesungguhnya. Seruan ini berupa anjuran untuk menjadikan Islam
sebagai way of life Muslim. Muslim yang selama ini ada dalam kungkungan bangsa Eropa
menyebabkan mereka melakukan imitasi atas segala kebudayaan yang ada pada bangsa Eropa
3
http://ningkhoirunnisa27.blogspot.com/2018/04/pemurnian-dan-pembaharuan-di-dunia.html
tersebut. Ditambah lagi Liberalisme dan Kapitalisme semakin menjauhkan umat Islam dari
syariat-syariat Islam. Berangkat dari sini pula dan solideritas yang tinggi untuk kembali pada
kalimat sama yaitu Pengakuan Terhadap Allah Yang Esa berhasil menumbuhkan
kesadaran dan keyakinan yang paripurna.
Kesadaran Berpolitik
Politik sebagai kendaraan Muslim untuk mencapai cita-cita Islam adalah salah satu
usaha untuk merealisasikan keinginan tersebut. Tekanan yang kini terbebas dari kalangan
Eropa membuat kaum Muslimin berani untuk kembali meluruskan apa yang sebenarnya telah
terjadi berupa penyimpangan-pemnyimpangan dalam tubuh pemerintah. Abduh salah
seorang pembaharu Islam mengatakan bahwa bukan kondisi pemerintah yang kejam saja dan
tak berprikemanusiaan, tetapi juga para pemuka agama yang sudah masuk dalam
tubuh pemerintah. Para pemuka agama tersebut tidak lagi berani untuk menegur
penguasa yang salah dalam menetapkan kebijakan-kebijakan politik yang diputuskan oleh
penguasa.
Atas kritikan yang tajam itulah maka umat Islam bahu menbahu membenahi kekuragannya
untuk merangkul seluruh kalangan sebagai usaha menuju bentuk masyarakat yang
berkeadilan dn berkemanusiaan.
Maka pada tahun 1945 berdirilah sebuah organisasi kenegaraan pertama yang terdiri dari
bangsa Arab sebagai usaha menggalang solideritas Muslim internasioanl dan usaha
mengembangkan kebudayan serta peradaban Islam yaitu:
Saudi Arabia
Repulblik Yaman
Semua negara tersebut bergabung dan membentuk diri sebagai Liga Arab yang
menyokong seluruh negara-negara Islam di dunia untuk melepaskan diri dari kolonialisme
dan imperialime. Di samping itu Liga ini juga berfungsi untuk memajukan Politik, Budaya,
Ekonomi, Sosial, Militer, Kesehatan, HAM, dan sebagainya terhadap negeri Islam yang
masih terbelakang.
Pada perkembangan selanjutnya mulailah bermunculan berbagai organisasi di dunia.
Islam yang semuanya bertujuan untuk menciptakan kemajuan-kemajuan Islam. Antara lain
b. Pada tahun 1970 berdiri pula organisasi penggalangan dana solideritas Muslim untuk
membantu meringankan beban negri Muslim yang dilanda krisis. Organisasi ini bernama
Islamic Soliderity Funds.
Dalam memahami masalah ini umat Islam mampu untuk membe-dakan mana
sebuah syariat atau kebudayaan. Hingg pada akhirnya Muslim mampu menjawab segala
bentuk dimensi Islam dari berbagai sisi. Mereka memahami bahwa syariat Islam diturunkan
Allah untuk manusia agar mereka dapat mencapai kemaslahatan. Tujuan-tujuan tersebu
tadalah yang disebut Al-Maqasid As-syariyah. Menurut Imam Al-Ghazali, kemas-lahatan
bagi manusia akan dapat tercapai apabila terjaga dan terpelihara lima hal yaitu: agama, jiwa,
akal, keturunan, dan harta. Kelima hak tersebutlah yang menjadi pokok tujuan syariat
berupa: perintah, larangan, dan kebolehan mengerjakan sesuatu yang datang dari Allah
dan selalu mengacu pada usaha agar kelima hal tersebut syariat-syariat Islam mem-
punyai ciri-ciri khusus, diantaranya adalah sebagai berikut:
c. Adanya balasan rangkap yang diperoleh karena melaksanakan hukum itu, yaitu
balsan didunia dan di akhirat.
c. Penetapan suatu hukum sejalan dengan kebutuhan dan kebaikan orang banyak
d. Hukum ditetapkan berdasarkan persaman hak dan keadilan yang merata bagi
semua orang.
Selain itu Muslim dalam memandang ajaran ini tidak hanya terpatok pada sebuah
bentuk yang ada. Hingga tidak ada kesan bahwa yang dinamakan Islam adalah Shalat saja,
atau zakat, atau haji, atau puasa di bulan ramadhan.
Pembaharuan yang terjadi dalam dunia Islam itu telah berlangsung sejak Periode
Pertengahan, periode dimana dalam berbagai aspek umat Islam mulai mengalami
kemunduran. Pembaharuan itu mengalami percepatan pada Periode Modern, ketika umat
Islam mulai bangkit dari berbagai kekalahan dalam kontak mereka dengan Barat, bagian
dunia yang sebelumnya dianggap masih terbelakang. Uraian berikut mencoba
mendeskripsikan berbagai pembaharuan dalam dunia Islam itu.
1. Kesultanan Usmani
Didirikan oleh Usman, putra Artogol dari kabilah Oghuz di Mongol.
Awalnya datang ke Turki untuk meminta suaka politik kepada penguasa
Seljuk dari serangan tentara Mongol. Usman dipercaya menjadi panglima
perang Dinasti Seljuk menggantikan ayahnya. Setelah Sultan Alauddin
wafat, Usman mengambil alih kekuasaan, sejak itu berdirilah Dinasti
Usmani.
Dinasti Usmani berbentuk kesultanan yang beribukota di Istanbul,
Turki. Berasal dari suku bangsa pengembara yang bermukim di wilayah
Asia Tengah, salah satunya suku Kayi. Usman bergelar “Pedisyah Al-
Usman”, dibawah kepemimpinannya wilayah kesultanan semakin luas
dengan menaklukan beberapa wilayah, seperti Azmir (1327 M), Tharasyanli
(1356 M), Iskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Galipoli (1356 M).
Pada masa pemerintahan Muhammad Al-Fatih Kesultanan Usmani
mengalami puncak kejayaan, dan dapat menaklukan wilayah Byzantum
serta Konstantinopel (1453 M). Kemajuan Kesultanan Usmani ditunjukkan
dalam bidang :
8
Dari ilmu arsitektur tersebut, berdirilah berbagai masjid yang bagus serta
kaligrafi indah.
c) Bidang Agama
Muncul dua aliran tarekat, yaitu Bektsyi yang banyak pengaruhnya
dibidang militer, dan Maulawiyah yang banyak pengaruhnya di lingkungan
pejabat pemerintahan.
2. Kerajaan Safawi
Didirikan oleh Syah Ismail pada 907 H/1500 M di Tabriz, Persia
(Iran). Awalnya sebuah gerakan tarekat yang bernama Safawiyah yang
menjadi gerakan politik, dipimpin oleh Syekh Safifuddin Ishaq. Gerakan ini
memasuki wilayah politik dan pemerintahan karena merupakan tarekat militer
yang para pengikutnya berkeinginan memainkan peran politik untuk
memperkokoh kekuasaannya. Kegiatan politik dipertajam pada pemerintahan
Ismail, sehingga Ismail dianggap sebagai pendiri Kerajaan Safawi. Dibentuk
semacam kesatuan tentara agama atau Qizilbasy (si kepala merah) pada
pemerintahan Haidar.
Ismal menerapkan Syiah Isra Asyariah sebagai agama negara.
Sebelumnya Persia berada di bawah kekuaaan Suni, maka ia mendatangkan
ulama Syiah dari Iraq, Bahrein, dan Libanon untuk tujuannya. Program ini
mengalami pertentangan yang berat, karena tidak mudah mengubah ideologi
rakyat dari Suni ke Syiah. Banyak pula sastrawan dan ulama Suni yang
dibunuh demi penerapan Syiah ini. Syah Ismail terus melanjutkan penaklukan
sampai ke seluruh Iran, Heart maupun Diyarbakr (Turki), dan Baghdad
dengan dukungan pasukan Qizilbasy.
Pada masa pemerintahan Syah Abbas (1588-1629) Kerajaan Safawi
mengalami puncak keemasaan. Tidak hanya meredam konflik internal dan
merebut wilayah yang melepaskan diri, tetapi Syah Abbas juga mampu
melebarkan wilayahnya ke Tabriz, Sirwan, dan kep.Harmuz, bahkan
pelabuhan Bandar Abbas. Syah Abbas ingin melepaskan diri dari
ketergantungan dukungan kekuatan militer Qizilbasy, maka ia membentuk
kekuatan militer yang terdiri dari budak Kaukakus dan Georgia. Strategi ini
9
berhasil mengusir kekuatan Uzbek di Khirazan pada tahun 1598. Kemajuan
Kerajaan Syafawi ditunjukkan dalam bidang :
b) Bidang Ekonomi
Ekonomi dikendalikan langsung oleh pusat. Banyak memperkuat di
bidang pertanian dengan memperbanyak pengalihan tanah negara menjadi
tanah raja. Pertumbuhan ekonominya semakin baik karena stabilitas
keamanan yang dinamis dan situasi dalam negeri yang terkendali.
Pelabuhan Bandar Abbas menjadi jalur perdagangan antara Timur dan
Barat sehingga sektor perdagangan semakin maju. Di bidang pertanian
mengalami kemajuan terutama di daerah Bulan Sabit yang subur.
10
3. Kerajaan Mogul
Didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M) di India. Babur diwarisi
daerah Ferghana dari ayahnya ketika berusia 11 tahun. Berdirinya Kerajaan
Mogul di India menimbulkan serangan dari Kerajaan Hindu, serangan ini
dapat dikalahkan oleh Babur. Babur memerintah selama 30 tahun, setelah
wafat digantikan putranya, Humayun yang hanya memerintah selama 9 tahun
karena kondisi dalam negeri tidak aman dengan munculnya pemberontakan.
Humayun meninggal dan digantikan oleh anaknya yang berusia 14 tahun,
Akbar. Urusan pemerintahan diserahkan kepada Bairam Khan. Ketika Akbar
dewasa, ia memperluas wilayah dengan menaklukan daerah Chundar, Ghond,
Orisa, dan Asingah.
Pemerintahan dijalankan secara militeristik, pemimpin daerah dipimpin
ileh seorang komandan (sipah saleh). Terjadi kemajuan di berbagai bidang,
misalnya ekonomi dan pertanian, yang dipacu oleh stabilitas politik yang
aman dan pemerintahan yang stabil. Karya Malik Muhammad Jayadi yang
berjudul “Padmayat” menjadi karya sastra yang paling menonjol. Demikian
juga pembangunan masjid indah dan megah yang berlapis mutiara yang
disebut “Taj Mahal”.
11
diamalkan sampai kepada hakekat dan ruhnya. Pada masa itu ajaran Islam
dapat diibaratkan bagaikan pakaian, dimana kalau dikehendaki baru
dikenakan, akan tetapi kalau tidak diperlukan ia bisa digantungkan.
Akibatnya para pengendali pemerintahan memarjinalisasikan agama dalam
kehidupannya, yang mengakibatkan munculnya penyakit rohani yang
sangat menjijikkan seperti keserakahan dan tamak terhadap kekuasaan dan
kehidupan duniawi, dengki dan iri terhadap kehidupan orang lain yang
kebetulan sedang sukses. Akibat yang lebih jauh lagi adalah muncullah
nafsu untuk berebut kekuasaan tanpa disertai etika sama sekali. Kepada
bawahan diperas dan diinjak, sementara terhadap atasan berlaku menjilat
dan memuji berlebihan menjadi hiasan mereka.
Syari’at Islam adalah demokratis pada pokoknya, dan pada prinsipnya
musuh bagi absolutisme” (Stoddard, 1966: 119) Kata Vambrey, ” Bukanlah
Islam dan ajarannya yang merusak bagian Barat Asia dan membawanya
kepada keadaan yang menyedihkan sekarang, akan tetapi ke-tanganbesi-an
amir-amir kaum muslimin yang memegang kendali pemerintahan yang
telah menyeleweng dari jalan yang benar. Mereka menggunakan
pentakwilan ayat-ayat al-Quran sesuai dengan maksud-maksud despotis
mereka”.
12
3. Krisis bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Krisis ini sesungguhnya hanya sekedar akibat dari adanya krisis
dalam bidang sosial politik dan bidang keagamaan. Perang salib yang
membawa kaum Nasrani Spanyol dan serangan tentara mongol sama-sama
berperangai barbar dan sama sekali belum dapat menghargai betapa
tingginya nilai ilmu pengetahuan. Pusat-pusat ilmu pengetahuan baik yang
berupa perpustakaan maupun lembaga-lembaga pendidikan diporak-
porandakan dan dibakar sampai punah tak berbekas. Akibatnya adalah
dunia pendidikan tidak mendapatkan ruang gerak yang memadai. Lembaga-
lembaga pendidikan tinggi yang ada sama sekali tidak memberikan ruang
gerak kepada para mahasiswanya untuk melakukan penelitian dan
pengembangan ilmu. Kebebasan mimbar dan kebebasan akademik yang
menjadi ruh atau jantungnya pengembangan ilmu pengetahuan Islam satu
persatu surut dan sirna. Cordova dan Baghdad yang semula menjadi
lambang pusat peradaban dan ilmu pengetahuan beralih ke kota-kota besar
Eropa.
13
Beliau lahir pada tahun 1703 dengan nama lengkap Syeikh al-
Islam al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin
Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-
Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi.
3. Muhammad Abduh
Merupakan seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu
penggagas pergerakan modernisme Islam. Beliau lahir pada tahun 1849 di
Delta Nil (kini wilayahnya Mesir). Beliau belajar tentang filsafat dan
logika di Universitas Al-Azhar, Kairo pada tahun 1876 dengan mendapat
ijizah Alimiyyah. Ia juga murid dari Jamal al-Din al-Afghani atau
Jamaluddin al-Afghani. Pada tahun 1877, al-Afghani datang ke Mesir, ia
dikenal sebagai tokoh mujadid, mujahid, serta ulama Islam yang
berwibawa. Kehadiran beliau dimanfaatkan oleh Muhammad Abduh untuk
menemuinya. Pada pertemuan pertamanya itu, mereka berdiskusi tentang
masalah ilmu tasawuf dan ilmu tafsir. Sejak saat itu, Muhammad Abduh
selalu berada disamping Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh
menjadikan beliau sebagai guru besarnya.
4. Jamaludin al-Afghani
5. Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsudin bin Baha’uddin Al-
Qalmuni Al-Husaini
14
Islam yang awalnya digagas oleh Jamaluddin al-afghani dan Muhammad
Abduh. Ridha mempelajari kelemahan-kelemahan masyarakat muslim saat
itu, dibandingkan masyarakat kolonialis Barat, dan menyimpulkan bahwa
kelemahan tersebut antara lain kecenderungan umat untuk mengikuti tradisi
secara taklid. Ia berpendapat bahwa kelemahan ini dapat diatasi dengan
kembali ke prinsip-prinsip dasar Islam dan melakukan ijtihad dalam
menghadapi realita modern.
BAB III
KESIMPULAN
Tajdid adalah kata yang diambil dari bahasa Arab yang berkata dasar
"jaddada-yujaddidu-tajdiidan" yang artinya memperbarui. Kata ini kemudian
15
dijadikan jargon dalam gerakan pembaruan Islam agar terlepas dari bidah,
takhayul dan khurafat. At-Tajdid menurut bahasa, maknanya berkisar pada
menghidupkan, membangkitkan dan mengembalikan. Makna-makna ini
memberikan gambaran tentang tiga unsur yaitu keberadaan sesuatu kemudian
hancur atau hilang kemudian dihidupkan dan dikembalikan.
16