TENTANG
(PEMURNIAN DAN PEMBAHARUAN DALAM DUNIA MUSLIM)
Di susun oleh:
RAFEL SATRIA
21010049
DOSEN PENGAMPU:
Dr. RIKI SAPUTRA, MA
1
Lihat SEJARAH KELAHIRAN, PERKEMBANGAN, DAN MASA KEEMASAN ISLAM hal 57
2
Lihat SEJARAH KELAHIRAN, PERKEMBANGAN, DAN MASA KEEMASAN hal 60
2.1. Sebab-Sebab Kemunduran Islam
Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Islam, disebabkan oleh dua faktor,
yaitu: faktor intern dan ekstern.
1. Faktor Internal
• Banyak muncul sekte-sekte dalam islam yang menjadi duri dalam daging
• Banyak tertipu dan terlena dengan hidup glamor dan bermewah-mewah,
sehingga berdampak kemerosotan mental anak-anak kaum muslimin
• Munculnya fanatisme jahiliyah (asobiyah)
• Mulai melemahnya pemimpin-pemimpin kaum muslimin
• Tidak adanya kesiapan mental dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
Ketika berada di padang pasir mereka hidup bersahaja, miskin. Setelah
pindah ke daerah dengan harta yang melimpah ruah, mereka lupa diri.
Kehidupan yang konsumtif berlebihan maka terjadilah korupsi dan
penyimpangan-penyimpangan dan menyebabkan lemahnya kekuasaan
negara
• Mengendurnya tradisi disiplin
• Melemahnya kontrol terhadap penguasa-penguasa daerah
• Hilangnya tokoh yang berwibawa dan memiliki kekuasaan
• Jauhnya hubungan penguasa dan ulama
• Seringnya terjadi konflik dalam perebutan kekuasaan
• Dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kaum muslim
• Penyelewengan dan pemberontakan
• Merosotnya ekonomi
2. Faktor Ekstrenal
• Timbulnya dinasti-dinasti kecil, baik dari kalangan Islam mapun Kristen.
Semangat juang umat Kristen memuncak, sedangkan pihak Islam
semangat juangnya melemah
• Adanya goncangan politik
• Serangan dari musuh-musuh Islam yang begitu gencar
• Munculnya negara-negara kuat di Eropa
• Munculnya ide-ide baru seperti komunisme, sekularisme, nasionalisme,
demokrasi, republik dan reformasi yang ini menimbulkan masalah baru.
BAB III
KONSEP TAJDID DALAM ISLAM
3.1. Sejarah Perkembangan Peradaban Islam
Rasulullah ﷺBersabda "Sesungguhnya Allah ta’ala mengutus Umat ini pada tiap
penghujung seratus tahun akan muncul orang yang memperbaharui Agamanya. (Sunan
Abu Daud).
Secara bahasa, kata tajdid berarti pembaruan. Ia merupakan proses menjadikan
sesuatu yang terlihat usang untuk dijadikan baru kembali. Ia merupakan upaya untuk
menghadirkan kembali sesuatu yang sebelumnya telah ada untuk diperbaiki dan
disempurnakan.
Pada konteks ini, sejarah telah mencatat bahwa pembaruan telah terjadi di dunia
Kristen dengan adanya Reformasi Gereja yang terjadi pada abad pertengahan. Sebagian
tokoh Kristen menganggap agama Kristen harus direformasi tatanannya karena telah
dianggap telah terjadi penyelewengan yang dilakukan oleh para petinggi-petinggi
Gereja. Pembaruan juga terjadi di Barat dengan adanya revolusi Perancis yang di ikuti
dengan revolusi Industri yang diawali dengan bangkitnya Bangsa Eropa dari masa
kegelapan.
Pertanyaannya adalah, apakah dalam Islam juga terdapat pembaruan atau tajdid?
Apakah tajdid dalam Islam? Sepintas pertanyaan tersebut akan mudah terjawab. Dalam
benak kita pun akan terbayang sejumlah tokoh yang dikenal sebagai tokoh pembaharu
dalam pemikiran ke Islaman. Namun alangkah baiknya bila kita definisikan dahulu apa
yang dimaksud tajdid dalam Islam, untuk kemudian dengan mudah kita akan
mengetahui mana gerakan yang layak disebut sebagai pembaharuan.
Pembaruan dalam Islam bukanlah sesuatu yang evolusioner, melainkan lebih
cenderung devolusioner, dengan artian bahwa pembaruan bukan merupakan proses
perkembangan bertahap dimana yang datang kemudian lebih baik dari sebelumnya.
Pembaruan Islam adalah proses pemurnian dimana konsep pertama atau konsep
asalnya difahami dan ditafsirkan sehingga menjadi lebih jelas bagi masyarakat pada
masanya dan lebih penting lagi penjelasan itu tidak bertentangan dengan aslinya. Di sini
bukan perubahan yang terjadi, tetapi pemberagaman makna dan penafsiran. Di samping
itu, tajdid ini bisa berarti memperbaharui ingatan orang yang telah melupakan ajaran
agama Islam yang benar, dengan memberi penjelasan dan argumentasi-argumentasi baru
sehingga meyakinkan orang yang tadinya ragu, dan meluruskan kekeliruan atau
kesalahpahaman mereka yang keliru dan salah paham.
Sebenarnya proses ini telah diramalkan sendiri oleh Nabi ﷺdalam haditsnya.
Sesuai hadist diatas, bahwa hal ini mengandung peringatan bagi kaum Muslim untuk
selalu bersikap optimis dalam menghadapi hidup, karena Allah tidak akan membiarkan
kerusakan terjadi pada hamba-hambaNya. Sebaliknya Allah akan menyelamatkan
hamba-hambaNya dari kesesatan dan kebingungan dengan mengirim seorang mujaddid
yang akan menghidupkan kembali ajaran-ajaranNya.
Proses tajdid ini juga diperlukan karena pemahaman umat Islam terhadap ajaran
Islam telah semakin jauh dari bentuk dan sifat aslinya. Namun sang mujaddid akan tetap
berpegang teguh pada kebenaran mutlak yang terdapat dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Pada pengertian ini, pembaruan Islam berbeda dengan pembaruan yang terjadi di dunia
lain yang bersifat reformasi dan revolusi. Dimana yang datang kemudian akan menjadi
evaluasi dan menghapuskan pendapat yang lama. Begitu juga pembaruan Islam
mempunyai rujukan yang jelas, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Sementara pembaruan
lain akan terus berproses mencari dan tidak memiliki rujukan yang mutlak dan pasti.
3.2. Ke-bid’ah-an Semarak
Tidak dipungkiri lagi Islam terjaga, namun terkadang pengamalan Islam itu
melemah dan terjadi pengurangan dan pertambahan yang dimasukkan ke dalam ajaran
yang mulia ini. Karena itu, nampak bermunculan ke-bid’ah-an dan perkara yang
menyelisihi syariat, serta hilangnya beberapa Sunnah dengan sebab itu. Karena
lemahnya pengamalan atau bahkan hilangnya pengamalan ajaran Islam pada sebagian
besar kaum muslimin, maka umat Islam membutuhkan orang yang memperbarui agama
ini dengan mengembalikannya kepada keaslian dan kemurnian ajaran suci ini. Lalu
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pemurah dan Penyayang memberikan
anugerah-Nya kepada umat ini dengan dimunculkannya para mujaddid yang mengikuti
jejak langkah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar menghidupkan kembali
ajaran Islam dan mematikan ke-bid’ah-an, serta mengembalikan umat ini untuk
komitmen terhadap ajaran agamanya yang benar.
Istilah ini berasal dari bahasa Arab dari kata ( ) هجدَّدهdan () هج ِديْد. Kata Al-Jadid
banyak digunakan dalam Al-Quran dan As-Sunnah atau dalam penggunaan para ulama.
Bila kita melihat pengertian etimologi bahasa Arab tentang kata “At-Tajdid” dan kata
turunannya ternyata kembali kepada pengertian menghidupkan ()اإل ْحيهاء,
ِ membangkitkan
ُ )الب ْعdan mengembalikan (ُ عادهة
(ث )اإل ه.
ِ Sehingga ada tiga unsur makna yang terkandung
dalam kata tersebut yaitu keberadaan sesuatu ()و ُج ْود ك ْهونِيهة
ُ kemudian hancur atau hilang
( )بهلهى أو د ُُر ْوسkemudian dihidupkan dan dikembalikan (عادهة
)اإل ْحيهاء أو اإل ه
ِ .
4
3
HR. Abu Daud no. 3740 dan dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ahadits Ash-Shahihah,
no. 599
4
Mafhum Tajdid Ad-Dien, Bisthami Muhammad Sa’id, hal. 18).
“Sesungguhnya iman akan rusak di hati salah seorang kalian sebagaimana
rusaknya baju, maka mohonlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk
mengembalikan iman dalam kalbu kalian.”
5
Tajdid ad-Din, Mafhum wa Dhawaabith wa Atsaarahu hlm. 40-49
6
Lihat Taarikh al-Baghdadi, 2/62
7
Lihat Faidh Al-Qadir,2/281
Oleh karena itu, imam Ahmad bin Hambal rahimahullah menyatakan,
“Diriwayatkan dalam satu hadits bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus
setiap seratus tahun orang yang memurnikan agamanya.”8.
3) Menghidupkan semua yang telah melemah dan menghilang dari ma’alim
(syiar) agama, juga menghidupkan semua perkara Sunnah yang telah
hilang dan semua ilmu Aqidah dan ibadah yang telah samar.
Abu Sahli Ash-Shu’luuki (wafat tahun 369 H.) pernah berkata tentang
tajdid, “Allah telah mengembalikan agama ini setelah hilang mayoritasnya
dengan Ahmad bin Hambal.”9.
Demikianlah beberapa pernyataan Ulama terdahulu seputar tajdid yang
nampaknya berbeda namun memiliki satu kesamaan dalam memahami istilah
tajdid ini. Hal ini dapat diungkapkan dalam ungkapan berikut ini:
• At –Tajdid (pembaharuan agama) adalah menghidupkan kembali yang
telah hilang atau lemah dari pokok-pokok agama (Ushuluddin) dan
cabangnya, baik berupa ucapan atau perbuatan dan mengembalikanbnya
kepada keadaannya yang benar yang telah diajarkan Al-Qur`an dan As-
Sunnah serta menghilangkan semua yang berhubungan dengan agama pada
akal manusia dan amalannya berupa kebidahan dan khurafat10.
• At-Tajdid adalah mengembalikan kecemerlangan, keindahan islam dan
menghidupkan yang telah hilang dari Sunnah dan syiar-syiar-nya serta
mensucikan islam dari ke-bid’ah-an dan khurafat, juga membersihkannya dari
tambahan-tambahan manusia yang masuk padanya dan menebarkan agama ini
diantara manusia pada keadaannya yang asli, murni dan suci11.
• At-Tajdid adalah menghidupkan dan menebar syiar-syiar agama
(ma’aalimuddin) baik yang bersifat ilmiyah maupun amaliyah yang telah
dijelaskan nash-nash Al-Quran dan As-Sunnah serta pemahaman salaf12
8
Lihat Shofwat ash-Shofwah, 2/13
9
Lihat Tabyiin Kadzib al-Muftari, hal. 53
10
Lihat Tajdidud Dien Mafhumuhu wa Dhawaabituhu wa Atsaaruhu, hal. 46
11
Lihat Asbaabul Akhthaa’ fit Tafsir DR. Thaahir Mahmud Muhammad Ya’qub, 2/786
12
Lihat Mafhum Tajdidid Din, hal. 30
Dari tiga kesimpulan ini dapat diambil satu pengertian singkat untuk
istilah At-Tajdid yang dalam istilah kita adalah pembaharuan agama sebagai
upaya mengembalikan umat kepada Islam yang tegak diatas Al-Qur`an dan
Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuai dengan pemahaman
salaf umat dari kalangan para sahabat, tabi’in dan orang yang mengikuti jejak
langkah mereka dalam beragama. Wallahu a’lam.
DAFTAR PUSTAKA
Mallat, Chibli, The Renewall of Islamic Law, Muhammad Bager as-Sadr, Najaf and
theShi’i International, (Cambridge: Cambridge University Press, 2003:4).
Deliar Noor. "Gerakan Modernis Islam di Indonesia". Jakarta. Pustaka LP3ES
Indonesia,1996,
Sukidi Mulyadi, artikel Defisit Demokrasi di Dunia Islam, dalam Islam Negara dan
CivilSociety, Gerakan dan Pemikiran Islam Kontemporer, (Jakarta:
Paramadina, 2005: 229).
Munir Subarman, “Sejarah Kelahiran, Perkembangan, Dan Masa Keemasan Islam”
Yogyakarta Deepublish, 2015