Anda di halaman 1dari 16

ISLAM DAN MODERNISASI

Untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Pemikiran Hukum Islam Modern
Disusun oleh
Arya Wahid Rois
Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Jl. Nakula Sadewa, KembangArum, Duku, Kec.Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah
50722
Abstrak
Dalam era globalisasi ini modernisasi selalu ada dan hal semacam itu terus
berkembang sesuai dengan kemajuan akal fikiran yang dilakukan oleh manusia itu
sendiri, seringkali dengan munculnya proses modernisasi yang dilakukan membawa
dampak positif maupun negatif tergantung bagaimana cara manusia yang terlena dan
lupa. Mereka seolah olah kehilangan kendali dan berpendapat bahwa hanya adanya
dengan sains dan teknologi mereka dapat memenuhi keperluannya.
Para ahli sejarah cukup memperhitungkan peranan sejarah Islam dalam mewarnai
sejarah dunia, walaupun para akhir-akhir ini Islam di pandang jauh tertinggal dengan
Barat. Periode modern merupakan masa kebangkitan islam kembali yang diwarnai
dengan kemerdekaan negara-negara islam serta mulculnya para tokoh-tokoh pemikiran
pembaharuan islam. Yang perlu digaris bawahi bahwa kebangkitan Islam dewasa ini
merupakann sebuah kewajiban dalam menjalankan syariat Islam secara kaffah, tak lain
yaitu kembali ke dalam Islam yang murni. Maka pada makalah ini kami penulis akan
membahas mengenai masa kebangkitan islam dan teori tentang kebangkitan islam itu
sendiri.
Kata Kunci: Islam dan Modernisasi
A. Latar Belakang

Islam sebagai agama wahyu dan juga agama peradaban. Kebangkitan


Islam menjadi sebuah fenomena yang sering terjadi seiring dengan kemajuan
zaman. Dalam perkembangan sejarahnya, jelas terasa bagaimana Islam
memperoleh pengaruh dari modernisme Barat. Sebagai salah satu faktor
kebangkitan Islam yaitu, pengaruh kolonialisme Barat yang berlangsung
selama berabad-abad bagi dunia Islam. Yang mempengaruhi pemikiran umat
Islam bahwa mereka harus bangkit dengan tujuan, turut mengambil bagian
dalam tranformasi dunia menuju globalisasi. Fakor lemahnya kondisi umat

1
Islam juga sebagai pengaruh yang paling utama perlu adanya kebangkitan
Islam, karena merupakan pandangan dari kaum Muslimin sendiri. Pengaruh
modernisme Barat dalam dunia Islam, merambah dalam hal pemikiran dan juga
sikap hidup pemeluknya.
Para ahli sejarah cukup memperhitungkan peranan sejarah Islam dalam
mewarnai sejarah dunia, walaupun para akhir-akhir ini Islam di pandang jauh
tertinggal dengan Barat. Periode modern merupakan masa kebangkitan islam
kembali yang diwarnai dengan kemerdekaan negara-negara islam serta
mulculnya para tokoh-tokoh pemikiran pembaharuan islam. Yang perlu digaris
bawahi bahwa kebangkitan Islam dewasa ini merupakann sebuah kewajiban
dalam menjalankan syariat Islam secara kaffah, tak lain yaitu kembali ke dalam
Islam yang murni. Maka pada makalah ini kami penulis akan membahas
mengenai masa kebangkitan islam dan teori tentang kebangkitan islam itu
sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah kebangkitan islam berlangsung ?

2. Apa saja teori-teori kebangkitan islam ?


C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui bagaimana sejarah terjadinya kebangkitan islam.

2. Mengetahui teori-teori kebangkitan islam.

2
A. Kebangkitan Islam

1. Pengertian Kebangkitan Islam

Kebangkitan Islam disebut juga dengan istilah Islamic Resurrection, maupun


dalam istilah lain dapat disebut seperti Reasseriton atau Penegasan Kembali,
Revivalism atau Upaya Menghidupkan Kembali, Pembaharuan, Neo-
fundamentalism, Al Sah wa Islamiyah (Islamic Awakenig) dan Al Usuliyya
Al Islamiyya (Islamic Fundamentalist).
Taufik Abdullah dalam bukunya Tradisi dan Kebangkitan Islam di
Asia Tenggara menyebuktan bahwa kebangkitan itu diartikan dalam tiga
hal, yaitu:
 Pertama, kebangkitan Islam itu merupakan suatu pandangan dari
kaum Muslimin sendiri mengenai bertambahnya penganut agama
Islam dari waktu ke waktu.
 Kedua, diartikan bahwa kebangkitan Islam sudah pernah terjadi
sebelumnya. Hal ini dapat diibaratkan dengan kebangkitan
kembali, yang mana jika kebangitan yang terjadi saat ini terdapat
erat kaitannya dengan keba ngkitan Islam yang pernah terjadi di
masa lalu.
 Ketiga, kebangkitan Islam itu bermakna suatu tantangan, bahkan
bisa jadi manjadi suatu ancaman bagi pengikut pandangan lain..
2. Sejarah Kebangkitan Islam

Kebangkitan Islam yang pertama ditandai dengan kehadiran Nabi Muhammad


SAW pada abad ke-6. Kedatangannya membawa risalah, dianggap sebagai
kebangkitan (bi’sah) bagi umat manusia. Yang membawa umat manusia
bangkit dari kejahiliyahan menuju kehidupan yang berperadapan di bawah
pimpinan Rasulullah Muhammad SAW. Umat Islam meraih prestasi yang
amat gemilang pasa zaman keemasaan (golden age), ketika Islam hadir untuk
merubah arah sejarah dunia menuju keadaan yang maju, terang benderang, dan
berperadaban. Kebangkitan yang pertama ini dapat dilihat dalam dua periode.
Periode pertama, masa Rasulullah dan Kulafaur al-Rasyidin (571-661 M).
Periode kedua, adalah sejak masa Umayyah (661-750 M), hingga runtuhnya
Baghad (abad ke- 13) sebagai ibukota kekhalifahan Islam yang memberi
kontribusi bagi peradaban umat manusia. Kebangkitan tersebut pada dasarnya
merupakan pembangunan tatanan masyarakat yang lebih bertuhan (rabbaniyah)
3
dan berkeadaban. Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz (717-720 M)
atau abad ke-8 M hingga zaman Muhammad Al Gazali (1058-1111 M), selalu
berusaha untuk mengembalikan identitas Islam yang benar-benar sesuai dengan
ajaran dasar Islam. Pada abad 9 M, ajaran Islam saat itu mulai mengalami
berbagai guncangan dan penyimpangan terutama dalam segi akidah dan ibadah.
Yang kemudian diikuti dengan perpecahan umat yang tidak dapat dihindari.
Megetahui lemahnya keadaan kondisi internal umat Muslim, akhirnya disadari
dan diupayakan oleh beberapa tokoh Islam yang kemudian mencetuskan
gerakan pemurnian atau tajdid. Gerakan kembali ke ajaran Islam ini pun
berlanjut hingga abad ke-12 M. Kebangkitan kedua, terjadi setelah Napoleon
Bonapaerte melakukan ekspansi ke Mesir (1789) yang kemudian membuka
kesadaran baru bagi umat Islam untuk bangkit. Kebangkitan yang kedua ini
merupakan uapaya bangkit melawan dan melepaskan diri dari kolonialisme
Barat, serta hendak secara sadar untuk mengambil alih peradaban moderen yang
tersembul di Barat. Beberapa faktor mengapa begitu penting Islam harus
bangkit dari keterpurukan adalah pertama, faktor eksternal yaitu datangnya
kolinialisme dunia Barat seperti Portugis, Belanda, Spanyol, Amerika, Perancis,
Inggris, dan lainnya ke negeri-negeri Muslim untuk memonopoli, eksploitasi
alam, dan menaklukkan wilayah sebagaimana tergambar dalam Gospel,
Gold, dan Glory. Kedua, faktor internal munculnya paham taklid pada
pendapat ulama, paktik tarekat yang banyak mengkkultuskan wali,
Syekh atau mursid, berkembang paham Islam sinkertis, khufarat,
tahayul, dan praktik bid’ah, meninggalkan kajian- kajian yang
mengandung unsur filsafat dan berfikir kritis.
Sejak akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 (abad ke-15 Hijriyah),
umat Islam telah menemukan kesadaran baru bahwa mereka harus
bangkit dan memiliki kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan.
Kebangkitan ini dapat disebut sebagai kebangkitan ketiga saat umat
Islam menyadari betapa mereka bangkit untuk turut mengambil bagian
dalam transformasi dunia menuju globalisasi. Sehubungan dengan
kesadaran tentang perlunya kebangkitan itu, maka umat Islam menyadari
bahwa pengalihan peradaban moderen itu hendaklah betul-betul sebagai
usaha sungguh- sungguh kebangkitan bukan sekedar pengambilan
peradaban yang tersembul di Barat.

Tak lama kemudian, seruan kembali kepada persatuan dan kesatuan


4
akhirnya bermunculan dari berbagai penjuru dunia Islam dan upaya ini
dilanjutkan dengan menggagas berbagai pertemuan-pertemuan seperti
misalnya Konngres Dunia Muslim yang saat itu diselenggarakan di
Makkah pada tahun 1926, Kongres Kekhalifahan Islam yang
diselenggarakan di Kairo pada bulan Mei 1962, Konferensi Islam Al
Aqsha yang diselenggarakan di Jerussalem pada bulan Desember 1931,
Konferensi Rakyat Muslim Asia-Afrika pada bulan Maret 1965,
Konferensi Puncak Arab di Khartoum pada tahun 1968, dan Konferensi
Puncak Islam di Rabat yang pada hasilnya melahirkan Organisai
Konferensi Islam (OKI) dengan sekertariat tetapnya di Jeddah. Dari
konferesi ini diharapkan paling tidak telah memainkan peranan penting
dalam mempersatukan masyarakat Muslim dan menggagas kembali
upaya-upaya apa yang harus dilakukan. Namun, akibat dari berkuasannya
negara-negara Barat di negara-negara Islam, telah membuat sebagian elit
pemerintah negara-negara Islam cenderung mendengarkan negara Barat
daripada rakyatnya sendiri yang meyoritas umat Muslim.
Maka, timbulah bentuk lain dari realisasi kebangkitan Islam, dengan
munculnya berbagai pergerakan Islam pada tahun 1930-an yang cukup
berpengaruh. Seperti contoh Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Jami’at
Islam di Pakistan. Gerakan-gerakan ini merupakan pelopor dari gerakan
Islam Moderen yang terorganisir dengan rapi dan solid. Pengaruh
kolonialisme Eropa terhadap dunia Islam sangat besar. Tahun 1940-an
Dunia Islam mengalami periode yang membaik dengan merdekanya
beberapa negara-negara Islam. Ketika satu-persatu negara-neega Islam
merdeka, rupanya ini berpengaruh kepada umat Muslim lainnya di
seluruh penjuru dunia. Tak berselang lama Islam akhirnya selangkah
demi selangkah muncul kembali sebagai kekuatan global yang kuat
dalam politik Muslim tahun 1970-an dan 1980-an. Saat itu jangkauan
ruang lingkup kebangkitan Islam telah mencapai seluruh dunia dari
Sudan sampai Indonesia. Para pemimpin pemerintahan Islam dan juga
kelompok oposisi menggunakan agama untuk melegitimasi,
menggerakkan, dan meraih dukungan rakyat. Para aktivis Islam pun
dapat menduduki posisi- posisi tinggi di tingkat kabinet, seperti yang
terjadi di Yordania, Sudan, Iran, Malaysia dan Pakistan. Kemudian,
5
mulai diperhitungkannya keberadaan organisasi-organisasi Islam yang
menjadi partai-partai oposisi dan juga organisasi-organisasi terkemuka
semacam di Mesir, Aljazair, Tunisia, Maroko, Tepi Barat dan Gaza, serta
Indonesia.
Pada akhirnya umat Muslim dapat berpartisipasi dalam pemilihan dan
bertugas di parlemen serta pemerintahan kota. Selain itu, Islam juga telah
menjadi unsur penting dalam perjuangan nasionalis dan gerakan
pertahanan di Afganistan, Rapublik-republik Muslim di Asia Tengah,
Uni Soviet (Rusia), Kashmir, dan dalam politik bersama di Lebanon,
India,, Thailand,Cina,Filipina.

3. Kebangkitan Islam di Asia Tenggara

Secara geografis Asia Teggara memang berada di dalam kawasan


pripheral dari jantung Islam di dunia Arab. Akan tetapi fakta
menunjukkan ia menjadi wilayah yang memiliki penduduk dengan
jumlah Muslim terbesar. Komitmen mereka terhadap Islam baik secara
spiritual maupun secara psokologis sangatlah dalam dan dinamis. Secara
intelektual, Islam di Asia Tenggara selalu bersifat terbuka terhadap
islamisasi yang berlangsung secara terus-menerus, dan ini merupakan ciri
yang berlagsung selama berabad-abad. Mekipun begitu mereka juga
merupakan masyarakat yang mudah terkena oleh perubahan yang
mengganggu mereke dari waktu ke waktu. Akan tetapi, keadaan ini
diikuti dengan upaya dinamis untuk mencapai tingkat perubahan tertinggi
serta kesempurnaan dalam Islam. Inilah jati diri Muslim Asia Tenggara,
suatu jati diri yang berusaha mengimbangi arus perubahan dengan
spiritual ke arah kemajuan, sehingga tetap dalam posisi
keseimbanagnnya.
Dalam segmen Islam kota, terdapat empat kelompok yang dapat
diidentifikasi dalam konteks kebangkitan ini. Pertama, kelompok kaum
muda kelas menengah dengan pendapatan dan pendidikan sekolah
“sekuler” yang memadai, tapi pendidikan Islamnya belum mapan. Kedua,
kelompok guru-guru pegawai negeri dengan latar belakang pendidikan
Islam tradisional yang kuat. Ketiga, kelompok yang berasal dari buruh
kota dengan tingkat pendapatan, pendidikan, dan pengetahuan Islam yang

6
rendah tetapi memperlihatkan kesadaran untuk memperaktikkan ajaran
Islam. Keempat, para santri, siswa, dan mahasiswa Islam yang kian hari
semakin dekat dengan moderenitas, baik di kota maupun di desa. Meski
terdapat kemajemukan itelektual yang besar, karena kondisi struktur dan
pengalaman yang berbeda, terdapat hal yang menonjol dari
kecenderungan dominan itu. Yaitu, adanya keyakinan kuat bahwa
masyaarakat harus diorganisasi atas dasar Al-Qur’an dan as-Sunnah.
Usaha konkret dari karakkter intelektual ini adalah bagaimana
membumikan nilai-nilai Al- Qur’an dan as-Sunnah di tengah-tengah
kehidupan politik, ekonomi,

budaya, pendidikan, hukum, dan pemerintahan. Kesemuanya ini muncul


akibat dari kepribadian sebagian besar masyarakat Barat yang lepas dari
akar-akar “spiritual”. Suatu akar yang justru tertanam kuat bahkan
merupakan ciri khas masyarkat Asia Tengggara.
Faktor-faktor penyebab kebangkitan Islam yang lain adalah :

a. Kegagalan sistem sosial yang didasarkan pada kappitalisme


maupun sosialisme;
b. Gaya hidup elite sekuler di negara-negara Muslim;

c. Keinginan untuk berkuasa dari segmen kelas menegah yang


meluas, yang tidak dapat diakomodasi secara luas, dan sebagainya.

Penolakan terhadap berbagai aspek negatif dar budaya Barat dan


pertimbangn kembali kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah merupakan ide
yang telah mendapat popularitas yang luar biasa terutama dekade terakhir
ini. Dengan segala ciri khasnya, kebanagkitan Islam di Asia Tenggara
dalam batas-batas tertentu memberikan tekanan pada sutu identitas
Muslim di tengah-tengah kehidupan kota yang marerialistis. Pada saat
yang sama corak naturalistis Asia Tenggara adalah kesanggupannya
memberikan perasaan dimana manusia tidak kehilangan hubungan
dengan kebiasaan-kebiaasaan keagamaanya, suatu kondisi yang tidak
dijumpai di Barat.

B. Teori-Teori Kebangkitan Islam

1. Teori Kompetisi
7
Kompetisi, konflik dan kerjasama antara dunia Islam dan dunia Barat
terjadi dalam berbagai hal. Namun demikian, menurut Murray, tidak ada
satu pun masyarakat di dunia ini yang secara khusus hanya menganut
satu bentuk interaksi. Interaksi antara dunia Islam dan Barat, seringkali
terjadi secara tumpang-tindih. Interaksi yang melibatkan keduanya
sekaligus memperlihatkan terjadinya kompetisi, konflik, dan kerjasama.
Dalam kehidupan sehari-hari, kedua komunitas ini dapat dan terlihat
hidup bersama secara harmonis, tetapi pada saat yang sama tidak
menutup kemungkinan bahwa kedua belah pihak sedang terlibat dalam
suatu persaingan atau suatu kompetisi, baik yang bersifat ideologi,
politik, maupun ekonomi.
Kompetisi merupakan bentuk yang paling dasar dan universal dari
interaksi sosial. Interaksi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat,
sering kali berasal dari bentuk ini. Kompetisi yang terjadi dapat meliputi
bidang kehidupan yang mencakup banyak hal, misalnya dalam bidang-
bidang ekonomi, politik, militer, agama dan lain-lain.
Fathu Makkah, Penaklukan Spanyol, Pembebasan Yesussalem I,
Pembebasan Yerusalem II, Penaklukan Konstantinopel (Istambul) dan
penaklukan di belahan bumi lain di dunia berjalan dengan cukup rumit,
sangat heroik dan telah menghabiskan begitu banyak energi dari kaum
Muslimin. Namun keberhasilan itu menjadi suatu titik kulminasi bagi
periode selanjutnya, sebagai sebuah tantangan untuk mempertahankan
atau menghancurkan keberhasilan itu. Dan sejarah telah membuktikan
bahwa dalam persaingan itu, kita sebagai kaum muslimin pernah gagal
mempertahankan Spanyol yang ditandai dengan jatuhnya Granada
sebagai simbol kekuasaan Islam terakhir di Spanyol saat ini, secara
sangat memilukan.

2. Teori Kerjasama

Nabi menganjurkan kepada sahabat dan pengikutnya supaya menjaga


kesatuan dan persatuan. Ikatan keimanan lebih mengikat dan lebih kuat
daripada ikatan pertalian darah. Keimanan menjadi simbol yang paling
kuat untuk mengikat tali persaudaraan. Dengan demikian komunitas
muslim yang memiliki nilai-nilai solidaritas yang tinggi sebagaimana

8
diajarkan oleh Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW juga
menganjurkan terhadap pentingnya melaksanakan persaudaraan dengan
sesama non Muslim, pada hal-hal yang bersifat sosial dan
kemasyarakatan, bukan pada masalah aqidah. Sehinga ajaran berbuat baik
ini tidak hanya pada komunitas muslim, tetapi juga komunitas di luar
muslim.
Salah satu titik kulminasi yang menggambarkan keberhasilan
Rasulullah SAW. adalah lahirnya Piagam Madinah. Merupakan sebuah
fakta sejarah bahwa konstitusi tertulis pertama di dunia justru lahir di
Semenanjung Arab. Piagam madinah yang merupakan aturan dalam
bermasyaraka, berbangsa dan bernegara bagi sebuah komunitas
masyarakat baru di Yasrib kala itu. Piagam ini memberikan contoh
bagaimana telah terjadi kontrak politik antara warga Muslim pendatang
(Muhajirin), warga muslim lokal (Anshar) dan kaum Yahudi setempat ini
diatur dengan begitu indah.
3. Teori Kemandirian

Kemandirian adalah satu sikap yang mengutamakan kemampuan diri


sendiri dalam mengatasi berbagai masalah demi mencapai satu tujuan,
tanpa menutup diri terhadap berbagai kemungkinan kerjasama yang
saling menguntungkan. Konsep kemandirian menjadi faktor sangat
penting dalam pembangunan. Konsep ini tidak hanya mencakup
pengertian kecukupan diri (self-sufficiency) di bidang ekonomi, tetapi
juga meliputi faktor manusia secara pribadi, yang di dalamnya
mengandung unsur penemuan diri (self-discovery) berdasarkan
kepercayaan diri (sef- confidence).

Surat Quraisy menjadi inspirasi tentang masalah kemandirian suatu


negara. Negara akan berhasil dan disegani, begitu juga Umat ini akan
memimpin peradaban dunia jika bisa menguasai ekonomi, sebagaimana
kaum Quraisy yang dihormati karena perdagangan yang mereka lakukan.
Dalam melaksanakan aktivitas ekonomi ( berbisnis), kaum muslimin
harus selalu ingat untuk beribadah. Dan penutup ayat ini menjadi
pengingat bahwa Allah lah yang membuat aktivitas ekonomi yang kita
lakukan sukses dan Allah yang memberikan rasa aman. Dari surat ini

9
pula dapat dipahami bahwa, ada 2 syarat kemajuan suatu negara (sebuah
peradaban), yaitu: kemandirian dalam bidang ekonomi dan juga
kestabilan politik (keamanan), yang semuanya harus dilandasi dengan
keimanan (motivasi ibadah).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebangkitan Islam disebut juga dengan istilah Islamic Resurrection,


maupun dalam istilah lain dapat disebut seperti Reasseriton atau Penegasan
Kembali, Revivalism atau Upaya Menghidupkan Kembali, Pembaharuan,
Neo- fundamentalism, Al Sah wa Islamiyah (Islamic Awakenig) dan Al
Usuliyya Al Islamiyya (Islamic Fundamentalist).
Kebangkitan Islam yang pertama ditandai dengan kehadiran Nabi
Muhammad SAW pada abad ke-6. Kedatangannya membawa risalah,
dianggap sebagai kebangkitan (bi’sah) bagi umat manusia. Yang membawa
umat manusia bangkit dari kejahiliyahan menuju kehidupan yang
berperadapan di bawah pimpinan Rasulullah Muhammad SAW.
Adapun teori-teori kebangkitan islam diantaranya:

1. Teori Kompetisi, kompetisi merupakan bentuk yang paling dasar dan


universal dari interaksi sosial. Interaksi yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat, sering kali berasal dari bentuk ini. Kompetisi yang terjadi
dapat meliputi bidang kehidupan yang mencakup banyak hal, misalnya
dalam bidang-bidang ekonomi, politik, militer, agama dan lain-lain.
2. Teori Kerjasama, Salah satu titik kulminasi yang
3. menggambarkan keberhasilan Rasulullah SAW. adalah lahirnya Piagam
Madinah. Merupakan sebuah fakta sejarah bahwa konstitusi tertulis
pertama di dunia justru lahir di Semenanjung Arab
4. Teori Kemandirian, kemandirian adalah satu sikap yang mengutamakan
kemampuan diri sendiri dalam mengatasi berbagai masalah demi
mencapai satu tujuan, tanpa menutup diri terhadap berbagai
kemungkinan kerjasama yang saling menguntungkan.

1
0
B. Saran

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak


kesalahan dan kekurangan, olehnya itu kami memohon kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

1
1
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, Jenggis P. 2011. Kebangkitan Islam. Yogyakarta: NFP Publishing.


Syahrin, Harahap. 2015. Islam & Modernitas Dari Teori Moderenisasi Hingga

Peneggakan Kesalehan Moderen. Jakarta: Kencana.

Abd, Ghofur. Kebangkitan Islam di Indonesia (Tela’ah Tentang Munculnya


Ormas Islam Awal Abad 20 M). Dosen Fakultas Usluhudin UIN Sultan
Syarif Kasim Riau.

Jurnal al-Burhan Vol. 15 No. 1 tahun 2015.

1
2
1
3
9
10
11

Anda mungkin juga menyukai