Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam sebagai sebuah agama dengan penyebaran jumlah penganutnya
yang meningkat sangat pesat dari tahun ke tahun, dalam sejarah
perkembangannya telah berkali-kali megalami pasang surut.
Bermula dari jazirah Arabia pada abad ke-6 M, Islam kemudian
menyebar ke berbagai pelosok bumi. Pada masa dinasti Umayyah dan
Abbasiyah Islam bahkan mampu menaklukkan sebagian daratan Eropa,
tepatnya di Andalusia, Spanyol.
Setelah berjaya beberapa abad lamanya, kekuasaan dan kedigdayaan
Dinasti Umayyah dan Abbasiyah akhirnya meredup, hingga akhirnya Spanyol
kembali dikuasai oleh kaum kristen Eropa.
Berabad kemudian, Islam kembali menoreh catatan emas dalam
sejarah melalui tiga kerajaan besar yang cukup berpengaruh didunia, yakni
kerajaan Utsmani di Turki, Syafawi di Persia dan Mughal di India. Setelah
bertahan nyaris tiga abad lamanya, kerajaan-kerajaan ini pun akhirnya
meredup dan runtuh. Keruntuhan ini tak lain disebabkan oleh faktor internal
yaitu intrik politik dikalangan elit penguasa, serta akibat faktor eksternal yaitu
peperangan dengan bangsa-bangsa non muslim.
Hikmah dari keruntuhan tiga kerajaan ini, khususnya kerajaan Turki
Utsmani telah menyadarkan umat Islam pada satu kenyataan bahwa umat
Islam telah tertinggal dalam hal ilmu pengetahuan dari bangsa lain,
khususnya bangsa Eropa.
Kesadaran tersebut telah melahirkan tokoh-tokoh besar sebagai
pelopor pembaharuan atau modernisasi dikalangan umat Islam, di antaranya
yang terkenal yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab, Said Muhammad Sanusi
dan Jamaludin Al-Afgani.
Ide pembaharuan atau modernisasi ini pun akhirnya sampai pula ke
negeri kita Indonesia, salah satunya adalah melalui kontak antara jemaah haji
Indonesia dengan jemaah dari bangsa lain ditanah suci.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian modernisasi Islam?
2. Bagaimana perkembangan gerakan modernisasi Islam?
3. Apa pengaruh modernisasi Islam terhadap Indonesia?
4. Apa saja bentuk-bentuk modernisasi Islam di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Untuk menambah serta memperdalam wawasan dan pengetahuan
tentang pengaruh modernisasi atau pembaharuan Islam terhadap Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Modernisasi Islam


Istilah “modern” ini berasal dari kata Latin modernus yang artinya
“baru saja”, pengertian modern mengacu bukan hanya kepada “zaman” tetapi
yang lebih penting mengacu kepada “cara berfikir dan bertindak”. Peradaban
modern ditandai oleh dua ciri utama, yaitu rasionalisasi (cara berfikir yang
rasional) dan teknikalisasi (cara bertindak yang teknikal).
Dalam masyarakat Barat kata modernisasi mengandung arti pikiran,
aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat-istiadat,
isntitusi-institusi lama dan sebagainya agar semua itu dapat disesuaikan
dengan pendapat- pendapat dan keadaan-keadaan baru yang ditimbulkan ilmu
pengetahuan modern.
Adapun kaitan dengan Islam, modernisasi dimaknai sebagai “upaya
menafsirkan Islam melalui pendekatan rasional untuk mensesuaikannya
dengan perkembangan zaman dengan melakukan adaptasi dengan perubahan-
perubahan yang terjadi di dunia modern yang sedang berlangsung”.

B. Perkembangan Gerakan Modernisasi Islam


Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul
terutama sebagai  hasil kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat.
Dengan adanya kontak itu, umat Islam abad XIX sadar bahwa mereka telah
mengalami kemunduran dibandingan dengan Barat.
Kesadaran itu membuat umat Islam berusaha mengejar ketertinggalan
serta memulihkan kembali kekuatan Islam seperti sebelumnya, upaya ini pada
umumnya didorong oleh dua faktor yang saling mendukung. Faktor yang
pertama yaitu pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang
sebagai penyebab kemunduran Islam. Pembaharuan ini ditandai dengan
kemunculan gerakan Wahhabiyah yang dipelopori oleh Muhammad bin
Abdul Wahhab (1703 – 1787 M) di Arabia, kemudian gerakan Sanusiyah di
Afrika Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi (1787 – 1859 M)
asal Aljazair.1 Faktor yang kedua yaitu gagasan untuk menimba ilmu
pengetahuan dari barat, ini tercermin dari pengiriman para pelajar muslim
oleh penguasa Turki Utsmani dan Mesir serta juga India ke negara-negara
Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan yang dilanjutkan dengan
penterjemahan karya-karya barat ke dalam bahasa Islam.
Gerakan pembaharuan ini pun akhirnya merambah pula ke dunia
politik. Gagasan politik yang pertama kali muncul adalah gagasan Pan
Islamisme (persatuan Islam sedunia) yang awalnya gagasan ini di usung oleh
Wahhabiyah dan Sanusiyah. Namun baru disuarakan dengan lantang oleh
tokoh pemikir Islam terkenal, Jamaludin Al-Afgani (1839-1897 M) asal
Afganistan.2 Meskipun lahir di Afghanistan, usianya dihabiskan di berbagai
bagian Dunia Islam: India, Mesir, Iran, dan Turki. Dia mengembara ke Eropa,
dari Saint Petersburg sampai Paris dan London. Di mana pun dia tinggal dan
ke mana pun dia pergi, Jamaluddin senantiasa mengumandangkan ide-ide
pembaharuan dan modernisasi Islam.
Bersama muridnya, Syaikh Muhammad Abduh (1849–1905) dari
Mesir, Jamaluddin pergi ke Paris untuk menerbitkan majalah Al-`Urwah al-
Wutsqa (Le Lien Indissoluble), yang berarti “ikatan yang teguh”. Abduh
menjadi pemimpin redaksi, dan Jamaluddin menjadi redaktur politik. Nomor
perdana terbit 13 Maret 1884 (15 Jumad al-Ula 1301), memuat artikel-artikel
dalam bahasa Arab, Perancis, dan Inggris. Terbit setiap Kamis, majalah itu
penuh dengan artikel-artikel ilmiah dan mengobarkan semangat umat untuk
kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, serta menyerukan perjuangan
umat Islam agar terlepas dari belenggu penjajahan Eropa. Majalah Al-`Urwah
al-Wutsqa tersebar di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, India, dan kota-
kota besar di Eropa. Sayangnya, majalah ini hanya sempat beredar 28 nomor
saja dan terpaksa berhenti terbit pada bulan Oktober 1884. Hal ini disebabkan
pemerintah kolonial Inggris melarang majalah itu masuk ke Mesir dan India,
1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Grafindo Persada, 2008), hlm 184
2
Ibid, hlm 185
lalu pemerintah Turki Usmani juga melarangnya beredar di wilayah
kekuasaannya, sehingga Al-`Urwah al-Wutsqa kehilangan daerah
pemasarannya. Namun dalam masa delapan bulan beredar, majalah Muslim
pertama di dunia itu berhasil menanamkan benih-benih modernisasi di
kalangan umat Islam.

C. Pengaruh Modernisasi Islam Terhadap Indonesia


Gerakan pembaharuan yang berkembang di berbagai tempat
khususnya dikawasan Timur Tengah telah memberikan pengaruh besar
kepada gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Ide gerakan pembaharuan
tersebut masuk ke Indonesia melalui berbagai saluran, antaranya lewat kontak
para intelektual muslim Indonesia dengan intelektual muslim Timur Tengah,
dan kontak jemaah haji Indonesia dengan jemaah luar.3
Bermula dari pembaharuan pemikiran dan pendidikan Islam di
Minangkabau, yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan
oleh masyarakat Arab di Indonesia yang ditandai dengan berdirinya
organisasi Jami’atul Khair (1905), organisasi ini pada dasarnya terbuka untuk
semua golongan muslim, namun mayoritas anggotanya adalah orang-orang
Arab.4
Kebangkitan Islam semakin berkembang membentuk organisasi-
organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI)di Bogor
(1909) dan Solo (1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka, Jawa Barat
(1911), Muhammadiyah di Yogyakarta (1912), Persatuan Islam (Persis) di
Bandung (1920-an), Nahdatul Ulama (NU) di Surabaya (1926), dan Persatuan
Tarbiyah Islamiah (Perti) di Candung, Bukittinggi (1930), dan Partai-partai
Politik, seperti Sarekat Islam (SI) yang merupakan kelanjutan dari SDI,
Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) di Padang Panjang (1932) yang

3
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: Karya Toha Putra, tt), hlm 195
4
Ahmad Syaukani, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, cet-2 (Bandung:
Pustaka Setia, 2001), hlm 117
merupakan kelanjutan dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib dan
Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1938.5
Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan organisasi-
organisasi yang didirikan kaum terpelajar menandakan tumbuhnya benih-
benih nasionalisme dalam pengertian modern, yang dikemudian hari berperan
aktif dalam perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia.
D. Bentuk-Bentuk Modernisasi Islam Di Indonesia
Pembaharuan dalam Islam atau gerakan modern Islam merupakan
jawaban yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat Islam pada
masanya.kemunduran kerajaan Utsmani yang merupakan pemangku khalifah
Islam setelah abad ke-17 M telah melahirkan kebangkitan Islam dikalangan
warga Arab dipinggiran imperium Utsmani.
Gerakan pembaharuan ini akhirnya menyebar luas ke berbagai
belahan dunia muslim, termasuk salah satunya ke Indonesia.
Adapun bentuk-bentuk pembaharuan di Indonesia yaitu:
1. Gerakan Puritanisme
Gerakan ini pertama kali diprakarsai oleh Muhammad bin Abdul
Wahhab di Nejd. Gerakan puritanisme ini masuk ke Indonesia melalui tiga
orang yang baru pulang dari haji ditanah suci, yaitu Haji Miskin, Haji
Sumanik dan Haji Piobang. Mereka melakukan penentangan terhadap
praktek kehidupan beragama masyarakat Minangkabau yang telah banyak
terpengaruh oleh unsur-unsur takhayul, khurafat dan bid’ah.
Karena aktifitas mereka di anggap cukup membahayakan
keberadaan kaum tua atau kaum adat, maka kaum tua meminta bantuan
Belanda. Pada tahun 1821-1837 M terjadilah Perang Paderi.
Dalam pertempuran yang tak seimbang itu kaum ulama mengalami
kekalahan. Kekalahan ulama dalam Perang Paderi dalam menghadapi
Belanda tidaklah membuat patah semangat para tokoh pejuang pembaharu
itu, tetapi gerakannya semakin hebat. Gerakan pembaharuan itu tidak lagi

5
Badri Yatim, Op.Cit., hlm 258
bersifat politik agama, tetapi di alihkan ke dalam gerakan pembaharuan
pendidikan.
2. Gerakan Reformisme
Gerakan reformis adalah suatu gerakan pembaharuan yang
dilakukan untuk kembali kepada dasar Islam yang asli. Kelompok ini
berusaha menerapkan sistem ajaran Islam seperti yang ada pada zaman
Nabi SAW.
3. Gerakan Radikalisme
Gerakan ini merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh para
pembaharu Islam untuk membangkitkan kembali semangat masyarakat
Islam, sehingga mereka akan menjadi masyarakat yang maju. Namun
sebelum itu, unsur-unsur yang terdapat dalam ajaran Islam yang tercemar
oleh takhayul, bid’ah dan khurafat harus dibersihkan terlebih dahulu.
Dalam tatanan pelaksanaan pembaharuan seperti ini, biasanya cara
yang ditempuh melalui bentuk-bentuk radikal yang tak jarang dengan
menggunakan kekerasan. Pada umumnya, gerakan ini menentang
kekuasaan Barat yang kafir.
4. Gerakan Neo-sufisme
Gerakan ini merupakan kelanjutan dari gerakan yang dilakukan
para pembaharu dari kelompok tarekat atau tasawuf dengan mengambil
bentuk baru. Bentuk baru itu adalah aktifisme.
Bentuk aktifisme dalam gerakan ini membuat masyarakat menjadi
dinamis. Bahkan dengan gerakan ini masyarakat dapat mengembangkan
diri tanpa banyak bergantung kepada uluran kelompok atau bangsa lain.
Di antara unsur aktifisme adalah jihad. Melalui kata kunci inilah
umat Islam melakukan pembaharuan, terutama menentang segala bentuk
penjajahan dan keterbelakangan. Gerakan ini banyak mewarnai berbagai
pemberontakan Islam di tanah air dalam masa-masa penjajahan, misalnya
pemberontakan petani Banten pada tahun 1888 M.6
BAB III
6
Murodi, M.A, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: Karya Toha Putra, tt), hlm. 196-
198
PENUTUP

A. Keimpulan
Modernisasi Islam adalah upaya menafsirkan Islam melalui
pendekatan rasional untuk mensesuaikannya dengan perkembangan zaman
dengan melakukan adaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi di
dunia modern yang sedang berlangsung.
Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul
terutama sebagai  hasil kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat.
Dengan adanya kontak itu, umat Islam sadar bahwa mereka telah mengalami
kemunduran dibandingan dengan Barat. Kesadaran itu membuat umat Islam
berusaha mengejar ketertinggalan serta memulihkan kembali kekuatan Islam
seperti sebelumnya.
Ide gerakan modernisasi Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai
saluran, antaranya lewat kontak para intelektual muslim Indonesia dengan
intelektual muslim Timur Tengah, dan kontak jemaah haji Indonesia dengan
jemaah luar.
Bentuk-bentuk pembaharuan Islam di Indonesia yaitu; gerakan
puritanisme, gerakan reformisme, gerakan radikalisme dan gerakan neo-
sufisme.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk
mencari informasi lain sebagai tambahan dari apa yang telah kami uraikan di
atas.
DAFTAR PUSTAKA

Murodi. tt.  Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: Karya Toha Putra.

Syaukani, Ahmad. 2001. Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, cet-


2. Bandung: Pustaka Setia.

Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai