Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah S.W.T yang telah memberikan


karunia-Nya sehingga,kami dapat menyusun makalah yang
berjudul”Modernisasi Islam” dengan baik.Kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Teknologi Informasi yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah
ini.Sehingga, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun,untuk kesempurnaan makalah di masa yang akan
datang.Semoga makalah ini dapat menambah khasanah pengetahuan
bagi para pembaca.

Panyabungan,29 November 2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ 1
DAFTAR ISI………………………………………………………........... 2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………....... 3
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………. 3
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………..... 4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………. 5
2.1. Pengertian Modernisasi Islam……………………………………..... 5
2..2 Perkembangan Gerakan Modernisasi Islam………………………… 5
2.3 Pengaruh Modernisasi Islam Terhadap Indonesia…………………… 7
2.4 Bentuk-bentuk Moderniasi Islam Di Indonesia……………………… 8
BAB III PENUTUP…………………………………………………….. 10
3.1 Kesimpulan………………………………………………………....... 10
3.2 Saran…………………………………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam sebagai sebuah agama dengan penyebaran jumlah penganutnya yang
meningkat sangat pesat dari tahun ke tahun, dalam sejarah perkembangannya telah
berkali-kali megalami pasang surut.
Bermula dari jazirah Arabia pada abad ke-6 M, Islam kemudian menyebar
ke berbagai pelosok bumi. Pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah Islam
bahkan mampu menaklukkan sebagian daratan Eropa, tepatnya di Andalusia,
Spanyol.
Setelah berjaya beberapa abad lamanya, kekuasaan dan kedigdayaan
Dinasti Umayyah dan Abbasiyah akhirnya meredup, hingga akhirnya Spanyol
kembali dikuasai oleh kaum kristen Eropa.
Berabad kemudian, Islam kembali menoreh catatan emas dalam sejarah
melalui tiga kerajaan besar yang cukup berpengaruh didunia, yakni kerajaan
Utsmani di Turki, Syafawi di Persia dan Mughal di India. Setelah bertahan nyaris
tiga abad lamanya, kerajaan-kerajaan ini pun akhirnya meredup dan runtuh.
Keruntuhan ini tak lain disebabkan oleh faktor internal yaitu intrik politik
dikalangan elit penguasa, serta akibat faktor eksternal yaitu peperangan dengan
bangsa-bangsa non muslim.
Hikmah dari keruntuhan tiga kerajaan ini, khususnya kerajaan Turki
Utsmani telah menyadarkan umat Islam pada satu kenyataan bahwa umat Islam
telah tertinggal dalam hal ilmu pengetahuan dari bangsa lain, khususnya bangsa
Eropa.
Kesadaran tersebut telah melahirkan tokoh-tokoh besar sebagai pelopor
pembaharuan atau modernisasi dikalangan umat Islam, di antaranya yang terkenal
yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab, Said Muhammad Sanusi dan Jamaludin Al-
Afgani.

3
Ide pembaharuan atau modernisasi ini pun akhirnya sampai pula ke negeri
kita Indonesia, salah satunya adalah melalui kontak antara jemaah haji Indonesia
dengan jemaah dari bangsa lain ditanah suci.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian modernisasi Islam?
2. Bagaimana perkembangan gerakan modernisasi Islam?
3. Apa pengaruh modernisasi Islam terhadap Indonesia?
4. Apa saja bentuk-bentuk modernisasi Islam di Indonesia?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Modernisasi Islam


Istilah “modern” ini berasal dari kata Latin modernus yang artinya “baru
saja”, pengertian modern mengacu bukan hanya kepada “zaman” tetapi yang lebih
penting mengacu kepada “cara berfikir dan bertindak”. Peradaban modern
ditandai oleh dua ciri utama, yaitu rasionalisasi (cara berfikir yang rasional) dan
teknikalisasi (cara bertindak yang teknikal).
Dalam masyarakat Barat kata modernisasi mengandung arti pikiran, aliran,
gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat-istiadat, isntitusi-institusi
lama dan sebagainya agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat- pendapat
dan keadaan-keadaan baru yang ditimbulkan ilmu pengetahuan modern.
Adapun kaitan dengan Islam, modernisasi dimaknai sebagai “upaya
menafsirkan Islam melalui pendekatan rasional untuk mensesuaikannya dengan
perkembangan zaman dengan melakukan adaptasi dengan perubahan-perubahan
yang terjadi di dunia modern yang sedang berlangsung”.

B. Perkembangan Gerakan Modernisasi Islam


Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul terutama
sebagai hasil kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya
kontak itu, umat Islam abad XIX sadar bahwa mereka telah mengalami
kemunduran dibandingan dengan Barat.
Kesadaran itu membuat umat Islam berusaha mengejar ketertinggalan serta
memulihkan kembali kekuatan Islam seperti sebelumnya, upaya ini pada
umumnya didorong oleh dua faktor yang saling mendukung. Faktor yang pertama
yaitu pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai
penyebab kemunduran Islam. Pembaharuan ini ditandai dengan kemunculan
gerakan Wahhabiyah yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (1703
– 1787 M) di Arabia, kemudian gerakan Sanusiyah di Afrika Utara yang dipimpin

5
oleh Said Muhammad Sanusi (1787 – 1859 M) asal Aljazair. 1 Faktor yang kedua
yaitu gagasan untuk menimba ilmu pengetahuan dari barat, ini tercermin dari
pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki Utsmani dan Mesir serta
juga India ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan yang
dilanjutkan dengan penterjemahan karya-karya barat ke dalam bahasa Islam.
Gerakan pembaharuan ini pun akhirnya merambah pula ke dunia politik.
Gagasan politik yang pertama kali muncul adalah gagasan Pan Islamisme
(persatuan Islam sedunia) yang awalnya gagasan ini di usung oleh Wahhabiyah
dan Sanusiyah. Namun baru disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam
terkenal, Jamaludin Al-Afgani (1839-1897 M) asal Afganistan. 2 Meskipun lahir di
Afghanistan, usianya dihabiskan di berbagai bagian Dunia Islam: India, Mesir,
Iran, dan Turki. Dia mengembara ke Eropa, dari Saint Petersburg sampai Paris
dan London. Di mana pun dia tinggal dan ke mana pun dia pergi, Jamaluddin
senantiasa mengumandangkan ide-ide pembaharuan dan modernisasi Islam.
Bersama muridnya, Syaikh Muhammad Abduh (1849–1905) dari Mesir,
Jamaluddin pergi ke Paris untuk menerbitkan majalah Al-`Urwah al-Wutsqa (Le
Lien Indissoluble), yang berarti “ikatan yang teguh”. Abduh menjadi pemimpin
redaksi, dan Jamaluddin menjadi redaktur politik. Nomor perdana terbit 13 Maret
1884 (15 Jumad al-Ula 1301), memuat artikel-artikel dalam bahasa Arab,
Perancis, dan Inggris. Terbit setiap Kamis, majalah itu penuh dengan artikel-
artikel ilmiah dan mengobarkan semangat umat untuk kembali kepada Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi, serta menyerukan perjuangan umat Islam agar terlepas dari
belenggu penjajahan Eropa. Majalah Al-`Urwah al-Wutsqa tersebar di kawasan
Timur Tengah, Afrika Utara, India, dan kota-kota besar di Eropa. Sayangnya,
majalah ini hanya sempat beredar 28 nomor saja dan terpaksa berhenti terbit pada
bulan Oktober 1884. Hal ini disebabkan pemerintah kolonial Inggris melarang
majalah itu masuk ke Mesir dan India, lalu pemerintah Turki Usmani juga
melarangnya beredar di wilayah kekuasaannya, sehingga Al-`Urwah al-Wutsqa
kehilangan daerah pemasarannya. Namun dalam masa delapan bulan beredar,

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Grafindo Persada, 2008), hlm 184
2
Ibid, hlm 185

6
majalah Muslim pertama di dunia itu berhasil menanamkan benih-benih
modernisasi di kalangan umat Islam.

C. Pengaruh Modernisasi Islam Terhadap Indonesia


Gerakan pembaharuan yang berkembang di berbagai tempat khususnya
dikawasan Timur Tengah telah memberikan pengaruh besar kepada gerakan
kebangkitan Islam di Indonesia. Ide gerakan pembaharuan tersebut masuk ke
Indonesia melalui berbagai saluran, antaranya lewat kontak para intelektual
muslim Indonesia dengan intelektual muslim Timur Tengah, dan kontak jemaah
haji Indonesia dengan jemaah luar.3
Bermula dari pembaharuan pemikiran dan pendidikan Islam di
Minangkabau, yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh
masyarakat Arab di Indonesia yang ditandai dengan berdirinya organisasi
Jami’atul Khair (1905), organisasi ini pada dasarnya terbuka untuk semua
golongan muslim, namun mayoritas anggotanya adalah orang-orang Arab.4
Kebangkitan Islam semakin berkembang membentuk organisasi-organisasi
sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI)di Bogor (1909) dan Solo
(1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka, Jawa Barat (1911), Muhammadiyah
di Yogyakarta (1912), Persatuan Islam (Persis) di Bandung (1920-an), Nahdatul
Ulama (NU) di Surabaya (1926), dan Persatuan Tarbiyah Islamiah (Perti) di
Candung, Bukittinggi (1930), dan Partai-partai Politik, seperti Sarekat Islam (SI)
yang merupakan kelanjutan dari SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) di
Padang Panjang (1932) yang merupakan kelanjutan dan perluasan dari organisasi
pendidikan Thawalib dan Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1938.5
Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan organisasi-organisasi
yang didirikan kaum terpelajar menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme
dalam pengertian modern, yang dikemudian hari berperan aktif dalam perjuangan
untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia.
3
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: Karya Toha Putra, tt), hlm 195
4
Ahmad Syaukani, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, cet-2 (Bandung:
Pustaka Setia, 2001), hlm 117
5
Badri Yatim, Op.Cit., hlm 258

7
D. Bentuk-Bentuk Modernisasi Islam Di Indonesia
Pembaharuan dalam Islam atau gerakan modern Islam merupakan jawaban
yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat Islam pada
masanya.kemunduran kerajaan Utsmani yang merupakan pemangku khalifah
Islam setelah abad ke-17 M telah melahirkan kebangkitan Islam dikalangan warga
Arab dipinggiran imperium Utsmani.
Gerakan pembaharuan ini akhirnya menyebar luas ke berbagai belahan
dunia muslim, termasuk salah satunya ke Indonesia.
Adapun bentuk-bentuk pembaharuan di Indonesia yaitu:
1. Gerakan Puritanisme
Gerakan ini pertama kali diprakarsai oleh Muhammad bin Abdul Wahhab
di Nejd. Gerakan puritanisme ini masuk ke Indonesia melalui tiga orang yang
baru pulang dari haji ditanah suci, yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji
Piobang. Mereka melakukan penentangan terhadap praktek kehidupan beragama
masyarakat Minangkabau yang telah banyak terpengaruh oleh unsur-unsur
takhayul, khurafat dan bid’ah.
Karena aktifitas mereka di anggap cukup membahayakan keberadaan
kaum tua atau kaum adat, maka kaum tua meminta bantuan Belanda. Pada tahun
1821-1837 M terjadilah Perang Paderi.
Dalam pertempuran yang tak seimbang itu kaum ulama mengalami
kekalahan. Kekalahan ulama dalam Perang Paderi dalam menghadapi Belanda
tidaklah membuat patah semangat para tokoh pejuang pembaharu itu, tetapi
gerakannya semakin hebat. Gerakan pembaharuan itu tidak lagi bersifat politik
agama, tetapi di alihkan ke dalam gerakan pembaharuan pendidikan.
2. Gerakan Reformisme
Gerakan reformis adalah suatu gerakan pembaharuan yang dilakukan
untuk kembali kepada dasar Islam yang asli. Kelompok ini berusaha menerapkan
sistem ajaran Islam seperti yang ada pada zaman Nabi SAW.
3. Gerakan Radikalisme
Gerakan ini merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh para
pembaharu Islam untuk membangkitkan kembali semangat masyarakat Islam,
8
sehingga mereka akan menjadi masyarakat yang maju. Namun sebelum itu, unsur-
unsur yang terdapat dalam ajaran Islam yang tercemar oleh takhayul, bid’ah dan
khurafat harus dibersihkan terlebih dahulu.
Dalam tatanan pelaksanaan pembaharuan seperti ini, biasanya cara yang
ditempuh melalui bentuk-bentuk radikal yang tak jarang dengan menggunakan
kekerasan. Pada umumnya, gerakan ini menentang kekuasaan Barat yang kafir.
4. Gerakan Neo-sufisme
Gerakan ini merupakan kelanjutan dari gerakan yang dilakukan para
pembaharu dari kelompok tarekat atau tasawuf dengan mengambil bentuk baru.
Bentuk baru itu adalah aktifisme.
Bentuk aktifisme dalam gerakan ini membuat masyarakat menjadi
dinamis. Bahkan dengan gerakan ini masyarakat dapat mengembangkan diri tanpa
banyak bergantung kepada uluran kelompok atau bangsa lain.
Di antara unsur aktifisme adalah jihad. Melalui kata kunci inilah umat
Islam melakukan pembaharuan, terutama menentang segala bentuk penjajahan
dan keterbelakangan. Gerakan ini banyak mewarnai berbagai pemberontakan
Islam di tanah air dalam masa-masa penjajahan, misalnya pemberontakan petani
Banten pada tahun 1888 M.6

6
Murodi, M.A, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: Karya Toha Putra, tt), hlm. 196-
198

9
BAB III
PENUTUP

A. Keimpulan
Modernisasi Islam adalah upaya menafsirkan Islam melalui pendekatan
rasional untuk mensesuaikannya dengan perkembangan zaman dengan melakukan
adaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dunia modern yang sedang
berlangsung.
Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul terutama
sebagai hasil kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya
kontak itu, umat Islam sadar bahwa mereka telah mengalami kemunduran
dibandingan dengan Barat. Kesadaran itu membuat umat Islam berusaha mengejar
ketertinggalan serta memulihkan kembali kekuatan Islam seperti sebelumnya.
Ide gerakan modernisasi Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai
saluran, antaranya lewat kontak para intelektual muslim Indonesia dengan
intelektual muslim Timur Tengah, dan kontak jemaah haji Indonesia dengan
jemaah luar.
Bentuk-bentuk pembaharuan Islam di Indonesia yaitu; gerakan
puritanisme, gerakan reformisme, gerakan radikalisme dan gerakan neo-sufisme.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk
mencari informasi lain sebagai tambahan dari apa yang telah kami uraikan di atas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Murodi. tt. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: Karya Toha Putra.

Syaukani, Ahmad. 2001. Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, cet-


2. Bandung: Pustaka Setia.

Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Grafindo Persada.

11

Anda mungkin juga menyukai