Anda di halaman 1dari 10

Sejarah Kebudayaan Islam

ISLAM DI INDONESIA : ZAMAN MODERN


DAN KONTEMPORER
Dosen Pengampu : Dra. Nuraini Kamaluddin, M .Ag.

Disusun Oleh : Kelompok 12


Arif Aries

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


2023

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami tentang
islam di indonesia zaman modern dan kontemporer
Penulis mengakui masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu
diharapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

Ternate, 11 September 2023

Kelompok 12
Daftar Isi

Kata Pengantar...........................................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
Bab II Pembahasan.....................................................................................................................5
A. Gerakan modern Islam: asal-usul dan perkembangan....................................................5
B. Perjuangan kemerdekaan umat Islam..............................................................................5
C. Organisasi politik dan organisasi sosial Islam dalam suasana Indonesia Merdeka........6
Bab III Penutup..........................................................................................................................9
A. Kesimpulan.....................................................................................................................9
Daftar Pustaka..........................................................................................................................10
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pada awal pertumbuhanya, Islam bergerak secara sedikit demi sedikit mengubah
peradaban orang-orang jahiliah, tetapi tidak menghapus seluruh kebudayaanya
misalnya,towaf atau memuliyakan ka’bah yang berada di tengah kota Makkah. Setelah Islam
mempunyai kekuatan yang cukup di makkah mempunyai kekuatan cukup/ berkembang maka
umat islam mulai menyebarkan agama dan peradabanya ke negara dikawasan jazirah arab,
hal itu di lakukan secara setahap yang membuahkan hasil yang sangat baik sehingga
mendapat tanggapan dari masyarakat yang cukup ramah.
Setelah kurun waktu yang sangat singkat Islam mampu berkembang di negara-negara
kawasan timur tengah misalnya, Turki, Iran, berbagai bagian afrika dan asia tenggara. Islam
telah menigubah peradapan dan kebudayaan di beberpa kawasan tersebut sehingga kawasan
– kawasan tersebut memiliki corak kebudayaan yang mencerminkan nilai - nilai Islam dan
berkembang sampai sekarang atau abad modern dan kontemporer.semua itu memiliki
beberapa aspek pendukung peradaban dan kebudayaan dari masa kemasa atau abad ke abad
sehingga Islam mampu mempengaruhi dunia sosial , politik, budaya , seni dan sastra .pusat-
pusat dan aspek-aspek kontemporer. Merupakan suatu yang sangat perlu kita kaji dan teliti
agar nilai nilai Islam yang termuat di dalam peradabannya agar tidak hilang ditelan olah
perkembangan zaman.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Gerakan Modern Islam, Asal Usul, dan Perkembangannya?
2. Bagaimana Kemerdekaan Umat Islam?
3. Bagaimana Organisasi Politik dan Organisasi Sosial Islam dalam Suasana Islam
Merdeka?
Bab II

Pembahasan

A. Gerakan modern Islam: asal-usul dan perkembangan

Pembaharuan dalam islam atau gerakan modern islam merupakan jawaban yang ditujukan
terhadap krisis yang dihadapi umat islam pada masanya. Kemunduran progresif kerajaan
usmani yang merupakan pemangku khilafah islam, setelah abad ketujuh belas, telah
melahirkan kebangkitan islam di kalangan warga arab di pinggiran imperium itu. Yang
terpenting di antaranya adalah gerakan wahabi, sebuah gerakan ini merupakan sarana yang
menyiapkan jembatan kearah pembaharuan Islam abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual.
Katalisator terkenal gerakan pembaharuan ini adalah jamaluddin Al-Afgani. Ia
mengajarkan solidaritas pan- islam dan pertahanan terhadap imperialism Eropa, dengan
kembali kepada Islam dalam suasana yang secara ilmiah dimodernisasi.
Gerakan yang lahir di timur tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada gerakan
kebangkitan Islam di Indonesia. Bermula dari pembaharuan pemikiran pemikiran dan
pendidikan islam di Minangkabau, yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang
dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan islam semakin berkembang
membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam(SDI) di
Bogor(1909) dan Solo(1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka, Jawa Barat(1911),
Muhammadiyah di Yogyakarta (1912), Persatuan Islam(Persis)di Bandung(1920-an),
Nahdatul Ulama(NU)di Surabaya(1926), dan Persatuan Tarbiyah Islamiah(Perti)di Candung,
Bukittinggi(1930), dan Partai-partai Politik, seperti Sarekat Islam(SI) yang merupakan
kelanjutan dari SDI, Persatuan Muslimin Indonesia(Permi) di Padang Panjang(1932) yang
merupakan kelanjutan, dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam
Indonesia(PII)pada tahun 1938.
Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan organisasi-organisasi politik yang
didirikan kaum terpelajar, menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme dalam
pengertian modern.
B. Perjuangan kemerdekaan umat Islam

1. Masa Kolonial Belanda


Nasionalisme dalam pengertian politik, baru muncul setelah H. Samanhudi menyerahkan
tampuk pimpinan SDI pada bulai Mei 1912 kepada HOS Tjokroaminoto yang mengubah
nama dan sifat organisasi serta memperluas ruang geraknya. Sebagai organisasi politik
pelapor nasionalisme Indonesia,SI pada dekade pertama adalah organisasi politik besar yang
mengrekrut anggotanya dari berbagai kelas dan aliran yang ada di Indonesia. Waktu itu
ideologi bangsa memang belum beragam, semua bertekad ingin mencapai kemerdekaan
2. Masa Kependudukan Jepang
Kemunduran progresif yang dialami partai-partai Islam seakan mendapatkan dayanya
kembali setelah jepang datang menggantikan posisi belanda. Jepang berusaha mengkomodasi
dua kekuatan, Islam dan nasionalis”secular”, ketimbang pimpinan traditional (maksudnya
raja dan bangsawan lama). Jepang berpendapat, organisasi-organisasi islamiah yang
sebenarnya mempunyai massa yang patuh dan hanya dengan pendekatan agama, penduduk
Indonesia ini dapat dimobolisasi. Oleh karena itu, kalau organisasi non-keagamaan
dibubarkan, organisasi-organisasi besar islam seperti Muhammadiah, NU, dan kemudian
persyarikatan Ulama (majalengka), juga majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), yang kemudian
di lanjutkan dengan majelis syuro muslim Indonesia(masyumi) di perkenankan kembali
meneruskan kegiatannya.
C. Organisasi politik dan organisasi sosial Islam dalam suasana Indonesia Merdeka

1. Masa revolusi dan demokrasi liberal


Pada waktu proklamasi tanggal 17 agustus 1975, piagam Jakarta sama sekali tidak
digunakan. Soekarno-hatta justru membuat teks proklamasi yang lebih singkat, karena ditulis
secara tergesa-gesa. Perlu diketahui, menjelang kemerdekaan, setelah jepang tidak dapat
menghindari kekalahan dari tentara sekutu, BPUPKI ditingkatkan menjadi panitia persiapan
kemerdekaan Indonesia (PPKI). Berbeda dengan BPUPKI yang khusus untuk pulau jawa,
PPKI merupakan perwakilan daerah seluruh kepulauan Indonesia. Perubahan itu
menyebabkan banyak anggota BPUPKI yang tidak muncul lagi, termasuk beberapa orang
anggota panitia Sembilan. Persentase nasional Islam pun merosot tajam.
Dalam suasana seperti itu, M. Hatta dalam siding PPKI setelah kemerdekaan berhasil
dengan mudah meyakinkan anggota bahwa hanya satu konstitusi “sekuler” yang memepunyai
peluang untuk diterima oleh mayoritas rakyat Indonesia. Tujuh kata dalam anak kalimat yang
tercantum dalam sila pertama pancasila dengan segala konsekuensinya dihapuskan dari
konstitusi. Bahkan , kantor urusan Agama seperti yang diperoleh Islam selama pendudukan
Jepang, oleh panitia pun ditolak.
Oleh golongan nasionalis”sekuler”, keputusan itu dianggap sebagai gentleman’s
agreement kedua yang menghapuskan piagam Jakarta sebagai gentleman’s agreement
pertama. Sementara itu, keputusan yang sama di pandang oleh golongan nasionalis Islam
sebagai mengkhianati gentleman’s agreement itu sendiri. Para nasionalis Islam mengetahui
bahwa, Indonesia merdeka yang mereka perjuangkan dengan penuh pengorbanan itu,
jangankan berdasarkan Islam, piagam Jakarta pun tidak. Oleh sebab itu, bisa dibayangkan
bagaimana kecewanya para nasionalis Islam.
Dengan demikian, jelas bahwa keputusan tentang penghapusan tujuh kata-kata dari
piagam Jakarta itu sama sekali tidak mengakhiri konflik ideology yang telah berlangsung
lama pada masa sebelum kemerdekaan. Para nasionalis islam harus menerima kenyataan itu,
karena mereka menyadari bahwa masa revolusi bukanlah saat yang tepat untuk mendesak
terlaksananya cita-cita islam mereka. Apalagi soekarno dan Hatta menekankan sifat
kesementaraan UUD yang diputuskan pada tanggal 18 Agustus 1945 itu.
2. Masa Demokrasi Terpimpin
Di masa demokrasi terpimpin ini , soekarno kembali menyuarakan ide lamanya nasakom,
suatu pemikiran yang ingin menyatukan nasionalis “sekuler”, Islam da komunis. Akan tetapi,
idenya itu dilaksanakan dengan caranya sendiri. Peranan partai mengalami erosi, kecuali PKI
yang memainkan peranan penting dan diliputi dengan semangat yang tinngi. Pancasila pun
ditafsirkan sesuai dengan pemikiranya. Masa ini, karena lebih di dominasi oleh PKI,
memendam ketegangan antara Islam dan komunisme. Ketidakpuasan juga terjadi dikalangan
banyak golongan nasionalis”sekuler” dan angkatan bersenjata. Masa demokrasi terpimpin itu
berakhir dengan gagalnya Gerakan 30 september 1965 PKI, umat islam bersama ABRI dan
golongan lainnya bekerjasama menumpas gerakan itu.
3. Masa Orde Baru
Setelah orde lama hancur, kepemimpinan Indonesia berada ditangan Orde Baru.
Tumbangnya orde lama yang umat islam ikut berperan besar di dalam menumbangkannya
memberikan harapan-harapan baru kepada kaum muslimin. Namun , kekecewaan baru
muncul di masa orde baru ini. Umat islam merasa, meskipun musuh bebuyutannya, komunis,
telah ditumbang, kenyataan berkembang tidak seperti yang di harapkan.
Orde Baru memang sejak semula merencanakan pembaharuan system politik. Pada
tanggal 26 November 1966, dengan sebuah amanat dari president, disampaikan kepada
DPRGR:RUU kepartian, RUU pemilu dan RUU susunan MPR, DPRdan DPRD.
Asas tunggal merupakan awal dari era baru peran islam dalam kehidupan berbangsa ini.
Peran politik (formal) Islam tidak ada lagi, tetapi sebagai agama yang mengaku tidak
memisahkan diri dari persoalan politik, tentu peran itu akan terus berlangsung mungkin
dengan pendekatan yang berbeda.
4. Kebangkitan Baru Islam di Masa Orde Baru
Menjelang pancasila diputuskan siding umum MPR 1983 sebagai satu-satunya asas bagi
kekuatan politik itu, banyak kalangan yang melontarkan suara-suara kontra. Suara-suara itu
semakin tajam tatkala pancasila pada akhirnya, bukan saja diputuskan sebagai satu-satunya
asa bagi kekuatan –kekuatan politik, tetapi juga terhadap organisasi-organisasi
kemasyarakatan, termasuk organisasi keagamaan Indonesia.
Sejak dekade 1970-an, banyak bermunculan organisai-organisasi mahasiswa seperti:
HMI, PMII,IMM. Dengan asas tunggal memang wadah politik umat islam hilang. Islam
nampaknya menarik diri dari dunia politik. Namun , dengan pembaharuan politik bangsa ini,
sebagaimana telah disebutkan umat islam terlepas dari ikatan yang sempit menuju dunia
yang lebuh luas. Perjuangan cultural adalah lahan yang sangat luas dibandingkan dengan
dunia politik saja, aspek ini merupakan pusat islam di masa lalu.
Kegiatan-keigiatan social dan cultural mempunyai nilai-nilai yang lebih langgeng
daripada hasil perjuangan politik. Mungkin dengan alas an itulah, muhammadiah sejak awal
tidak berminat terjun ke dunia politik praktis dank arena alas an itu pula NU melepaskan diri
dari PP.
Selain itu, bukan hanya PPP yang menghimpun politisi-politisi muslim, Golkar, partai
pendukung pemerintah ini sekarang banyak merekrut tokoh-tokoh islam menjadi
pimpinannya dan duduk di DPR mewakili kekuatan politik itu. Tidak kurang dari
DR.Nurchalis Madjid, seorang pemikir Islamterkenal dewasa ini, dan K.H.Abdurrahman
Wahid, ketua umum PBNU, organisasi Islam terbesar serta K.H.Hasan Basri, ketua MUI
duduk sebagai anggota MPR periode 1987-1992 mewakili golongan-golongan dan memilih
fraksi karya pembangunan (FKP)sebagai wadah mereka di MPR. Di samping itu organisasi
yang terbesar tanah air ini adalah NU dan Muhammadiah.
Pengalaman di masa lampau jelas menggambarkan bahwa suatu pemikiran akan
berkembang secara fleksibel apabila ia berakar dan mampu menjawab persoaln-persoalan
nyata yang dihadapi masyarakat. Apa yang kita saksikan sekarang ini merupakan
perkembangan wajar dari langkah-langkah yang sudah ditempuh di masa lalu.
Setelah berlakunya asas tunggal, umat islam dengan segala keberaniannya telah
melepaskan suatu wadah politik. Dengan lapang dada, mereka menerima pancasila dan
berharap dapat mengisinya dengan nilai-nilai agama. Mereka ingin agar pihak-pihak lain
yang selama ini memandang curiga terhadap”Islam “, dapat mempercayai ulama-ulama dan
tokoh-tokoh islam lainnya.
Bab III

Penutup
A. Kesimpulan

Pembaharuan dalam islam atau gerakan modern islam merupakan jawaban yang ditujukan
terhadap krisis yang dihadapi umat islam pada masanya. Kemunduran progresif kerajaan
usmani yang merupakan pemangku khilafah islam, setelah abad ketujuh belas, telah
melahirkan kebangkitan islam di kalangan warga arab di pinggiran imperium itu. Yang
terpenting di antaranya adalah gerakan wahabi, sebuah gerakan ini merupakan sarana yang
menyiapkan jembatan kearah pembaharuan Islam abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual.
Gerakan yang lahir di timur tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada gerakan
kebangkitan Islam di Indonesia. Bermula dari pembaharuan pemikiran pemikiran dan
pendidikan islam di Minangkabau, yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang
dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan islam semakin berkembang
membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam(SDI) di
Bogor(1909) dan Solo(1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka, Jawa Barat(1911),
Muhammadiyah di Yogyakarta (1912), Persatuan Islam(Persis)di Bandung(1920-an),
Nahdatul Ulama(NU)di Surabaya(1926), dan Persatuan Tarbiyah Islamiah(Perti)di Candung,
Bukittinggi(1930), dan Partai-partai Politik, seperti Sarekat Islam(SI) yang merupakan
kelanjutan dari SDI, Persatuan Muslimin Indonesia(Permi) di Padang Panjang(1932) yang
merupakan kelanjutan, dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam
Indonesia(PII)pada tahun 1938.
Daftar Pustaka

Faqih, Aunur Rahim. 1998. Pemikiran Dan Peradaban Islam.


Nata, Abuddin. 2001. Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Idonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Syukur,Fatah.2009. Sejarah Peradaban Islam. Semarang : PT Pustaka Rizki Putra.
Supriyadai, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka
Setia Yatim, Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Yatim,Badri. 2013. Sejarah Peradan Islam, Dirasah Islamiyah II. Jakarta : Rajawali
Pers.
Yogyakarta: UII Press Mansur. 2004. Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah.
Yogyakarta: Global Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai