Anda di halaman 1dari 14

KARAKTERISTIK DAN TIPOLOGI

GERAKAN ISLAM

Diajukan untuk tugas terststruktur pada mata kuliah SSIII 1

Dosen Pengampu:

Agus Permana. M. Ag.

Disusun oleh:

Dhifa Praja Ramadhan

NIM 1185010027

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur tidak henti-hentinya penulis panjatkan kepada kehadirat Allah S.W.T
berkat anugerah-Nya, shalawat serta salam tak lupa juga penulis haturkan kepada baginda
Nabi Muhammad S.A.W yang selalu menjadi teladan bagi ummatnya, sehingga penulis dapat
menyusun makalah yang berjudul “Karakteristik dan Tipologi Gerakan Islam”

Adapun maksud dan tujuan penulis dalam menyusun makalah ini untuk tugas
terstruktur pada mata kuliah sejarah sosial dan intelektual islam di Indonesia I. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada dosen selaku pembimbing materi dalam pembuatan
makalah ini, serta kepada teman-teman semua yang telah mendukung dalam karya ilmiah ini.

Kepada seluruh pembaca yang bersedia memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam rangka penyempurnaan makalah ini selanjutnya, penulis buka tangan
selebar-lebarnya untuk apresiasi tersebut dengan hati yang terbuka dan ucapan terimakasih.

Bogor, Mei 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN...........................................................................................................5
1. Kajian tentang gerakan islam.......................................................................5
2. Sejarah munculnya gerakan islam................................................................6
3. Tipologi dan karakteristik gerakan islam....................................................8
4. Teori gerakan islam......................................................................................10
BAB III........................................................................................................................12
PENUTUP...................................................................................................................12
1. Kesimpulan...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum lebih jauh kedalam tentang karakteristik dan tipologi gerakan Islam,
penulis ingin menjelaskan terlebih dahulu tentang karakteristik dan tipologi.
Karakteristik sering diidentikan dengan ciri khusus atau sifat-sifat yang membedakan
seseorang dengan yang lainnya, sedangkan tipologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang pengelompokan berdasarkan tipe atau jenis. Dari dua pengertian diatas bisa
ditarik pengertian yang lebih jelasnya kepada karakteristik dan tipologi gerakan islam
yang lebih lengkapnya tercantum pada rumusan masalah dibawah;
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu gerakan islam?
2. Bagaimana sejarah munculnya gerakan islam
3. Apa saja tipologi dan karakteristik gerakan islam
4. Apa teori gerakan islam
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu gerakan islam
2. Mengetahui sejarah munculnya gerakan islam
3. Mengetahui apa saja tipologi dan karakteristik gerakan islam
4. Mengetahui apa teori gerakan islam
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kajian tentang gerakan Islam
Gerakan islam khususnya di Indonesia muncul dikarenakan ada dua sebab atau
kondisi yang saling berinteraksi yakni masalah-masalah tentang sosial keagamaan umat islam
Indonesia dan kondisi politik bangsa[ CITATION Sya13 \l 1033 ]. Sedangkan menurut
Mohammad Syifa, gerakan islam dalam pengertiannya sangat luas, tidak hanya untuk
gerakan berpolitik dan radikal tetapi berorientasi pada organisasi dan gerakan keagamaan
yang bersifat sosial, intelektual, atau kultural, seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah,
Persis, Hidayatullah, Himpunan Mahasiswa Islam, dan Pelajar Islam Indonesia [ CITATION
Moh18 \l 1033 ].
Gerakan islam semakin kian terbuka lebar atau tumbuh pada peta perpolitikan pada
tahun 1998. Kebebasan individu di zaman reformasi menambah keberanian dalam jati diri
masyarakat islam yang diawali dengan aktivis dari gerakan Islam. Fragmentasi politik dalam
masyrakat muslim justru semakin luas, dalam pengertian, justru karena reformasi dan
keterbukaan itulah integrasi politik masyarakat muslim tak bisa terjadi, yang ada diantara
para aktivisnya satu sama lain saling menuding dan mengklaim bahwa aliran dan sekte politik
hanyalah yang paling baik diantara lainnya[ CITATION Ism16 \l 1033 ].
2. Sejarah munculnya gerakan Islam
Gerakan islam muncul diantaranya karena ingin merespons keadaan sosial politik dan
ekonomi ummat islam. Kemunculan ini dimaknai dengan panggilan untuk terlibat secara aktif
dalam kehidupan bermasyarakat untuk merubah kehidupan sosial masyrakat menjadi lebih
berkualitas. Dalam cakupan dunia, sejarah munculnya gerakan islam ditandai dengan
Ikhwanul Muslimin di Mesir, muncul akibat respon dari runtuhnya khilafah Turki Utsmani,
kemunculan Hizbut Tahrir di Palestina juga dianggap sebagai respon ekspansinya zionis dan
barat, hal yang sama juga dialami oleh Pakistan untuk merespon peluang politik yang tersedia
pasca berpisah dengan India. Sedangkan di Indonesia sendiri, munculnya gerakan islam
terjadi pada awal abad-20, muncul dikarenakan meningkatnya jumlah kaum terpelajar,
munculnya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 lalu disusul dengan Sarekat Islam tahun
1912 dan Muhammadiyah tahun yang bersamaan dengan Sarekat Islam, respon munculnya
dikarenakan atas kondisi internal ummat islam yang nyaris sempurna kolaps serta penetrasi
pihak luar melalui kolonialisme dan imperialisme barat. Menyusul berdirinya Persatuan Islam
pada 1923 di Bandung, dan Nahdatul Ulama pada 1926 di Surabaya[ CITATION Sya13 \l 1033 ].
Sarekat Dagang Islam sendiri muncul dikarenakan pada waktu itu pada akhir abad ke-
19 atau awal abad ke-20 telah dilaporkan bahwa ekonomi di Nusantara khususnya sedang
mengalami keterpurukan akibat krisis yang berlangsung. Kondisi ekonomi ini terus merosot
tajam dari hasil industri batik yang mengalami kesulitan keuangan luar biasa. Di sektor
pertanian, hasil panen tidak pasti, dan petani miskin semakin banyak berhutang kepada lintah
darat dan pegadaian China. Situasi ini semakin memperburuk disaat waktu itu harus
mengimpor beras dari Rangoon dan Saigo. Sedangkan etnis Tionghoa mendapatkan posisi
keuntungan ekonomi yang tinggi. Pasalnya, pemerintah kolonial membuka pintu selebar-
lebarnya bagi pedagang asing. Selain dibidang ekonomi juga ada upaya lain dari pemerintah
kolonial Belanda yaitu dengan politik Zending yang merupakan upaya pemerintah Belanda
untuk mengkristenkan bangsa jajahannya. Atas dasar ini, rasa kebersamaan beragama bagi
mereka yang diperintah dapat dicapai, upaya ini hanya untuk memperkuat kekuasaan kolonial
Belanda di Indonesia. Karena Belanda tahu bahwa Indonesia mayoritas masyrakatnya adalah
agama Islam masih yang memiliki keyakinan kuat, yakni tidak bisa diatur oleh pemerintahan
agama yang berbeda. Kondisi ini menunjukan adanya koalisi antara masyarakat asing dan
kolonial Belanda di Nusantara. Kondisi ini mendorong Haji Samanhudi, pedagang batik asal
Laweyan membentuk organisasi Sarekat Dagang Islam pada hari Senin, Oktober, 1905, di
Surakarta. Organisasi ini awalnya adalah asosiasi dagang dan pengusaha batik yang berbasis
koperasi. Tujuannya adalah untuk memajukan perdagangan Indonesia yang berdasarkan
ajaran Islam[CITATION Muh19 \l 1033 ].
Gerakan-gerakan pembaharuan yang muncul di luar nusantara, mendorong juga
lahirnya gerakan islam di Indonesia. Lahirnya gerakan ini menjadi faktor lahirnya
kebangkitan islam yang ditandai dengan lahirnya organisasi sosial keagamaan islam.
Lahirnya gerakan islam di Indonesia juga adalah pertanda bahwa sudah munculnya atau
tumbuh nasionalisme di Indonesia. Nasionalisme dalam bentuk baru muncul setelah
Samanhudi menyerahkan kepempimpinan SDI kepada Tjokroaminoto pada bulan Mei 1912.
Lalu Tjokroaminoto mengubah nama SDI menjadi SI yaitu Sarekat Islam. Sejak saat itu
muncul semangat Nasionalisme Indonesia. Sebagai pelopor Nasionalisme Indonesia, SI
merupakan wadah besar bagi perpolitikan yang merekrut anggotanya dari berbagai kelas dan
aliran di Indonesia. Ideologi Bangsa adalah persatuan dan anti kolonialisme. Semua
komponen ingin mendapatkan sebuah kemerdekaan, bebas dari genggaman Belanda. Waktu
kemudian bergulir tokoh-tokoh dan organisasi-organisasi berbeda taktik dan program.
Golongan revolusioner berhadapan dengan golongan moderat, begitupula dengan politik
koperasi dengan non-koperasi. Puncak perbedaan ini terjadi pada SI sendiri. Dimana didalam
SI muncul kekuatan baru atau ideologi baru yaitu komunis yang kemudian bertransformasi
menjadi PKI terjadi pada tahun 1923. Banyak kalangan pergerakan yang kecewa terhadap
perpecahan itu. Namun para anggota lebih kecewa karena perpecahan itu menunjukan adanya
ideologi masing-masing yang berbeda tajam. Sejak saat itu SI dengan tegas menegaskan
bahwa ideologinya adalah Islam. Nasionalisme yang diperjuangkan ialah nasionalisme yang
berdasarkan ajaran-ajaran Islam[CITATION Rus17 \l 1033 ]. Tentu ini bertolak belakang dengan
rakyat yang berbeda agama, yang dimana jika ingin mencapai kemerdekaan diperlukan reaksi
kesatuan dan persatuan.
Sebelum menjadi gerakan tarekat, yaitu bergerak dibidang sosial, kultural, politik,
penyebaran Islam di Jawa pada mulanya berawal dari gerakan keagamaan. Bisa dilihat dari
zaman pergerakan nasional, khususnya antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Muhammadiyah adalah gerakan “amar makruf nahi munkar” yang berusaha kembali pada
sumbernya, yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Karena itu Muhammadiyah harus menghadapi
budaya Jawa yang dianggap penuh Kurafat yang dimaksud adalah tidak masuk akal dan
ajaran islam yang ada dianggap penuh bi’dah. Sebagai reaksi terhadap Muhammadiyah yang
dianggap antimazhab dan Sarekat Islam yang penuh politik, lahirlah Nahdlatul Ulama yang
menegaskan kembali pentingnya mazhab yang jumlahnya ada empat yaitu Syafi’I, Hambali,
Maliki, Hanafi dan sebuah gerakan agama yang non-politik [CITATION Kun131 \p 102 \l 1033 ] .
Jika ingin menemukan tulisan sejarah yang menghubungkan antara agama dan ekonomi bisa
dilihat dari munculnya Sarekat Islam yang pertama kali terjadi di Laweyan, Solo, pada 1911.
Laweyan pada saat itu adalah kecamatan yang mempunyai banyak Haji dan maju dalam
perdagangn batik. Samanhudi adalah seorang Haji dan pedagang batik. Pada 1912
Muhammadiyah muncul dikampung Kauman Yogyakarta, yang juga maju dalam
perdagangan batikya. Ahmad Dahlan adalah haji, khatib, penghulu, dan pedagang
batik[CITATION Kun031 \p 164 \l 1033 ].
3. Tipologi dan karakteristik gerakan islam
Nurcholish Madjid menjelaskan bahwa di Indonesia memiliki perkembangan corak
yang signifikan di bidang pemikiran, contoh pemikiran ini semisal dari pemikiran Islam
tradisonal sampai kepada tahap pemikiran Islam postmodernisme. Perkembangan islam
tradisonal menurut Nurcholish adalah sesuatu yang alami, mengapa disebut alami? Sebab
dalam suatu komunitas masyarakat memiliki keragaman pemikiran, budaya, Bahasa, dan
agama. Eksistensi kelompok gerakan ini pada esensinya merupakan sebuah khasanah
kekayaan Islam yang bersifat ekslusif, sehingga bertahan pada tataran kesalehan ritual
simbolik dan dianggap sebagai sesuatu yang paling benar. Kelompok gerakan ini pada
zamannya belum bersedia untuk melakukan sebuah perubahan dan modernisasi. Dengan
demikian gerakan seperti ini bersifat fanatik dan kaku, sehingga sulit menerima
modernisasi[ CITATION HNi12 \l 1033 ].
Kelompok Islam tradisionalis memiliki kesamaan model, yaitu kesamaan model pada
tradisi Islam klasik. Tetapi kelompok ini membiarkan praktek agama bercampur dengan
tradisi masyarakat yang tidak dianjurkan dalam Al-Qur’an. Memang Islam tidak bertentangan
dengan budaya lokal masyarakat, akan tetapi tidak semua budaya lokal sesuai dengan ajaran
Islam, karena diketahui sebagai warisan budaya Hindu-Budha dan animisme-dinamisme yang
bertentangan dengan ajaran Islam[ CITATION Sya13 \l 1033 ].
Lahirnya gerakan pemikiran Islam modernism dimana merupakan gerakan pembaruan
atas kemapanan aliran tradisional islam yang terlebih dahulu mengakar dalam masyrakat,
meskipun secara institusional muncul lebih agak kebelakang. Aliran modernism ini mendapat
inspirasi dari gerakan purifikasi Muhammad Ibnu Wahab di Jazirah Arab dan Pan-Islamisme
Jamaluddin Al-Afghani yang kemudian mendapat kerangka ideologis dan teologis dari
muridnya seperti Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Gerakan ini bergerak atau bertujuan
untuk memurnikan aqidah Islam dengan cara mengantarkan ummat Islam kepada masa Nabi
dan Khulafaurrasyidin. Gerakan ini membangkitkan kelompok modern islam, gerakan ini
juga sebagai dobrakan untuk mengatasi penyakit Taqlid, Bid’ah, dan Khurafat[ CITATION
HNi12 \l 1033 ]. Kelompok Islam modernis yang mencoba memahami ajaran Islam secara
aktual, rasional dan mengadopsi sebagian model pendidikan modern sebagaimana yang
dipraktekkan di Barat, kelompok ini menekankan kembali kepada Islam yang otentik, Islam
yang murni yang dicontohkan Nabi Muhammad S.A.W. Umumnya pendukung kelompok ini
merupakan kaum terpelajar dan komunitas perkotaan[ CITATION Sya13 \l 1033 ].
Pemikiran islam neo-modernisme, pengertian umum dari neo modernisme memberi
dua isyarat, pertama neo-modernisme dipandang sebagai keadaan sejarah setelah zaman
modern. Kata neo sendiri secara literal mengandung pengertian segera digantikan dengan
zaman berikutnya yaitu neo-modernisme. Kedua, neo-modernisme dipandang sebagai
gerakan intelektual yang mencoba menggugat, bahkan menghancurkan pemikiran
sebelumnya yang berkembang sebagai paradigma pemikiran modern[ CITATION HNi12 \l
1033 ].
Pemikiran Islam Multikultural, secara fenomena yang terjadi keragaman pemikiran di
kalangan pemikiran ini terjadi beberapa bagian pemahaman diantaranya adalah; Pemahaman
yang fundamentalis, dalam pemahamanya dan praktiknya konsisten kepada ajaran islam.
Dengan demikian secara harfiah semua orang Islam yang percaya kepada rukun iman yang
enam dan menjalankan rukun islam yang lima, dapat disebut sebagai islam fundamentalis.
Fundamentalis sendiri berada kategori absolutism pemikiran yang mendasar pada diri
teks klasik islam, karena penekanan pada teks semacam itu mempunyai implikasi langsung
terhadap tindakan sosial politik, karena orientasi keberagamannya sangat mengutamakan
skripturalisme absolut, sikap mereka pada umumnya sangat ekstrem. Tindakan-tindakan dari
kelompok yang berpaham seperti ini selain mengedepankan simbol-simbol keagamaan tetapi
juga sering bersifat anarkis[ CITATION Sya13 \l 1033 ].
Pemahaman teologi yang normatif, paham ini menyatakan bahwa ajaran islam adalah
wahyu yang berasal dari Tuhan, wajib diyakini, dan diterima sebagai kebenaran mutlak yang
tidak boleh diganggu-gugat. Paham ini mengindikasikan bahwa seluruh ajaran agama islam
baik yang terdapat dalam teks wahyu Al-Qur’an maupun hadits serta yang dikemukakan para
ulama sebagai interpretasi terhadap Al-Qur’an tersebut sebagai kebenaran yang harus
diterima mutlak. Pemahaman ekslusifis, pandangan ini merupakan sikap terhadap agama lain
yang menyatakan bahwa agama yang dianutnya adalah benar sedangkan agama yang dianut
orang lain adalah sesat. Pemahaman yang bersifat transformatif, ciri-ciri atau karakterisik
masyarakat muslim ini adalah keseimbangan antara pelaksana aturan formalistis dan
simbolistik dengan misi ajaran Islam. Kedua, mewujudkan cita-cita Islam, khususnya
mengangkat kaum Dhu’afa serta meneggakan nilai-nilai Islami yang universal dengan penuh
kasih sayang. Ketiga responsive terhadap berbagai masalah actual dalam masyarakat.
Keempat, memiliki orentasi dalam upaya mewujudkan cita-cita islam dalam masyarakat yang
berwawasan rahmah bagi seluruh alam. Pemahaman esoteris, tingkat pemahaman keislaman
ini bercorak pada kaum muslim dan non-muslim, sebab cara berpikir seperti ini sangat
menjanjikan kehidupan yang lebih harmonis, kasih sayang, dan penuh keadilan dan
berperadaban. Pemikiran islam liberal, pemikiran islam liberal memiliki karakteristik yaitu
berusaha untuk membumikan dan merasionalkan pemahaman terhadap doktrin islam sebagai
agama rasional dan elastisitas. Liberalisme di Indonesia pada dasarnya mengkehendaki
bagaimana seharusnya umat Islam memahami islam secara komperehensif mulai dari aspek
ketauhidan, syariat, muamalat, dan etika. Tidak memahami islam sebatas dari aspek syariat
saja, karena umat islam kebanyakan memahami islam sebagai sebatas simbol-
simbol[ CITATION HNi12 \l 1033 ] . Pemikiran islam liberal lahir dari nilai-nilai modernitas
seperti demokrasi, kebebasan individu, kemerdekaan berfikir, persamaan hak, hak asasi
manusia, ide kemajuan, dan diadopsi dan diinjeksikan ke dunia muslim tanpa proses
penyaringan yang ketat lalu timbulah muslim liberal. Bagi kaum muslim liberal, tantangan
utama dalam benak mereka berada dalam sikap konservatif, apologetik, dan resisten dari
kalangan muslim sendiri[ CITATION Moh18 \l 1033 ].
4. Teori gerakan islam
Jika membicarakan teori gerakan islam, maka tidak akan jauh dari teori atau sudut
pandang gerakan sosial. Teori gerakan sosial lebih mampu menganalisa fenomena aktivitas
islam secara komparatif memlalui beberapa ciri umum yang bisa ada dalam gerakan sosial
lainnya.
Pertama ada teori mobilisasi sumber daya. Dalam teori ini rasa kecewa akibat dari
proses pemginggiran dari modernisasi yang dirasakan masyarakat umum, tidak cukup untuk
memancing emosi seseorang untuk melakukan aksi kekerasan. Justru ada faktor lain yang
menarik perasaan itu sehingga menjadi kesadaran bersama yang dimana bisa memunculkan
mobilisasi secara terorganisir dengan baik. Teori ini menggunakan dua unsur yang dimana
unsur ini adalah hambatan dan kesempatan, dimana pergerakan massif dan aksi kekerasan
yang dilakukan orang mengatasnamakan agama tidaklah sekedar letupan perasaan kecewa
yang tidak rasional. Sebaliknya aksi kekerasan ini bisa menjadi unsur hambatan dan
kesempatan untuk mempertimbangkan kesempatan yang bersifat struktural. Unsur frame juga
sangat berguna untuk teori ini, disebabkan pada unsur ini membicarakan skema-skema yang
membahas dan memberikan sarana kognitif untuk memahami pengalaman dan peristiwa di
dunia luar. Menurut David Snow dan Robert Benford unsur ini memiliki tiga fungsi utama,
yaitu sebagai alat untuk memperkirakan persoalan yang dialami oleh sebuah gerakan sosial,
sebagai solusi bagi pemecah masalah tersebut, termasuk taktik dan strategi, dan mencarikan
alasan untuk memotivasi untuk tumbuhnya dukungan. Lalu unsur terakhir adalah aliansi atau
jaringan, unsur ini tidaklah kalah pentingnya dalam gerakan sosial keagamaan, membangun
jejaring yang dibutuhkan untuk mengsupport aktivitas sebuah gerakan keagamaan. Menurut
Umdah el-Baroroh dari keempat unsur yang dijelaskan tadi menunjukan pentingnya
pendekatan sosial dalam melihat kasus-kasus kekerasan yang mengatasnamakan
Islam[ CITATION Umd12 \l 1033 ].
Relasi aktivisme keagamaan dan kekerasan sebagai basis teoritis untuk membantu
proses analisis dalam mengidentifikasi gerakan bermotivasi agama atau regiously motivated
activism melalui karakteristik atau kategori tertentu. Tipologi teoritis menurut H. S. Gregg
menyediakan keadaan utama dalam membentuk hubungan antara aktivisme keagamaan dan
kekerasan dalam suatu gerakan berbasis narasi religi yaitu gerakan sosial keagamaan,
fundamentalisme, dan perang apokaliptik. Inipun mengindikasikan landasan teoritis ini
membantu untuk melihat tujuan, penggunaan agama dan signifikanansi kekerasan sebagai
instrument suatu tidak bisa dihindari dalam aktivisme keagamaan dalam kondisi terntentu.
Kategori ini mengadopsi pada pergerakan sosial yang menjelaskan suatu kondisi yang dapat
membedakan akumulasi dari keluhan dan kegelisahan publik menjadi gerakan massa
bertujuan untuk menciptakan perubahan tatanan sosial dan politik baru. Untuk menerapkan
norma yang mereka miliki dan mereka yakini bersama tersebut, mereka
mengimplementasikan dalam bentuk-bentuk tindakan yang nyata lalu menyimpang.
Tindakan-tindakan ini muncul dikarenakan kuatnya keyakinan kaum radikalis akan
kebenaran program atau ideologi yang mereka bawa. Sikap ini pada saat yang sama dibarengi
dengan penafsiran kebenaran dengan sistem lain yang akan diganti. Dalam gerakan sosial,
keyakinan tentang ide ini sering dikombinasikan dengan cara-cara pencapaian yang
mengatasnamakan nilai kemanusiaan. Akan tetapi, kuatnya keyakinan ini dapat
mengakibatkan munculnya sikap emosional yang menjurus lebih kepada kekerasan. Pada
tahap ini, Cohen merumuskan sabagai nonutilitarian deviance, dimana penyimpangan yang
dilakukan oleh pelaku, tidak lagi berorientasi pada materi, melainkan hanya sekedar
membuktikan keberadaan mereka sebagai suatu kelompok[ CITATION Fua19 \l 1033 ].
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kajian tentang gerakan islam muncul yang dilatarbelakangi oleh sebab-sebab yang
diantaranya adalah sebab permasalah sosial keagamaan ummat Islam Indonesia dengan
perpolitikan bangsa di Indonesia yang dimana dahulu sedang dijajah oleh Belanda.
Sejarah munculnya geraka keagamaan di Indonesia, gerakan islam muncul
diantaranya karena ingin merespons keadaan sosial politik dan ekonomi ummat islam.
Kemunculan ini dimaknai dengan panggilan untuk terlibat secara aktif dalam kehidupan
bermasyarakat untuk merubah kehidupan sosial masyrakat menjadi lebih berkualitas.
Gerakan islam juga muncul yang dikarenakan kaum terpelajar meningkat pesat, dan ada
pihak luar yaitu Belanda, akibat respon tersebut munculah kondisi internal ummat islam yang
nyaris sempurna kolaps serta penetrasi pihak luar melalui kolonialisme dan imperialisme
barat.
Mengenai tipologi dan karakteristik gerakan Islam, di Indonesia sendiri banyak sekali
macam-macam tipologi gerakan Islam, antara lain gerakan tradisionalisme, gerakan
modernsime, gerakan multikultural yang dibagi beberapa pemetaan, dan gerakan tipologi
liberalisme.
Teori keagamaan sendiri tidak bisa lepas dengan apa yang namanya teori sosial, teori
keagamaan dan teori sosial ini saling berhubungan erat yang tidak bisa dipisahkan, karena
teori sosial keagamaan melihat aktivitas fenomena masyarakat sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

el-Baroroh, Umdah. "Teori Gerakan Sosial Islam: Cara Pandang-Baru Memahami


Aktivisme Islam." Jurnal Islamic Review 1, no. 2 (2012): 361-363.

Jurdi, Syarifuddin. "GERAKAN SOSIAL ISLAM: Kemunculan, Eskalasi,


Pembentukan Blok Politik dan Tipologi Artikulasi Gerakan." Jurnal Politik Profetik 1, no. 1
(2013): 10.

Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,


2003.

—. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013.

M, H. Nihaya. "Tipologi Pemikiran Islam Indonesia Perspektif Nurcholish Madjid."


Sulesana 6, no. 1 (2012): 55.

Margiansyah, Fuat Edi Kurniawan dan Defbry. "Aktivisme Gerakan Keagamaan


Dalam Konteks Kebudayaan: Antara Penegakan Syariat dan Anomali." Sosiologi Reflektif 14,
no. 1 (2019): 45-55.

Muhammad Kaffin Mustakif, Mumung Mulyati. "Sarekat Dagang Islam (1905-1912);


Between The Savagery of Vereenigde Oostindiche Compagnie and The Independence of
Indonesias." International Journal of Nusantara Islam 7, no. 1 (2019): 8.

Nu'ad, Ismatilah A. "Islam Kanan: Gerakan dan Eksistensinya di Indonesia."


Episteme 11, no. 1 (2016): 52-56.

Rusydy, Muhammad. "Transformasi Pemikiran dan Gerakan Islam di Indonesia


Kontemporer." TAJDID XVI, no. 1 (2017): 43.

Widigdo, Mohammad Syifa A. "Gerakan Islam Indonesia: Mengurai Belenggu,


Membangun Peradaban." Islamic World and Politics 2, no. 2 (2018): 388.

Anda mungkin juga menyukai